Anda di halaman 1dari 32

Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme

MATA KULIAH ETIKA & HUKUM DALAM BISNIS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL


PRODI PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

Disusun oleh: Adhis Darussalam Pamungkas, M.M.

1
Landasan Hukum

UU No.8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang.

UU No.9 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tidak Pidana Pendanaan
Terorisme.
POJK No. 23/POJK.01/2019 tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
No. 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan.
POJK No.12/POJK.01/2017 Tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

SE OJK No.32/SEOJK.03/2017 Tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan


Pencegahan Pendanaan Terorisme di Sektor Perbankan.

Perka PPATK No.Per-02/1.02/PPATK/02/15 Tentang Kategori Pengguna Jasa yang


Berpotensi melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang

2
Definisi APU PPT

Pencucian Uang adalah perbuatan menempatkan,


mentransfer,membayarkan,membelanjakan,Menghibahkan,meny
umbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan,
atau perbuatan lainnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya
atau patut diduga merupakan Hasil Tindak Pidana dengan
maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul
Harta Kekayaan sehingga seolah-olah menjadi Harta Kekayaan
yang sah.

Pendanaan Terorisme adalah segala perbuatan dalam


rangka menyediakan, mengumpulkan,memberikan, atau
meminjamkan Dana, baik langsung maupun tidak langsung,
dengan maksud untuk digunakan dan/atau yang diketahui
akan digunakan untuk melakukan kegiatan terorisme,
organisasi teroris, atau teroris.

3
Money Laundering Vs Terrorist Financing

Faktor Money Laundering Terrorist Financing


Motivasi Profit Ideologi atau intimidasi

Sumber Dana ilegal Legal / ilegal

Transaksi Biasanya dalam jumlah besar Tidak harus memerlukan dana yang
yang dihasilkan dari tindak besar
kejahatan

Pergerakan Dana Berputar (Circular) Searah (Linier)

Fokus Deteksi Suspicious Transaction Suspicious Relationship


Transaksi tidak wajar Adanya hubungan yang tidak wajar

4
Money Laundering Vs Terrorist Financing
Money Laundering Terrorist Financing
Peraturan UU No.8/2010 Tentang Pencegahan UU TPPT No.9/2013 Tentang
dan pemberantasan Tindak Pidana Pencegahan dan Pemberantasan Tidak
Pencucian Uang (UU TPPU) Pidana Pendanaan Terorisme (UU
TPPT)
Sanksi Pidana 1. Pidana penjara paling lama 20 1. Pidana penjara paling lama 20 (Dua
(Dua Puluh) tahun Puluh) tahun

2. Pidana denda paling banyak 2. Untuk Perorangan Pidana denda paling


Rp10.000.000.000,00 (Sepuluh banyak Rp1.000.000.000,00 (Satu Miliar
Miliar Rupiah). Rupiah), dan untuk Pidana pokok yang
dijatuhkan terhadap Korporasi berupa
pidana denda paling banyak
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah).

Pasal Pidana Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 8 Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8

5
Anti Pencucian Uang

6
Sumber Dana Pencucian Uang (Pasal 2 UU TPPU)

 Korupsi,
 Penyuapan,
 Narkotika dan Psikotropika,
 Penyelundupan tenaga Kerja,
 Penyelundupan migran,
 Perdagangan orang ,
 Perdagangan senjata gelap,
 Terorisme,
 Penculikan,
 Pencurian,
 Penggelapan,
 Penipuan,
 Pemalsuan uang,
 Perjudian,
 Prostitusi,

7
Sumber Dana Pencucian Uang (Pasal 2 UU TPPU)

 Dibidang Perbankan,
 di bidang Pasar Modal,
 di bidang Perasuransian,
 kepabeanan,
 cukai,
 di bidang Perpajakan,
 di bidang Kehutanan,
 di bidang Lingkungan hidup,
 di bidang Kelautan dan perikanan, atau
 tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau
lebih,
 yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau di luar
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut juga
merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia

8
Mekanisme Proses Pencucian Uang

Placement • Penempatan dana yang dihasilkan dari tindak


(Penempatan Harta Kekayaan) kejahatan kedalam sistem keuangan.

Layering • Memindahkan atau mengubah bentuk dana melalui


transaksi keuangan yang kompleks dalam rangka
(Pentransferan Harta Kekayaan) mempersulit pelacakan (audit trail) asal usul dana.

Integration • Mengembalikan dana yang telah tampak sah kepada


(Penggabungan Harta Kekayaan) pemiliknya sehingga dapat digunakan dengan aman.

9
SIKLUS MONEY LAUNDERING

10
Modus Pencucian Uang

Smurfing Structuring

• Yaitu upaya untuk menghindari pelaporan • Upaya untuk menghindari pelaporan


dengan memecah-mecah transaksi yang dengan memecah-mecah transaksi sehingga
dilakukan oleh banyak pelaku jumlah transaksi menjadi kecil

Mingling Business Investment


Penggunaan Pihak Ketiga
(Digabungkan dengan bisnis lain)

• Yaitu transaksi yang dilakukan dengan • Yaitu mencampurkan dana hasil tindak
menggunakan identitas pihak ketiga dengan pidana dengan dana dari hasil kegiatan
tujuan menghindari terdeteksinya identitas usaha yang legal dengan tujuan untuk
dari pihak yang sebenarnya merupakan menghaburkan sumber asal dananya
pemilik dana hasil tindak pidana

11
Modus Pencucian Uang

Penggunaan Identitas Palsu (Identity


U-Turn
Fraud)

• Yaitu upaya untuk mengaburkan asal usul • Yaitu transaksi yang dilakukan dengan
hasil kejahatan dengan memutarbalikan menggunakan identitas palsu sebagai upaya
transaksi untuk kemudian dikembalikan ke untuk mempersulit terlacaknya identitas dan
rekening asalnya. pendeteksian keberadaan pelaku pencucian
uang.

12
Pencegahan Pendanaan Terorisme

13
Contoh Kasus Terorisme
Bom Boston Marathon
● Peledakan Bom di Boston, Amerika Serikat pada tahun 2013 saat diadakan Lomba Marathon
● 2 Pelaku, 3 Korban tewas dan 260 korban cedera

14
Contoh Kasus Terorisme

● Pembunuhan massal satu keluarga di Desa Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah
pada tanggal 26 November 2020
● 4 korban tewas satu keluarga, 2 pelaku diduga Ali Kalora (Pemimpin MIT) dan Jaka Ramadan
● 3 rumah warga dibakar dan pengambilan logistik berupa beras

Pelaku Teror di Sigi

Pelaku Terorisme Bom Boston

15
Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Prinsip KYC)
Prinsip Know Your Customer (KYC)

Undang – Undang &


Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan
Bank/PJK

Penerapan Prinsip Mengenal


Nasabah

Mencegah agar sistem Perbankan tidak digunakan


sebagai sarana kejahatan pencucian uang (money
laundering) dan Pendanaan Terorisme, baik yang
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung oleh
pelaku kejahatan

17
Pengertian Customer Due Dilligence

CDD, proses identifikasi,


verifikasi, dan
pemantauan yang
dilakukan Bank untuk
memastikan transaksi
sesuai dengan profil
nasabah dibagi menjadi
dua cara, yaitu:

Enhance Due Dilligence (EDD)


merupakan proses CDD yang
lebih mendalam / lebih detil Standard Due Dilligence yaitu
mengenai profilnya. suatu proses mengetahui profil
identitas nasabah dengan
• Wajib untuk Nasabah yang identifikasi dan verifikasi dokumen
tergolong risiko tinggi atau identitas nasabah
sebagai Politically Exposed
Persons (PEPs).

18
Siklus Customer Due Diligence

Pillar 1
Pillar 2 Pillar 3
Customer On- Pillar 4
Pemantauan Pemantauan
Boarding/ Pengkinian
Transaksi Nama
Pembukaan Data Nasabah
Nasabah Nasabah
Rekening

Mitigasi untuk Memastikan


Menilai Profil Identifikasi
berhubungan Data Nasabah
Risiko Transaksi
dengan sudah update
Nasabah Mencurigaka
undesirable untuk
(High/ n
parties (Teroris, kepentingan
Medium/ (Suspicious
terlibat profil risiko
Low) transactions)
TPPU,dll) Nasabah

19
Pengkinian Data Nasabah

Pengkinian Data adalah suatu proses pembaharuan atau updating data nasabah Kantor cabang
berdasarkan informasi dari nasabah yang dapat dipertanggungjawabkan atau berdasarkan underlying
document yang diserahkan oleh nasabah kepada Bank

Mengapa harus dilakukan Pengkinian Data Nasabah ?


 Untuk meningkatkan kualitas layanan Bank kepada nasabah sesuai informasi terkini data nasabah
Bank.
 Sebagai dasar analisa produk/jasa yang sesuai dengan kebutuhan nasabah Bank.
 Memenuhi ketentuan regulator mengenai pengkinian data nasabah sebagai wujud komitmen
menjadi Bank terbaik dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG).

20
Beneficial Owner (BO)
• Individual yang berhak atas dan/atau
menerima manfaat tertentu yang
berkaitan dengan rekening Nasabah
• Individual yang merupakan pemilik
sebenarnya dari dana dan/atau efek
yang ditempatkan pada Bank
• Individual yang dapat mengendalikan
transaksi Nasabah
• Individual yang memberikan kuasa
kepada nasabah untuk melakukan
transaksi
• Individual yang mengendalikan
korporasi atau perikatan lainnya
• Individual yang merupakan pengendali
akhir dari transaksi yang dilakukan
melalui badan hukum atau berdasarkan
suatu perjanjian.

21
High Risk Customer
Penyelenggara Negara (termasuk kategori PEP), diantaranya:
Presiden
Wakil Presiden
Pejabat tinggi pemerintahan, pimpinan dan anggota DPR / MPR pusat dan
daerah, menteri, sekretaris jenderal
Eksekutif Senior perusahaan negara, Direktur Badan Usaha Miliki Negara
(BUMN).
Pejabat eksekutif, Ketua dan pengurus partai politik.
Pejabat Kejaksaan Agung dan pejabat Kejaksaan Tinggi
Pejabat Departemen Kehakiman
Pejabat Mahkamah Agung
Pejabat Bank Indonesia
Pejabat Kepolisian dan ABRI
Pegawai negeri termasuk Lurah, Camat, Bupati
Hakim
Semua Kepala Kantor di Lingkungan Departemen Keuangan
Pengawas Bea dan Cukai
Auditor / BPK 22
High Risk Customer
Penyelenggara Negara

 Pejabat yang mengeluarkan Perijinan

 Pejabat / Kepala Unit Masyarakat

 Pejabat / Pembuat Regulasi

 Pemilik dan / perusahaan yang terlibat dalam produksi dan / atau distribusi peralatan militer.

 Anggota keluarga (pasangan, orang tua, saudara, anak, menantu, cucu) dari kategori-kategori di atas

 Perusahaan dan yayasan yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan institusi
tersebut diatas, yang dijalankan oleh stafnya, pengacara berprofil tinggi, pebisnis dan wiraswasta

 Orang-orang yang tinggal dan/atau mempunyai dana yang berasal dari negara-negara yang diidentifikasi
oleh sumber-sumber terpercaya memiliki standar anti pencucian uang yang tidak mencukupi atau mewakili
tindak pidana tingkat tinggi dan korupsi

 Siapapun orang yang tidak termasuk di atas namun karena posisinya yang tinggi di masyarakat,
pengaruhnya yang signifikan, status selebriti dan / atau kombinasi dari posisinya dapat menempatkan
bank dalam posisi berisiko harus masuk dalam kategori berisiko tinggi

23
High Risk Business

 Lembaga Keuangan Non Bank termasuk bisnis jasa keuangan seperti broker sekuritas dan dealer sekuritas,
jasa penarikan cheque, penukar dan dealer mata uang, pengeluar / penjual / pembeli travelers cheque,
pengiriman uang, kartu klub dan kasino
 Organisasi Non Pemerintah (NGO) seperti Yayasan Sosial
 Partai Politik;
 Dana Pensiun dan Usaha Pendanaan (Perusahaan);
 Bank dan perusahaan yang berlokasi di negara penghasil narkoba, NCCT atau tax haven countries;
 Kasino, tempat hiburan dan executive club;
 Jasa pengiriman uang;
 Jasa akuntan, pengacara dan notaris (Perusahaan/ Perorangan);
 Jasa surveyor dan agen real estate (Perusahaan);
 Pedagang logam mulia (Perusahaan/perorangan);
 Usaha barang-barang antik, dealer mobil, kapal serta penjual barang/barang mewah;
 Agen perjalanan;

24
Produk Beresiko Tinggi / High Risk Product
Produk bank sangat efektif untuk dipergunakan sebagai sarana untuk pencucian
uang dan pendanaan teroris, adapun produk yang termasuk berisiko tinggi antara
lain adalah:

● Transfer Dana (Wire Transfer)


● Hubungan dengan Bank Koresponden
● Electronic banking
● Private Banking
● Cash Intensive Businesses

25
Negara Beresiko Tinggi / High Risk Country
Bank harus melakukan evaluasi risiko terhadap pembukaan rekening untuk nasabah yang
berasal dari negara berisiko tinggi, yaitu:

 Albania  Nicaragua
 Barbados  Pakistan
 Botswana  Panama
 Burkina Faso  Philippines
 Cambodia  Senegal
 Cayman Islands  South Sudan
 Haiti  Syria
 Jamaica  Uganda
 Malta  Yemen
 Mauritius  Zimbabwe
 Morocco  Korea Utara
 Myanmar  Iran

26
Pelaporan Bank ke PPATK

Berdasarkan Ketentuan APU & PPT, Bank Wajib Menyampaikan 4 Jenis Pelaporan ke Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), yaitu diantaranya:

1. Laporan Transaksi Keuangan Tunai


(LTKT) atau Cash Transaction
Report (CTR);
2. Laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan (LTKM) atau
Suspicious Transaction Report
(STR);
3. Laporan Transaksi Keuangan
Transfer Dana dari dan ke Luar
Negeri (LTKL) atau international
funds transfer instructions (IFTI);
4. Laporan Sistem Informasi Pengguna
Jasa Terpadu (SIPESAT).

27
CTR dan STR

 Cash Transaction Report (CTR) adalah laporan mengenai transaksi keuangan yang dilakukan
secara tunai dalam jumlah kumulatif sebesar Rp. 500 juta atau lebih atau nilai yang setara, baik
dilakukan dalam satu kali transaksi maupun beberapa kali transaksi dalam satu hari kerja (14 hari
kerja sejak tanggal transaksi)

 Suspicious Transaction Report (STR) adalah transaksi yang menyimpang dari profil dan
karakteristik serta kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan, termasuk
transaksi keuangan oleh nasabah yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari
pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan/PJK
(3 hari kerja sejak diyakini / ditemukan transaksi keuangan mencurigakan).

28
UNSUR TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN
Sesuai Surat Edaran (SE) PPATK No. SE-03/1.02/PPATK/05/15

1. Transaksi yang menyimpang dari profil, karakteristik atau kebiasaan pola


transaksi pengguna Jasa yang bersangkutan;
2. Transaksi yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari
pelaporan Transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh PJK
sesuai dengan ketentuan UU TPPU;
3. Transaksi yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan
Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana;
4. Transaksi yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh PJK karena
melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana;
5. Transaksi pemutusan hubungan usaha dengan Pengguna Jasa karena
Pengguna Jasa menolak mematuhi prisip mengenali Pengguna Jasa atau
PJK meragukan kebenaran informasi dari Pengguna Jasa;
6. Transaksi keuangan dengan maksud untuk digunakan dan/atau yang
diketahui akan digunakan untuk melakukan tindak pidana terorisme;
7. Transaksi yang melibatkan setiap orang yang berdasarkan daftar terduga
teroris dan organisasi teroris
29
Anti Tipping Off

 Dewan Komisaris, Direksi, pengurus, dan/atau


pegawai Penyelenggara dilarang memberitahukan
kepada Pengguna Jasa atau pihak lain manapun, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dengan cara
apapun mengenai laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan yang sedang disusun atau telah
disampaikan kepada PPATK.

 Anti Tipping-Off Adalah larangan memberikan


keterangan pada pihak yang tidak berhak dengan
tujuan untuk mencegah pihak yang dilaporkan
(Nasabah) mengalihkan dananyadan/atau melarikan
diri untuk menjaga efektifitas penyelidikan dan
penyidikan tindak pidana pencucian uang.

30
SANKSI YANG DIBERIKAN APABILA BANK TIDAK MENJALANKAN APU PPT
Sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 23/POJK.01/2019

PJK yang terlambat menyampaikan laporan STR, CTR, LTKT, dan SIPESAT dikenai
sanksi administratif berupa denda yaitu kewajiban membayar sejumlah uang dengan
rincian sebagai berikut:

○ Denda sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari keterlambatan per
laporan dan paling banyak sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) bagi
PJK berupa bank umum, bank umum syariah, perusahaan efek, perusahaan
asuransi, perusahaan asuransi syariah, DPLK, perusahaan pembiayaan
infrastruktur, LPEI, dan manajer investasi; atau

○ Denda sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan
per laporan dan paling banyak sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) bagi
PJK berupa BPR, BPRS, perusahaan pembiayaan, perusahaan pialang
asuransi, perusahaan pergadaian, dan PMV.

31
SANKSI YANG DIBERIKAN APABILA BANK TIDAK MENJALANKAN APU PPT
Sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 23/POJK.01/2019 (lanjutan)

Selain pelanggaran atas keterlambatan penyampaian laporan, Bank juga dikenai sanksi
administratif:

○ berupa denda dalam bentuk kewajiban membayar sejumlah uang paling banyak
sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) bagi orang perseorangan dan
paling banyak sebesar Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) bagi
perusahaan.

○ peringatan atau teguran tertulis, penurunan dalam penilaian tingkat kesehatan


bank, pembatasan kegiatan usaha tertentu, dan pembekuan kegiatan usaha
tertentu.

○ pemberhentian pengurus Bank dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat


pengganti sementara sampai rapat umum pemegang saham atau rapat anggota
koperasi mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan OJK; dan/atau

○ pencantuman anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris, pegawai PJK,


pemegang saham dalam daftar orang tercela di sektor jasa keuangan.

32

Anda mungkin juga menyukai