1
Landasan Hukum
UU No.8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang.
UU No.9 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tidak Pidana Pendanaan
Terorisme.
POJK No. 23/POJK.01/2019 tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
No. 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme di Sektor Jasa Keuangan.
POJK No.12/POJK.01/2017 Tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.
2
Definisi APU PPT
3
Money Laundering Vs Terrorist Financing
Transaksi Biasanya dalam jumlah besar Tidak harus memerlukan dana yang
yang dihasilkan dari tindak besar
kejahatan
4
Money Laundering Vs Terrorist Financing
Money Laundering Terrorist Financing
Peraturan UU No.8/2010 Tentang Pencegahan UU TPPT No.9/2013 Tentang
dan pemberantasan Tindak Pidana Pencegahan dan Pemberantasan Tidak
Pencucian Uang (UU TPPU) Pidana Pendanaan Terorisme (UU
TPPT)
Sanksi Pidana 1. Pidana penjara paling lama 20 1. Pidana penjara paling lama 20 (Dua
(Dua Puluh) tahun Puluh) tahun
Pasal Pidana Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 8 Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8
5
Anti Pencucian Uang
6
Sumber Dana Pencucian Uang (Pasal 2 UU TPPU)
Korupsi,
Penyuapan,
Narkotika dan Psikotropika,
Penyelundupan tenaga Kerja,
Penyelundupan migran,
Perdagangan orang ,
Perdagangan senjata gelap,
Terorisme,
Penculikan,
Pencurian,
Penggelapan,
Penipuan,
Pemalsuan uang,
Perjudian,
Prostitusi,
7
Sumber Dana Pencucian Uang (Pasal 2 UU TPPU)
Dibidang Perbankan,
di bidang Pasar Modal,
di bidang Perasuransian,
kepabeanan,
cukai,
di bidang Perpajakan,
di bidang Kehutanan,
di bidang Lingkungan hidup,
di bidang Kelautan dan perikanan, atau
tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau
lebih,
yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau di luar
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut juga
merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia
8
Mekanisme Proses Pencucian Uang
9
SIKLUS MONEY LAUNDERING
10
Modus Pencucian Uang
Smurfing Structuring
• Yaitu transaksi yang dilakukan dengan • Yaitu mencampurkan dana hasil tindak
menggunakan identitas pihak ketiga dengan pidana dengan dana dari hasil kegiatan
tujuan menghindari terdeteksinya identitas usaha yang legal dengan tujuan untuk
dari pihak yang sebenarnya merupakan menghaburkan sumber asal dananya
pemilik dana hasil tindak pidana
11
Modus Pencucian Uang
• Yaitu upaya untuk mengaburkan asal usul • Yaitu transaksi yang dilakukan dengan
hasil kejahatan dengan memutarbalikan menggunakan identitas palsu sebagai upaya
transaksi untuk kemudian dikembalikan ke untuk mempersulit terlacaknya identitas dan
rekening asalnya. pendeteksian keberadaan pelaku pencucian
uang.
12
Pencegahan Pendanaan Terorisme
13
Contoh Kasus Terorisme
Bom Boston Marathon
● Peledakan Bom di Boston, Amerika Serikat pada tahun 2013 saat diadakan Lomba Marathon
● 2 Pelaku, 3 Korban tewas dan 260 korban cedera
14
Contoh Kasus Terorisme
● Pembunuhan massal satu keluarga di Desa Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah
pada tanggal 26 November 2020
● 4 korban tewas satu keluarga, 2 pelaku diduga Ali Kalora (Pemimpin MIT) dan Jaka Ramadan
● 3 rumah warga dibakar dan pengambilan logistik berupa beras
15
Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Prinsip KYC)
Prinsip Know Your Customer (KYC)
17
Pengertian Customer Due Dilligence
18
Siklus Customer Due Diligence
Pillar 1
Pillar 2 Pillar 3
Customer On- Pillar 4
Pemantauan Pemantauan
Boarding/ Pengkinian
Transaksi Nama
Pembukaan Data Nasabah
Nasabah Nasabah
Rekening
19
Pengkinian Data Nasabah
Pengkinian Data adalah suatu proses pembaharuan atau updating data nasabah Kantor cabang
berdasarkan informasi dari nasabah yang dapat dipertanggungjawabkan atau berdasarkan underlying
document yang diserahkan oleh nasabah kepada Bank
20
Beneficial Owner (BO)
• Individual yang berhak atas dan/atau
menerima manfaat tertentu yang
berkaitan dengan rekening Nasabah
• Individual yang merupakan pemilik
sebenarnya dari dana dan/atau efek
yang ditempatkan pada Bank
• Individual yang dapat mengendalikan
transaksi Nasabah
• Individual yang memberikan kuasa
kepada nasabah untuk melakukan
transaksi
• Individual yang mengendalikan
korporasi atau perikatan lainnya
• Individual yang merupakan pengendali
akhir dari transaksi yang dilakukan
melalui badan hukum atau berdasarkan
suatu perjanjian.
21
High Risk Customer
Penyelenggara Negara (termasuk kategori PEP), diantaranya:
Presiden
Wakil Presiden
Pejabat tinggi pemerintahan, pimpinan dan anggota DPR / MPR pusat dan
daerah, menteri, sekretaris jenderal
Eksekutif Senior perusahaan negara, Direktur Badan Usaha Miliki Negara
(BUMN).
Pejabat eksekutif, Ketua dan pengurus partai politik.
Pejabat Kejaksaan Agung dan pejabat Kejaksaan Tinggi
Pejabat Departemen Kehakiman
Pejabat Mahkamah Agung
Pejabat Bank Indonesia
Pejabat Kepolisian dan ABRI
Pegawai negeri termasuk Lurah, Camat, Bupati
Hakim
Semua Kepala Kantor di Lingkungan Departemen Keuangan
Pengawas Bea dan Cukai
Auditor / BPK 22
High Risk Customer
Penyelenggara Negara
Pemilik dan / perusahaan yang terlibat dalam produksi dan / atau distribusi peralatan militer.
Anggota keluarga (pasangan, orang tua, saudara, anak, menantu, cucu) dari kategori-kategori di atas
Perusahaan dan yayasan yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan institusi
tersebut diatas, yang dijalankan oleh stafnya, pengacara berprofil tinggi, pebisnis dan wiraswasta
Orang-orang yang tinggal dan/atau mempunyai dana yang berasal dari negara-negara yang diidentifikasi
oleh sumber-sumber terpercaya memiliki standar anti pencucian uang yang tidak mencukupi atau mewakili
tindak pidana tingkat tinggi dan korupsi
Siapapun orang yang tidak termasuk di atas namun karena posisinya yang tinggi di masyarakat,
pengaruhnya yang signifikan, status selebriti dan / atau kombinasi dari posisinya dapat menempatkan
bank dalam posisi berisiko harus masuk dalam kategori berisiko tinggi
23
High Risk Business
Lembaga Keuangan Non Bank termasuk bisnis jasa keuangan seperti broker sekuritas dan dealer sekuritas,
jasa penarikan cheque, penukar dan dealer mata uang, pengeluar / penjual / pembeli travelers cheque,
pengiriman uang, kartu klub dan kasino
Organisasi Non Pemerintah (NGO) seperti Yayasan Sosial
Partai Politik;
Dana Pensiun dan Usaha Pendanaan (Perusahaan);
Bank dan perusahaan yang berlokasi di negara penghasil narkoba, NCCT atau tax haven countries;
Kasino, tempat hiburan dan executive club;
Jasa pengiriman uang;
Jasa akuntan, pengacara dan notaris (Perusahaan/ Perorangan);
Jasa surveyor dan agen real estate (Perusahaan);
Pedagang logam mulia (Perusahaan/perorangan);
Usaha barang-barang antik, dealer mobil, kapal serta penjual barang/barang mewah;
Agen perjalanan;
24
Produk Beresiko Tinggi / High Risk Product
Produk bank sangat efektif untuk dipergunakan sebagai sarana untuk pencucian
uang dan pendanaan teroris, adapun produk yang termasuk berisiko tinggi antara
lain adalah:
25
Negara Beresiko Tinggi / High Risk Country
Bank harus melakukan evaluasi risiko terhadap pembukaan rekening untuk nasabah yang
berasal dari negara berisiko tinggi, yaitu:
Albania Nicaragua
Barbados Pakistan
Botswana Panama
Burkina Faso Philippines
Cambodia Senegal
Cayman Islands South Sudan
Haiti Syria
Jamaica Uganda
Malta Yemen
Mauritius Zimbabwe
Morocco Korea Utara
Myanmar Iran
26
Pelaporan Bank ke PPATK
Berdasarkan Ketentuan APU & PPT, Bank Wajib Menyampaikan 4 Jenis Pelaporan ke Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), yaitu diantaranya:
27
CTR dan STR
Cash Transaction Report (CTR) adalah laporan mengenai transaksi keuangan yang dilakukan
secara tunai dalam jumlah kumulatif sebesar Rp. 500 juta atau lebih atau nilai yang setara, baik
dilakukan dalam satu kali transaksi maupun beberapa kali transaksi dalam satu hari kerja (14 hari
kerja sejak tanggal transaksi)
Suspicious Transaction Report (STR) adalah transaksi yang menyimpang dari profil dan
karakteristik serta kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan, termasuk
transaksi keuangan oleh nasabah yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari
pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan/PJK
(3 hari kerja sejak diyakini / ditemukan transaksi keuangan mencurigakan).
28
UNSUR TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN
Sesuai Surat Edaran (SE) PPATK No. SE-03/1.02/PPATK/05/15
30
SANKSI YANG DIBERIKAN APABILA BANK TIDAK MENJALANKAN APU PPT
Sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 23/POJK.01/2019
PJK yang terlambat menyampaikan laporan STR, CTR, LTKT, dan SIPESAT dikenai
sanksi administratif berupa denda yaitu kewajiban membayar sejumlah uang dengan
rincian sebagai berikut:
○ Denda sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari keterlambatan per
laporan dan paling banyak sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) bagi
PJK berupa bank umum, bank umum syariah, perusahaan efek, perusahaan
asuransi, perusahaan asuransi syariah, DPLK, perusahaan pembiayaan
infrastruktur, LPEI, dan manajer investasi; atau
○ Denda sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) per hari keterlambatan
per laporan dan paling banyak sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) bagi
PJK berupa BPR, BPRS, perusahaan pembiayaan, perusahaan pialang
asuransi, perusahaan pergadaian, dan PMV.
31
SANKSI YANG DIBERIKAN APABILA BANK TIDAK MENJALANKAN APU PPT
Sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 23/POJK.01/2019 (lanjutan)
Selain pelanggaran atas keterlambatan penyampaian laporan, Bank juga dikenai sanksi
administratif:
○ berupa denda dalam bentuk kewajiban membayar sejumlah uang paling banyak
sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) bagi orang perseorangan dan
paling banyak sebesar Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah) bagi
perusahaan.
32