Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

Tahun Akademik : 2020/2021

Mata Kuliah : Tindak Pidana Pencucian Uang Hari/Tanggal :


Semester :V Waktu :
Prodi : STIH Kelas/Lokal :
Dosen Pengampu : Dr. Rudi Pardede, SH.,MH. Jumlah Mahasiswa :

SOAL UJIAN

1. Siapakah penyedia jasa keuangan dan penyedia barang dan jasa, jelaskan.
2. Kapan kewajiban pelaporan kepada PPATK yang dilakukan oleh penyedia jasa
keuangan dan penyedia barang dan jasa dalam transaksi apa, jelaskan.
3. Apa yang disebut dengan transaksi yang mencurigakan, jelaskan.
4. Jelaskan modus apa yang paling sering digunakan pelaku pencucian uang dan
mengapa modus itu yang digunakan.
5. Jelaskan apa saja sumber-sumber yang diduga sebagai asal tindak pidana
pencucian uang.
NAMA : RYAN SUDARGO
NIM : 1974201025
MK : TPPU
KELAS : C LOKAL A
SEMESTER : V
DOSEN : DR. RUDI PARDEDE, SH., MH.

=== JAWABAN UAS ===

1. Pengertian Penyedia Jasa Keuangan dan Penyedia Barang dan Jasa.

1) Berdasarkan UU No. 25/2003 tentang Perubahan Atas UU No. 15/2022 tentang TPPU.

Pasal 1 (5) :
Penyedia Jasa Keuangan adalah setiap orang yang menyediakan jasa di bidang keuangan atau
jasa lainnya yang terkait dengan keuangan termasuk tetapi tidak terbatas pada bank, lembaga
pembiayaan, perusahaan efek, pengelola reksa dana, kustodian, wali amanat, lembaga
penyimpanan dan penyelesaian, pedagang valuta asing, dana pensiun, perusahaan asuransi,
dan kantor pos.

2) Berdasarkan Perpres No. 80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah.

Bab 1 Pasal 1 (3) :


Penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan  yang kegiatan usahanya
menyediakan barang/layanan jasa.

2. Menurut ketentuan UU No. 25/2003 tentang Perubahan Atas UU No. 15/2022 tentang
TPPU Pasal 13 berikut kewajiban pelaporan oleh Penyedia Jasa Keuangan dan
Penyedia Barang dan Jasa.

(1) Penyedia Jasa Keuangan wajib menyampaikan laporan kepada PPATK sebagaimana
dimaksud dalam Bab V, untuk hal-hal sebagai berikut:
 Transaksi Keuangan Mencurigakan;
 Transaksi Keuangan yang Dilakukan Secara Tunai dalam jumlah kumulatif sebesar
Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau lebih atau mata uang asing yang
nilainya setara, baik dilakukan dalam satu kali transaksi maupun beberapa kali
transaksi dalam 1 (satu) hari kerja.

(1a) Perubahan besarnya jumlah Transaksi Keuangan yang Dilakukan Secara Tunai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan dengan Keputusan Kepala PPATK.
(2) Penyampaian laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dilakukan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Penyedia Jasa Keuangan
mengetahui adanya unsur Transaksi Keuangan Mencurigakan.

(3) Penyampaian laporan Transaksi Keuangan yang Dilakukan Secara Tunai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung
sejak tanggal transaksi dilakukan.

(4) Kewajiban pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak berlaku untuk
transaksi yang dikecualikan.

(5) Transaksi yang dikecualikan dari kewajiban pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) meliputi transaksi antarbank, transaksi dengan Pemerintah, transaksi dengan bank sentral,
pembayaran gaji, pensiun, dan transaksi lainnya yang ditetapkan oleh Kepala PPATK atau
atas permintaan Penyedia Jasa Keuangan yang disetujui oleh PPATK.

(6) Penyedia Jasa Keuangan wajib membuat dan menyimpan daftar transaksi yang
dikecualikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

(6a) Penyedia Jasa Keuangan dapat dikecualikan untuk tidak membuat dan menyimpan daftar
transaksi yang dikecualikan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) untuk jangka waktu 1 (satu)
tahun sejak pengecualian diberikan.

(7) Ketentuan mengenai bentuk, jenis, dan tata cara penyampaian laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala PPATK.”

3. Beedasarkan UU No. 25/2003 tentang Perubahan Atas UU No. 15/2022 tentang TPPU.

Pasal 1 (7) :
Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah :
 Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola
transaksi dari nasabah yang bersangkutan;
 Transaksi keuangan oleh nasabah yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk
menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh
Penyedia Jasa Keuangan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; atau
 Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta
Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana.

4. Modus yang sering digunakan Pelaku TPPU :


 Pelaku tindak pidana bersembunyi di dalam perusahan yang dikuasai oleh pelaku.
Misalnya, uang haram hasil korupsi dicampur di dalam rekening perusahaan yang
menyimpan uang dari sumber yang sah.
 Modus menyalahgunakan perusahaan orang lain yang sah, tanpa sepengetahuan
pemiliknya.
 Pelaku menggunakan identitas palsu. Sebagai contoh, menggunakan KTP palsu atau
atas nama orang lain, dengan tujuan menyembunyikan identitas pelaku.
 Pelaku memanfaatkan kemudahaan di negara lain. Misalnya, tax heaven country.
"Menyimpan uang di negara tax heaven supaya susah ditembus informasinya.
Biasanya sangat ketat kerahasian, dan pajaknya longgar," kata Yunus.
 Pelaku tindak pidana membeli aset tanpa nama. Misalnya uang, perhiasan, lukisan dan
benda-benda berharga lainnya.

5. Sumber-sumber asal Tindak Pidana Pencucian Uang dapat dan patut diduga berasal
dari Tindak Pidana lain seperti :
- Korupsi.
- Narkotika.
- Penyuapan.
- Penyelundupan Tenaga Kerja.
- Kejahatan lainnya.
Yang mana hasil Tindak Pidana Korupsi disamarkan dengan melakukan transaksi-transaksi,
Pembelian Aset, menyimpan di Bank, dll. Karena Tujuan Utamanya adalah untuk
menyamarkan atau menghilangkan asal-usul uang sehingga hasil akhirnya dapat dinikmati
atau digunakan secara aman.

=== SEKIAN & TERIMAKASIH ===

Anda mungkin juga menyukai