hasil
kejahatan(uang
panas)seperti
hasil
perjudian,penjualan
perbuatan
menyembunyikan
hasil
kejahatannya
(perjudian,
mafia
mendirikan
perusahaan
binatu(landromat),untuk
Nomor
Tahun
2010
tentang
Pencegahan
dan
istilah
yang
sudah
sangat
lazim
dipergunakan
sumber
ilegal,penyelundupan,dan
perolehan.Penjualan
kegiatan
kejahatan
Senjata
terorganisasi,
secara
Contohnya
kegiatan-kegiatan
lainnya
yang
merupakan
aktivitas
uang
yang
berasal
dari
kejahatan,dengan
maksud
untuk
orang
yang
menyimpan
uang
di
bank
atau
ditempat
lain,menstransfer,menitipkan,menghibahkan,memindahkan,mengivestasik
an,membayar dengan uang atau kertas bernilai uang yang diketahui atau
patut
diduga
diperoleh
dari
tindak
pidana
narkotika
atau
yang
tidak
tercantum
dalam
tidak
dapat
membuktikan
bahwa
hal
tersebut
di
luar
kemampuannya;atau
h. Dengan sengaja memberitahukan jenis dan/atau jumlah barang impor
dalam pemberitahuan pabean secara salah, dipidana karena melakukan
puluh
juta
rupiah)
dan
paling
banyak
Rp
(predicate crime), sudah cukup untuk memenuhi rumusan tindak pidana pencucian
uang.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa tindak pidana
pencucian uang merupakan tindak pidana ikutan (underlying crime) dari suatu
tindak pidana asal (predicate crime), sehingga keberadaan tindak pidana
pencucian uang tidak bisa dilepaskan dari tindak pidana asalnya. Tindak pidana
asal (predicate crime) adalah cikla bakal terjadinya tindak pidana pencucian uang .
Misalnya , dalam suatu tindak pidana peredarn narkotika( drug distribution), dari
hasil peredaran/penjualan narkotika tersebut , akan diperoleh uang atau harta
kekayaan sebagai hasil tindak pidana penjualan narkotika dimakdus ( criminal
proceeds) , yang kemudian dicuci dalam suatu transaksi keuangan atau
diinvestasikan dalam bisnis yang legal, sehingga uang hasil tindak pidana dari
peredaran narkotika yang semula adalah dirty money, kemudian menjadi clean
money.Dengan demikian telah terjadi tindak pidana pencucian uang. Dari
rangkaian kegiatan tersebut , dapat dilihat bahwa keberadaan tindak pidana
peredaran narkotika sebagai tindak pidana peencucian uang dimaksud. Kalau
tidak ada tindak pidana peredaran narkotika (predicate crime) tersebut, tidak akan
diperoleh uang atau harta kekayaan sebagai hasil tindak pidana (criminal
proceeds). Kalau tidak ada diperoleh uang sebagai hasil tindak pidana, maka tidak
ada pula uang yang dicuci dalam transaksi keuangan atau diinvestasikan dalam
suatu bisnis yang legal. Kalau sudah demikian , maka tidak akan ada tindak
pidana pencucian uang dimaksud. Sehingga kedudukan tindak pidana asal
(predicate crime) sangat penting dan merupakan causa (sebab) yang adequaat
untuk terjadinya akibat berupa tindak pidana pencucian uang dari hasil tindak
pidana asal ( predicate crime) yang bersangkutan. Tindak pidana asal (predicate
crime) tetap dapat terjadi meski pun tidak diikuti oleh tindak pidana pencucian
uang , akan tetapi tindal pidana pencucian uang tidak akan terjadi jika tidak
didahului oleh suatu tindak pidana asal (predicate crime).
Namun , seperti telah diuraikan di atas, bahwa undang-undang tentang
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di Indonesia , yaitu
Undang undang Nomor 8 Tahun 2010 maupun Undang-undang yang berlaku
sebelumnya, yaitu Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 yang telah diubah
dengan undang-undang Nomor 25 Tahun 22003 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang, merumuskan tindak pidan pencucian uang sudah cukup terjadi dengan
diketahuinya atau patut diduganya saja harta kekayaan yang menjadi obyek
tindak pidana pencucian uang adalah merupakan hasil tindak pidana asal
(predicate crime). Dengan rumusan tindak pidana asal (predicate crime) seperti itu
, maka tindak pidana asal (predicate crime) tidak benar-benar harus ada, cukup
dengan patut diduga saja bahwa sebelumnya telah terjadi tindak pidana asal
(predicate crime) yang menghasilkan harta kekayaan yang kemudian dicuci, maka
tindak pidana pencucian telah terbukti terjadi. Tindak pidana asal (predicate
crime) tidak benar-benar harus menjadi causa(sebab) terjadinya tindak pidana
pencucian uang. Predicate crime boleh ada atau boleh juga tidak ada , cukup patut
diduga saja kebenarannya.
Sehingga, tindak pidana asal (predicate crime) adalah merupakan syarat
untuk terjadinya suatu tindak pidana pencucian uang menurut undang-undang
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di Indonesia.
Namun bukan merupakan syarat mutlak. Kalau tindak pidana asal (predicate
telah terbukti itu ? Menurut hemat I Made Hendra, putusan pengadilan yang
menyatakan telah terbukti tindak pidana pencucian uang dimaksud , dapat
dalam pasal 3 dan pasal 4 Tahun 2010 itu, yaitu dengan mengubah frasa : ...atas
harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganyamerupakan hasil tindak
pidana ... dst. menjadi : ... atas harta kekayaan yang diketahuinya merupakan
hasil tindak pidana ... dst Jadi , kata-kata patut diduganya dihilangkan saja.
Dengan demikian , rumusan tersebut akan lebih menjamin adanya kepastian
dalam penegakan hukum, bahwa tindak pidana pencucian uang tidak didasarkan
atas adanya dugaan, melainkan didasarkan pada pengetahuan pelaku bahwa harta
kekayaan yang dijadikan obyek pencucian uang adalah hasil tindak pidana dari
suatu tindak pidana asal (predicate crime).
3. Maksud dan Tujuab Pencucian Uang (Money Laundering)
Yang melatarbelakangi para pelaku pencucian uang melakukan aksinya
adalah dengan maksud memindahkan atau menjauhkan para pelaku itu dari
kejahatan yang menghasilkan proceeds of crime, memisahkan proceeds of crime
dari kejahatan yang dilakukan , menikmati hasil kejahatan tanpa adanya
kecurigaan kepada pelakunya, serta melakukan reinvestasi hasil kejahatan untuk
aksi kejahatan selanjutnya atau ke dalam bisnis yang sah. Kejahatan money
Laundering bertujuan untuk melindungi atau menutupi aktivitas kriminal yang
menjadi sumber dana atau uang yang akan dibersihkan.
Tujuan utama dilakukannya tindak pidana pencucian uang (money
laundering) ini adalah untuk menghasilkan keuntungan , baik bagi individu
maupun kelompok yang melakukan kejahatan tersebut. Menurut suatu perkiraan
baru-baru ini, hasil dari kegiatan money laundering di seluruh dunia, dalam
perhitungan secara kasar , berjumlah satu triliun dolar setiap tahun. Dana-dana
gelap tersebut akan digunakan oleh pelaku untuk membiayai kegiatan kejahatan
selanjutnya. Selain itu , Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan bahwa
jumlah keseluruhan money laundering di dunia diperkirakan antara dua sampai
dengan lima persen produk domestik bruto dunia. Apabila menggunakan statistik
tahun 1996, persentase tersebut menunjukkan bahwa money laundering berkisar
antara 590 miliar US Dolar sampai dengan 1,5 triliun US dolar. Angka terendah ,
kira-kira setara dengan nilai keseluruhan produk ekonomi Spanyol. Selain itu,
berkisar perkiraan Financial Action Task Force On Money Laundering (FATF)
bahwa setiap tahun di Eropa dan Amerika Utara berkisar antara 60 hingga 80
miliar dolar telah terjadi pencucian dalam sistem keuangan.
4. Mekanisme / Tahap-tahap Pencucian Uang ( Money Laundering)
Kegiatan Pencucian Uang (money laundering) melibatkan aktivitas yang
sangat kompleks. Pada dasarnya kegiatan tersebut terdiri dari tiga langkah yang
masing-masing berdiri sendiri tetapi seringkali dilakukan secara bersama-sama
yaitu placement,layering. Dan tahap integration.
Placement diartikan sebagai upaya untuk menempatkan dana yang
dihasilkan dari suatu aktivitas kejahatan. Dalam hal ini terdapat pergerakan fisik
dari uang tunai baik melalui penyelundupan uang tunai dari satu negara ke negara
lain, menggabungkan antara uang tunai yang berasal dari kejahatan dengan uang
yang diperoleh dari hasil kegiatan yang sah atau pencucian uang dengan
melakukan penempatan uang giral ke dalam sistem perbankan misalnya, deposito
bank, cek atau melalui real estate atau saham-saham atau juga mengkonversikan
ke dalam mata uang lainnya atau transfer ke dalam valuta asing.
Pertama , masyarakat harus sangat waspada jika terjadi pengalihan dana dari
rekening giro instansi pemerintah ke rekening tabungan atas nama pribadi pejabat.
Kedua,pihak bank khususnya juga harus teliti karena maraknya penggunaan
identitas palsu untuk membuka rekening yang akan dipergunakanj sebagai sarana
penipuan.
Selain itu, ketiga, pengawasan bank juga harus ditingkatkan pada rekening pejabat
pemerintah beserta seluruh anggota keluarganya yang rentan sebagai sasaran
penyuapan.
Keempat , uang suap juga sering diberikan dalam bentuk barang.Walaupun barang
tersebut dibeli atas nama si pejabat tapi sumber biayanya mungkin datang dari
pihak lain.
Kelima , pembukaan beberapa rekening atas nama orang lain juga merupakan
modus operandi yang biasa dilakukan pelaku ilegal loging untuk menutupi
identitasnya.
Keenam, jasa asuransi pun mulai sering digunakan sebagai modus
operandi Pencucian Uang. Biasanya pelaku akan membeli polis
asuransi jiwa dengan premi tinggi yang langsung dibayarkan pada
saat penutupan polis tersebut. Selang beberapa waktu, polis akan
dibatalkan, dan premi yang dibayarkan akan dikembalikan
walaupun dikurangi denda.
berhubungan
dengan
dokumen
yang
pembayaran,
atau
hibah,sumbangan,
menggunakan
Harta
penitipan,
Kekayaan
yang
Korporasi
Pencabutan izin usaha;
Pembubaran dan/atau pelarangan Korporasi
Perampasan aset Korporasi untuk negara, dan/atau
Pengambilan Korporasi oleh negara
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
tidak
Personil
Pengendali
Korporasi
dengan
10
Undang-undangNomorTahun
2010
tentangPencegahandanPemberantasanTindakPidanaPemberantasanTindakPidanaP
encucianUangmenyebutkanbahwa :
SetiapOrang
yang
berada
di
dalamatau
di
luarwilayah
Negara
mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan,
membayarkan,
menghibahkan,
atau
menguasai
penempatan
pentransferan,
pembayaran,
merupakan hasil tindak pidana sebagai mana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1). Hal
ini pun dianggap sama dengan melakukan pencucian uang.
Pelaku tindak pidana pencucian uang( money loundry) adalah setiap
orang, bisa orang perseorangan atau koorporasi , yaitu kumpulan orang dan/atau
kekayaan yang ter organisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan
hukum. Hal tersebut dapat dilihat antara lain dari ketentuan Pasal 1 angka
9,3,4,5,10 UU No. 8 Tahun 2010.
Tindak pencucian uang sebagimana ditentukan dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 dapat digambarkan sebagi berikut :
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
Tindak pidana pencucian uang (money laundering) tersebut termasuk
dalam kualifikasi tindak pidana khusus, bukan tindak pidana umum. Tindak
pidana umum adalah suatu tindak pidana yang diatu dalam KUHP dan merupakan
perbuatan-perbuatan yang bersifat umum, dimana sumber hukumnya bermuara
pada KUHP sebagai sumber hukum pidana formilnya, selain itu sistem peradilan
dalam penegakannya bersifat konvensional artinya polisi penyelidik dan
penyidik , jaksa selaku penuntut umum, dan hakimnya adalah hakim dilingkungan
peradilan umum dan berlaku bagi seluruh tindak pidana yang dilakukan oleh
seluruh warga negara umumnya. Sedangkan tindak pidana khusu adalah suatu
tindak pidana yang diatur dalam undang-undang tertentu/khusus , yang dalam
undang-undang tersebut dimuat selain hukum pidana materiel juga dimuat hukum
pidana
formilnya(sistem
beracaranya),
dimana
terdapat
penyimpangan-
SISTEM
PEMBUKTIAN
TERBALIK
SEBAGAIMANA
itu sendiri adalah istilah yang merefleksikan bentuk kejahatn ini. Hasil kejahatan
merupakan darah yang menghidupi para pelaku yang harus disita oleh negara agar
kejahatn tersebut tidak berkembang. Disamping itu, hasil kejahatan ini berperan
sebagi mata rantai yang paling lemah dalam suatu rangkaian tindak pidana.
Perubahan
cara
pandang
terhadap
kejahatan
ini
mengahasilkan
masing-masing
dalam
masyarakat
kejahatan
internasional
yang
terorganisir. Dalam hal ini , praktek pencucian uang adalah contoh sempurna,
dimana praktek pencucian uang telah menjadi begitu meluas pada kelompok
kejahatan terorganisir yang hampir tidak mungkin untuk berhenti melakukan
kejahatan, terutama dengan adanya internet. Internet bahkan membuat semakin
sulinya untuk mencari tahu siapa di belakang layar. Memang hukum dapat
diteakkan, karyawan lembaga keuangan dapat lebih waspada dan pemerintah bisa
tidak telalu korup, akan tetapai para kriminal tidak akan pernah berubah.
Pembahasan tentang perkembangan pencucian uang tidk hanya dari aspek
yuridis namun juga akan dibahas dari aspek kriminologis. Meluasnya fenomena
pencucian uang, sebagian besar di dorong oleh perdagangan narkoba,
mencerminkan perkembangan prilaku kriminal dari individu atau kriminal lokal
serta kejahatan terorganisir, yang sering dipraktekkan pada skala internasional.
Perkembangan ini bukanlah penyimpangan anomali, tetapi hanya sisi gelap dari
pembangunan ekonomidan kehidupan sosial modern. Pelaku kejahatan pencucian
uang telah belajar untuk memanfaatkan pasar global, ekonomi bebas dan
kurangnya harmonisasi antara kebijakan nasional pencegahan dan kebijakan
pengendalian anti pencucian uang.
Selanjutnya
terdapat
hubungan
antara
kecendrungan
dalam
pasar
yang
mengambil
gagasan
untuk
menyusun
perangkat
hukum
uang dapat dikatakan sebagai langkah maju dengan strategi yang tidak lagi
difokuskan pada kejahatan obat biusnya dan menangkap pealkunya, tetapi
diarahkan pada upaya memberangus hasil kejahatannya.
Dengan demikian , lahirnya United Nations Convention Against Illicit
Traffic in Narcotic drugs and Psychotropic Substances 1988( Vienna Convention
1988), dipandang sebagai tonggak sejarah dan titik puncak dari perhatian
masyarakat internasional untuk menetapkan rezim hukum internasional anti
pencucian uang. Pada pokoknya, rezim ini dibentuk untuk memerangi drug
trafficking yang sudah mencapai titik nadir dan mendorong agar semua negara
yang telah meratifikasi segera melakukan kriminalisasi atas kegiatan pencucian
uang.
Di samping itu Vienna Convention 1988 juga berupaya untuk mengatur
infrastruktur yang mencakup persoalan hubungan internasional, penetapan normanorma, peraturan dan prosedur yang disepakati dalam rangka menyusun regulasi
anti pencucian uang.
Sebelum Vienna Convention 1988, berbagai instrumen telah dikeluarkan
sejak tahun 1912. Upaya internasional diawali dengan disahkannya International
Optium Convention of 1912. Pada saat itu perhatian masyarakat ditujukan kepada
upaya memerangi peredaran dan penggunaan optium di Amerika Serikat dan
negara-negara Eropa Barat.
Langkah internasional ini kemudian dilanjutkan dengan dikeluarkannya
berbagai instrumen internasional yaitu Suppresion of the Manufacture of
International Trade in and use of, prepared opium, Geneva 11 February 1925 dan
International
Opium
Convention
19
February
1925,yang
keduanya
diselenggarakan oleh Liga Bangsa Bangsa. Oleh karena dirasakan belum optimal
untuk memberantas opium maka dilanjutkan dengan berbagai konveksi yaitu
Convention of 1931 Suppression of Smoking , dan Convention for the Suppress of
the Illicit Traffic in Dangerous Drugs of 1946.
Suatu konveksi yang dikenal dengan Single Convention Narcotics Drugs
1961 dikeluarkan pada tahun 1961. Konveksi ini dianggap paling bersifat
universal dalam pengawasan obat bius yang meliputi perjanjian multilateral
dengan
sejumlah
besar
negara-negara
anggota
PBB.
Konvensi
1961
Substances
tahun
1988
merupakan
titik
puncak
untuk
Legal
Regime,yang
dalam
mencegah
dimanfaatkannya
bank
oleh
para
pelaku
Pemberian Kredit Valas oleh Bank Peraturan Bank Indonesia No. 2/23/PBI/2000
tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fil and Proper Test) G-7
Counteries terdiri dari negara-negara Amerika Serikat, Jerman, Italia, Jepang,
Prancis,Inggris,dan Kanada.
Pada tahun 2001, pasca tragedi WTC,FATF memperluas misinya dalam
mencegah dan memberantas pendanaan terorisme. FATF berjumlah 31 negara dan
teritori , ditambah 2 organisasi regional. FATF melakukan kerjasama dengan
beberapa badan dan organisasi internasional antara lain ADB (Asian Development
Bank), IMF( Iternational Monet ary Fund), Interpol ,IOSCO(International
Organization of Securities Commission), serta APG(Asia Pasific Group on Money
Laundering), dan Councilof Europe MONEYVAL. Adapun tiga fungsi utama dari
FATF adalah :
1. Memonitor kemajuan yang dicapai para anggota FATF dalam melaksanakan
langkah-langkah pemberantasan money laundering;
2. Melakukan kajian mengenai money laundering trends, techniques dan
counter,measures,dan
3. Mempromosikan pengadopsian dan pelaksanaan standar anti pencucian uang
kepada masyarakat internasional.
FATF pada tahun 1990 untuk pertama kalinya mengeluarkan 40
recommendations sebagai suatu kerangka yang komprehensif untuk memerangi
kejahatan money laundering.
Sebagai reaksi dari tragedi WTC atau yang dikenal dengan peristiwa 11
September 2001, pada bulan Desember 2001, FATF mengeluarkan 8 Special
dengan peran serta aktif dan kerjasama yang erat dan terus menerus antara negaranegara di dunia ini melalui kerja sama internasional. Dalam pelaksanaannya hal
itu dilakukan dengan membentuk berbagai organisasi atau kelompok kerja sama.
Yang pertama-tama melakukan kerja sama secara internasional adalah bankbank sentral yang membentuk Basel Committe. Negara-negara atau pemerintahpemerintah juga melakukan kerja sama baik secara global maupun regional.
Wujud dari kerja sama global itu adalah dengan membentuk Financial Action Task
Forcean Money Laundering (FATF) oleh G-7 di Paris pada bullan Juli 1989.
Tujuannya adalah untuk memberantas pencucian uang. FATF saat ini
beranggotakan 29 Negara/teritorial , serta 2 organisasi regional yaitu the European
Commission dan the Gulf Cooperation Council yang mewakili pusat-pusat
keuangan utama di Amerika, Eropa dan Asia.
Salah satu dari FATF adalah menetapkan kebijakan dan langkah yang
diperlukan
dalam
bentuk
rekomendasi
tindakan
untuk
mencegah
dan
implementasi yang efektif dan kapatuhan terhadap nineteen CAFTF and forty
FATF Recommendation.
Untuk wilayah Asia Pasifik dalam upaya melawan kegiatan tindak pidana
pencucian uang, maka tahun 1997, negara-negara di wilayah Asia dan Pasifik
membentuk The Asia /Pasifik Group on Money Laundering (APG)