1. a. Apabila kita mengacu pada pengertian tindak pidana korupsi berdasarkan UU
No.31 Tahun 1999 Jo UU No.20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka unsur-unsur dari tindak pidana korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi yang berakibat merugikan negara atau perekonomian negara. b. Kasus korupsi yang cukup familiar bagi saya adalah kasus korupsi E-KTP oleh Setya Novanto. Mantan Ketua DPR Setya Novanto terbukti mengintervensi proses penganggaran serta pengadaan barang dan jasa dalam proyek e-KTP. Novanto pun divonis hukuman pidana penjara selama 15 tahun dan denda Rp 500 juta subsider 3 bulan kurungan. Novanto menurut majelis hakim terbukti menyalahgunakan jabatan dan kedudukannya sebagai anggota DPR serta ketua Fraksi Golkar. Novanto melakukan pembicaraan dan pembahasan terkait penganggaran e-KTP. Novanto memperkenalkan pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong dengan pihak-pihak tertentu di DPR untuk mempermudah proses anggaran e-KTP. Dari jasa mengurus pembahasan anggaran, Novanto menerima duit total USD 7,3 juta. Duit ini terdiri dari sejumlah USD 3,5 juta yang diberikan melalui Irvanto Hendra Pambudi Cahyo serta sejumlah USD 1,8 juta dan USD 2 juta yang diberikan melalui perusahaan Made Oka Masagung. Selain itu, Novanto juga diyakini hakim menerima 1 jam tangan merek Richard Mille seharga USD 135 ribu. Hakim menyebut uang USD 7,3 juta tersebut ditujukan untuk Novanto meskipun secara fisik uang itu tidak diterima Novanto. 2. Penjelasan Pasal 23 Ayat (1) Huruf a UU 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang menerangkan bahwa, Pada dasarnya, Transaksi Keuangan Mencurigakan diawali dari Transaksi antara lain: tidak memiliki tujuan ekonomis dan bisnis yang jelas; menggunakan uang tunai dalam jumlah yang relatif besar dan/atau dilakukan secara berulang-ulang di luar kewajaran; atau aktivitas Transaksi nasabah di luar kebiasaan dan kewajaran. Sejatinya menurut saya tidak ada cara yang betul-betuk absolut untuk menghindarkan diri dari tindak pidana pencucian uang. Upaya pencegahan yang paling maksimal bisa diupayakan adalah mengetahui latar belakang dari pihak-pihak yang terlibat dengan transaksi yang akan kita lakukan. Dalam konteks perusahaan jasa seperti bank pihak bank atau perusahaan jasa keuangan lain harus mengenali para nasabah, agar bank atau perusahaan jasa keuangan lain tidak terjerat dalam kejahatan pencucian uang. Prinsip Mengenal Nasabah ini merupakan rekomendasi FATF, yang merupakan prinsip kelima belas dari dua puluh lima Prinsip Dasar Pengawasan Perbankan dan Efektif Komite Basel (Core Principles for Effective Banking Supervision). Pengenalan terhadap nasabah harus dilakukan mulai dari identitas nasabah, prosedur penerimaan nasabah, pemantauan nasabah secara berkesinambungan, dan kemudian pelaporan kepada pihak yang yang berwenang. 3. a. Menurut saya langkah pencegahan terhadap korupsi, kolusi dan nepotisme yang terbaik adalah memegang prinsip transparansi dan akuntabilitas. Pengelolaan dana publik ataupun kewenangan yang lahir oleh karena bernegara harus dipertanggungjawabkan kepada publik. b. Menurut saya sistem pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme secara de jure memang ada, tetapi lain hal kalau kita berbicara mengenai efektivitasnya. Pasca perubahan UU KPK, saya melihat memang Kejaksaan lebih pro aktif menangani kasus korupsi ketimbang sebelumnya. Namun, memang harus diperhatikan karena bagaimana pun, proses pendirian KPK lahir dari proses politik yang terjadi karena kurangnya kepercayaan masyarakat atas integritas Kejaksaan dan Kepolisian untuk penanganan korupsi, kolusi dan nepotisme.