Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, kejahatan pun

semakin berkembang. Salah satu kejahatan ialah kejahatan yang bermotif

ekonomi atau kejahatan di bidang ekonomi atau yang lebih dikenal dengan

tindak pidana ekonomi. Tindak pidana ekonomi adalah tindakan melanggar

hukum yang dilakukan karena atau untuk motif-motif ekonomi yang memiliki

unsur suatu perbuatan melawan hukum yang diancam dengan sankis pidana

yang dilakukan oleh seseorang, korporasi di dalam pekerjaannya yang sah, atau

di dalam pencarian atau usahanya di bidang industri atau perdagangan, dan

bertujuan untuk memperoleh uang atau kekayaan, menghindari pembayaran

uang atau menghindari kehilangan atau kerugian kekayaan, dan memperoleh

keuntungan bisnis atau keuntungan pribadi.

Perbankan merupakan salah satu pilar pembangun ekonomi di

Indonesia yang paling mempunyai fungsi utama sebagai penghimpun dan

penyalur dana masyarakat yang diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 10

tahun 1998 tentang perbankan. Di dalam sistem hukum Indonesia, segala

bentuk praktek perbankan berdasarkan kepada prinsip-prinsip yang terkandung

dalam ideologi negara Indonesia yakni Pancasila dan tujuan negara Indonesia

dalam Undang-Undang Dasar 1945. Beberapa tahun belakangan ini, kasus-

kasus mengenai tindak pidana perbankan semakin marak terjadi dan terungkap

menjadi berita bagi masyarakat luas, dengan modus-modus tindak pidana yang

1
2

beragam. Hal ini sungguh membuat khalayak merasa miris dan prihatin

lantaran di saat hidup dirasakan sangat sulit, banyak orang yang mencari jalan

instan dengan memanfaatkan jabatan atau melalui kolusi dengan oknum

karyawan atau pegawai bank. Uang rakyat dengan gampangnya dirampok

dalam jumlah yang besar.

Dengan maraknya kejahatan perbankan, dapat dipastikan tidak sedikit

jumlah korban potensial maupun korban nyata yang terkena dampaknya. Bank,

sebagai sebuah badan hukum atau korporasi, tidak hanya memberikan dampak

positif bagi perekonomian negara. Namun dalam perkembangannya, bank

semakin menunjukkan sisi negatif, baik merupakan hasil perbuatan orang

dalam bank maupun orang-orang yang berkaitan erat dengan bank, yang

merugikan tidak hanya masyarakat luas tetapi juga ketidakstabilan

perekonomian negara serta memperburuk citra industry perbankan dan

penegakan hukum di Indonesia. Pada dasarnya, korporasi menjalankan

usahanya demi mendapatkan modal balik dan meraup keuntungan, namun

dalam prosesnya untuk mencapai tujuan tersebut acap kali korporasi

melakukan tindakan-tindakan yang merugikan khalayak umum.

Dalam kaitannya dengan tindak pidana perbankan yang dilakukan oleh

orang dalam bank (crimes against the bank) perlu mendapat perhatian khusus.

Kejahatan “orang dalam” sangat erat kaitannya dengan dominasi terhadap

kebijakan dan administrasi oleh seorang atau beberapa orang eksternal

(regulator). Di samping itu, berbagai ketentuan yang berlaku menyebabkan

bank sering mengambil riskiko yang berlebihan, yang menyebabkan turunnya


3

tingkat pengawasan internal, sehingga kegagalan bank yang disebabkan oleh

penipuan oleh orang dalam menjadi lebih tinggi.

B. Rumusan Masalah

Apa sajakah bentuk pelanggaran hukum di perbankan dalam segi

ekonomi?

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui bentuk pelanggaran hukum di perbankan dalam segi

ekonomi.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Bank

Definisi Bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak.

Sedangkan menurut Hasibuan (2005:2), pengertian bank adalah badan

usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial

assets) serta bermotif profit juga social, jadi bukan hanya mencari keuntungan

saja.

Selain itu Kasmir (2008:2) berpendapat bahwa bank merupakan

lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan kemudian menyalurkan kembali ke masyarkat, serta

memberikan jasa-jasa bank lainnya.

Berdasarkan ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bank

adalah usaha yang berbentuk lembaga keuangan yang menghimpun dana dari

masyarakat yang memiliki kelebihan dana (surplus of fund) dan

menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana (lack of

fund), serta memberikan jasa-jasa bank lainnya untuk motif profit juga social

demi meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

4
5

B. Pengertian tindak pidana perbankan

Tindak pidana perbankan adalah pelanggaran terhadap ketentuan

perbankan yang diatur dan diancam dengan pidana berdasarkan undang-

undang perbankan (Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah

diubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentan Perbankan) dan

undang-undang lainnya yang mengatur atau berhubungan dengan perbankan

(misalnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953 tentang Penetapan Undang-

Undang Pokok Bank Indonesia, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia menjadi undang-undang, Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2009 tentang Bank Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

tentang Otoritas Jasa Keuangan, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah, dan lain sebagainya).

Adapun yang dimaksud dengan tindak pidana di bidang perbankan

adalah perbuatan-perbuatan yang berhubungan dengan kegiatan dalam

menjalankan usaha pokok bank, perbuatan mana dapat dipidana berdasarkan

ketentuan pidana di luar undang-undang perbankan atau undang-undang yang

berkaitan dengan perbankan .

Ada pula yang mendefinisikan secara popular, bahwa tindak pidana

perbankan adalah tindak pidana yang menjadikan bank sebagai sarana (crimes

through the bank) dan sarana tindak pidana itu (crimes against the bank).
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pelanggaran Hukum Perbankan dari sisi Ekonomi


Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa kejahatan perbankan

merupakan salah satu bentuk dari kejahatan ekonomi. Kejahatan ekonomi

sering dilakukan dengan menggunakan bank sebagai sasaran dan sarana

kegiatan. Perbankan sebagai lembaga yang dijalankan atas dasar kepercayaan

yang diberi oleh masyarakat untuk penyimpanan dana dapat dengan mudah

digoyang praktek-praktek kejahatan ekonomi. Unsur-unsur Tindak Pidana

Ekonomi, menurut Conklin:

a) Suatu perbuatan melawan hukum yang diancam dengan sanksi pidana.

b) Dilakukan oleh perorangan atau korporasi di dalam pekerjannya yang sah

atau dalam usahanya di bidang industri atau perdagangan.\

c) Tujuan : memperoleh uang, kekayaan, menghindari pembayaran uang/

menghindari kekayaan/ kerugian/keuntungan bisnis atau keuntungan

pribadi.

1. Bentuk Pelanggaran

a) Pelanggaran atau penghindaran pajak

b) Penipuan atau kecurangan di bidang perkreditan (credit fraud)

c) Penggelapan dana masyarakat, penyalahgunaan dana masyarakat

d) Pelanggaran terhadap aturan keuangan

e) Spekulasi dan penipuan transaksi tanah

f) Delik-delik lingkungan

g) Menaikkan harga serta melebihkan harga faktur

6
7

h) Ekploitasi tenaga kerja

i) Penipuan konsumen

2. White Collar Crime

Akan tetapi ada jenis kejahatan yang dilakukan dengan cara-cara

halus dan “pintar” yang biasanya dilakukan oleh orang pintar,

berpendidikan tinggi, atau dipandang terhormat dalam masyarakat yang

sering disebut dengan istilah White Collar Crime atau dalam bahasa

Indonesia adalah kejahatan kerah putih atau kejahatan berdasi. Tindak

Pidana di Bidang Perbankan pula merupakan White Collar Crime. White

Collar Crime adalah suatu tindakan kriminal yang melanggar hukum yang

dilakukan oleh orang yang berasal dari golongan sosial ekonomi yang

tinggi kepada hgolongan sosial yang lebih rendah.(Sutherland : 1949).

White Collar Crime dapat dikelompokkan dalam:

a) Kejahatan yang dilakukan oleh kalangan profesi dalam melakukan

pekerjaannya, seperti advocat, akuntan, dan dokter.

b) Kejahatan yang dilakukan oleh pemerintah atau aparatnya, seperti

korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan pelanggaran hak warga

negara.

3. Identifikasi White Collar Crime

a) Penyamaran atau sifat tersembunyi maksud dan tujuan kejahatan.

b) Kayakinan si pelaku terhadap kebodohan, dan kesembronoan si

korban, kurang keahlian, kurang pengetahuan, dan keteledoran

korban.
8

c) Penyembunyian pelanggaran.

4. Faktor-Faktor dan Tipologi Kejahatan Perbankan

Adapun faktor-faktor yang mendorong sehingga terjadinya White

Collar Crime, dilihat dari sisi si pelaku karena yakin sering terjadi

kekurangan hati-hatian pada pelaksanaan administrasi bank, sedangkan

dilihat dari kondisi perbankan karena bank sering menutupi bila terjadi

tindak kejahatan untuk menjaga kepercayaan masyarakat, maraknya

kolusi, dan lain-lain.

Adapula Tipologi Kejahatan Perbankan, seperti:

a) Penipuan/kecurangan di bidang perkreditan (credit fraud)

b) Penggelapan dana masyarakat (embezzlement of public fraud)

c) Penyelewengan/penyalahgunaan dana masyarakat (misapropriation of

public funds)

d) Pencucian uang (money laundering)

5. Pengenaan Tindak Pidana

a) Umumnya mengacu ke Pasal 10 KUHP “Pidana Pokok dan Pidana

Tambahan (penjara, kurungan, denda, pencabutan hak-hak tertentu,

perampasan barang-barang tertenru, pengumuman putusan hakim)”

b) Sanksi Administratif oleh Bank Indonesia : denda, teguran, penurunan

tingkat kesehatan, larangan ikut kliring, pembekuan kegiatan usaha,

dan pencabuatan izin usaha. Sanksi administratif tidak dapat

mengurangi ketentuan ancaman pidana.


BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Tindak Pidana Perbankan adalah pelanggaran terhadap ketentuan

perbankan yang diatur dan diancam dengan pidana berdasarkan undang-

undang perbankan (Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah

diubah oleh Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan) dan

undang-undang lainnya yang mengatur atau berhubungan dengan perbankan

(misalnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953 tentang Penetapan Undang-

Undang pokok Bank Indonesia.

B. Saran

Untuk menggerakan aktivis ekonomi diperlukan lembaga keuangan

seperti Perbankan bahkan dengan menjalankan lembaga keuangan di

Perbankan terdapat peraturan-peraturan yang telah di buat akan tetapi

peraturan-peraturan tersebut tetap dilanggar, jadi dibutuhkannya peraturan

hukum dan penegak hukum yang kuat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Imaniyanti, Neni Sri. 2010. Pengantar Hukum Perbankan di Indonesia. Penerbit :

Refika Aditama.

https://kuliahade.wordpress.com/2010/06/27/hukum-perbankan-kejahatan-

perbankan/

http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-white-collar-crime/

http://www.academia.edu/34124841/MAKALAH_TINDAK_PIDANA_PERBAN

KAN

http://agustinawulan21.blogspot.co.id/2016/06/makalah-tindak-pidana-di-

bidang.html

10

Anda mungkin juga menyukai