Menurut Undang-undang Darurat itu, yang dimaksud dengan tindak pidana ekonomi adalah:
1. Tindak pidana ekonomi berdasarkan pasal 1 sub 1e:
a) pelanggaran di bidang devisa;
b) pelanggaran terhadap prosedur impor, ekspor/
c) Penyelundupan;
d) pelanggaran izin;
e) pelanggaran ketentuan barang-barang yang diawasi.
b. pasal 32, dengan sengaja berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang bertentangan dengan :
suatu hukuman tambahan sebagai tercantum dalam pasal 7 sub s, b, dan c
suatu tindakan tata tertib sebagai tercantum dalam pasal 8
suatu peraturan termaksud dalam pasal 10
suatu tindakan tata tertib sementara atau menghindari hukuman tambahan / tindakan tata
tertib sementara seperti tersebut diatas.
Pasal 33, dengan sengaja baik sendiri maupun perantara orang lain menarik bagian – bag
ian kekayaan untuk dihindarkan dari : tagihan–tagihan, pelaksanaan suatu hukuman atau t
indakan tata tertib sementara, yang dijatuhkan berdasarkan undang – undang
1. Kenapa kejahatan ekonomi/tindak pidana perbankan sebagai kejahatan kerah putih (white coll
or crime)
Kejahatan kerah putih adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis kejahatan ekonomi at
au keuangan yang dilakukan oleh individu yang berada di dalam suatu organisasi, perusahaan, atau le
mbaga dengan posisi yang tinggi atau memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan.
Kejahatan kerah putih (white collar crime) merupakan kejahatan yang dilakukan oleh pejabat
– pejabat eksekutif. Indonesia baru memandang kejahatan white collar crime di bidang perba
nkan sebagai suatu tindak pidana dan menetapkan sanksi bagi pelakunya adalah ketika diunda
ngkannya Undang – undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Sebelumnya tindak k
ejahatan - kejahatan kerah putih (white collar crime) di bidang perbankan itu belum diatur sec
ara khusus dan sebagai suatu tindak pidana, sehingga pelaku – pelaku kejahatan kerah putih
(white collar crime) dapat mengelakan dari ketentuan – ketentuan pidana yang ada
Kejahatan kerah putih secara umum mengacu pada kejahatan yang dimotivasi secara finansial dan bia
sanya dilakukan oleh para profesional dalam bidang bisnis dan aparat pemerintah. Tindak pidana perb
ankan merupakan suatu bentuk kejahatan kerah putih hal ini disebabkan dalam kebanyakan kasus-kas
us perbankan yang menjadi aktor utama di dalamnya merupakan orang-orang yang memiliki profil kela
s atas, memiliki kedudukan tinggi di pemerintahan ataupun di perusahaan, memiliki sumber daya dan k
ekuasaan dalam jabatan dan posisinya, memiliki peran yang besar di masyarakat, dan status sosio-eko
nomi yang tinggi.
setelah diundangkannya Undang – undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan Un
dang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, terjadi perubahan yan
g signifikan baik dalam tata cara memandang dan menangani kegiatan kejahatan kerah putih
(white collar crime ) di Indonesia. Adapun perubahan yang terjadi ialah perubahan yang telah
menganggap bahwa kejahatan kerah putih (white collar crime) di bidang merupakan suatu tin
dak pidana, sehingga setiap pelaku yang melakukan kejahatan kerah putih (white collar crim
e) di bidang perbankan dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang – undanga
n yang berlaku.
2. Sebutkan unsur pokok sebagai kejahatan ekonomi menurut Prof. Sahatepy sebagai bentuk Fra
ude atau rakus dan sebutkan apa yang dimaksud rakus/fraude ini menurut Prof. Muladi.
Tindak Pidana Perbankan dapat diartikan sebagai tindakan (conduct), baik berupa melakukan sesuatu
(commission) atau tidak melakukan sesuatu (omission), yang menggunakan produk perbankan (bankin
g product) sebagai sasaran tindakan pelaku yang telah ditetapkan sebagai tindak pidana oleh undang-
undang secara legal dan formal, atau yang ditetapkan sebagai tindak pidana oleh UU Perbankan.
1. Segala jenis perbuatan melanggar hukum yang berhubungan dengan kegiatan dalam menjalan
kan usaha bank, baik bank sebagai sasaran maupun sebagai sarana.
2. Tindak pidana yang tidak hanya mencakup pelanggaran terhadap Undang- Undang Perbankan
saja, melainkan mencakup pula tindak pidana penipuan, penggelapan, pemalsuan dan tindak p
idana lain sepanjang berkaitan dengan lembaga perbankan.
istilah tindak pidana pebankan berbeda dengan tindak pidana di bidang perbankan. Tindak pidana di bi
dang perbankan mempunyai pengertian yang lebih luas, yaitu segala jenis perbuatan melanggar huku
m yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan dalam menjalankan usaha bank, sehingga terhadap p
erbuatan tersebut dapat diperlakukan peraturanperaturan yang mengatur kegiatan-kegiatan perbankan
yang memuat ketentuan pidana maupun peraturan-peraturan Hukum Pidana umum/khusus, selama bel
um ada peraturan-peraturan Hukum Pidana yang secara khusus dibuat untuk mengancam dan mengh
ukum perbuatan-perbuatan tersebut
Undang-Undang Perbankan membedakan sanksi pidana kedalam dua bentuk, yaitu kejahatan dan pel
anggaran. Tindak pidana perbankan dengan kategori kejahatan terdiri dari tujuh, yaitu Pasal 46,47, 47
A, 48 ayat (1), 49, 50, dan Pasal 50A. Sementara itu, Tindak pidana perbankan dengan kategori pelang
garan dengan sanksi pidana yang lebih ringan daripada tindak pidana yang digolongkan sebagai kejah
atan, terdiri dari satu pasal, yaitu Pasal 48 ayat (2).Penggolongan Tindak pidana perbankan ke dalam k
ejahatan didasarkan pada pengenaan ancaman hukuman yang lebih berat dibandingkan dengan pelan
ggaran.
6. Tindak Pidana Perbankan sebagai bentuk kejahatan non-konvensional atau kejahatan kerah p
utih, jelaskan pengertian ini ?
7. Jelaskan bahwa Tindak Pidana Perbankan sebagai tindak pidana khusus?
Tindak pidana di bidang perbankan adalah setiap perbuatan yang melanggar ketentuan yang diatur dal
am UU Perbankan maupun yang terdapat dalam ketentuan pidana umum ataupun dalam tindak pidana
khusus lainnya yang terkait dengan tindak pidana di bidang perbankan.Tindak pidana di bidang perban
kan dapat digolongkan sebagai tindak pidana khusus, yang dimana adalah merujuk pada jenis perkara
pidana yang pengaturan hukumnya berada di luar Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang
merupakan sebuah kitab undang-undang yang terkodifikasi.
Tindak pidana khusus memiliki karakteristik dan penanganan perkara yang bersifat khusus dan spesifik,
baik dari segi aturan hukum yang diterapkan, hukum acara yang digunakan
Tindak pidana perbankan ini mengancam integritas sistem keuangan dan stabilitas perekonomian dan
seni kehidupan di dalam masyarakat. Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang
diatur dalam UU No. 8 Tahun 2010 tentang TPPU.Tindak pidana khusus hanya berlaku terhadap subje
k hukum tertentu, dalam artian tidak semua warga negara Indonesia dapat diberikan hukuman tindak pi
dana khusus, meskipun semua warga negara memiliki potensi yang sama sebagai subjek dari hukum p
idana khusus
Tindak pidana perbankan berkaitan dengan perizinan yaitu Berkaitan dengan perizinan bank telah d
iatur dalam Pasal 16 Undang-Undang tentang Perbankan yang mewajibkan setiap pihak memperole
h izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari Pimpinan Bank Indonesia apa
bila ingin melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Apabila
pihak bank belum memperoleh izin usaha sesuai ketentuan dan menjalankan kegiatan layaknya ba
nk yaitu menghimpun dana dari masyarakat, maka aktivitas tersebut dapat dikatakan sebagai prakti
k bank tanpa izin atau bank gelap.
Ketentuan pidana mengenai pelanggaran perizinan bank ini juga telah diatur dalam Pasal 46 Undan
g-Undang tentang Perbankan yang memberikan ancaman pidana penjara paling lama 15 (lima bela
s) tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah).
Tindak Pidana Berkaitan dengan Rahasia Bank yaitu Sebagai lembaga keuangan harus dapat men
jaga kepercayaan masyarakat. Salah satunya terkait dengan keterangan data diri dan keadaan keu
angan nasabah.
Tindak pidana perbankan berkaitan dengan pihak terafiliasi di dalam Pasal 1 angka 22 Undang-Und
ang tentang Perbankan diberikan penjabaran bahwa pihak terafiliasi meliputi:
1. anggota Dewan Komisaris, pengawas, Direksi atau kuasanya, pejabat, atau karyawan bank;
2. anggota pengurus, pengawas, pengelola atau kuasanya, pejabat, atau karyawan bank, khusus
bagi bank yang berbentuk hukum koperasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yan
g berlaku;
3. pihak yang memberikan jasanya kepada bank, antara lain akuntan publik, penilai, konsultan hu
kum dan konsultan lainnya;
4. pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta mempengaruhi pengelolaan bank, ant
ara lain pemegang saham dan keluarganya, keluarga Komisaris, keluarga pengawas, keluarga
Direksi, keluarga pengurus.
dalam Pasal 50 dan Pasal 50a Undang-Undang tentang Perbankan mengatur terhadap pihak terafili
asi yang dengan sengaja tidak melaksanakan langkah-langkah untuk memastikan ketaatan bank ter
hadap Undang-Undang tentang Perbankan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku lainny
a, maka dapat dikenakan ancaman hukuman pidana sesuai pasal tersebut