Anda di halaman 1dari 14

Modul Hukum Perbankan

PERTEMUAN 13 :
TINDAK PIDANA KEJAHATAN PERBANKAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tindak pidana kejahatan
perbankan, Anda harus mampu:
1.1 Memahami dan menjelaskan pengertian tindak pidana kejahatan
perbankan
1.2 Memahami dan menjelaskan bentuk-bentuk tindak pidana
perbankan
1.3 Memahami dan menjelaskan money laundering cyber crime dan
perbuatan melanggar hukum

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
PENGERTIAN TINDAK PIDANA KEJAHATAN PERBANKAN

A. Pengertian

Tindak pidana di bidang perbankan menurut Undang-Undang


Nomor 7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Perbankan, sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah
tindak pidana yang menjadikan bank sebagai sarana (crimes through the
bank) dan sasaran tindak pidana itu (crimes against the bank)1.
Tindak Pidana dibidang Perbankan merupakan white collar crime yang
dapat dikelompokkan menjadi :2
1. Kejahatan yang dilakukan oleh kalangan profesi dalam
melakukan pekerjaannya.
2. Kejahatan yang dilakukan oleh Pemerintah atau Aparatnya.

1
Hermansyah, Hukum Perbankan Indonesia, Kencana, Jakarta,2006, hal 149
2
Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan, Books Terrace dan Libarary, Bandung,
2006.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


151
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

Tindak pidana perbankan adalah pelanggaran terhadap ketentuan


perbankan yang diatur dan diancam dengan pidana berdasarkan undang-
undang perbankan (Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana
telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan) dan undang-undang lainnya yang mengatur atau berhubungan
dengan perbankan (misalnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953
tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia, Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia menjadi undang-undang, Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2009 tentang Bank Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
tentang Otoritas Jasa Keuangan, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah, dan lain sebagainya).
Apabila ditinjau dari segi yuridis tidak satupun peraturan perundang-
undangan yang memberikan pengertian tentang Tindak pidana perbankan
dengan tindak pidana di bidang perbankan3.
Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN), Departemen Kehakiman
memberikan pengertian yang berbeda untuk kedua Tindak Pidana
Perbankan dan di bidang perbankan, yaitu4:
a. Tindak Pidana Perbankan adalah :
1. Setiap Perbuatan yang melanggar peraturan perundang-
undangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 (Undang-Undang
Perbankan)5.

3
BPHN, Departemen Kehakiman, Laporan Akhir Penelitian Masalah-Masalah Hukum
Kejahatan Perbankan, BPHN, Jakarta, 1992, hlm. 68.
4
Marulak Pardede, Hukum Pidana Bank, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995, hlm. 14.
5
BPHN, Departemen Kehakiman, OpCit., hlm. 18

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


152
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

2. Tindak Pidana yang dilakukan dalam menjalankan fungsi dan


usahanya sebagai Bank berdasarkan Undang-Undang
6
Perbankan .
b. Tindak Pidana di bidang Perbankan
Tindak Pidana yang tidak hanya mencakup pelanggaran terhadap
Undang-Undang Perbankan saja, melainkan mencakup pula tindak
pidana penipuan, penggelapan, pemalsuan dan tindak pidana lain
sepanjang berkaitan dengan lembaga perbankan.
Menurut Moch. Anwar dalam bukunya yang berjudul ”Tindak Pidana di
Bidang Perbankan” juga membedakan pengertian tindak pidana perbankan
dengan tindak pidana di bidang perbankan.7 Perbedaan tersebut didasarkan
pada perlakuan peraturan terhadap perbuatan-perbuatan yang telah melanggar
hukum yang berhubungan dengan kegiatan dalam menjalankan usaha bank8.
Khusus untuk tindak pidana perbankan, Indriyanto Seno Adji melihat
dalam dua sisi pengertian, yakni sempit dan luas. Dalam pengertian sempit,
tindak pidana perbankan hanya terbatas kepada perbuatan yang dikategorikan
sebagai perbuatan pidana menurut Undang-Undang Perbankan. Sementara
dalam pengertian luas, tindak pidana perbankan tidak terbatas hanya kepada
yang diatur oleh Undang-Undang Perbankan, namun mencakup pula
perbuatan-perbuatan yang dirumuskan dalam perbuatan pidana yang
mengganggu sektor ekonomi secara luas, yang juga meliputi kejahatan pasar
modal (capital market crime), kejahatan komputer (computercrime), baik
dengan itu timbul akibat kerugian pada perusahaan swasta, maupun
Pemerintah dan BUMN, fiskal dan bea cukai (custom crime)9.

6
Ibid, hlm. 8
7
Moch Anwar, SH, Tindak Pidana di Bidang Perbankan, Bandung: Alumni, 1986.
8
Marjono Reksodiputro, Kemajuan Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan, Kumpulan
Karangan, Buku Kesatu, Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum, Jakarta, 1994,
hlm.74.
9
N.H.T. Siahaan, Money Laundering & Kejahatan Perbankan, Edisi Ketiga, Cetakan
Ketiga, Jala Permata, Jakarta, 2008, hlm. 212.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


153
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

Tujuan Pembelajaran 1.2:


BENTUK-BENTUK TINDAK PIDANA PERBANKAN

B. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Perbankan

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan


Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, tindak pidana
di bidang perbankan terdiri dari 13 (tiga belas) macam. Dari ketiga belas
macam tindak pidana di bidang perbankan tersebut, dikelompokkan menjadi
5 kelompok utama, yaitu10
a) Tindak Pidana Yang berkaitan dengan perizinan.
Tindak Pidana dibidang perbankan yang tergolong dalam kelompok ini
adalah tindak pidana yang berhubungan dengan perizinan pendirian bank
sebagai lembaga keuangan. Setiap orang yang ingin mendirikan bank,
tentunya harus memenuhi syarat-syarat atau ketentuan yang terdapat dalam
undang-undang. Pihak yang mendirikan bank, tetapi bank tersebut
didirikan tidak berdasarkan atas syarat atau ketentuan yang ditetapkan oleh
undang-undang, pihak pendiri bank tersebut dapat dikatakan telah
melakukan tindak pidana di bidang perbankan kelompok ini dan Bank
yang telah didirikan tersebut dinamakan Bank Gelap11.

b) Tindak Pidana Yang berkaitan dengan Rahasia Bank


Sebagai lembaga keuangan yang mengelola dana masyarakat dalam
jumlah yang besar, salah satu yang harus dijaga adalah kepercayaan
masyarakat. Kepercayaan yang harus dijaga tersebut, salah satunya
adalah mengenai keterangan tentang data diri dan keadaan keuangan
nasabah. Jika ada pihak yang dengan melawan hukum membocorkan
tentang keadaan keuangan nasabah suatu bank, maka dia termasuk
melakukan tindak pidana di bidang perbankan kelompok ini12.

10
Edi Setiadi dan Yulia Rena. 2010. Hukum Pidana Ekonomi. Yogyakarta: Graha
Ilmu, hlm. 139-140.
11
Dikutip dari http://click-gtg.blogspot.com/2009/03/tindak-pidana-bank.html, diakses
pada tanggal 15 September 2010.
12
Ibid.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


154
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok


Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa tindak pidana yang termasuk
ke dalam jenis tindak pidana yang berkaitan dengan rahasia bank,
terdapat dalam Pasal 47 ayat (1), Pasal 47 ayat (2), dan Pasal 47A.
Terhadap tindak pidana yang berkaitan dengan rahasia bank, ada
beberapa pengecualian sehingga pihak yang melakukan tindak pidana
rahasia bank yang dikecualikan tersebut tidak dipidana. Pengecualian
tersebut adalah13:
1. Pembukaan Rahasia Bank karena kepentinga
perpajakan.
2. Pembukaan Rahasia Bank karena kepentingan
penyelesaian Piutanng Negara.
3. Pembukaan Rahasia Bank karena kepentingan
Peradilan.
4. Pembukaan Rahasia Bank karena kepentingan
kegiatan Perbankan.
5. Pembukaan Rahasia Bank atas permintaan
pemegang Rekening.
6. Pembukaan Rahasia Bank karena kepentingan Ahli
Waris.
7. Pembukaan Rahasia Bank berkaitan dengan
kewajiban memberikan laporan.

c) Tindak Pidana Yang berkaitan dengan Pengawasan dan Pembinaan Bank.


Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok
Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan, disebutkan bahwa tindak pidana yang termasuk ke

13
Ibid

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


155
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

dalam jenis tindak pidana yang berkaitan dengan rahasia bank, terdapat
dalam Pasal 48 ayat (1) dan Pasal 48 ayat (2).

d) Tindak Pidana Yang berkaitan dengan Usaha Bank.


Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok
Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan, disebutkan bahwa tindak pidana yang termasuk ke dalam
jenis tindak pidana yang berkaitan dengan rahasia bank, terdapat dalam Pasal
49 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan Pasal 49 ayat (2) huruf a. 14.
e) Tindak Pidana Yang berkaitan dengan sikap dan/atau tindakan yang
dilakukan oleh Pengurus, Pengawai, Pihak terafiliasi, dan Pemegang
Saham Bank.
Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok
Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, disebutkan bahwa tindak pidana yang termasuk ke dalam jenis tindak
pidana yang berkaitan dengan rahasia bank, terdapat dalam Pasal 49 ayat (2) huruf
b, Pasal 50, dan Pasal 50A.
Selain dikelompokkan menjadi lima kelompok utama seperti yang dijelaskan
di atas, penggolongan tindak pidana di bidang perbankan juga dapat digolongkan
menjadi tindak pidana yang berupa kejahatan dan tindak pidana yang berupa
pelanggaran15.

14
Hermansyah,Op.Cit,hal. 156

15
Hermansyah, Op. Cit., hal. 151

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


156
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

Tujuan Pembelajaran 1.3:


MONEY LAUNDERING CYBER CRIME DAN PERBUATAN MELANGGAR
HUKUM DAN UPAYA PENCEGAHANNYA

A. Money Laundering, Cyber Crime, Perbuatan Melawan Hukum dan


Upaya Pencegahannya

Tindak Pidana Pencucian Uang ( money laundering) dalam UU


No. 25 Tahun 2003 adalah perbuatan menempatkan, mentransfer,
membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan,
menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya
atas harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil
tindakan pidana dengan maksud untuk menyembunyikan, atau
menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta
kekayaan yang sah (Pasal 1 angka 1 UU No. 25 Tahun 2003 tentang
Perubahan atas UU No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang.16
Sedangkan dalam UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, pengertian pencucian
uang mengalami perluasan menjadi segala perbuatan yang memenuhi
unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang
ini.17

Keterlibatan perbankan dalam kegiatan pencucian uang dapat


berupa: 18
a. Penyimpanan uang hasil kejahatan dengan nama palsu atau dalam safe
deposit box;
b. penyimpanan uang dalam bentuk deposito/tabungan/ giro;
c. Penukaran pecahan uang hasil perbuatan illegal;

16
Sytan Remy Sjahdeini, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pembiayaan
Terorisme, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2004.
17
Santoso, T., Chandra, R., Sinaga, A.C., muhajir, M. dan Mardiah, s., Panduan
Investigasi dan Penuntutan dengan Pendekatan Hukum Terpadu, Bogor. Cifor, 2011, hal 49.
18
Sinungan, Managemen Dana Bank, Rineka Cipta, Jakarta, 1990.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


157
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

d. Permohonan kredit dengan jaminan uang yang disimpan pada bank


yang bersangkutan;
e. Penggunaan fasilitas transfer atau EFT;
f. Pemalsuan dokumen-dokumen L/C yang bekerjasama dengan oknum
pejabat bank terkait; dan
g. Pendirian/ pemanfaatan bank gelap.

Secara sederhana terdapat tiga tahap dalam proses pencucian yaitu:19


1. Placement (penempatan)
Merupakan tahap pengumpulan dan penempatan uang hasil
kejahatna disuatu bank atau tempat tertentu yang diperkirakan aman
guna mengubah bentuk uang tersebut agar tidak teridentifikasi.
Biasanya dana yang ditempatkan berupa uang tunai dalam jumlah
besasr yang dibagi ke dalam jumlah yang lebih kecil dan ditempatkan
dibeberapa rekening dibeberapa tempat.20

2. Layering
Merupakan upaya untuk mengurangi jejak asal uang tersebut atau
ciri-ciri asli dari uang hasil kejahatan tersebut atau nama pemilik uang
hasil tindak pidana, dengan melibatkan tempat-tempat atau bank di
Negara-negara dimana kerahasiaan bank akan menyulitkan pelacakan
jejak uang. Tindakan ini dapat berupa transfer dana ke Negara lain
dalam bentuk mata uang asing, pembelian property, pembelian saham
pada bursa efek menggunakan deposit di bank A untuk meminjam
uang di bank B dan sebagainya.21

3. Integration
Merupakan tahap pengumpulan dan menyatukan kembali uang
hasil kejahatan yang telah melalui tahap pelapisan dalam suatu proses

19
Jane E. Hughes dan Scott B. MacDonald, International Banking Text and Cases,
(Boston: Addison Wesley, 2002), hal 317.
20
Ibid hal 46
21
Opcit hal 45

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


158
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

arus keuangan yang sah. Pada tahap ini uang hasil kejahatan benar-
benar telah bersih dan sulit dikenali hasil tindak pidana, dan muncul
kembali sebagai asset investasi yang tampaknya legal.2227
Cybercrime adalah upaya memasuki/ menggunakan fasiltas
computer/jaringan komputer tanpa ijin dan melawan hukum dan atau
tanpa menyebabkan perubahan atau kerusakan pada fasilitas computer
yang dimasuki atau digunakan tersebut. Kejahatan ini ditujukan
terhadap informasi seseorang yang merupakan hal yang sangat pribadi
dan rahasia.
Kejahatan ini biasanya ditujukan kepada keterangan seseorang
formulir data pribadi yang tersimpan secara computerized, yang apabila
diketahui oleh orang lain akan dapat merugikan korban secara materil
maupun immaterial, seperti nomor PIN ATM, nomor Kartu kredit.23

B. Pencegahan Bank terhadap Kejahatan Tindak Pidana dalam


Perbankan.
Tindak Pidana Perbankan dapat dilakukan pencegahan
dengan cara:24
a. pengawasan internal
adalah pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris.
b. pengawasan eksternal: pemerintah maupun pihak BI melakukan audit
kepada bank yang bersangkutan
1. Peranan PPATK (pusat pelaporan dan analisis transaksi
keuangan)25
PPATK memiliki tugas dan wewenang sebagaimana yang
dinyatakan dalam Pasal 26 dan 27 UU-TPPU (undang-undang tindak
pidana pencucian uang No.25 Tahun 2003 ) antara lain:

22
Santoso, T., Chandra, R., Sinaga, A.C., muhajir, M. dan Mardiah, s Loccit
23
Sjahdeini, Sutan R. Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang Dan Pembiayaan
Terorisme. Jakarta: PT.Pustaka Utama Gravity, 2007
24
Leden Marpaung,Pemberantasan dan Pencegahan Tindak Pidana Terhadap
Perbankan, Jakarta: Djambatan, 2005, hal. 79
25
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Pedoman Umum
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang bagi Penyedia Jasa Keuangan
Edisi Pertama, Jakarta, 2003.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


159
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

a. Mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, mengevaluasi


informasi yang diperoleh.
b. Memberikan nasihat dan bantuan kepada instansi yang
berwenang.
c. Melaporkan hasil analisis transaksi keuangan yang berindikasi
tindak pidana pencucian uang kepada Kepolisian dan Kejaksaan.
d. Meminta dan menerima laporan dari Penyedia Jasa Keuangan
(PJK).
e. Melakukan audit terhadap PJK mengenai kewajiban sesuai
dengan ketentuan dalam UU-TPPU dan terhadap pedoman
pelaporan mengenai transaksi keuangan.
f. Memberikan pengecualian kewajiban pelaporan mengenai
transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b.

Dalam menjalankan tugas dan kewenangannya tersebut,


PPATK bersifat independen sebagaimana yang dimuat dalam UU-
TPPU yaitu:
a. Bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
b. Tidak diperkenankannya setiap pihak untuk melakukan segala
bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas dan
kewenangan PPATK.
c. Diwajibkannya kepala PPATK untuk menolak setiap campur
tangan dari pihak manapun dalam pelaksanaan tugas dan
kewenangannya.
2. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer
Principle/ KYC)
Menurut Peraturan Bank Indonesia, yang dimaksud dengan Prinsip
KYC adalah prinsip yang diterapkan bank untuk mengetahui identitas
nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk pelaporan
transaksi yang mencurigakan.26

26
Sutedi, Adrian. Hukum Perbankan. Jakarta : Sinar Grafika. 2007

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


160
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

Dalam menerapkan Prinsip KYC dimaksud bank diwajibkan:


a. Menetapkan kebijakan mengenai penerimaan nasabah, prosedur
identifikasi nasabah, dan prosedur pemantauan terhadap rekening
dan transaksi nasabah, serta prosedur manajemen risiko yang
berkaitan dengan penerapan KYC.
b. Melaporkan transaksi yang mencurigakan (suspicious transaction)
kepada BI.
c. Menerapkan prinsip KYC yang berlaku di suatu negara bagi kantor
cabang bank yang berada di luar negeri, sepanjang standar
KYCnya sama atau lebih ketat dari yang diatur dalam PBI, dan
jika ketentuan setempat lebih longgar wajib diterapkan PBI KYC.
d. Bank wajib menerapkan prinsip KYC dan melakukan pengkinian
data base nasabah yang telah ada (existing customer).
e. Bank wajib melaksanakan program pelatihan kepada karyawan
bank mengenai prinsip KYC.
f. Penerapan sistem informasi yang dapat mengidentifikasi,
menganalisa, memantau dan menyediakan laporan secara efektif
mengenai karakteristik transaksi yang dilakukan oleh nasabah
bank sudah harus siap.
Adapun sanksi apabila apabila bank tidak melaporkan perubahan
Pedoman Pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah, serta tidak
melaporkan kepada BI transaksi yang mencurigakan yang terjadi di
bank yang bersangkutan, dikenakan sanksi berupa kewajiban
membayar sebesar Rp 1 juta per hari kelambatan dan setinggi-
tingginya Rp 30 juta.
Sedangkan sanksi apabila bank tidak melaksanakan kewajiban
lainnya adalah dengan pengenaan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf b, c, e, f atau g Undang-
undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang No.10 tahun 1998.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


161
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

Adapun kendala yang dihadapi bank dalam melaksanakan prinsip


KYC berupa:27
a. Takut kehilangan nasabah
b. Skala usaha bank
c. Ketidakpercayaan perbankan terhadap penegakan hukum
Disamping itu kurangnya perhatian masyarakat terhadap ketentuan
KYC merupakan kendala utama yang dihadapi oleh seluruh bank
dalam menerapkan prinsip KYC. Hal tersebut karena:
a. pengisian formulir KYC menyusahkan nasabah dan dirasa terlalu
berlebihan (misal pengisian jabatan, nama ibu kandung, hobi,
pinjaman dari bank lain) dan tidak nyaman;
b. takut rahasia keuangannya diketahui oleh pihak lain misalnya
perpajakan;
c. tidak merasa memperoleh manfaat dari pengisian KYC dan
menganggap bank terlalu ingin tahu masalah internal nasabah.
Selain itu, dampak yang dihadapi bank pada saat menerapkan
prinsip KYC antara lain:
a. nasabah menolak mengisi formulir KYC yang sudah dikirimkan dan
akan menarik dananya apabila tetap diharuskan mengisi;
b. nasabah cenderung tidak jujur dalam mengisi data penghasilan dan
sulit ditemui;
c. nasabah penyimpan dana berkeberatan memberikan slip gaji karena
beranggapan bukan sebagai peminjam dana

27
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: PT.Citra Aditya
Bakti, 2006

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


162
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

C. SOAL LATIHAN/TUGAS

1. Apa terminologi dari tindak pidana kejahatan perbankan ?


2. Contohkan kejahatan-kejahatan tindak pidana perbankan dewasa ini ?
3. Apa upaya pemerintah dalam mencegah kejahatan tindak pidana
perbankan ?
4. Apa upaya bank di dalam mencegah terjadinya kejahatan tindak pidana
perbankan ?
5. Jelaskan mengenai money laundering, cyber crime dan perbuatan melawan
hukum ?

D. DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mahrus. Dasar-dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.


BPHN, Departemen Kehakiman, Laporan Akhir Penelitian Masalah-
Masalah Hukum Kejahatan Perbankan, BPHN, Jakarta, 1992.

Edi Setiadi dan Yulia Rena. 2010. Hukum Pidana Ekonomi. Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2010.

Hermansyah, Hukum Perbankan Indonesia, Kencana, Jakarta, 2006.


Leden Marpaung, Pemberantasan dan Pencegahan Tindak Pidana Terhadap
Perbankan, Jakarta: Djambatan, 2005.

Marjono Reksodiputro, Kemajuan Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan,


Kumpulan Karangan, Buku Kesatu, Pusat Pelayanan Keadilan dan
Pengabdian Hukum, Jakarta, 1994.

Marulak Pardede, Hukum Pidana Bank, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995.
Moch Anwar, SH dan Prof Mardjono Reksodiputro, SH, MA. Tindak Pidana di
Bidang Perbankan, Bandung: Alumni, 1986.

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung, PT. Citra


Aditya Bakti, 2006.

N.H.T. Siahaan, Money Laundering & Kejahatan Perbankan, Edisi Ketiga,


Cetakan Ketiga, Jala Permata, Jakarta, 2008.

Retno Sutantio, SH, Kapita Selekta Hukum Ekonomi dan Hukum Perbankan, Cet.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


163
Universitas Pamulang
Modul Hukum Perbankan

Pertama, Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI), Cab. Mahkamah Agung RI,


1995.

Santoso, T., Chandra, R., Sinaga, A.C., muhajir, M. dan Mardiah, s., Paduan
Investigasi dan Paduan Tuntutan dengan Pendekatan Hukum Terpadu,
Bogor. Cifor, 2011.

Sinungan, Managemen Dana Bank, Rineka Cipta, Jakarta, 1990.


Sitompul, Zulkarnain. Tindak Pidana Perbankan Dan Pencucian Uang, 2011.
Sjahdeini, Sutan R. Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang Dan Pembiayaan
Terorisme. Jakarta: PT.Pustaka Utama Gravity, 2007.

Suyatno Thomas, Kelembagaan Perbankan, Granedia Pustaka Utama, Jakarta,


1993.
Sutedi, Adrian. Hukum Perbankan. Jakarta : Sinar Grafika, 2007.
ü Guy Stessens, Money Laundering : A New International Law Enforcement
Model, Cambridge University Press, First Published 2000.

Yunus Husein, “PPATK: Tugas, Wewenang, dan Peranannya Dalam


Memberantas Tindak Pidana Pencucuian Uang”, Jurnal Hukum Bisnis,
(Volume 22 No.3, 2003)

Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan, Books Terrace dan Libarary,


Bandung, 2006.

S1 Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum


164
Universitas Pamulang

Anda mungkin juga menyukai