Anda di halaman 1dari 13

RESUME

TINDAK
PIDANA
OLEH Fahira Anggraini (183150041)

PERBANKAN
DATA DIRI
NAMA : FAHIRA ANGGRAINI
NIM : 183150041
SEMESTER : 4 (PROGRAM LANJUT)
FAKULTAS/JURUSAN : FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM /
PERBANKAN SYARIAH
ASAL : PALU
ALAMAT : PALU BARAT, JL. JALUR GHAZA

MAAF PAK HANYA INI YANG ADA


DILAPTOP SAYA 
sedangkan yang kedua tampaknya lebih netral dan lebih luas karena dapat
mencakup tindak pidanaII
yang dilakukan
KONSEP olehTINDAK
DASAR orang di luar dan di dalam bank atau
PIDANA
keduanya. PERBANKAN

C.Istilah “tindak pidana di bidang perbankan” dimaksudkan untuk menampung


segala jenis perbuatan melanggar hukum yang berhubungan dengan kegiatan-
kegiatan dalam menjalankan usaha bank. Tidak ada pengertian formal dari tindak
pidana di bidang perbankan. Ada yang mendefinisikan secara popular, bahwa
tindak pidana perbankan adalah tindak pidana yang menjadikan bank sebagai
sarana (crimes through the bank) dan sasaran tindak pidana itu (crimes against the
bank).
III Jenis-Jenis Tindak Pidana
Perbankan
alam UU Perbankan terdapat tiga belas macam tindak
pidana yang diatur mulai dari pasal 46 sampai dengan
Pasal 50A. Ketiga belas tindak pidana itu dapat 1.Tindak pidana yang
digolongkan ke dalam empat macam:
berkaitan dengan
perizinan, diatur
dalam Pasal 46.
2.Tindak Pidana yang
berkaitan dengan
rahasia bank, diatur
dalam Pasal 47 ayat
(1) ayat (2) dan Pasal
47 A.
3.Tindak pidana yang
berkaitan dengan
orang dalam terdapat beberapa undang-undang yang dapat dan biasanya
diterapkan yaitu.

1. Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Ketentuan KUHP yang biasa dipakai


misalnya Pasal 263 (pemalsuan) Pasal 372 (penggelapan), 374 (penggelapan
dalam jabatan), 378 (penipuan), 362 (pencurian), dll.

2. Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU No. 3/1971, UU


No. 31/99 jo UU no. Tahun 2002. Ketentuan UU Korupsi biasanya diterapkan
terhadap kasus yang menimpa bank pemerintah UU ini dipergunakan untuk
memudahkan menjerat pelaku, mengenakan hukuman yang berat dan
memperoleh uang pengganti atas kerugian negara.

3. UU Perbankan. Ketentuan dalam undang-undang ini biasanya diterapkan


apabila Komisasris, Direksi, Pegawai dan pihak terafiliasi dengan bank
(“orang dalam”) atau orang yang mengaku menjalankan usaha bank sendiri
sebagai pelakunya.
IV TINDAK PIDANA PERBANKAN YANG
BERKAITAN DENGAN PERIZINAN
Landasan yuridis pertanggungjawaban pelaku dalam tindak pidana perbankan di bidang
perizinan tunduk pada pengaturan Pasal 16 dan Pasal 46 UU Perbankan. Pasal 16 menyebutkan
bahwa setiap kegiatan menghimpun dana dari masyarakat harus mendapatkan izin dari Pimpinan Bank Indonesia melalui
syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi sebagaimana telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Juga melalui tiap-tiap aturan yang tersendiri untuk tiap-tiap jenis bank salah satunya Peraturan Bank Indonesia Nomor
11/1/PBI/2009 untuk Bank Umum.
Untuk mengetahui perbuatan apa yang dilarang sebagai bentuk tindak pidana perbankan
di bidang perizinan diperlukan pemahaman mengenai unsure delik dalam Pasal 46 UU
Perbankan sebagai satu-satunya aturan pokok yang memuat larangan pendirian usaha bank
tanpa izin yang sah beserta ketentuan pidananya dalam peraturan perundang-undangan di
bidang perbankan di Indonesia. Berdasarkan ketentuan yang telah disebutkan di atas unsur
delik perbuatan pelanggaran kewajiban izin usaha bank adalah sebagai berikut :
a) Dilakukan oleh setiap pihak, baik perseorangan maupun korporasi;
b) Kegiatan yang dilakukan adalah menghimpun dana dari masyarakat;
c) Dihimpun dalam bentuk simpanan (sesuai jenis bank);
d) Kegiatan menghimpun dana tersebut tanpa izin usaha yang sah dari Pimpinan Bank Indonesia.
berupa:
1) Kewajiban-
SYARAT
kewajiban yang dikaitkan padaPEMBERIAN IZIN
izin dalam praktik hukum administrasi
guna mencapai tujuan
yang diinginkan;
2) Pembatasan-pembatasan dalam izin yang memberi kemungkinan
untuk
secara praktis membatasi tindakan yang diizinkan. Pembatasan
dibentuk dengan menunjuk
batas-batas dalam waktu, tempat atau dengan cara lain;
3) Dengan menetapkan syarat-syarat,
akibat-akibat hukum tertentu digantungkan pada timbulnya suatu
peristiwa di kemudian hari
yang belum pasti.
V TINDAK PIDANA PERBANKAN
BERKAITAN DENGAN RAHASIA BANK
BANK
SECRETS
Dalam Pasal 42 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan :

1) Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, Pimpinan Bank


Indonesia dapat memberikan izin kepada polisi, jaksa, atau hakim untuk
memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka atau
terdakwa pada bank.
2) Izin tersebut diberikan secara tertulis atas permintaan tertulis dari Kepala
Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung, atau Ketua Mahkamah
Agung.
SUBYEK
HUKUM
Subyek hukum yang dapat diancam pidana pidana sebagaimana disebutkan dalam Pasal 42 dan Pasal 47 Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
adalah sebagai berikut :

1. Polisi
2. Jaksa
3. Hakim
4. Dewan Komisaris
5. Direksi
6. Pegawai bank
7. Anggota Dewan Komisaris, pengawas, direksi atau kuasanya, pejabat atau karyawan bank.
8. Anggota pengurus, pengawas, pengelola atau kuasanya, pejabat atau karyawan bank.
9. Pihak yang memberikan jasanya kepada bank, yaitu : akuntan publik, penilai, konsultan
hukum, dan konsultan lainnya.
10. Pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta mempengaruhi pengelolaan
bank, antara lain pemegang saham dan keluargnya, keluarga komisaris, keluarga
pengawas, keluarga direksi dan keluarga pengurus.
SANKSI YANG
DITERIMA
1. Pidana penjara, dua tahun paling sedikit, dan empat tahun paling lama.
2. Denda, Rp4.000.000.000,- (empat miliar rupiah) sampai dengan
Rp200.000.000.000,- (dua ratus miliar rupiah).

Unsur – unsur pidana tersebut di atas merupakan ketentuan yang harus dipenuhi
dan termasuk kepada tindak pidana perbankan berkaitan dengan rahasia bank
berdasarkan Pasal 42 dan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan. Apabila terjadi pelanggaran terhadap Pasal 42 dan Pasal 47 Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan, maka dapat dilakukan penyelidikan, penyidikan
dan penuntutan oleh pihak yang berwenang.
TINDAK PIDANA YANG BERKAITAN DENGAN
PENGAWASAN DAN PEMBINAAN BANK
Pasal 48 ayat (1) UU Perbankan menyebutkan bahwa Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang
dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan
ayat (2) dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2), diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling
lama 10 (sepuluh) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp.
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
Ayat (2) UU Perbankan menyebutkan bahwa, Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang lalai
memberikan keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34
ayat (1) dan ayat (2), diancam dengan pidana kurungan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama 2 (dua) tahun
dan atau denda sekurang-kurangnya Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 2.000.000.000,00
(dua miliar rupiah).
VI Tindak Pidana Yang Berkaitan Dengan
Pengawasan Dan Pembinaan Bank
Pasal 48 ayat (1) UU Perbankan menyebutkan bahwa Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau
pegawai bank yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2), diancam dengan pidana
penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun serta denda sekurang-
kurangnya Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 100.000.000.000,00 (seratus
miliar rupiah).
Ayat (2) UU Perbankan menyebutkan bahwa, Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai
bank yang lalai memberikan keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2), diancam dengan pidana kurungan sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda sekurang-kurangnya Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
TERIMA KASIH Untuk Bapak Muhammad Taufan atas
ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada saya dan teman
teman sekalian.
INSYA ALLAH kita selalu diberikan kesehatan jasmani dan rohani
dalam menuntut ilmu dan mengamalkan setiap ilmu yang diperoleh.

JAZAKUNALLAH KHAIRON KATSIRON 

Anda mungkin juga menyukai