KORUPSI DI
SEKTOR
PUBLIK
AKMAL (E32121262)
PENGERTIAN KORUPSI
Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan
pribadi. Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah
korupsi untuk merujuk kepada serangkaian tindakan-
tindakan terlarang atau melawan hukum dalam rangka
mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang lain.
Hal yang paling mengidentikkan perilaku korupsi bagi
masyarakat umum adalah penekanan pada penyalahgunaan
kekuasaan atau jabatan publik untuk keuntungan pribadi.
Dalam UU No. 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa korupsi adalah tindakan
melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau
korporasi yang berakibat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara. Ada sembilan tindakan kategori korupsi dalam UU tersebut, yaitu:
suap, illegal profit, secret transaction, hadiah, hibah (pemberian), penggelapan,
kolusi, nepotisme, dan penyalahgunaan jabatan dan wewenang serta fasilitas
negara.
FAKTOR – FAKTOR YANG
MENDORONG KORUPSI
Iman Yang Tidak Kurangnya Sosialisasi dan
Kuat (Iman yang Lemahnya penegakan hukum Penyuluhan kepada
Orang-orang yanglemah)
memiliki kelemahan iman, Lemahnya dan tidak tegasnya
Masyarakatmasyarakat tidak
Hal ini dapat menyebabkan
tahu tentang mengenai bentuk-bentuk
sangat mudah sekali untuk melakukan penegakan hukum merupakan
tindakan korupsi, ketentuan dan juga
tindakan faktor berkembangnya tindakan
sanksi hukumnya, dan juga cara
kejahatan seperti korupsi contohnya. korupsi.
menghindarinya.
Desakan Pengaruh
Kebutuhan Lingkungan
Lingkungan yang baik akan berdampak
Ekonomi
Dengan keadaan ekonomi yang sulit, semua serba
baik juga bagi orang yang berada
dilingkungan tersebut, tetapi
sulit, berbagai tindakan pun akan dilakukan oleh bagaimana jika di lingkungan tersebut
seseorang, guna untuk mempermudah kebutuhan penuh dengan tindakan korupsi dan
ekonomi seseorang, salahsatunya adalah dengan lain-lain.
melakukan tindakan korupsi.
BENTUK-BENTUK KORUPSI
1. Penyuapan (bribery) mencakup tindakan memberi dan menerima suap, baik berupa uang maupun barang
2. Embezzlement, merupakan tindakan penipuan dan pencurian sumber daya yang dilakukan oleh pihak-
pihak tertentu yang mengelola sumber daya tersebut, baik berupa dana publik atau sumber daya alam
tertentu.
3. Fraud, merupakan suatu tindakan kejahatan ekonomi yang melibatkan penipuan (trickery or swindle).
Termasuk didalamnya proses manipulasi atau mendistorsi informasi dan fakta dengan tujuan mengambil
keuntungan-keuntungan tertentu.
4. Extortion, tindakan meminta uang atau sumber daya lainnya dengan cara paksa atau disertai dengan
intimidasi-intimidasi tertentu oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Lazimnya dilakukan oleh mafia-
mafia lokal dan regional.
5. Favouritism, adalah mekanisme penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi pada tindakan privatisasi
sumber daya.
6. Melanggar hukum yang berlaku dan merugikan negara.
7. Serba kerahasiaan, meskipun dilakukan secara kolektif atau korupsi berjamaah.
JENIS-JENIS KORUPSI
Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh tokoh reformasi, M. Amien Rais yang
menyatakan sedikitnya ada empat jenis korupsi, yaitu (Anwar, 2006:18):
Korupsi
Korupsi nepotistik
ekstortiF
yakni berupa sogokan atau suap yaitu terjadinya korupsi karena
yang dilakukan pengusaha
ada ikatan kekeluargaan,
kepada penguasa.
pertemanan, dan sebagainya.
Korupsi Korupsi
manipulatif
seperti permintaan seseorang yang subversif
yakni mereka yang merampok kekayaan
negara secara sewenang-wenang untuk
memiliki kepentingan ekonomi kepada
eksekutif atau legislatif untuk membuat dialihkan ke pihak asing dengan
peraturan atau UU yang menguntungkan sejumlah keuntungan pribadi.
bagi usaha ekonominya.
KORUPSI SEKTOR PUBLIK
korupsi sektor publik merupakan bentuk penyalahgunaan kewenangan publik, baik berupa tindakan maupun
keputusan dari seorang politisi, pejabat publik, ataupun pegawai negeri demi kepentingan pribadi.
Menurut para pakar, kelompok negara yang dianggap tingkat korupsinya tinggi adalah Italia, Rusia, Nigeria,
Brazil, Colombia, Mexico, China, Jepang, dan Indonesia. Negara-negara tersebut dianggap mewakili dua
kategori dimana para pakar tersebut berasal, yaitu higher income dan low income. Tentu saja deretan nama
negara ini “debatable” jika kita bandingkan dengan hasil Corruption Perception Index terkini yang dikeluarkan
oleh Transparency International. Namun setidaknya kita dapat merujuk pada beberapa skandal korupsi di
negara-negara tersebut yang sempat dirilis media, seperti mega skandal korupsi di Kementerian Pertahanan
Rusia (2017), atau skandal korupsi yang masif terjadi di Consip (2017), lembaga public procurement, di Italia.
Selanjutnya persepsi para pakar menunjukkan bahwa tingkat korupsi sektor publik, yang notabene dikelola
oleh para politisi dan pegawai negeri, lebih tinggi terjadi di negara lower income. Sedangkan sebaliknya
tingkat korupsi sektor bisnis lebih tinggi terjadi di negara higher income. Hal ini mengkonfirmasi ingatan kita
tentang kejadian skandal korupsi Bernie Madoff, seorang pendiri Wall Street Firm, perusahaan sekuritas besar
di Amerika beberapa tahun silam.
PENYEBAB KORUPSI
SEKTOR PUBLIK
Meskipun tingkat korupsi sektor publik di kedua kelompok
negara tersebut berbeda, akan tetapi seluruh pakar sepakat
pada tiga penyebab utama, yaitu:
1. buruknya norma dan value para politisi dan pegawai
negeri;
2. kurangnya pengawasan, pengendalian, dan audit; serta
3. risiko hubungan antara bisnis, politik, dan negara.