Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH PENDIDIKAN

KARAKTER DAN ANTI


KORUPSI :

KORUPSI DI
SEKTOR
PUBLIK
AKMAL (E32121262)
PENGERTIAN KORUPSI
Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan
pribadi. Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah
korupsi untuk merujuk kepada serangkaian tindakan-
tindakan terlarang atau melawan hukum dalam rangka
mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang lain.
Hal yang paling mengidentikkan perilaku korupsi bagi
masyarakat umum adalah penekanan pada penyalahgunaan
kekuasaan atau jabatan publik untuk keuntungan pribadi.

Definisi lengkap korupsi menurut Asian Development Bank


(ADB) adalah korupsi melibatkan perilaku oleh sebagian
pegawai sektor publik dan swasta, dimana mereka dengan
tidak pantas dan melawan hukum memperkaya diri mereka
sendiri dan atau orang-orang yang dekat dengan mereka,
atau membujuk orang lain untuk melakukan hal-hal
tersebut, dengan menyalahgunakan jabatan dimana mereka
ditempatkan.
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan
dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo.UU No. 20 Tahun 2001.
Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam tiga puluh
bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang dapat dikelompokkan; kerugian
keuangan negara, suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan,
perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, gratifikasi. Pasal-
pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa
dikenakan pidana penjara karena korupsi (KPK, 2006: 19-20).

Dalam UU No. 20 Tahun 2001 terdapat pengertian bahwa korupsi adalah tindakan
melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau
korporasi yang berakibat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara. Ada sembilan tindakan kategori korupsi dalam UU tersebut, yaitu:
suap, illegal profit, secret transaction, hadiah, hibah (pemberian), penggelapan,
kolusi, nepotisme, dan penyalahgunaan jabatan dan wewenang serta fasilitas
negara.
FAKTOR – FAKTOR YANG
MENDORONG KORUPSI
Iman Yang Tidak Kurangnya Sosialisasi dan
Kuat (Iman yang Lemahnya penegakan hukum Penyuluhan kepada
Orang-orang yanglemah)
memiliki kelemahan iman, Lemahnya dan tidak tegasnya
Masyarakatmasyarakat tidak
Hal ini dapat menyebabkan
tahu tentang mengenai bentuk-bentuk
sangat mudah sekali untuk melakukan penegakan hukum merupakan
tindakan korupsi, ketentuan dan juga
tindakan faktor berkembangnya tindakan
sanksi hukumnya, dan juga cara
kejahatan seperti korupsi contohnya. korupsi.
menghindarinya.

Desakan Pengaruh
Kebutuhan Lingkungan
Lingkungan yang baik akan berdampak
Ekonomi
Dengan keadaan ekonomi yang sulit, semua serba
baik juga bagi orang yang berada
dilingkungan tersebut, tetapi
sulit, berbagai tindakan pun akan dilakukan oleh bagaimana jika di lingkungan tersebut
seseorang, guna untuk mempermudah kebutuhan penuh dengan tindakan korupsi dan
ekonomi seseorang, salahsatunya adalah dengan lain-lain.
melakukan tindakan korupsi.
BENTUK-BENTUK KORUPSI
1. Penyuapan (bribery) mencakup tindakan memberi dan menerima suap, baik berupa uang maupun barang
2. Embezzlement, merupakan tindakan penipuan dan pencurian sumber daya yang dilakukan oleh pihak-
pihak tertentu yang mengelola sumber daya tersebut, baik berupa dana publik atau sumber daya alam
tertentu.
3. Fraud, merupakan suatu tindakan kejahatan ekonomi yang melibatkan penipuan (trickery or swindle).
Termasuk didalamnya proses manipulasi atau mendistorsi informasi dan fakta dengan tujuan mengambil
keuntungan-keuntungan tertentu.
4. Extortion, tindakan meminta uang atau sumber daya lainnya dengan cara paksa atau disertai dengan
intimidasi-intimidasi tertentu oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Lazimnya dilakukan oleh mafia-
mafia lokal dan regional.
5. Favouritism, adalah mekanisme penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi pada tindakan privatisasi
sumber daya.
6. Melanggar hukum yang berlaku dan merugikan negara.
7. Serba kerahasiaan, meskipun dilakukan secara kolektif atau korupsi berjamaah.
JENIS-JENIS KORUPSI
Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh tokoh reformasi, M. Amien Rais yang
menyatakan sedikitnya ada empat jenis korupsi, yaitu (Anwar, 2006:18):

Korupsi
Korupsi nepotistik
ekstortiF
yakni berupa sogokan atau suap yaitu terjadinya korupsi karena
yang dilakukan pengusaha
ada ikatan kekeluargaan,
kepada penguasa.
pertemanan, dan sebagainya.

Korupsi Korupsi
manipulatif
seperti permintaan seseorang yang subversif
yakni mereka yang merampok kekayaan
negara secara sewenang-wenang untuk
memiliki kepentingan ekonomi kepada
eksekutif atau legislatif untuk membuat dialihkan ke pihak asing dengan
peraturan atau UU yang menguntungkan sejumlah keuntungan pribadi.
bagi usaha ekonominya.
KORUPSI SEKTOR PUBLIK
korupsi sektor publik merupakan bentuk penyalahgunaan kewenangan publik, baik berupa tindakan maupun
keputusan dari seorang politisi, pejabat publik, ataupun pegawai negeri demi kepentingan pribadi.

Menurut para pakar, kelompok negara yang dianggap tingkat korupsinya tinggi adalah Italia, Rusia, Nigeria,
Brazil, Colombia, Mexico, China, Jepang, dan Indonesia. Negara-negara tersebut dianggap mewakili dua
kategori dimana para pakar tersebut berasal, yaitu higher income dan low income. Tentu saja deretan nama
negara ini “debatable” jika kita bandingkan dengan hasil Corruption Perception Index terkini yang dikeluarkan
oleh Transparency International. Namun setidaknya kita dapat merujuk pada beberapa skandal korupsi di
negara-negara tersebut yang sempat dirilis media, seperti mega skandal korupsi di Kementerian Pertahanan
Rusia (2017), atau skandal korupsi yang masif terjadi di Consip (2017), lembaga public procurement, di Italia.

Selanjutnya persepsi para pakar menunjukkan bahwa tingkat korupsi sektor publik, yang notabene dikelola
oleh para politisi dan pegawai negeri, lebih tinggi terjadi di negara lower income. Sedangkan sebaliknya
tingkat korupsi sektor bisnis lebih tinggi terjadi di negara higher income. Hal ini mengkonfirmasi ingatan kita
tentang kejadian skandal korupsi Bernie Madoff, seorang pendiri Wall Street Firm, perusahaan sekuritas besar
di Amerika beberapa tahun silam.
PENYEBAB KORUPSI
SEKTOR PUBLIK
Meskipun tingkat korupsi sektor publik di kedua kelompok
negara tersebut berbeda, akan tetapi seluruh pakar sepakat
pada tiga penyebab utama, yaitu:
1. buruknya norma dan value para politisi dan pegawai
negeri;
2. kurangnya pengawasan, pengendalian, dan audit; serta
3. risiko hubungan antara bisnis, politik, dan negara.

Kelompok negara higher income menambahkan factor


budaya sektor publik. Sedangkan kelompok negara lower
income menambahkan salah kelola manajamen serta
kurangnya komitmen pimpinan sebagai penyebab lainnya.
STRATEGI PEMBERANTASAN

KORUPSI
Klitgaard mengungkap langkah mengurangi korupsi yang dilakukan oleh beberapa negara/pemerintah kota/institusi sebagai berikut:
Mengurangi monopoli, dengan kata lain mengefektifkan persaingan sehat. Argentina mengurangi kesempatan korupsi di
rumah sakit dengan cara mempublikasikan semua harga pembelian dalam sistem pengelolaan rumah sakit, sehingga tindak
korupsi yang mengakibatkan harga yang lebih tinggi lebih cepat terungkap.
• Membatasi diskresi berarti memperjelas aturan main dan mengumumkannya kepada masyarakat. Walikota La Paz, MacLean-
Abaroa menyusun “Manual del Paceño” yang secara ringkas menjelaskan dalam 3 bahasa nasional apa saja syarat memperoleh
ijin mendirikan bangunan, ijin usaha, dll. Di kantor pajak Philipina aturan dan istilah pajak disederhanakan sehingga lebih
mudah dimengerti dan mengurangi diskresi petugas pajak. Contoh lain adalah perubahan prosedur penganggaran yang
dilakukan oleh Presiden Aquino untuk mengurangi diskresi politisi daerah.
• Meningkatkan akuntabilitas, yang bisa berarti banyak hal, di sinilah kreativitas pemimpin ditunjukkan dengan banyak cara.
Meningkatkan akuntabilitas bisa dilakukan dengan penilaian kinerja yang pada gilirannya dapat menjadi jembatan
penghubung antara hasil kerja dengan penghargaan. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan mendengar dan berdiskusi
dengan pelaku usaha dan warga negara lainnya yang bisa diwujudkan antara lain dengan mekanisme pangaduan yang aman.
Upaya-upaya e-government juga telah banyak dilakukan di seluruh dunia seperti yang dilakukan Korea Selatan dan Mexico
yang secara signifikan berdampak positif mengurangi korupsi. Peran NGO sebagai watchdog juga besar. Seusai tsunami di
Aceh satu tim jurnalis lokal menyiarkan program harian tentang upaya rehabilitasi dan rekonstruksi. Tim ini sekaligus menjadi
watchdog yang menjaga upaya perbaikan Aceh dari korupsi.
• Melakukan reformasi terhadap insentif, misalnya insentif remunerasi. Upaya menaikkan risiko atau hukuman bagi pelaku dan
penerima suap perlu dilakukan, begitu juga sebaliknya. Georgia secara radikal mengurangi jumlah petugas polisi dan
menaikkan gaji petugas yang tersisa. Positive incentives perlu dibarengi dengan negative incentives misalnya dengan catching
big fish pelaku korupsi yang akan memberi sinyal bahwa tidak ada yang kebal dari hukum.
• Reformasi etika juga perlu dilakukan dalam wujud nyata para pemimpin sangat wajib memberi contoh yang baik.
PENCEGAHAN KORUPSI SEKTOR
PUBLIK
a) Salah satu cara untuk mencegah korupsi b) Untuk kontrak pekerjaan atau
adalah dengan mewajibkan pejabat publik untuk pengadaan barang baik di pemerintahan
melaporkan dan mengumumkan jumlah pusat, daerah maupun militer, salah satu cara
kekayaan yang dimiliki baik sebelum maupun untuk memperkecil potensi korupsi adalah
sesudah menjabat. Dengan demikian dengan melakukan lelang atau penawaran
masyarakat dapat memantau tingkat kewajaran secara terbuka. Masyarakat harus diberi
peningkatan jumlah kekayaan yang dimiliki otoritas atau akses untuk dapat memantau
khususnya apabila ada peningkatan jumlah dan memonitor hasil dari pelelangan atau
kekayaan setelah selesai menjabat. Kesulitan penawaran tersebut. Untuk itu harus
timbul ketika kekayaan yang didapatkan dengan dikembangkan sistem yang dapat memberi
melakukan korupsi dialihkan kepemilikannya kemudahan bagi masyarakat untuk ikut
kepada orang lain misalnya anggota keluarga. memantau ataupun memonitor hal ini.
PENCEGAHAN KORUPSI SEKTOR
PUBLIK (continued)
c) Korupsi juga banyak terjadi dalam perekruitan pegawai negeri dan anggota
militer baru. Korupsi, kolusi dan nepotisme sering terjadi dalam kondisi ini.
Sebuah sistem yang transparan dan akuntabel dalam hal perekruitan pegawai
negeri dan anggota militer juga perlu dikembangkan.
d) Selain sistem perekruitan, sistem penilaian kinerja pegawai negeri yang
menitikberatkan pada pada proses (proccess oriented) dan hasil kerja akhir
(result oriented) perlu dikembangkan. Untuk meningkatkan budaya kerja dan
motivasi kerja pegawai negeri, bagi pegawai negeri yang berprestasi perlu
diberi insentif yang sifatnya positif. Pujian dari atasan, penghargaan, bonus
atau jenis insentif lainnya dapat memacu kinerja pegawai negeri. Tentu saja
pemberian ini harus disertai dengan berbagai pra-kondisi yang ketat karena
hal ini juga berpotensi korupsi, karena salah-salah hal ini justru dipergunakan
sebagai ajang bagi-bagi bonus diantara para pegawai negeri.
PENGEMBANGAN DAN PEMBUATAN
BERBAGAI INSTRUMEN HUKUM YANG
MENDUKUNG PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN KORUPSI
Untuk mendukung pencegahan dan pemberantasan korupsi tidak cukup hanya mengandalkan satu
instrumen hukum yakni Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berbagai peraturan
perundang-undangan atau instrumen hukum lain perlu dikembangkan. Salah satu peraturan perundang-
undangan yang harus ada untuk mendukung pemberantasan korupsi adalah Undang-Undang Tindak
Pidana Money Laundering atau Pencucian Uang. Untuk melindungi saksi dan korban tindak pidana
korupsi, perlu instrumen hukum berupa UU Perlindungan Saksi dan Korban. Untuk memberdayakan
Pers, perlu UU yang mengatur mengenai Pers yang bebas. Bagaimana mekanisme masyarakat yang akan
melaporkan tindak pidana korupsi dan penggunaan electronic surveillance juga perlu diatur supaya tidak
melanggar privacy seseorang. Selain itu hak warga negara untuk secara bebas menyatakan pendapatnya
harus pula diatur. Pasalpasal yang mengkriminalisasi perbuatan seseorang yang akan melaporkan tindak
pidana korupsi serta menghalang-halangi penyelidikan, penyidikan dan pemeriksaan tindak pidana
korupsi seperti pasal mengenai fitnah atau pencemaran nama baik perlu dikaji ulang dan bilamana perlu
diamandemen atau dihapuskan. Hal ini bertujuan untuk lebih memberdayakan masyarakat. Masyarakat
tidak boleh takut melaporkan kasus korupsi yang diketahuinya. Selain itu, untuk mendukung
pemerintahan yang bersih, perlu instrumen Kode Etik atau code of conduct yang ditujukan untuk semua
pejabat publik, baik pejabat eksekutif, legislatif maupun code of conduct bagi aparat lembaga peradilan
(kepolisian, kejaksaan dan pengadilan).
UNDANG-UNDANG TENTANG
KORUPSI RINDAK PIDANA KORUPSI
1. Kerugian Keuangan Negara
Pasal 2 ayat (1) UU Tipikor jo. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 25/PUU-XIV/2016
 mengatur bahwa:
 
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
UNDANG-UNDANG TENTANG
KORUPSI RINDAK PIDANA KORUPSI
2. Suap-menyuap
Contoh perbuatan suap dalam UU Tipikor dan perubahannya di antaranya diatur dalam Pasal 5 UU 20/2001, yang
berbunyi:
 
1. Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana
denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
• memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya
pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang
bertentangan dengan kewajibannya; atau
• memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu
yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.
2. Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a atau huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
UNDANG-UNDANG TENTANG
KORUPSI RINDAK PIDANA KORUPSI
3. Penggelapan dalam Jabatan
Contoh penggelapan dalam jabatan diatur dalam Pasal 8 UU 20/2001 yang berbunyi:
 
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), pegawai negeri atau orang selain
pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena
jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang
lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.
UNDANG-UNDANG TENTANG
KORUPSI RINDAK PIDANA KORUPSI
4. Perbuatan Curang

Perbuatan curang dalam UU Tipikor dan perubahannya di antaranya berbentuk:[3]


• pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan bangunan yang pada waktu
menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau
barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang;
• setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan
perbuatan curang di atas;
• setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau Kepolisian
Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam
keadaan perang; atau
• setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan perbuatan curang di atas.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai