Anda di halaman 1dari 2

 

Diskusikan materi dibawah ini untuk memperkuat pemahaman mahasiswa


dalam mempelajari mata kuliah Hukum Perbankan dan TPPU.

Pada kasus Nomor 222/Pid.Sus/2018/Pn.Mks, terdakwa dinyatakan telah


melanggar Pasal 46 ayat 1 Jo. Pasal 16 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
sebagaimana yang telah diubah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 1998 yang berbunyi sebagai berikut: “barang siapa menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa izin usaha dari Pimpinan Bank
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, diancam dengan pidana
penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp. 10.000.000.000.00  (sepuluh milyar).

Jelaskan tentang tujuan pemidanaan dengan diaturnya  sanksi pidana penjara


dan denda  yang berkaitan dengan tindak pidana perbankan? 

Berikan Argumentasi Anda dan sertakan sumber referensi yang menjadi rujukan
baik BMP Universitas Terbuka dan referensi lain selain BMP Universitas
Terbuka,  sertakan dasar hukum yang relevan dengan tidak asal copy paste!

Jawab
Tujuan dari pemidanaan dengan diaturnya sanksi pidana penjara dan denda yang
berkaitan dengan tindak pidana perbankan adalah untuk mencegah dan memberantas
tindak pidana perbankan, serta memberikan efek jera bagi pelaku tindak pidana dan
masyarakat secara umum. Selain itu, sanksi pidana tersebut juga bertujuan untuk
memperbaiki tata kelola perbankan agar lebih baik dan menjamin kepercayaan publik
terhadap sistem perbankan.
Dasar hukum sanksi pidana penjara dan denda terkait tindak pidana perbankan diatur
dalam berbagai peraturan perundang-undangan seperti Undang-Undang No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan, Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja. Selain itu, Bank Indonesia juga menerbitkan peraturan-peraturan
yang mengatur tentang tindak pidana perbankan, seperti Peraturan Bank Indonesia
Nomor 18/18/PBI/2016 tentang Penerapan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Peraturan
Bank Indonesia Nomor 19/7/PBI/2017 tentang Pencegahan dan Penanganan Tindak
Pidana Penipuan dalam Kegiatan Perbankan.
Contoh kasus yang berkaitan dengan sanksi pidana penjara dan denda terkait tindak
pidana perbankan adalah kasus Bank Century. Pada tahun 2008, Bank Century
mengalami krisis likuiditas yang cukup serius sehingga mengancam stabilitas sistem
keuangan di Indonesia. Pemerintah kemudian memberikan penyertaan modal ke Bank
Century sebesar Rp 6,7 triliun untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.
Namun, ditemukan adanya dugaan tindak pidana korupsi dalam penyertaan modal
tersebut, yaitu adanya dugaan pengalihan dana penyertaan modal Bank Century ke
rekening pribadi pengurus bank dan pihak terkait. Sejumlah pihak, termasuk mantan
Deputi Gubernur Bank Indonesia, kemudian ditetapkan sebagai tersangka dan dijatuhi
sanksi pidana penjara dan denda.
Kasus Bank Century menunjukkan bahwa tindak pidana perbankan dapat membahayakan
stabilitas sistem keuangan dan memberikan dampak yang merugikan bagi masyarakat.
Oleh karena itu, pemidanaan dengan diaturnya sanksi pidana penjara dan denda
merupakan upaya yang diperlukan untuk mencegah dan memberantas tindak pidana
perbankan, serta menjamin kepercayaan publik terhadap sistem perbankan.

Kasus Nomor 222/Pid.Sus/2018/Pn.Mks adalah kasus yang menyangkut tindak pidana


perbankan yang dilakukan oleh mantan Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk (BTN), yaitu Maryono. Maryono didakwa melakukan tindak pidana
korupsi terkait pemberian kredit fiktif sebesar Rp 390 miliar yang diberikan kepada
beberapa pihak pada periode 2013-2014.
Tujuan dari pemidanaan dengan diaturnya sanksi pidana penjara dan denda terkait kasus
ini adalah untuk memberikan efek jera bagi pelaku tindak pidana dan masyarakat secara
umum, serta memberikan sanksi yang sesuai dengan kejahatan yang dilakukan oleh
Maryono. Dalam hal ini, Maryono melanggar Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP, yang menjeratnya dengan ancaman pidana penjara paling singkat 4 tahun dan
paling lama 20 tahun, serta denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1
miliar.
Dasar hukum sanksi pidana penjara dan denda terkait kasus ini diatur dalam berbagai
peraturan perundang-undangan, di antaranya:
- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang mengatur
mengenai tata cara penyelenggaraan kegiatan perbankan dan sanksi pidana bagi
perbankan yang melakukan tindakan yang merugikan nasabah atau mengakibatkan
kerugian bagi bank.
- Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, yang mengatur mengenai tindak pidana korupsi dan sanksi pidana yang berlaku
bagi pelaku tindak pidana korupsi.
- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang mengatur mengenai sanksi
pidana bagi pelaku tindak pidana yang melanggar hukum.
Dalam kasus ini, Maryono dijatuhi vonis pidana penjara selama 6 tahun dan denda
sebesar Rp 1 miliar. Vonis tersebut merupakan sanksi yang sesuai dengan kejahatan yang
dilakukan oleh Maryono, sehingga dapat memberikan efek jera bagi pelaku tindak pidana
dan masyarakat secara umum.

Pustaka
Jamin Ginting, 2023, “Hukum Perbankan Dan Tindak Pidana Pencucian Uang,
Tangerang Selatan : Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai