MENINGKATKAN
KUALITAS
BELANJA DAERAH : Pemerataan
MENINGKATKAN
KAPASITAS BELANJA Layanan dan
FISKAL FOKUS & OPTIMAL Kesejahteraan
+
DAERAH
(PAD MENINGKAT,
TRANSFER
HARMONISASI
DEFINISI
Pajak Daerah:
Kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Retribusi Daerah:
Pungutan Daerah sebagai pembayaran atas atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan
DEFINISI
Subjek Pajak:
Orang pribadi atau badang yang dapat dikenai Pajak.
Wajib Pajak:
Orang pribadi atau badan, melipgti pembayar pajak, pemotong pajak,dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
DEFINISI
Subjek Retribusi
Orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan barang,
jasa, dan/atau perizinan.
Wajib Retribusi:
Orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan
diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut
retribusi tertentu.
DEFINISI
Badan
Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha milik negara, BUMD, atau badan usaha milik desa, dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk badan lainnya, termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
DEFINISI
Alat Berat
Alat yang diciptakan untuk membantu pekerjaan konstruksi dan pekerjaan
teknik sipil lainnya yang sifatnya berat apabila dikerjakan oleh tenaga manusia,
beroperasi menggunakan motor dengan atau tanpa roda, tidak melekat secara
permanen serta beroperasi pada area tertentu, termasuk tetapi tidak terbatas
pada area konstruksi, perkebunan, kehutanan, dan pertambangan.
DEFINISI
Opsen
Pungutan tambahan pajak menurut persentase tertentu
MEMPERLUAS BASIS
PAJAK
• Opsen Pajak Provinsi dan Kab/Kota sebagai penggantian skema bagi hasil dan
penyesuaian kewenangan (Opsen PKB, BBNKB, MBLB) tanpa tambahan beban
WP
•
Perluasan objek melalui sinergitas Pajak Pusat dan Daerah (valet parkir,
objek
rekreasi, dsb)
HARMONISASI DENGAN PERATURAN PERUNDANGAN LAIN
• Putusan MK Terkait Alat Berat/Alat Besar → Pajak Alat
• Berat
• Putusan MK Terkait PPJ → PBJT Tenaga Listrik
• UU 23/2014 dan UU 3/2020 terkait sinkronisasi kewenangan
Selaras dengan upaya dukungan Kemudahan Berusaha
14
STRUKTUR PAJAK DAERAH DALAM UU
HKPD
Restrukturisasi & integrasi jenis pajak daerah ditujukan untuk mengurangi administrative & compliance cost serta optimalisasi
pemungutan, sedangkan skema opsen ditujukan untuk penggantian skema bagi hasil dan penyesuaian kewenangan
Provinsi Kab/Kota
1. PBB P-2 7. BPHTB
1. PKB 2. Pajak Penerangan 8. Pajak
2. BBNKB 3. Jalan Parkir
Pajak MBLBReklame
9. Pajak
3. PBBKB 4. Pajak 10. PA
4. PAP 5. Hotel Restoran
Pajak T
11. Pajak Sarang Burung Walet
5. Pajak Rokok 6. Pajak
Hiburan
UU HKPD
Provinsi Kab/Kota
1. PKB
2. BBNKB 1. PBB P-2 6. PAT
3. PAB 2. PBJ 7. Pajak Sarang Burung Walet
4. PBBKB 3. T
BPHTB 8. Opsen PKB dan Opsen BBNKB
5. PAP 4. Pajak
6. Pajak Rokok 5. MBLBReklame
Pajak
7. Opsen Pajak MBLB
15
STRUKTUR RETRIBUSI DAERAH DALAM UU
HKPD
Rasionalisasi jenis retribusi daerah ditujukan untuk peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dan
menciptakan ekosistem iklim usaha yang kondusif
UU PDRD dan UU Cipta Kerja UU HKPD
Retribusi Jasa Retribusi Jasa Retribusi Perizinan Retribusi Jasa Umum (5 jenis pelayanan)
Umum Usaha Tertentu 1. pelayanan kesehatan
(15 jenis pelayanan) (11 jenis pelayanan) (5 jenis pelayanan izin) 2. pelayanan kebersihan
1. Pelayanan Kesehatan 1. Pemakaian 1. PBG (Persetujuan 3. pelayanan parkir di tepi jalan umum
2. Pelayanan Kebersihan Kekayaan Daerah Bangunan Gedung) 4. pelayanan pasar
3. Biaya Cetak KTP dan 2. Pasar 2. Izin Tempat 5. pengendalian lalu lintas
Akta Grosir/Pertokoan Penjualan
4. 3. 3.
5. Catatan Sipil 4. Tempat Pelelangan 4. Minuman Beralkohol
6. Pelayanan Pemakaman 5. Terminal 5. Izin Trayek Retribusi Jasa Usaha (10 jenis
7. Parkir di Tepi Jalan Tempat Khusus Izin Usaha Perikanan pelayanan)
Umum 6. Parkir Perpanjangan Izin
8. Pelayanan Pasar 7. Penginapan/Villa Mempekerjakan Tenaga Sama seperti UU 28/2009, dengan
Pelayanan Pengujian menghapuskan Retribusi Terminal
Rumah Potong Kerja Asing
9. Kendaraan Bermotor 8. Hewan (PP97/2012)
10. Pemeriksaan Alat Retribusi Perizinan Tertentu (3 jenis pelayanan
Pemadam Kebakaran 9. Pelayanan Retribusi Izin Gangguan izin)
11. Biaya Cetak Peta Kepelabuhanan dihapus UU Cipta Kerja
1. PBG (Persetujuan Bangunan
12. 10. Tempat Rekreasi 2. Gedung) PTKA (Perpanjangan
Penyediaan /Penyedotan dan Olahraga 3. IMTA)
13. Kakus 11. Penyeberangan di PPR (Pengelolaan Pertambangan
Rakyat)
14. Pengolahan Limbah Cair Air
Pelayanan Tera/Tera Retribusi Tambahan yang diatur dengan PP
Penjualan
15. Ulang Produksi (misal
Pelayanan Pendidikan Usaha Daerah
Pengendalian Menara retribusi perkebunan sawit)
Telekomunikasi
Pengendalian Lalu 16
PENGATURAN PAJAK DAERAH (1)
• Opsen tidak menambah beban • PBJT mengintegrasikan pajak daerah • Kendaraan bermotor berbasis
WP berbasis konsumsi (Pajak Hotel, energi terbarukan (nonfosil)
• Opsen PKB dan BBNKB Restoran, Hiburan, PPJ, dan Parkir) dikecualikan dari PKB dan
menggantikan bagi hasil PKB • Tujuannya untuk: BBNKB
dan ✓mempermudah administrasi pembayaran • Mendukung program
BBNKB, sekaligus mempercepat dan pelaporan dari sisi WP, percepatan Kendaraan
• penerimaan kab/kota ✓meningkatkan efisiensi layanan Bermotor Listrik
Opsen MBLB untuk mendanai perpajakan dan pengawasan dari sisi Berbasis
kewenangan provinsi dalam Pemda • Baterai (KBLBB)
penerbitan dan pengawasan izin • perluasan objek (valet parkir, rekreasi, NJKB lebih tinggi untuk
• MBLB dsb) Kendaraan Bermotor Fosil
Mendorong sinergi antara yang menghasilkan emisi
Provinsi dan kab/kota lebih
besar
17
PENGATURAN PAJAK DAERAH (2)
18
PENGATURAN RETRIBUSI
DAERAH
Rasionalisasi Retribusi Daerah dilakukan dalam rangka efisiensi pelayanan publik di daerah, mendukung iklim
investasi dan kemudahan berusaha, namun dengan tetap menjaga penerimaan PAD daerah
Dihapuskannya beberapa jenis retribusi bukan berarti Pemda tidak melakukan layanan dimaksud. Layanan publik tersebut tetap dilakukan Pemda namun tanpa
pungutan kepada maasyarakat.
19
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
PERBANDINGAN POKOK PENGATURAN
Perubahan kebijakan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) diarahkan untuk menambah sumber PAD, namun tetap menyederhanakan
jenis dan lapisan tarif pungutan pajak dan retribusi, serta tetap mendukung kemudahan investasi di daerah
No Aspek Pengaturan UU 28/2009 ttg PDRD UU HKPD
1 Basis Pemajakan Konsumsi, Properti, Sumber Daya Konsumsi, Properti, Sumber Daya Alam
Alam
2 Jenis Pajak 16 Jenis 14 Jenis
3 Jenis Retribusi 32 Jenis 18 Jenis [15 pelayanan barang/jasa, dan 3 pelayanan perizinan: IMB, PTKA, &
IPR]
4 Tarif Mengatur tarif maksimum Mengatur tarif maksimum
(Khusus Pajak Kendaraan (Khusus Pajak Kendaraan Bermotor mengatur juga tarif minimum)
Bermotor
mengatur juga tarif minimum)
5 Range Tarif maksimum Pajak • 10% s.d. 75%; • range 40% - 75% untuk jasa hiburan yang perlu dikendalikan (tarif hiburan
Berbasis Konsumsi • Maks. 3% untuk konsumsi listrik khusus
industri dan pertambangan migas yang paling banyak diterapkan Pemda 35%)
yang dihasilkan sendiri • Maks 10% untuk barang dan jasa lainnya
• Maks 3% untuk konsumsi listrik industri dan pertambangan migas
6 Kewenangan Penetapan Tarif Pemerintah Daerah melalui Perda Pemerintah Daerah melalui Perda
(Namun Pemerintah Pusat dapat mengubah tarif pajak daerah dalam rangka
menjalankan kebijakan fiskal nasional)
7 Ketentuan Umum Perpajakan Diatur umum dalam UU, dan didetilkan Diatur hanya untuk hal yang pokok (kewajiban merahasiakan, pidana
Daerah (KUPD) dalam PP perpajakan), detil lain didelegasikan ke dalam PP
8 Penyelesaian Sengketa Keberatan, Banding Keberatan, Banding, dan Gugatan diatur lebih lanjut dalam PP
9 Jumlah Perda PDRD Tidak dibatasi, setiap jenis PDRD 1 Perda untuk mengatur seluruh pungutan PDRD
dapat diatur dengan Perda tersendiri (Revisi Perda tetap dapat dilakukan sesuai dengan dinamika perekonomian
daerah) 20
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
PERBANDINGAN JENIS PDRD
UU HKPD
No UU PDRD
Jenis Pajak Keterangan
1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Exclude alat berat dan kendaraan berbasis energi terbarukan, tarif turun
untuk mengakomodasi opsen PKB
2 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Exclude alat berat, kendaraan berbasis energi terbarukan, dan BBNKB II
(BBNKB) dst, tarif diturunkan untuk mengakomodasi opsen BBNKB
3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor -
4 Pajak Air Permukaan Pajak Air Permukaan -
5 Pajak Rokok Pajak Rokok Penambahan objek berupa rokok lainnya yang dikenakan cukai rokok
6 Pajak Hotel • Jasa Penginapan dan Penyewaan Ruangan di Hotel
• Makanan dan/atau Minuman di Restoran
7 Pajak Restoran
• Jasa Hiburan dan Kesenian, termasuk Jasa Penyediaan Sarana
8 Pajak Hiburan Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) Prasarana Olahraga dan rekreasi
[Pajak atas Konsumsi] • Jasa Parkir
9 Pajak Parkir
• Tenaga Listrik
10 Pajak Penerangan Jalan
11 Pajak Reklame Pajak Reklame -
12 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan tarif turun untuk mengakomodasi opsen MBLB
(MBLB)
13 Pajak Air Tanah Pajak Air Tanah -
14 Pajak Sarang Burung Walet Pajak Sarang Burung Walet -
15 PBB-P2 PBB-P2 Memperkenalkan assessment value NJKP 20% s.d. 100%
16 BPHTB BPHTB -
Pajak Alat Berat Memperhatikan Putusan MK Nomor 15/PUU-XV/2017
Opsen Opsen PKB, BBNKB, dan MBLB
Simplifikasi jenis Pajak ditujukan
16 Jenis Pajakuntuk memudahkandministrasi perpajakan WP, sehingga meningkatkan compliance
14 Jenis Pajak 21
DAMPAK PENGATURAN PDRD DALAM UU HKPD
• Berdasarkan data APBD 2020, pengaturan PDRD dalam UU HKPD memberikan peningkatan penerimaan PDRD kabupaten/
kota sampai dengan 48,98%.
• Adapun penurunan untuk Provinsi dikarenakan adanya skema opsen, namun demikian melalui penerapan opsen
diharapkan PKB dan BBNK menjadi lebih optimal
pemungutan melalui sinergi Pemda Provinsi-Kab/kota dalam melakukan
B
pengawasan dan law enforcement terhadap pengguna kendaraan bermotor.
• Pemda provinsi menerima tambahan opsen Pajak MBLB untuk mendanai kewenangan penerbitan dan pengawasan izin MBL
B
UU 28/2009 UU HKPD Delta
(Rp Triliun) (Rp Triliun) Rp Triliun %
Jenis
PDRD Prov. Kab./Kota Prov. Kab./Kota Prov. Kab./Kota Prov. Kab./Kota
PDRD 126,26 61,27 109,77 91,28 -16,50 30,01 -13,07 48,98
Pajak Daerah + Opsen 124,90 54,25 108,57 84,82 -16,33 30,57 -13,08 56,36
Retribusi Daerah 1,36 7,02 1,19 6,46 -0,16 -0,56 -12,08 -8,03
Keterangan :
- Data bersumber dari SIKD per September 2021 yang diolah sesuai kebijakan PDRD dalam UU HKPD
- Perubahan penerimaan PDRD belum mempertimbangkan perluasan objek PBJT dari pergeseran
objek
PPN existing yaitu valet parking, jasa rekreasi, dan sarpras olahraga.
22
DESAIN TRANSFER KE
DAERAHRedesain pengelolaan transfer ke daerah untuk mengurangi ketimpangan dan mendorong
perbaikan
kualitas belanja yang efisien dan efektif, melalui TKD yang berbasis kinerja
DANA BAGI HASIL DANA ALOKASI UMUM DANA ALOKASI KHUSUS
24
PENGATURAN DANA BAGI HASIL
Redesain DBH untuk meningkatkan kapasitas fiksal daerah dalam rangka mengurangi vertical imbalance,
penguatan aspek kepastian alokasi, dan mendorong kinerja daerah
Kondisi Eksisting
• Tingginya Deviasi antara Alokasi dan Realisasi DBH (ada ketidakpastian, missal A 2018 Rp 89,23 T, R 2018 Rp 110,45 T),
sehingga
• menimbulkan Kurang Bayar dan Lebih Bayar DBH dan berpotensi menimbulkan SiLPA.
• Alokasi DBH belum mendorong Pemda untuk berpartisipasi dalam peningkatan pendapatan negara dan perbaikan
lingkungan.
Alokasi DBH belum mempertimbangkan dampak eksternalitas negative atas eksplorasi SDA terhadap daerah yang berbatasan
langsung
DESAIN dan PERUBAHAN
daerah pengolah TUJUAN
• Peningkatan porsi DBH CHT (2% ke 3%) dan DBH PBB (90% • Meningkatkan kapasitas fiskal daerah
100%) ke
• Memberikan kepastian alokasi kepada pemda
• Perubahan porsi DBH eksisting & opsi penambahan DBH jenis
lainnya setelah berkonsultasi dengan DPR (termasuk terkait sawit) • Akuntabilitas pengelolaan DBH yang lebih baik karena
• pengalokasian berdasarkan realisasi T-1. prinsip
• Dialokasikan kepada daerah penghasil, pengolah, dan pengalokasian yang berbasis performance/result based
•
nonpenghasil yang berbatasan langsung dengan daerah penghasil Mendukung penguatan penerimaan negara
•
• Pengalokasian memperhatikan kinerja daerah sehingga Efektivitas penanganan eksternalitas negatif dari kegiatan
alokasi ekstraksi dan pengolahan SDA.
DBH dilakukan 90% berdasarkan formula dan 10% berdasarkan
kinerja a.l mendukung penerimaan negara dan upaya
pemulihan 25
DESAIN KEBIJAKAN DANA BAGI HASIL
Perbandingan Pengaturan
❑ Integrasi DBH CHT ke dalam RUU HKPD (sebelumnya diatur di UU Cukai)
❑ Penghapusan Bagi Hasil BPHTB karena BPHTB sudah menjadi pajak daerah sejak UU 28/2009 tentang PDRD
❑ Alokasi based T-1 agar memberi kepastian
UU 33/2004 UU
❑
HKPD
Jenis DBH (Pasal 111)
❑ Jenis DBH (Pasal 11)
▪ DBH Pajak (DBH PPh, DBH PBB & DBH CHT (Pasal 114))
▪ DBH Pajak (DBH PPh, DBH PBB & BPHTB)
▪ DBH SDA (Kehutanan, Minerba, Migas, Panas Bumi
▪ DBH SDA (Kehutanan, Pertum, Perikanan, Migas dan dan
Panas Bumi) Perikanan)
❑ Pengalokasian (Pasal 110 - 120)
❑ Pengalokasian (Pasal 12-22)
o Lebih memberikan kepastian kepada Pemda melalui
▪ By Origin (daerah penghasil mendapat lebih besar). pengalokasian berdasarkan realisasi T-1.
▪ Bagian Kab/Kota pemerataan dialokasikan oleh o Dialokasikan kepada daerah penghasil, daerah sekitar,
Pemerintah Pusat daerah berbatasan langsung dan daerah pengolah
▪ Realisasi Penerimaan Negara Tahun Berjalan (pasal o Penerapan Indikator Kinerja (peningkatan penerimaan negara
▪ 23) dan pemeliharaan lingkungan)
Dibagi berdasarkan proporsi tertentu ❑ Opsi Perubahan Porsi DBH dan DBH Jenis lainnya (Pasal 122 &
123)
o Diatur lebih lanjut dengan PP setelah berkonsultasi dengan
DPR RI
26
PERBANDINGAN PORSI DANA BAGI HASIL #1
29
PENGATURAN DANA ALOKASI UMUM
▪ Pemerataan kemampuan keuangan membaik, namun masih terjadi ketimpangan kinerja layanan publik
▪ DAU justru mendorong dominasi belanja birokrasi (rata2 belanja pegawai 32,4% vs belanja infrastruktur
KONDISI publik
EKSISTING ▪ 11,5%)
▪ Meningkatkan tendensi pemekaran daerah (163 daerah sejak 2001-2019)
Penggunaan DAU belum memperhitungkan kinerja Pemda dalam memperbaiki layanan.
FORMULA ALOKASI
UU HKPD
UU 33/2004
❑ Pagu DAU (Pasal 120)
▪ Disesuaikan dengan kebutuhan pendanaan
❑ Pagu DAU (Pasal 27)
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam memenuhi
▪ Ditetapkan 26% dari PDN Netto SPM layanan dasar publik daerah (i.e: Pendidikan,
❑ Formula alokasi (Pasal 27 dan 28) Kesehatan, Infrastruktur), dengan tetap
▪ DAU = Alokasi Dasar + Celah Fiskal (KbF-KpF) mempertimbangkan kemampuan keuangan negara
▪ Alokasi Dasar = Jumlah Gaji PNSD ❑ Formula Alokasi (Pasal 121 – 122)
▪ Kebutuhan Fiskal (KbF) = Jumlah Penduduk, Luas o DAU = Celah Fiskal (KbF - Potensi Pendapatan Daerah)
Wilayah, IPM, IKK dan PDRB o KbF = Unit cost per layanan x target layanan x faktor
▪ Kapasitas Fiskal (KpF) = Realisasi PAD + Realisasi penyesuaian
DBH
❑ Penggunaan o Potensi Pendapatan = Potensi PAD + Realisasi DBH
32
DESAIN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS
Perbandingan Pengaturan
• Memfokuskan DAK sebagai penugasan pemerintah namun disesuaikan dengan kebutuhan Daerah via mekanisme usulan
• Menambahkan hibah sebagai bagian DAK (sebelumnya belanja Pusat)
UU 33/2004 UU HKPD
❑ Jenis DAK (Pasal 131 ayat (3):
❑ Jenis DAK
▪ DAK Fisik
▪ DAK Fisik
▪ DAK Non
❑ Dasar Alokasi (Pasal 40 & 41)
▪ Fisik
▪ Berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus dan kriteria
Hibah (Pasal 131 ayat (5) dan (6)):
❑ Pengalokasian
teknis Daerah
▪ Ada kewajiban 10% untuk dana pendamping o Dialokasikan untuk mencapai target kinerja yang
❑ Penggunaan (Pasal 39) ditetapkan oleh Pemerintah dan dianggarkan secara
Specific Grant (ditentukan penggunaannya untuk tahunan
mendanai o Tidak ada kewajiban dana pendamping 10%
kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah) o Pengalihan Belanja K/L yang menjadi urusan
daerah ke DAK jika daerah berkinerja
❑ Penggunaan (Pasal 131 ayat (1) dan (2))
o Sesuai dengan penugasan Pemerintah (specific grant)
33
PENGATUR DAN OTSU DA KEISTIMEWA
AN A S N AN
TUJUAN
• Pengejaran ketertinggalan di
DESAIN PERUBAHAN daerah khusus
Pengalokasian
• Peningkatan efisiensi
KONDISI SAAT belanja
INI ▪ Berdasarkan Undang-Undang
• Capaian outcome belum optimal Organik • pada daerah-daerah khusus
(IPM Papua dan Papua Barat selalu Akuntabilitas pengelolaan
Perbaikan Tata Kelola Otsus dan
berada di bottom three sejak 2002) yang
Dana Keistimewaan DIY lebih baik karena prinsip
sehingga perlu diakselerasi
▪ Pengelolaan Dana Otsus dan
• Belum ada norma perbaikan pengelolaan yang berbasis
Dana Keistimewaan DIY pencapaian kinerja
Tata
mengacu pada RPJMN,
Kelola Dana Otonomi Khusus dan
RPJMD,
• Dais secara komprehensif ▪ dan target kinerja
Perencanaan belum terintegrasi
Dais dapat diserahkan kepada
• antara RPJMN dan RPJMD. Kab/Kota di wilayah DIY
Belum memiliki target kinerja untuk 34
DESAIN KEBIJAKAN DANA OTONOMI KHUSUS
Perbandingan
Pengaturan
Menambahkan pengaturan dengan memasukkan target kinerja dalam pengelolaan Dana Otsus untuk mewujudkan
pelayanan
yang lebih baik dan tercapainya kesejahteraan masyarakat
UU UU HKPD
Pasal 132
❑
OTSUS
Dana Otsus dialokasikan 2,25% dari DAU Nasional (sesuai Pasal 34
UU ❑ Tambahan Pengaturan
2/2021, Papua/Pabar berlaku s.d. 20thn); sedangkan utk Aceh Tahun ke-1 dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang mengacu pada
s.d. ke-15 sebesar 2% dan mulai thn ke-16 s.d. ke-20 sebesar 1% DAU (UU RPJMN dan RPJMD, serta target kinerja
❑ 11/2006)
Pasal 34 ayat (3) huruf f: Dana Tambahan Infrastruktur untuk Papua ❑ Pengalokasian dan Penggunaan tetap sesuai dengan
❑ dan peraturan perundang-undangan mengenai Otsus
Papua
✓ Barat
Pasal 34 ayat (3) huruf e, UU 2/2021: Dana Otsus Papua dan Papua
Penggunaan:
Barat diutamakan pendidika dan kesehatan pembangunan
untuk dan pelaksanaa
pemeliharaan n pelayana; publik ,
,
kesejahteraan OAP dannpenguatan lembaga
n adat; ; peningkatan
✓ Dana Otsus Aceh diutamakan untuk pembangunan pemeliharaan
dan
infrastruktur, pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan
kemiskinan,
✓ serta pendanaan pendidikan, sosial, dan kesehatan;
Pasal 34 ayat (3)
pembangunan huruf f, UUperhubungan,
infrastruktu 2/2021: DTI Papua
energidanlistrik
Papua air
Baratbersih,
untuk
telekomunikasi, rdan sanitasi ,
lingkungan
35
DESAIN KEBIJAKAN DANA KEISTIMEWAAN DIY
Perbandingan Pengaturan
Menambahkan pengaturan dengan memasukkan target kinerja dalam pengelolaan Dana Keisitimewaan untuk mewujudkan
pelayanan yang lebih baik dan tercapainya kesejahteraan masyarakat
UU KEISTIMEWAAN UU HKPD
DIY UU 13/2012 Pasal 133
Pengalokasian: ❑ Tambahan Pengaturan
❑ Dana Keistimewaan dialokasikan dengan kebutuhan DIY dan ▪ dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang mengacu
sesuai pada RPJMN dan RPJMD, serta target kinerja
kemampuan
❑ Alokasi Danakeuangan NegaraDIY terpusat di
Keistimewaan
Provinsi ❑ Peruntukan penggunaan tetap mengacu UU 13/2012 tentang
Penggunaan : Keistimewaan
DIY
Untuk penyelenggaraan Keistimewaan DIY (5 Urusan
Keistimewaan) ▪ Tetap
➢ Tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang
dialokasikan
Gubernur dan Wakil Gubernur;
kepada
➢ Kelembagaan;
Pemerintah
➢ Kebudayaan;
Provinsi DIY
➢ Pertanahan;
▪ Dana Keistimewaan dapat diserahkan kepada Kab/Kota
➢ Tata Ruang.
untuk mendanai urusan keistimewaan yang dilaksanakan
oleh Kab/Kota
▪ Penggunaan sesuai dengan UU Keistimewaan
(penyelenggaraan 5 urusan keistimewaan DIY)
36
PENGATURAN DANA DESA
TUJUAN
37
DESAIN KEBIJAKAN DANA DESA
Perbandingan Pengaturan
Menambahkan pengaturan dengan memasukkan kinerja desa sebagai dasar pengalokasian Dana Desa serta memungkinkan
Pemerintah untuk turut menentukan fokus penggunaan Dana Desa secara tahunan agar fokus penggunaan Dana Desa dapat
sejalan dengan prioritas pembangunan nasional
38
DESAIN KEBIJAKAN INSENTIF FISKAL DAERAH
Perbandingan
Pengaturan
Pemberian Insentif Fiskal bagi daerah berkinerja merupakan tambahan pengaturan baru mengingat
tidak
diatur dalam UU 33/2004, melainkan dalam UU APBN melalui skema DID
UU APBN 2021 UU
HKPD
❑ UU 33/2004 tidak mengatur pemberian insentif fiskal
❑ Dasar Pemberian (Pasal 135)
kepada daerah berkinerja
❑ Pemberian insentif fiskal melalui DID diatur setiap tahunnya Pemerintah dapat memberikan insentif fiskal kepada
dalam UU Daerah atas pencapaian kinerja berdasarkan kriteria
tertentu.
❑ APBN
Insentif kepada daerah yang berkinerja baik dalam
❑ Kriteria Pemberian (Pasal 135)
pengelolaan keuangan Daerah, pelayanan umum
Kriteria tertentu berupa perbaikan dan/atau
pemerintahan, pelayanan dasar publik, kesejahteraan
pencapaian
kinerja Pemerintahan Daerah antara lain pengelolaan
masyarakat
keuangan Daerah, pelayanan umum pemerintahan,
pelayanan dasar
39
DAMPAK UU HKPD
UU HKPD diharapkan mampu memperkuat kapasitas pemda dalam melaksanakan desentralisasi fiskal. Penurunan pada level
Provinsi
dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan beban layanan publik yang mayoritas dilakukan eksekusinya oleh
Kabupaten/Kota.
Dana Alokasi Umum Dana Bagi Hasil Pajak Daerah & Retribusi Daerah
SUBSTANSI
S Penguatan pengaturan mekanisme pengalokasian dan penganggaran yang
BARU dimandatkan
oleh UU Pemda (dalam UU 33/2004 belum diamanatkan)
TKD untuk Daerah Persiapan TKD untuk Daerah Baru
UU 33/2004 UU
HKPD
❑ Penyaluran TKD tidak diatur spesifik dalam UU 33/2004.
Pasal 138
❑ Hanya penyaluran DAU saja yang spesifik diatur dalam
UU
tersebut, yaitu disalurkan secara bulanan sebesar 1/12 dari Tambahan pengaturan penyaluran TKD sesuai dengan
alokasi DAU daerah yang bersangkutan (Pasal 36) tata kelola keuangan negara yang baik.
❑ Penyaluran TKD dilakukan melalui
pemindahbukuan
dari kas negara ke kas daerah;
❑ Penyaluran dilakukan dengan mempertimbangkan
kemampuan keuangan negara, kinerja pelaksanaan
kegiatan di daerah, dan kebijakan pengendalian
belanja daerah dan kas daerah.
42
PERBANDINGAN JENIS PAJAK
DAERAH
DALAM UU 28/2009 DAN RUU HKPD
RUU HKPD
No UU 28 TAHUN 2009
Jenis Pajak Perubahan dan Tujuan Perubahan
1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Exclude alat berat, tarif turun untuk mengakomodasi opsen PKB
dan untuk memenuhi amanat Keputusan MK No. 15/PUU-XV/2017
2 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Ditambah opsen kepada Kab/kota, namun BBNKB II dst dihapus.
Bertujuan untuk meminimalisir kengganan pemilik kendaraan bekas
untuk membalik nama kendaraannya sekaligus untuk memperkuat
data kepemilikan kendaraan bermotor yang pada akhirnya akan
meningkatkan penerimaan PKB.
3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Tidak ada perubahan
4 Pajak Air Permukaan Pajak Air Permukaan Tidak ada perubahan
5 Pajak Rokok Pajak Rokok Tidak ada perubahan
6 Pajak Hotel Menggabungkan beberapa jenis pajak, yaitu:
• Jasa Penginapan dan Penyewaan Ruangan di Hotel
7 Pajak Restoran
• Makanan dan/atau Minuman di Restoran
8 Pajak Hiburan • Jasa Hiburan dan Kesenian, termasuk Jasa Penyediaan Sarana
Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) Prasarana Olahraga dan rekreasi
9 Pajak Parkir
[Pajak atas Konsumsi] • Jasa Parkir
10 Pajak Penerangan Jalan • Tenaga Listrik,
menjadi 1 (satu) jenis pajak untuk simplifikasi administrasi
perpajakan bagi WP dan fiscus serat memudahkan pengawasan
oleh fiskus.
59
PERBANDINGAN JENIS PAJAK
DAERAH
DALAM UU 28/2009 DAN RUU HKPD
RUU HKPD
No UU 28 TAHUN 2009
Jenis Pajak Perubahan dan Tujuan Perubahan
13 Pajak Air Tanah Pajak Air Tanah Adanya earmarking penggunaan dari sebagian hasil penerimaan
PAT untuk menjaga kelestarian dan ketersediaan air tanah.
14 Pajak Sarang Burung Walet Pajak Sarang Burung Walet Tidak ada perubahan
15 PBB-P2 PBB-P2 Mengubah tarif PBB dari 0,3 menjadi 0,5 dan memperkenalkan
assessment ratio NJOP 20% s.d. 100% agar fiskus dapat meng-
adjust NJOP PBB sesuai perkembangan ekonomi dan infrastruktur
di suatu daerah dengan tetap memperhatikan kemampuan
membayar wajib pajak.
16 BPHTB BPHTB • Mengubah NPOPTKP dari paling rendah 60 juta menjadi 80 juta
untuk menyesuaikan dengan perkembangan harga rumah per
unit.
• NPOPTKP hanya diberikan untuk perolehan hak pertama Wajib
Pajak di wilayah Daerah tempat terutangnya BPHTB untuk
memenuhi rasa keadilan dan melindungi masyarakat dalam hal
kepemilikan tanah dan./atau bangunan dengan tidak
memberikan insentif fiskal pada setiap perolehan hak oleh wajib
pajak yang memiliki kemampuan keuangan.
60
PERBANDINGAN JENIS PAJAK
DAERAH
DALAM UU 28/2009 DAN RUU HKPD
RUU HKPD
No UU 28 TAHUN 2009
Jenis Pajak Perubahan dan Tujuan Perubahan
17 Pajak Alat Berat Jenis pajak baru untuk memenuhi amanat Putusan MK Nomor
15/PUU-XV/2017
18 Opsen • Opsen PKB dan Opsen BBNKB bertujuan untuk shifting skema
bagi hasil menjadi opsen agar terwujud kepastian penerimaan,
ketepatan waktu dan jumlah penerimaan PKB dan BBNKB
bagian kab/kota oleh provinsi dengan cara men-split pembayaran
PKB dan BBNKB oleh WP ke masing-masing RKUD provinsi dan
kab/kota melalui bank system.
• Opsen MBLB, untuk memberikan tambahan penerimaan pajak
provinsi dalam menjalankan kewenangannya menetapkan harga
patokan MBLB dan pelaksanaan pengawasan atas
penambangan MBLB di wilayahnya.
61
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
PERBANDINGAN OBJEK PDRD (1)
9 Pajak Barang • Pajak daerah ini merupakan unifikasi (integrasi) dari 5 jenis pajak daerah berbasis konsumsi dalam UU 28 Tahun 2009, yaitu Pajak
dan Jasa Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Parkir, Pajak dan Penerangan Jalan, menjadi satu jenis pajak dengan nomenklatur PBJT.
Tertentu • Pada dasarnya objek mengikuti objek kelima jenis pajak daerah dalam UU 28 Tahun 2009, dengan penambahan/perluasan:
(PBJT) – ✓ Pada objek PBJT makanan/minuman ditambahkan kriteria restoran, untuk memberikan batasan yang tegas dengan pengenaan PPN
Pasal 50 s.d. atas makanan dan minuman
55 ✓ Pada objek PBJT Perhotelan ditambahkan objek penyewaan ruang rapat/pertemuan di hotel, serta objek tempat tinggal pribadi yang
difungsikan sebagai hotel
✓ Pada objek PBJT Parkir ditambahkan objek valet parkir
✓ Pada objek PBJT Kesenian dan Hiburan ditambahkan objek rekreasi berbasis wahana (waterboom, snowpark, dsb) dan objek
olahraga permainan
63
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
PERBANDINGAN OBJEK PDRD (3)
64
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Persandingan tarif pajak daerah (1)
No Jenis Pajak UU 28/2009 RUU HKPD Latar Belakang/ Alasan Perubahan
1 PKB
a. Kendaraan berbahan bakar fosil
(termasuk kendaraan hybrid)
• Kend pribadi Kepemilikan I 1% - 2% Maks. 1,2%
Tarif turun untuk mengakomodir bagi hasil PKB ke kab/kota yang
• Kend pribadi Kepemilikan II dst 2% - 10% progresif maks. 6% langsung di-split dalam bentuk opsen PKB sebesar 66% dari PKB
• Angkutan umum, Ambulans, pemadam, 0,5% - 1% maks. 0,5% terutang, sehingga beban WP secara total tidak berubah signifikan
dibandingkan pengaturan dalam UU 28/2009
sosial keagamaan, Pempus, Pemda
• TNI/POLRI 0,5% - 1% maks. 0,5% Sama dengan UU 28/2009, dikecualikan hanya untuk yang
khusus digunakan dalam pertahanan keamanan
• Angkutan karyawan, angkutan sekolah Diperlakukan maks. 0,5% Pengaturan baru, untuk memberikan fasilitas perpajakan dan
sama dengan mendorong penggunaan kendaraan karyawan dan sekolah di samping
kend pribadi penggunaan kendaraan umum
• Provinsi yang tidak terbagi menjadi 1% - 2% Maks. 2% Peningkatan tarif sebagai instrumen pengendalian kemacetan,
kab/kota: Kepemilikan I (kend pribadi) kerusakan jalan, dan pencemaran lingkungan di ibukota negara
• Provinsi yang tidak terbagi menjadi progresif maks. 10%
kab/kota: Kepemilikan II (kend pribadi)
b. Kendaraan listrik berbasis energi Tidak • Pengaturan baru untuk mendukung green policy dalam pemungutan
terbarukan dibedakan pajak daerah
• Kendaraan Pribadi dengan - • Mengakselerasi program kendaraan bermotor berbasis energi
kendaraan terbarukan dan mendorong pertumbuhan industri kendaraan berbasis
• Angkutan umum, Ambulans, pemadam, berbahan - energi terbarukan di Indonesia
sosial keagamaan, Pempus, Pemda, bakar fosil
angkutan karyawan, angkutan sekolah
65
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Persandingan tarif pajak daerah (2)
No Jenis Pajak UU PDRD RUU HKPD Latar Belakang/ Alasan Perubahan
2 BBNKB
• Penyerahan I maks. 20% Maks. 12% Tarif turun karena adanya penambahan opsen BBNKB
ke kab/kota. Hal ini agar tidak terjadi penambahan beban
WP.
• Penyerahan II dst maks. 1% - Penjualan kendaraan bekas tidak dikenakan BBNKB
untuk mendorong kepatuhan balik nama kendaraan bekas,
yang diharapkan dapat mendorong kepatuhan pembayaran
PKB
Provinsi yang tidak Diperlakukan sama Maks. 20%
terbagi menjadi kab/kota dengan kend pribadi
(kend pribadi) daerah lain
3 PAB 0,1%-0,2% (PKB alat Maksimum 0,2% Sama seperti tarif maksimum PKB alat berat dalam UU
berat) 28/2009, namun tanpa batas bawah tarif untuk memberikan
keleluasaan bagi Pemda dalam hal dibutuhkan insentif
fiskal bagi pengusaha alat berat
4 PBBKB Maksimum 10% Maksimum 10% Secara umum tidak berubah dari UU 28/2009
5 PAP Maksimum 10% Maksimum 10% Secara umum tidak berubah dari UU 28/2009
6 PBJT • Pajak Hotel, Pajak • Maks 10% (hotel, restoran, parkir, listrik, • Penyederhanaan tarif pajak-pajak daerah berbasis
Restoran, PPJ maks kesenian dan hiburan, sarpras konsumsi
10%, kecuali PPJ olahraga, rekreasi) • Penyederhanaan administrasi pengusaha
untuk industry dan • Maks. 3% untuk konsumsi Tenaga Listrik • Mendorong pertumbuhan industri hiburan keluarga melalui
pertambangan migas dari sumber lain oleh indsutri penurunan tarif, misalnya permainan ketangkasan yang
maks 3%. pertambangan minyak bumi dan gas alam dalam UU 28/2009 dapat dikenakan pajak s.d. 75%
• Pajak Parkir maks • Maks. 1,5% untuk konsumsi Tenaga Listrik • Tarif 40% - 75% untuk jasa tertentu telah
30% yang dihasilkan sendiri memperhatikan tarif rata-rata Perda existing
• Pajak Hiburan maks • 40% - 75% khusus jasa hiburan diskotik,
75% kelab malam, karaoke, bar, mandi uap/spa
7 Pajak Reklame Maksimum 25% Maksimum 25% Secara umum tidak berubah dari UU 28/2009
66
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Persandingan tarif pajak daerah (3)
No Jenis Pajak UU PDRD RUU HKPD Latar Belakang/ Alasan Perubahan
8 Pajak MBLB 25% Maksimum 20% Tarif turun untuk mengakomodir opsen MBLB. Opsen MBLB dimaksudkan untuk memberikan
sumber pendanaan bagi provinsi terkait kewenangan pengendalian izin MBLB di provinsi.
9 PAT Maksimum Maksimum 20% Secara umum tidak berubah dari UU 28/2009
20%
10 Pajak Maks 10% Maks 10% Secara umum tidak berubah dari UU 28/2009
Sarang
Burung
Walet
11 PBB-P2 Maks 0,3% Maks 0,5%, • Tarif maksimum naik, namun diberikan diskresi bagi Pemda untuk melakukan set-up Nilai
namun NJOP Jual Kena Pajak (NJKP) yaitu sebesar 20% s.d. 100% dari NJOP
pada range • PBB-P2 pada bangunan yang digunakan untuk tujuan komersil, seperti bangunan tempat
20%-100% usaha, termasuk menara telekomunikasi, kos-kosan, dsb dapat menggunakan NJOP yang
(NJKP) dihitung berdasarkan individual appraisal (misal dengan pendekatan pendapatan).
• Kenaikan tarif dan penilaian individual dimaksudkan untuk memberikan kompensasi atas
penghapusan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi, dan Retribusi Perizinan
Tertentu yang dihapuskan.
12 BPHTB Maks 5% Maks 5% - Terjadi kenaikan nilai tidak kena pajak dari 60juta menjadi 80juta
13 Pajak Maks 10% Maks 10% -
Rokok
14 Opsen
a. PKB - 66% • Tarif Opsen merupakan tarif tetap (fix) bukan tarif maksimal.
• Tarif Opsen dikalikan dengan pajak terutang underlying, misalnya: Opsen PKB= 66% x
b. BBNKB - 66%
PKB terutang, dst.
c. MBLB - 25% • Tarif Opsen PKB, BBNKB, dan MBLB ditetapkan dengan memperhatikan agar beban WP
tidak berubah secara signifikan
67
THANK YOU