8
KERANGKA PIKIR UU HKPD
+
YANG BERKUALITAS, PERLUASAN
AKSES PEMBIAYAAN)
HARMONISASI KEBIJAKAN
FISKAL PUSAT-DAERAH
9
PILAR HKPD
UU HKPD didesain untuk memperkuat desentralisasi fiskal guna mewujudkan kesejahteraan
Pemerataan
Kesejahteraan Masyarakat di seluruh
Pelosok NKRI
Alokasi sumber daya nasional yang efektif dan efisien melalui HKPD
yang transparan dan akuntabel
KETIMPANGAN
VERTIKAL DAN PENINGKATAN PENGUATAN LOCAL HARMONISASI BELANJA
HORISONTAL YANG KUALITAS BELANJA TAXING POWER PUSAT DAN DAERAH
MENURUN DAERAH
10
TUJUAN UU HKPD
Mewujudkan alokasi sumber daya nasional yang efisien dan efektif melalui HKPD yang transparan, akuntabel dan
berkeadilan, guna pemerataan kesejahteraan masyarakat di seluruh pelosok NKRI
Strategi pencapain tujuan
• Mendorong kemudahan berusaha di daerah • Penguatan disiplin & sinergi belanja daerah
• Mengurangi retribusi atas layanan wajib • Peningkatan kapasitas SDM Daerah
• Opsen perpajakan daerah antara Provinsi dan Kab/Kota • Penguatan pengawasan internal di daerah
• Basis pajak baru (sinergi Pajak Pusat - Daerah) • TKD diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan
publik
2. MEMINIMUMKAN KETIMPANGAN VERTIKAL & HORIZONTAL 4. HARMONISASI BELANJA PUSAT DAN DAERAH
• Reformulasi DAU agar lebih presisi & memperhatikan karakteristik daerah • Desain TKD yang dapat berfungsi sebagai counter-cyclical policy
• DBH yang berkeadilan, mendorong kinerja, & memperhatikan eksternalitas • Penyelarasan kebijakan fiskal Pusat & Daerah
• DAK yang fokus untuk prioritas nasional • Pengendalian defisit APBD
• Integrasi dan pengelolaan TKD berbasis kinerja • Refocusing APBD dalam kondisi tertentu
• Perluasan skema pembiayaan daerah secara terkendali dan hati-hati. • Sinergi bagan akun standar dalam rangka konsolidasi
• Pembentukan Dana Abadi Daerah untuk kemanfaatan lintas generasi • Penguatan monitoring dan evaluasi
• Sinergi Pendanaan lintas sumber pendanaan
11
KLASTER PENGATURAN UU HKPD
12
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI
DAERAH
Penguatan Local Taxing Power dengan
tetap menjaga perekonomian
13
DESAIN PAJAK DAERAH & RETRIBUSI DAERAH
RUU HKPD Meningkatkan Local Taxing Power Dengan Tetap Menjaga Kemudahan Berusaha di Daerah
14
STRUKTUR PAJAK DAERAH DALAM UU HKPD
Restrukturisasi & integrasi jenis pajak daerah ditujukan untuk mengurangi administrative & compliance cost serta optimalisasi
pemungutan, sedangkan skema opsen ditujukan untuk penggantian skema bagi hasil dan penyesuaian kewenangan
UU HKPD
Provinsi Kab/Kota
1. PKB
2. BBNKB 1. PBB P-2 6. PAT
3. PAB 2. PBJT 7. Pajak Sarang Burung Walet
4. PBBKB 3. BPHTB 8. Opsen PKB dan Opsen BBNKB
5. PAP 4. Pajak MBLB
6. Pajak Rokok 5. Pajak Reklame
7. Opsen Pajak MBLB
15
STRUKTUR RETRIBUSI DAERAH DALAM UU HKPD
Rasionalisasi jenis retribusi daerah ditujukan untuk peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dan
menciptakan ekosistem iklim usaha yang kondusif
UU PDRD dan UU Cipta Kerja UU HKPD
Retribusi Jasa Umum (5 jenis pelayanan)
Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa Usaha Retribusi Perizinan Tertentu
(15 jenis pelayanan) (11 jenis pelayanan) (5 jenis pelayanan izin) 1. pelayanan kesehatan
2. pelayanan kebersihan
1. Pelayanan Kesehatan 1. Pemakaian 1. PBG (Persetujuan 3. pelayanan parkir di tepi jalan umum
2. Pelayanan Kebersihan Kekayaan Daerah Bangunan Gedung) 4. pelayanan pasar
3. Biaya Cetak KTP dan Akta 2. Pasar 2. Izin Tempat Penjualan 5. pengendalian lalu lintas
Catatan Sipil Grosir/Pertokoan Minuman Beralkohol
4. Pelayanan Pemakaman 3. Tempat Pelelangan 3. Izin Trayek
5. Parkir di Tepi Jalan Umum 4. Terminal 4. Izin Usaha Perikanan
5. 5. Retribusi Jasa Usaha (10 jenis pelayanan)
6. Pelayanan Pasar Tempat Khusus Perpanjangan Izin
7. Pelayanan Pengujian Mempekerjakan Tenaga Sama seperti UU 28/2009, dengan
6. Parkir menghapuskan Retribusi Terminal
8. Kendaraan Bermotor 7. Penginapan/Villa Kerja Asing
Pemeriksaan Alat Rumah Potong (PP97/2012)
9. Pemadam Kebakaran 8. Hewan
10. Biaya Cetak Peta Pelayanan Retribusi Izin Gangguan Retribusi Perizinan Tertentu (3 jenis pelayanan izin)
Penyediaan /Penyedotan 9. Kepelabuhanan dihapus UU Cipta Kerja
1. PBG (Persetujuan Bangunan Gedung)
11. Kakus Tempat Rekreasi 2. PTKA (Perpanjangan IMTA)
12. Pengolahan Limbah Cair 10. dan Olahraga 3. PPR (Pengelolaan Pertambangan
Pelayanan Tera/Tera Rakyat)
13. Ulang 11. Penyeberangan di
14. Air
Pelayanan Pendidikan Penjualan Produksi Retribusi Tambahan yang diatur dengan PP (misal
Pengendalian Menara Usaha Daerah
15. Telekomunikasi retribusi perkebunan sawit)
Pengendalian Lalu Lintas
(PP 97/2012)
16
PENGATURAN PAJAK DAERAH (1)
• Opsen tidak menambah beban • PBJT mengintegrasikan pajak daerah • Kendaraan bermotor berbasis
WP berbasis konsumsi (Pajak Hotel, Restoran, energi terbarukan (nonfosil)
• Opsen PKB dan BBNKB Hiburan, PPJ, dan Parkir) dikecualikan dari PKB dan
menggantikan bagi hasil PKB dan • Tujuannya untuk: BBNKB
BBNKB, sekaligus mempercepat ✓mempermudah administrasi pembayaran • Mendukung program
penerimaan kab/kota dan pelaporan dari sisi WP, percepatan Kendaraan
• Opsen MBLB untuk mendanai ✓meningkatkan efisiensi layanan Bermotor Listrik Berbasis
kewenangan provinsi dalam perpajakan dan pengawasan dari sisi
penerbitan dan pengawasan izin Pemda • Baterai (KBLBB)
NJKB lebih tinggi untuk
MBLB • perluasan objek (valet parkir, rekreasi,
• Mendorong sinergi antara Kendaraan Bermotor Fosil
dsb) yang menghasilkan emisi lebih
Provinsi dan kab/kota
besar
17
PENGATURAN PAJAK DAERAH (2)
18
PENGATURAN RETRIBUSI DAERAH
Rasionalisasi Retribusi Daerah dilakukan dalam rangka efisiensi pelayanan publik di daerah, mendukung iklim
investasi dan kemudahan berusaha, namun dengan tetap menjaga penerimaan PAD daerah
Dihapuskannya beberapa jenis retribusi bukan berarti Pemda tidak melakukan layanan dimaksud. Layanan publik tersebut tetap dilakukan Pemda namun tanpa
pungutan kepada maasyarakat.
19
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
PERBANDINGAN POKOK PENGATURAN
Perubahan kebijakan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) diarahkan untuk menambah sumber PAD, namun tetap menyederhanakan
jenis dan lapisan tarif pungutan pajak dan retribusi, serta tetap mendukung kemudahan investasi di daerah
No Aspek Pengaturan UU 28/2009 ttg PDRD UU HKPD
1 Basis Pemajakan Konsumsi, Properti, Sumber Daya Alam Konsumsi, Properti, Sumber Daya Alam
2 Jenis Pajak 16 Jenis 14 Jenis
3 Jenis Retribusi 32 Jenis 18 Jenis [15 pelayanan barang/jasa, dan 3 pelayanan perizinan: IMB, PTKA, &
IPR]
4 Tarif Mengatur tarif maksimum Mengatur tarif maksimum
(Khusus Pajak Kendaraan Bermotor (Khusus Pajak Kendaraan Bermotor mengatur juga tarif minimum)
mengatur juga tarif minimum)
5 Range Tarif maksimum Pajak • 10% s.d. 75%; • range 40% - 75% untuk jasa hiburan yang perlu dikendalikan (tarif hiburan khusus
Berbasis Konsumsi • Maks. 3% untuk konsumsi listrik yang paling banyak diterapkan Pemda 35%)
industri dan pertambangan migas • Maks 10% untuk barang dan jasa lainnya
yang dihasilkan sendiri • Maks 3% untuk konsumsi listrik industri dan pertambangan migas
6 Kewenangan Penetapan Tarif Pemerintah Daerah melalui Perda Pemerintah Daerah melalui Perda
(Namun Pemerintah Pusat dapat mengubah tarif pajak daerah dalam rangka
menjalankan kebijakan fiskal nasional)
7 Ketentuan Umum Perpajakan Diatur umum dalam UU, dan didetilkan Diatur hanya untuk hal yang pokok (kewajiban merahasiakan, pidana
Daerah (KUPD) dalam PP perpajakan), detil lain didelegasikan ke dalam PP
8 Penyelesaian Sengketa Keberatan, Banding Keberatan, Banding, dan Gugatan diatur lebih lanjut dalam PP
9 Jumlah Perda PDRD Tidak dibatasi, setiap jenis PDRD 1 Perda untuk mengatur seluruh pungutan PDRD
dapat diatur dengan Perda tersendiri (Revisi Perda tetap dapat dilakukan sesuai dengan dinamika perekonomian
daerah) 20
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
PERBANDINGAN JENIS PDRD
UU HKPD
No UU PDRD
Jenis Pajak Keterangan
1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Exclude alat berat dan kendaraan berbasis energi terbarukan, tarif turun
untuk mengakomodasi opsen PKB
2 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Exclude alat berat, kendaraan berbasis energi terbarukan, dan BBNKB II
(BBNKB) dst, tarif diturunkan untuk mengakomodasi opsen BBNKB
3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor -
4 Pajak Air Permukaan Pajak Air Permukaan -
5 Pajak Rokok Pajak Rokok Penambahan objek berupa rokok lainnya yang dikenakan cukai rokok
6 Pajak Hotel • Jasa Penginapan dan Penyewaan Ruangan di Hotel
• Makanan dan/atau Minuman di Restoran
7 Pajak Restoran
• Jasa Hiburan dan Kesenian, termasuk Jasa Penyediaan Sarana
8 Pajak Hiburan Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) Prasarana Olahraga dan rekreasi
[Pajak atas Konsumsi] • Jasa Parkir
9 Pajak Parkir
• Tenaga Listrik
10 Pajak Penerangan Jalan
11 Pajak Reklame Pajak Reklame -
12 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan tarif turun untuk mengakomodasi opsen MBLB
(MBLB)
13 Pajak Air Tanah Pajak Air Tanah -
14 Pajak Sarang Burung Walet Pajak Sarang Burung Walet -
15 PBB-P2 PBB-P2 Memperkenalkan assessment value NJKP 20% s.d. 100%
16 BPHTB BPHTB -
Pajak Alat Berat Memperhatikan Putusan MK Nomor 15/PUU-XV/2017
Opsen Opsen PKB, BBNKB, dan MBLB
16 Jenis
Simplifikasi jenis Pajak Pajak
ditujukan untuk memudahkan administrasi perpajakan WP, sehingga meningkatkan compliance
14 Jenis Pajak 21
DAMPAK PENGATURAN PDRD DALAM UU HKPD
• Berdasarkan data APBD 2020, pengaturan PDRD dalam UU HKPD memberikan peningkatan penerimaan PDRD kabupaten/
kota sampai dengan 48,98%.
• Adapun penurunan untuk Provinsi dikarenakan adanya skema opsen, namun demikian melalui penerapan opsen diharapkan
pemungutan PKB dan BBNKB menjadi lebih optimal melalui sinergi Pemda Provinsi-Kab/kota dalam melakukan
pengawasan dan law enforcement terhadap pengguna kendaraan bermotor.
• Pemda provinsi menerima tambahan opsen Pajak MBLB untuk mendanai kewenangan penerbitan dan pengawasan izin MBLB
UU 28/2009 UU HKPD Delta
(Rp Triliun) (Rp Triliun) Rp Triliun %
Jenis PDRD
Prov. Kab./Kota Prov. Kab./Kota Prov. Kab./Kota Prov. Kab./Kota
PDRD 126,26 61,27 109,77 91,28 -16,50 30,01 -13,07 48,98
Pajak Daerah + Opsen 124,90 54,25 108,57 84,82 -16,33 30,57 -13,08 56,36
Retribusi Daerah 1,36 7,02 1,19 6,46 -0,16 -0,56 -12,08 -8,03
Keterangan :
- Data bersumber dari SIKD per September 2021 yang diolah sesuai kebijakan PDRD dalam UU HKPD
- Perubahan penerimaan PDRD belum mempertimbangkan perluasan objek PBJT dari pergeseran objek
PPN existing yaitu valet parking, jasa rekreasi, dan sarpras olahraga.
22
PERBANDINGAN JENIS PAJAK DAERAH
DALAM UU 28/2009 DAN RUU HKPD
RUU HKPD
No UU 28 TAHUN 2009
Jenis Pajak Perubahan dan Tujuan Perubahan
1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Exclude alat berat, tarif turun untuk mengakomodasi opsen PKB
dan untuk memenuhi amanat Keputusan MK No. 15/PUU-XV/2017
2 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Ditambah opsen kepada Kab/kota, namun BBNKB II dst dihapus.
Bertujuan untuk meminimalisir kengganan pemilik kendaraan bekas
untuk membalik nama kendaraannya sekaligus untuk memperkuat
data kepemilikan kendaraan bermotor yang pada akhirnya akan
meningkatkan penerimaan PKB.
3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Tidak ada perubahan
4 Pajak Air Permukaan Pajak Air Permukaan Tidak ada perubahan
5 Pajak Rokok Pajak Rokok Tidak ada perubahan
6 Pajak Hotel Menggabungkan beberapa jenis pajak, yaitu:
• Jasa Penginapan dan Penyewaan Ruangan di Hotel
7 Pajak Restoran
• Makanan dan/atau Minuman di Restoran
8 Pajak Hiburan • Jasa Hiburan dan Kesenian, termasuk Jasa Penyediaan Sarana
Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) Prasarana Olahraga dan rekreasi
9 Pajak Parkir
[Pajak atas Konsumsi] • Jasa Parkir
10 Pajak Penerangan Jalan • Tenaga Listrik,
menjadi 1 (satu) jenis pajak untuk simplifikasi administrasi
perpajakan bagi WP dan fiscus serat memudahkan pengawasan
oleh fiskus.
59
PERBANDINGAN JENIS PAJAK DAERAH
DALAM UU 28/2009 DAN RUU HKPD
RUU HKPD
No UU 28 TAHUN 2009
Jenis Pajak Perubahan dan Tujuan Perubahan
13 Pajak Air Tanah Pajak Air Tanah Adanya earmarking penggunaan dari sebagian hasil penerimaan
PAT untuk menjaga kelestarian dan ketersediaan air tanah.
14 Pajak Sarang Burung Walet Pajak Sarang Burung Walet Tidak ada perubahan
15 PBB-P2 PBB-P2 Mengubah tarif PBB dari 0,3 menjadi 0,5 dan memperkenalkan
assessment ratio NJOP 20% s.d. 100% agar fiskus dapat meng-
adjust NJOP PBB sesuai perkembangan ekonomi dan infrastruktur
di suatu daerah dengan tetap memperhatikan kemampuan
membayar wajib pajak.
16 BPHTB BPHTB • Mengubah NPOPTKP dari paling rendah 60 juta menjadi 80 juta
untuk menyesuaikan dengan perkembangan harga rumah per
unit.
• NPOPTKP hanya diberikan untuk perolehan hak pertama Wajib
Pajak di wilayah Daerah tempat terutangnya BPHTB untuk
memenuhi rasa keadilan dan melindungi masyarakat dalam hal
kepemilikan tanah dan./atau bangunan dengan tidak
memberikan insentif fiskal pada setiap perolehan hak oleh wajib
pajak yang memiliki kemampuan keuangan.
60
PERBANDINGAN JENIS PAJAK DAERAH
DALAM UU 28/2009 DAN RUU HKPD
RUU HKPD
No UU 28 TAHUN 2009
Jenis Pajak Perubahan dan Tujuan Perubahan
17 Pajak Alat Berat Jenis pajak baru untuk memenuhi amanat Putusan MK Nomor
15/PUU-XV/2017
18 Opsen • Opsen PKB dan Opsen BBNKB bertujuan untuk shifting skema
bagi hasil menjadi opsen agar terwujud kepastian penerimaan,
ketepatan waktu dan jumlah penerimaan PKB dan BBNKB
bagian kab/kota oleh provinsi dengan cara men-split pembayaran
PKB dan BBNKB oleh WP ke masing-masing RKUD provinsi dan
kab/kota melalui bank system.
• Opsen MBLB, untuk memberikan tambahan penerimaan pajak
provinsi dalam menjalankan kewenangannya menetapkan harga
patokan MBLB dan pelaksanaan pengawasan atas
penambangan MBLB di wilayahnya.
61
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
PERBANDINGAN OBJEK PDRD (1)
63
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
PERBANDINGAN OBJEK PDRD (3)
64
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Persandingan Tarif Pajak Daerah (1)
No Jenis Pajak UU 28/2009 RUU HKPD Latar Belakang/ Alasan Perubahan
1 PKB
a. Kendaraan berbahan bakar fosil
(termasuk kendaraan hybrid)
• Kend pribadi Kepemilikan I 1% - 2% Maks. 1,2%
Tarif turun untuk mengakomodir bagi hasil PKB ke kab/kota yang
• Kend pribadi Kepemilikan II dst 2% - 10% progresif maks. 6% langsung di-split dalam bentuk opsen PKB sebesar 66% dari PKB
• Angkutan umum, Ambulans, pemadam, 0,5% - 1% maks. 0,5% terutang, sehingga beban WP secara total tidak berubah signifikan
dibandingkan pengaturan dalam UU 28/2009
sosial keagamaan, Pempus, Pemda
• TNI/POLRI 0,5% - 1% maks. 0,5% Sama dengan UU 28/2009, dikecualikan hanya untuk yang pure
pertahanan keamanan
• Angkutan karyawan, angkutan sekolah Diperlakukan maks. 0,5% Pengaturan baru, untuk memberikan fasilitas perpajakan dan
sama dengan mendorong penggunaan kendaraan karyawan dan sekolah di samping
kend pribadi penggunaan kendaraan umum
• Provinsi yang tidak terbagi menjadi 1% - 2% Maks. 2% Peningkatan tarif sebagai instrumen pengendalian kemacetan,
kab/kota: Kepemilikan I (kend pribadi) kerusakan jalan, dan pencemaran lingkungan di ibukota negara
• Provinsi yang tidak terbagi menjadi progresif maks. 10%
kab/kota: Kepemilikan II (kend pribadi)
b. Kendaraan listrik berbasis energi Tidak • Pengaturan baru untuk mendukung green policy dalam pemungutan
terbarukan dibedakan pajak daerah
dengan • Mengakselerasi program kendaraan bermotor berbasis energi
• Kendaraan Pribadi -
kendaraan terbarukan dan mendorong pertumbuhan industri kendaraan berbasis
• Angkutan umum, Ambulans, pemadam, berbahan - energi terbarukan di Indonesia
sosial keagamaan, Pempus, Pemda, bakar fosil
angkutan karyawan, angkutan sekolah
65
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Persandingan Tarif Pajak Daerah (2)
No Jenis Pajak UU PDRD RUU HKPD Latar Belakang/ Alasan Perubahan
2 BBNKB
• Penyerahan I maks. 20% Maks. 12% Tarif turun karena adanya penambahan opsen BBNKB ke
kab/kota. Hal ini agar tidak terjadi penambahan beban W P.
• Penyerahan II dst maks. 1% - Penjualan kendaraan bekas tidak dikenakan BBNKB untuk
mendorong kepatuhan balik nama kendaraan bekas, yang
diharapkan dapat mendorong kepatuhan pembayaran PKB
Provinsi yang tidak Diperlakukan sama Maks. 20%
terbagi menjadi kab/kota dengan kend pribadi
(kend pribadi) daerah lain
3 PAB 0,1%-0,2% (PKB alat Maksimum 0,2% Sama seperti tarif maksimum PKB alat berat dalam UU
berat) 28/2009, namun tanpa batas bawah tarif untuk memberikan
keleluasaan bagi Pemda dalam hal dibutuhkan insentif fiskal
bagi pengusaha alat berat
4 PBBKB Maksimum 10% Maksimum 10% Secara umum tidak berubah dari UU 28/2009
5 PAP Maksimum 10% Maksimum 10% Secara umum tidak berubah dari UU 28/2009
6 PBJT • Pajak Hotel, Pajak • Maks 10% (hotel, restoran, parkir, listrik, • Penyederhanaan tarif pajak-pajak daerah berbasis
Restoran, PPJ maks kesenian dan hiburan, sarpras olahraga, konsumsi
10%, kecuali PPJ rekreasi) • Penyederhanaan administrasi pengusaha
untuk industry dan • Maks. 3% untuk konsumsi Tenaga Listrik • Mendorong pertumbuhan industri hiburan keluarga melalui
pertambangan migas dari sumber lain oleh indsutri penurunan tarif, misalnya permainan ketangkasan yang
maks 3%. pertambangan minyak bumi dan gas alam dalam UU 28/2009 dapat dikenakan pajak s.d. 75%
• Pajak Parkir maks 30% • Maks. 1,5% untuk konsumsi Tenaga Listrik • Tarif 40% - 75% untuk jasa tertentu telah memperhatikan
• Pajak Hiburan maks yang dihasilkan sendiri tarif rata-rata Perda existing
75% • 40% - 75% khusus jasa hiburan diskotik,
kelab malam, karaoke, bar, mandi uap/spa
7 Pajak Reklame Maksimum 25% Maksimum 25% Secara umum tidak berubah dari UU 28/2009
66
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Persandingan Tarif Pajak Daerah (3)
No Jenis Pajak UU PDRD RUU HKPD Latar Belakang/ Alasan Perubahan
8 Pajak MBLB 25% Maksimum 20% Tarif turun untuk mengakomodir opsen MBLB. Opsen MBLB dimaksudkan untuk memberikan sumber
pendanaan bagi provinsi terkait kewenangan pengendalian izin MBLB di provinsi.
9 PAT Maksimum Maksimum 20% Secara umum tidak berubah dari UU 28/2009
20%
10 Pajak Maks 10% Maks 10% Secara umum tidak berubah dari UU 28/2009
Sarang
Burung
Walet
11 PBB-P2 Maks 0,3% Maks 0,5%, • Tarif maksimum naik, namun diberikan diskresi bagi Pemda untuk melakukan set-up Nilai
namun NJOP Jual Kena Pajak (NJKP) yaitu sebesar 20% s.d. 100% dari NJOP
pada range • PBB-P2 pada bangunan yang digunakan untuk tujuan komersil, seperti bangunan tempat
20%-100% usaha, termasuk menara telekomunikasi, kos-kosan, dsb dapat menggunakan NJOP yang
(NJKP) dihitung berdasarkan individual appraisal (misal dengan pendekatan pendapatan).
• Kenaikan tarif dan penilaian individual dimaksudkan untuk memberikan kompensasi atas
penghapusan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi, dan Retribusi Perizinan
Tertentu yang dihapuskan.
12 BPHTB Maks 5% Maks 5% - Terjadi kenaikan nilai tidak kena pajak dari 60juta menjadi 80juta
13 Pajak Maks 10% Maks 10% -
Rokok
14 Opsen
a. PKB - 66% • Tarif Opsen merupakan tarif tetap (fix) bukan tarif maksimal.
• Tarif Opsen dikalikan dengan pajak terutang underlying, misalnya: Opsen PKB= 66% x
b. BBNKB - 66%
PKB terutang, dst.
c. MBLB - 25% • Tarif Opsen PKB, BBNKB, dan MBLB ditetapkan dengan memperhatikan agar beban WP
tidak berubah secara signifikan
67
PERCEPATAN PENYUSUNAN PERDA PBG
( SEB 4 Menteri, 25 Februari 2022)