Anda di halaman 1dari 28

KONSEPSI UU HKPD

Mewujudkan Desentralisasi Fiskal yang


adil, transparan, akuntabel, dan
berkinerja

8
KERANGKA PIKIR UU HKPD

Undang-Undang tentang Hubungan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah

PER AIKAN PEMERATAAN


KUALITAS OUTPUT LAYANAN DAN
DAN UTCOME KESEJAHT RAAN

MENINGKATKAN KAPASITAS MENINGKATKAN KUALITAS


FISKAL DAERAH BELANJA DAERAH : BELANJA
(PAD MENINGKAT, TRANSFER FOKUS & OPTIMAL

+
YANG BERKUALITAS, PERLUASAN
AKSES PEMBIAYAAN)

HARMONISASI KEBIJAKAN
FISKAL PUSAT-DAERAH

9
PILAR HKPD
UU HKPD didesain untuk memperkuat desentralisasi fiskal guna mewujudkan kesejahteraan

Pemerataan
Kesejahteraan Masyarakat di seluruh
Pelosok NKRI

Alokasi sumber daya nasional yang efektif dan efisien melalui HKPD
yang transparan dan akuntabel

KETIMPANGAN
VERTIKAL DAN PENINGKATAN PENGUATAN LOCAL HARMONISASI BELANJA
HORISONTAL YANG KUALITAS BELANJA TAXING POWER PUSAT DAN DAERAH
MENURUN DAERAH

Akuntabilitas berorientasi pada hasil, efisiensi, equality, certainty, universalitas


Sistem informasi dan evaluasi keuangan pusat Sumber daya manusia yang kompeten,
daerah yang terintegrasi Pengawasan, monitoring dan evaluasi professional, dan berintegritas

10
TUJUAN UU HKPD
Mewujudkan alokasi sumber daya nasional yang efisien dan efektif melalui HKPD yang transparan, akuntabel dan
berkeadilan, guna pemerataan kesejahteraan masyarakat di seluruh pelosok NKRI
Strategi pencapain tujuan

1. MENGUATKAN SISTEM PERPAJAKAN DAERAH 3. MENINGKATKAN KUALITAS BELANJA DAERAH

• Mendorong kemudahan berusaha di daerah • Penguatan disiplin & sinergi belanja daerah
• Mengurangi retribusi atas layanan wajib • Peningkatan kapasitas SDM Daerah
• Opsen perpajakan daerah antara Provinsi dan Kab/Kota • Penguatan pengawasan internal di daerah
• Basis pajak baru (sinergi Pajak Pusat - Daerah) • TKD diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan
publik

2. MEMINIMUMKAN KETIMPANGAN VERTIKAL & HORIZONTAL 4. HARMONISASI BELANJA PUSAT DAN DAERAH

• Reformulasi DAU agar lebih presisi & memperhatikan karakteristik daerah • Desain TKD yang dapat berfungsi sebagai counter-cyclical policy
• DBH yang berkeadilan, mendorong kinerja, & memperhatikan eksternalitas • Penyelarasan kebijakan fiskal Pusat & Daerah
• DAK yang fokus untuk prioritas nasional • Pengendalian defisit APBD
• Integrasi dan pengelolaan TKD berbasis kinerja • Refocusing APBD dalam kondisi tertentu
• Perluasan skema pembiayaan daerah secara terkendali dan hati-hati. • Sinergi bagan akun standar dalam rangka konsolidasi
• Pembentukan Dana Abadi Daerah untuk kemanfaatan lintas generasi • Penguatan monitoring dan evaluasi
• Sinergi Pendanaan lintas sumber pendanaan

11
KLASTER PENGATURAN UU HKPD

PAJAK DAERAH & RETRIBUSI DAERAH TRANSFER KE DAERAH


• BAB II • BAB III
• Pasal 4 s.d Pasal 105 • Pasal 106 s.d Pasal 139
• Muatan Pengaturan: Jenis Pajak Daerah & • Muatan Pengaturan: Jenis Transfer ke Daerah,
Retribusi Daerah, Subjek, Objek, Wajib, Tarif, Pengalokasian, dan Penggunaan
dukungan dunia usaha

PENGELOLAAN BELANJA DAERAH PEMBIAYAAN DAERAH & SINERGI FISKAL


• BAB IV • BAB V, VI, VII, VIII
• Pasal 140 s.d Pasal 153 • Pasal 154 s.d Pasal 180
• Muatan Pengaturan: Penganggaran Belanja • Muatan Pengaturan: Jenis pembiayaan, sumber,
Daerah, Optimalisasi SiLPA, Pengembangan SDM, penggunaan, pengelolaan dana abadi, sinergi
Pengawasan APBD pendanaan, dan pelaksanaan sinergi kebijakan
fiskal nasional

12
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI
DAERAH
Penguatan Local Taxing Power dengan
tetap menjaga perekonomian

13
DESAIN PAJAK DAERAH & RETRIBUSI DAERAH
RUU HKPD Meningkatkan Local Taxing Power Dengan Tetap Menjaga Kemudahan Berusaha di Daerah

MENURUNKAN ADMINISTRATION DAN COMPLIANCE COST


• Restrukturisasi Jenis Pajak Daerah, khususnya yang berbasis konsumsi (Hotel, Restoran,
Hiburan, Parkir, dan PPJ) menjadi Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT)
• Rasionalisasi retribusi dari 32 jenis layanan menjadi 18 jenis layanan
HKPD

MEMPERLUAS BASIS PAJAK


• Opsen Pajak Provinsi dan Kab/Kota sebagai penggantian skema bagi hasil dan
penyesuaian kewenangan (Opsen PKB, BBNKB, MBLB) tanpa tambahan beban WP
• Perluasan objek melalui sinergitas Pajak Pusat dan Daerah (valet parkir, objek
rekreasi, dsb)

HARMONISASI DENGAN PERATURAN PERUNDANGAN LAIN


• Putusan MK Terkait Alat Berat/Alat Besar → Pajak Alat Berat
• Putusan MK Terkait PPJ → PBJT Tenaga Listrik
• UU 23/2014 dan UU 3/2020 terkait sinkronisasi kewenangan
• Selaras dengan upaya dukungan Kemudahan Berusaha

14
STRUKTUR PAJAK DAERAH DALAM UU HKPD
Restrukturisasi & integrasi jenis pajak daerah ditujukan untuk mengurangi administrative & compliance cost serta optimalisasi
pemungutan, sedangkan skema opsen ditujukan untuk penggantian skema bagi hasil dan penyesuaian kewenangan

Undang-Undang 28 Tahun 2009


Provinsi Kab/Kota
1. PBB P-2 7. BPHTB
1. PKB 2. Pajak Penerangan Jalan 8. Pajak MBLB
2. BBNKB 3. Pajak Parkir 9. Pajak Reklame
3. PBBKB 4. Pajak Hotel 10. PAT
4. PAP 5. Pajak Restoran 11. Pajak Sarang Burung Walet
5. Pajak Rokok 6. Pajak Hiburan

UU HKPD
Provinsi Kab/Kota
1. PKB
2. BBNKB 1. PBB P-2 6. PAT
3. PAB 2. PBJT 7. Pajak Sarang Burung Walet
4. PBBKB 3. BPHTB 8. Opsen PKB dan Opsen BBNKB
5. PAP 4. Pajak MBLB
6. Pajak Rokok 5. Pajak Reklame
7. Opsen Pajak MBLB

15
STRUKTUR RETRIBUSI DAERAH DALAM UU HKPD
Rasionalisasi jenis retribusi daerah ditujukan untuk peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dan
menciptakan ekosistem iklim usaha yang kondusif
UU PDRD dan UU Cipta Kerja UU HKPD
Retribusi Jasa Umum (5 jenis pelayanan)
Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa Usaha Retribusi Perizinan Tertentu
(15 jenis pelayanan) (11 jenis pelayanan) (5 jenis pelayanan izin) 1. pelayanan kesehatan
2. pelayanan kebersihan
1. Pelayanan Kesehatan 1. Pemakaian 1. PBG (Persetujuan 3. pelayanan parkir di tepi jalan umum
2. Pelayanan Kebersihan Kekayaan Daerah Bangunan Gedung) 4. pelayanan pasar
3. Biaya Cetak KTP dan Akta 2. Pasar 2. Izin Tempat Penjualan 5. pengendalian lalu lintas
Catatan Sipil Grosir/Pertokoan Minuman Beralkohol
4. Pelayanan Pemakaman 3. Tempat Pelelangan 3. Izin Trayek
5. Parkir di Tepi Jalan Umum 4. Terminal 4. Izin Usaha Perikanan
5. 5. Retribusi Jasa Usaha (10 jenis pelayanan)
6. Pelayanan Pasar Tempat Khusus Perpanjangan Izin
7. Pelayanan Pengujian Mempekerjakan Tenaga Sama seperti UU 28/2009, dengan
6. Parkir menghapuskan Retribusi Terminal
8. Kendaraan Bermotor 7. Penginapan/Villa Kerja Asing
Pemeriksaan Alat Rumah Potong (PP97/2012)
9. Pemadam Kebakaran 8. Hewan
10. Biaya Cetak Peta Pelayanan Retribusi Izin Gangguan Retribusi Perizinan Tertentu (3 jenis pelayanan izin)
Penyediaan /Penyedotan 9. Kepelabuhanan dihapus UU Cipta Kerja
1. PBG (Persetujuan Bangunan Gedung)
11. Kakus Tempat Rekreasi 2. PTKA (Perpanjangan IMTA)
12. Pengolahan Limbah Cair 10. dan Olahraga 3. PPR (Pengelolaan Pertambangan
Pelayanan Tera/Tera Rakyat)
13. Ulang 11. Penyeberangan di
14. Air
Pelayanan Pendidikan Penjualan Produksi Retribusi Tambahan yang diatur dengan PP (misal
Pengendalian Menara Usaha Daerah
15. Telekomunikasi retribusi perkebunan sawit)
Pengendalian Lalu Lintas
(PP 97/2012)
16
PENGATURAN PAJAK DAERAH (1)

SINERGI PEMUNGUTAN PAJAK BARANG


DAN JASA GREEN POLICY
PROV-KAB/KOTA
TERTENTU (PBJT) PKB DAN BBNKB
MELALUI OPSEN

• Opsen tidak menambah beban • PBJT mengintegrasikan pajak daerah • Kendaraan bermotor berbasis
WP berbasis konsumsi (Pajak Hotel, Restoran, energi terbarukan (nonfosil)
• Opsen PKB dan BBNKB Hiburan, PPJ, dan Parkir) dikecualikan dari PKB dan
menggantikan bagi hasil PKB dan • Tujuannya untuk: BBNKB
BBNKB, sekaligus mempercepat ✓mempermudah administrasi pembayaran • Mendukung program
penerimaan kab/kota dan pelaporan dari sisi WP, percepatan Kendaraan
• Opsen MBLB untuk mendanai ✓meningkatkan efisiensi layanan Bermotor Listrik Berbasis
kewenangan provinsi dalam perpajakan dan pengawasan dari sisi
penerbitan dan pengawasan izin Pemda • Baterai (KBLBB)
NJKB lebih tinggi untuk
MBLB • perluasan objek (valet parkir, rekreasi,
• Mendorong sinergi antara Kendaraan Bermotor Fosil
dsb) yang menghasilkan emisi lebih
Provinsi dan kab/kota
besar

17
PENGATURAN PAJAK DAERAH (2)

DUKUNGAN PADA PERUBAHAN KEBIJAKAN


USAHA MIKRO JENIS, OBJEK, DPP, & TARIF
DAN ULTRA MIKRO PAJAK

• Insentif fiskal dapat diberikan kepada


WP pelaku usaha dengan kriteria • Memperkenalkan Pajak Alat Berat
tertentu, termasuk usaha mikro dan ultra • BBNKB hanya atas Kendaraan Bermotor baru
mikro • Earmarking sebagian penerimaan PKB, PBJT
• Pemberian Insentif Fiskal melalui Listrik, Pajak Rokok, dan PAT (diatur dalam PP)
permohonan WP atau secara jabatan • Penyesuaian tarif beberapa pajak daerah
oleh Kepala Daerah • Peningkatan NPOPTKP paling rendah Rp 80
• Pemberian Insentif Fiskal ditetapkan juta
dalam Peraturan Kepala Daerah dan
diberitahukan kepada DPRD

18
PENGATURAN RETRIBUSI DAERAH
Rasionalisasi Retribusi Daerah dilakukan dalam rangka efisiensi pelayanan publik di daerah, mendukung iklim
investasi dan kemudahan berusaha, namun dengan tetap menjaga penerimaan PAD daerah

Rasionalisasi Pengaturan Penerimaan PAD Opsi Penambahan


Jenis Retribusi Detil Dalam PP Tetap Terjaga Retribusi Baru
• Penyederhanaan Retribusi Perizinan UU HKPD hanya memuat pokok Rasionalisasi Retribusi Daerah • Penambahan jenis retribusi baru
Tertentu melanjutkan semangat pengaturan jenis & objek retribusi, dikompensasi dengan kebijakan dimungkinkan melalui PP
kemudahan berusaha sedangkan rincian objek, tingkat Pajak Daerah yang akan
• PP mengenai Retribusi baru
penggunaan jasa, prinsip dan meningkatkan penerimaan
• Rasionalisasi jenis retribusi lainnya mengatur minimal: objek retribusi,
didasari pertimbangan bahwa sasaran penetapan tarif diatur khususnya untuk kab/kota.
subjek dan wajib retribusi, prinsip
dengan PP Sehingga overall penerimaan PAD
layanan dimaksud wajib disediakan dan sasaran penetapan tarif, dan
tetap terjaga
Pemda tanpa pungutan tata cara penghitungan retribusi.

Dihapuskannya beberapa jenis retribusi bukan berarti Pemda tidak melakukan layanan dimaksud. Layanan publik tersebut tetap dilakukan Pemda namun tanpa
pungutan kepada maasyarakat.

19
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
PERBANDINGAN POKOK PENGATURAN
Perubahan kebijakan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) diarahkan untuk menambah sumber PAD, namun tetap menyederhanakan
jenis dan lapisan tarif pungutan pajak dan retribusi, serta tetap mendukung kemudahan investasi di daerah
No Aspek Pengaturan UU 28/2009 ttg PDRD UU HKPD
1 Basis Pemajakan Konsumsi, Properti, Sumber Daya Alam Konsumsi, Properti, Sumber Daya Alam
2 Jenis Pajak 16 Jenis 14 Jenis
3 Jenis Retribusi 32 Jenis 18 Jenis [15 pelayanan barang/jasa, dan 3 pelayanan perizinan: IMB, PTKA, &
IPR]
4 Tarif Mengatur tarif maksimum Mengatur tarif maksimum
(Khusus Pajak Kendaraan Bermotor (Khusus Pajak Kendaraan Bermotor mengatur juga tarif minimum)
mengatur juga tarif minimum)
5 Range Tarif maksimum Pajak • 10% s.d. 75%; • range 40% - 75% untuk jasa hiburan yang perlu dikendalikan (tarif hiburan khusus
Berbasis Konsumsi • Maks. 3% untuk konsumsi listrik yang paling banyak diterapkan Pemda 35%)
industri dan pertambangan migas • Maks 10% untuk barang dan jasa lainnya
yang dihasilkan sendiri • Maks 3% untuk konsumsi listrik industri dan pertambangan migas
6 Kewenangan Penetapan Tarif Pemerintah Daerah melalui Perda Pemerintah Daerah melalui Perda
(Namun Pemerintah Pusat dapat mengubah tarif pajak daerah dalam rangka
menjalankan kebijakan fiskal nasional)
7 Ketentuan Umum Perpajakan Diatur umum dalam UU, dan didetilkan Diatur hanya untuk hal yang pokok (kewajiban merahasiakan, pidana
Daerah (KUPD) dalam PP perpajakan), detil lain didelegasikan ke dalam PP
8 Penyelesaian Sengketa Keberatan, Banding Keberatan, Banding, dan Gugatan diatur lebih lanjut dalam PP

9 Jumlah Perda PDRD Tidak dibatasi, setiap jenis PDRD 1 Perda untuk mengatur seluruh pungutan PDRD
dapat diatur dengan Perda tersendiri (Revisi Perda tetap dapat dilakukan sesuai dengan dinamika perekonomian
daerah) 20
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
PERBANDINGAN JENIS PDRD
UU HKPD
No UU PDRD
Jenis Pajak Keterangan
1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Exclude alat berat dan kendaraan berbasis energi terbarukan, tarif turun
untuk mengakomodasi opsen PKB
2 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Exclude alat berat, kendaraan berbasis energi terbarukan, dan BBNKB II
(BBNKB) dst, tarif diturunkan untuk mengakomodasi opsen BBNKB
3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor -
4 Pajak Air Permukaan Pajak Air Permukaan -
5 Pajak Rokok Pajak Rokok Penambahan objek berupa rokok lainnya yang dikenakan cukai rokok
6 Pajak Hotel • Jasa Penginapan dan Penyewaan Ruangan di Hotel
• Makanan dan/atau Minuman di Restoran
7 Pajak Restoran
• Jasa Hiburan dan Kesenian, termasuk Jasa Penyediaan Sarana
8 Pajak Hiburan Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) Prasarana Olahraga dan rekreasi
[Pajak atas Konsumsi] • Jasa Parkir
9 Pajak Parkir
• Tenaga Listrik
10 Pajak Penerangan Jalan
11 Pajak Reklame Pajak Reklame -
12 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan tarif turun untuk mengakomodasi opsen MBLB
(MBLB)
13 Pajak Air Tanah Pajak Air Tanah -
14 Pajak Sarang Burung Walet Pajak Sarang Burung Walet -
15 PBB-P2 PBB-P2 Memperkenalkan assessment value NJKP 20% s.d. 100%
16 BPHTB BPHTB -
Pajak Alat Berat Memperhatikan Putusan MK Nomor 15/PUU-XV/2017
Opsen Opsen PKB, BBNKB, dan MBLB
16 Jenis
Simplifikasi jenis Pajak Pajak
ditujukan untuk memudahkan administrasi perpajakan WP, sehingga meningkatkan compliance
14 Jenis Pajak 21
DAMPAK PENGATURAN PDRD DALAM UU HKPD
• Berdasarkan data APBD 2020, pengaturan PDRD dalam UU HKPD memberikan peningkatan penerimaan PDRD kabupaten/
kota sampai dengan 48,98%.
• Adapun penurunan untuk Provinsi dikarenakan adanya skema opsen, namun demikian melalui penerapan opsen diharapkan
pemungutan PKB dan BBNKB menjadi lebih optimal melalui sinergi Pemda Provinsi-Kab/kota dalam melakukan
pengawasan dan law enforcement terhadap pengguna kendaraan bermotor.
• Pemda provinsi menerima tambahan opsen Pajak MBLB untuk mendanai kewenangan penerbitan dan pengawasan izin MBLB
UU 28/2009 UU HKPD Delta
(Rp Triliun) (Rp Triliun) Rp Triliun %
Jenis PDRD
Prov. Kab./Kota Prov. Kab./Kota Prov. Kab./Kota Prov. Kab./Kota
PDRD 126,26 61,27 109,77 91,28 -16,50 30,01 -13,07 48,98
Pajak Daerah + Opsen 124,90 54,25 108,57 84,82 -16,33 30,57 -13,08 56,36
Retribusi Daerah 1,36 7,02 1,19 6,46 -0,16 -0,56 -12,08 -8,03

Keterangan :
- Data bersumber dari SIKD per September 2021 yang diolah sesuai kebijakan PDRD dalam UU HKPD
- Perubahan penerimaan PDRD belum mempertimbangkan perluasan objek PBJT dari pergeseran objek
PPN existing yaitu valet parking, jasa rekreasi, dan sarpras olahraga.

22
PERBANDINGAN JENIS PAJAK DAERAH
DALAM UU 28/2009 DAN RUU HKPD
RUU HKPD
No UU 28 TAHUN 2009
Jenis Pajak Perubahan dan Tujuan Perubahan
1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Exclude alat berat, tarif turun untuk mengakomodasi opsen PKB
dan untuk memenuhi amanat Keputusan MK No. 15/PUU-XV/2017
2 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Ditambah opsen kepada Kab/kota, namun BBNKB II dst dihapus.
Bertujuan untuk meminimalisir kengganan pemilik kendaraan bekas
untuk membalik nama kendaraannya sekaligus untuk memperkuat
data kepemilikan kendaraan bermotor yang pada akhirnya akan
meningkatkan penerimaan PKB.

3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Tidak ada perubahan
4 Pajak Air Permukaan Pajak Air Permukaan Tidak ada perubahan
5 Pajak Rokok Pajak Rokok Tidak ada perubahan
6 Pajak Hotel Menggabungkan beberapa jenis pajak, yaitu:
• Jasa Penginapan dan Penyewaan Ruangan di Hotel
7 Pajak Restoran
• Makanan dan/atau Minuman di Restoran
8 Pajak Hiburan • Jasa Hiburan dan Kesenian, termasuk Jasa Penyediaan Sarana
Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) Prasarana Olahraga dan rekreasi
9 Pajak Parkir
[Pajak atas Konsumsi] • Jasa Parkir
10 Pajak Penerangan Jalan • Tenaga Listrik,
menjadi 1 (satu) jenis pajak untuk simplifikasi administrasi
perpajakan bagi WP dan fiscus serat memudahkan pengawasan
oleh fiskus.

11 Pajak Reklame Pajak Reklame Tidak ada perubahan


12 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (MBLB) tarif turun untuk mengakomodasi opsen MBLB sebagai bentuk
reward kepada provinsi dalam menetapkan harga patokan MBLB
dan pengawasan atas pengambilan MBLB agar tidak merusak
lingkungan.

59
PERBANDINGAN JENIS PAJAK DAERAH
DALAM UU 28/2009 DAN RUU HKPD
RUU HKPD
No UU 28 TAHUN 2009
Jenis Pajak Perubahan dan Tujuan Perubahan
13 Pajak Air Tanah Pajak Air Tanah Adanya earmarking penggunaan dari sebagian hasil penerimaan
PAT untuk menjaga kelestarian dan ketersediaan air tanah.
14 Pajak Sarang Burung Walet Pajak Sarang Burung Walet Tidak ada perubahan
15 PBB-P2 PBB-P2 Mengubah tarif PBB dari 0,3 menjadi 0,5 dan memperkenalkan
assessment ratio NJOP 20% s.d. 100% agar fiskus dapat meng-
adjust NJOP PBB sesuai perkembangan ekonomi dan infrastruktur
di suatu daerah dengan tetap memperhatikan kemampuan
membayar wajib pajak.

16 BPHTB BPHTB • Mengubah NPOPTKP dari paling rendah 60 juta menjadi 80 juta
untuk menyesuaikan dengan perkembangan harga rumah per
unit.
• NPOPTKP hanya diberikan untuk perolehan hak pertama Wajib
Pajak di wilayah Daerah tempat terutangnya BPHTB untuk
memenuhi rasa keadilan dan melindungi masyarakat dalam hal
kepemilikan tanah dan./atau bangunan dengan tidak
memberikan insentif fiskal pada setiap perolehan hak oleh wajib
pajak yang memiliki kemampuan keuangan.

60
PERBANDINGAN JENIS PAJAK DAERAH
DALAM UU 28/2009 DAN RUU HKPD

RUU HKPD
No UU 28 TAHUN 2009
Jenis Pajak Perubahan dan Tujuan Perubahan
17 Pajak Alat Berat Jenis pajak baru untuk memenuhi amanat Putusan MK Nomor
15/PUU-XV/2017
18 Opsen • Opsen PKB dan Opsen BBNKB bertujuan untuk shifting skema
bagi hasil menjadi opsen agar terwujud kepastian penerimaan,
ketepatan waktu dan jumlah penerimaan PKB dan BBNKB
bagian kab/kota oleh provinsi dengan cara men-split pembayaran
PKB dan BBNKB oleh WP ke masing-masing RKUD provinsi dan
kab/kota melalui bank system.
• Opsen MBLB, untuk memberikan tambahan penerimaan pajak
provinsi dalam menjalankan kewenangannya menetapkan harga
patokan MBLB dan pelaksanaan pengawasan atas
penambangan MBLB di wilayahnya.

16 Jenis Pajak 14 Jenis Pajak

61
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
PERBANDINGAN OBJEK PDRD (1)

No Jenis Pajak Perubahan Objek dalam RUU HKPD


1 Pajak Kendaraan Bermotor • Tidak termasuk Alat Berat, untuk mengakomodasi Putusan MK Nomor 15/PUU-XV/2017 (Alat berat akan dipungut
(PKB) – Pasal 7 dengan jenis pajak daerah lain (Pajak Alat Berat) dalam RUU HKPD
• tidak termasuk kendaraan berbasis energi terbarukan
2 Bea Balik Nama Kendaraan • Hanya untuk penyerahan kepemilikan pertama
Bermotor (BBNKB) – Pasal • Tdak termasuk Alat Berat mengakomodasi Putusan MK Nomor 15/PUU-XV/2017
12 • tidak termasuk kendaraan berbasis energi terbarukan
3 Pajak Alat Berat – Pasal 17 Merupakan jenis pajak daerah baru dalam RUU HKPD untuk mengakomodasi pengenaan pajak properti atas alat berat,
menggantikan PKB Alat Berat.
4 Pajak Bahan Bakar • Pada prinsipnya sama dengan UU 28/2009, yaitu atas konsumsi Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (BBKB)
Kendaraan Bermotor – • Hanya perubahan redaksional dari sebelumnya “BBKB yang disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan
Pasal 23 bermotor” menjadi “Penyerahan BBKB oleh penyedia BBKB kepada konsumen atau pengguna Kendaraan Bermotor”
• Hal ini tidak mengubah implementasi objek PBBKB yang telah berjalan selama ini, hanya ditujukan untuk
menyeragamkan redaksi objek pajak daerah yang lebih menekankan aspek aktivitas/perbuatan hukum (taatbestand).
5 Pajak Air Permukaan – • Objek sama dengan UU 28 Tahun 2009
Pasal 28 • Penambahan pengecualian objek:
✓ “kegiatan mengambil dan memanfaatkan air laut”, sebelumnya dalam UU 28 Tahun 2009 pengambilan air laut juga
dikecualikan namun diatur dalam ketentuan umum (definisi Air Permukaan tidak termasuk air laut). Hal ini
dilakukan agar menyeragamkan seluruh pengecualian objek diatur dalam batang tubuh, sementara ketentuan
umum cukup mengatur definisi yang bersifat umum.
✓ Untuk keperluan keagamaan. Penambahan pengecualian ini agar atas pengambilan air permukaan untuk
keperluan keagamaan tidak dikenakan Pajak Air Permukaan.
6 Pajak Rokok – Pasal 33 • Penambahan frasa “bentuk rokok lainnya yang dikenakan cukai rokok”
• Penambahan ini diatur untuk menampung perkembangan bentuk rokok lain yang dikenakan cukai rokok mengikuti
perkembangan jaman
• Pada prinsipnya Pajak Rokok merupakan opsen (pungutan tambahan) atas cukai rokok, sehingga bentuk rokok yang
dikenakan Pajak
Pajak Rokok
Rokok akan
akan mengikuti
mengikuti perkembangan
perkembangan objek
objek cukai
cukai rokok.
rokok.
dikenakan 62
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
PERBANDINGAN OBJEK PDRD (2)

No Jenis Pajak Perubahan Objek dalam RUU HKPD


7 PBB-P2 – • Penambahan perluasan objek permukaan bumi hasil kegiatan reklamasi atau pengurukan
Pasal 38 • Tidak termasuk wilayah laut kabupaten/kota
• Mengubah objek pajak tidak dikenakan PBB-P2 menjadi pengecualian objek dan ditambahkan pengaturan:
✓ Untuk pengecualian objek yang digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan, ditambahkan
kriteria dengan frasa “yang dicatat sebagai Barang Milik Negara (BMN) atau Barang Milik Daerah (BMD)”. Hal ini untuk
mempertegas bahwa tanah dan bangunan kantor pemerintahan yang dikecualikan dari PBB-P2 hanya jika dicatat sebagai
BMN
(oleh Pusat) atau BMD (oleh Daerah)
✓ Penambahan pengecualian yaitu Bumi/Bangunan untuk jalur kereta api, Mass Rapid Transit, Light Rail Transit, atau yang sejenis
✓ Penambahan pengecualian Bumi/Bangunan yang dipungut pajak bumi dan bangunan oleh Pemerintah. Hal ini mengingat dinamika
perkembangan objek PBB yang dipungut Pemerintah Pusat, misalnya saat ini terdapat PBB sektor kelautan perikanan yang
8 BPHTB – • dipungut
Objek Pemerintah
sama dengan Pusat.
UU 28 Tahun 2009
Pasal 44 • Penambahan pengecualian objek:
✓ Selaras dengan pengecualian PBB-P2, yaitu untuk kantor Pemerintah, Pemerintahan Daerah, penyelenggara negara dan lembaga
negara lainnya yang dicatat sebagai BMN atau BMD
✓ Perolehan tanah/bangunan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sesuai ketentuan perundangan.
9 Pajak Barang • Pajak daerah ini merupakan unifikasi (integrasi) dari 5 jenis pajak daerah berbasis konsumsi dalam UU 28 Tahun 2009, yaitu Pajak
dan Jasa Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Parkir, Pajak dan Penerangan Jalan, menjadi satu jenis pajak dengan nomenklatur PBJT.
Tertentu • Pada dasarnya objek mengikuti objek kelima jenis pajak daerah dalam UU 28 Tahun 2009, dengan penambahan/perluasan:
(PBJT) – ✓ Pada objek PBJT makanan/minuman ditambahkan kriteria restoran, untuk memberikan batasan yang tegas dengan pengenaan PPN
Pasal 50 s.d. atas makanan dan minuman
55 ✓ Pada objek PBJT Perhotelan ditambahkan objek penyewaan ruang rapat/pertemuan di hotel, serta objek tempat tinggal pribadi yang
difungsikan sebagai hotel
✓ Pada objek PBJT Parkir ditambahkan objek valet parkir
✓ Pada objek PBJT Kesenian dan Hiburan ditambahkan objek rekreasi berbasis wahana (waterboom, snowpark, dsb) dan objek
olahraga permainan

63
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
PERBANDINGAN OBJEK PDRD (3)

No Jenis Pajak Perubahan Objek dalam RUU HKPD


10 Pajak Reklame • Objek sama dengan UU 28 Tahun 2009
– Pasal 60 • Penambahan pengecualian objek yaitu reklame yang diselenggarakan dalam rangka kegiatan politik, sosial, dan
keagamaan yang tidak disertai dengan iklan komersial. Pengaturan ini memungkinkan reklame-reklame partai politik dalam
masa kontestasi politik dikecualikan dari pengenaan Pajak Reklame.
11 Pajak Air Tanah • Objek sama dengan UU 28 Tahun 2009
– Pasal 65 • Penambahan pengecualian objek yaitu untuk keperluan keagamaan, perikanan dan peternakan rakyat. Penambahan
pengecualian ini agar atas pengambilan air tanah untuk keperluan keagamaan tidak dikenakan Pajak Air Tanah, selaras
dengan pengecualian Pajak Air Permukaan
12 Pajak Mineral • Objek sama dengan UU 28 Tahun 2009 ditambah sulfur dan MBLB ikutan
Bukan Logam • Pada pengaturan pengecualian MBLB ditambahkan frasa:
dan Batuan ✓ “tidak diperjualbelikan/ dipindahtangankan untuk MBLB keperluan rumah tangga. Pengaturan ini agar MBLB keperluan
(Pajak MBLB) – rumah tangga yang dikecualikan dari pengenaan pajak hanya yang tidak diperjualbelikan/dipindahtangankan.
Pasal 71 ✓ “tidak dimanfaatkan dan/atau tidak dijual” untuk MBLB ikutan hasil pertambangan. Pengaturan ini agar MBLB ikutan
hasil pertambangan yang dikecualikan dari pengenaan pajak hanya jika MBLB ikutan tersebut tidak dimanfaatkan atau
tidak dijual oleh penambang.
13 Pajak Sarang Sama dengan UU 28 Tahun 2009
Burung Walet –
Pasal 76
14 Opsen – Pasal • Merupakan jenis pajak daerah baru yang terdiri dari Opsen PKB, Opsen BBNKB, dan Opsen Pajak MBLB
81 • Objek Opsen sama dengan objek pajak daerah ayng ditumpanginya (objek PKB, objek BBNKB dan objek Pajak MBLB)
• Opsen PKB dan Opsen BBNKB merupakan penerimaan Kab/kota yang dimaksudkan sebagai pengganti (shifting) bagi hasil
PKB dan BBNKB
• Opsen Pajak MBLB merupakan penerimaan provinsi yang dimaksudkan sebagai sumber pendanaan baru provinsi dalam
melaksanakan pendelegasian kewenangan Pusat di bidang pertambangan MBLB

64
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Persandingan Tarif Pajak Daerah (1)
No Jenis Pajak UU 28/2009 RUU HKPD Latar Belakang/ Alasan Perubahan
1 PKB
a. Kendaraan berbahan bakar fosil
(termasuk kendaraan hybrid)
• Kend pribadi Kepemilikan I 1% - 2% Maks. 1,2%
Tarif turun untuk mengakomodir bagi hasil PKB ke kab/kota yang
• Kend pribadi Kepemilikan II dst 2% - 10% progresif maks. 6% langsung di-split dalam bentuk opsen PKB sebesar 66% dari PKB
• Angkutan umum, Ambulans, pemadam, 0,5% - 1% maks. 0,5% terutang, sehingga beban WP secara total tidak berubah signifikan
dibandingkan pengaturan dalam UU 28/2009
sosial keagamaan, Pempus, Pemda
• TNI/POLRI 0,5% - 1% maks. 0,5% Sama dengan UU 28/2009, dikecualikan hanya untuk yang pure
pertahanan keamanan
• Angkutan karyawan, angkutan sekolah Diperlakukan maks. 0,5% Pengaturan baru, untuk memberikan fasilitas perpajakan dan
sama dengan mendorong penggunaan kendaraan karyawan dan sekolah di samping
kend pribadi penggunaan kendaraan umum
• Provinsi yang tidak terbagi menjadi 1% - 2% Maks. 2% Peningkatan tarif sebagai instrumen pengendalian kemacetan,
kab/kota: Kepemilikan I (kend pribadi) kerusakan jalan, dan pencemaran lingkungan di ibukota negara
• Provinsi yang tidak terbagi menjadi progresif maks. 10%
kab/kota: Kepemilikan II (kend pribadi)
b. Kendaraan listrik berbasis energi Tidak • Pengaturan baru untuk mendukung green policy dalam pemungutan
terbarukan dibedakan pajak daerah
dengan • Mengakselerasi program kendaraan bermotor berbasis energi
• Kendaraan Pribadi -
kendaraan terbarukan dan mendorong pertumbuhan industri kendaraan berbasis
• Angkutan umum, Ambulans, pemadam, berbahan - energi terbarukan di Indonesia
sosial keagamaan, Pempus, Pemda, bakar fosil
angkutan karyawan, angkutan sekolah

65
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Persandingan Tarif Pajak Daerah (2)
No Jenis Pajak UU PDRD RUU HKPD Latar Belakang/ Alasan Perubahan
2 BBNKB
• Penyerahan I maks. 20% Maks. 12% Tarif turun karena adanya penambahan opsen BBNKB ke
kab/kota. Hal ini agar tidak terjadi penambahan beban W P.
• Penyerahan II dst maks. 1% - Penjualan kendaraan bekas tidak dikenakan BBNKB untuk
mendorong kepatuhan balik nama kendaraan bekas, yang
diharapkan dapat mendorong kepatuhan pembayaran PKB
Provinsi yang tidak Diperlakukan sama Maks. 20%
terbagi menjadi kab/kota dengan kend pribadi
(kend pribadi) daerah lain
3 PAB 0,1%-0,2% (PKB alat Maksimum 0,2% Sama seperti tarif maksimum PKB alat berat dalam UU
berat) 28/2009, namun tanpa batas bawah tarif untuk memberikan
keleluasaan bagi Pemda dalam hal dibutuhkan insentif fiskal
bagi pengusaha alat berat
4 PBBKB Maksimum 10% Maksimum 10% Secara umum tidak berubah dari UU 28/2009
5 PAP Maksimum 10% Maksimum 10% Secara umum tidak berubah dari UU 28/2009
6 PBJT • Pajak Hotel, Pajak • Maks 10% (hotel, restoran, parkir, listrik, • Penyederhanaan tarif pajak-pajak daerah berbasis
Restoran, PPJ maks kesenian dan hiburan, sarpras olahraga, konsumsi
10%, kecuali PPJ rekreasi) • Penyederhanaan administrasi pengusaha
untuk industry dan • Maks. 3% untuk konsumsi Tenaga Listrik • Mendorong pertumbuhan industri hiburan keluarga melalui
pertambangan migas dari sumber lain oleh indsutri penurunan tarif, misalnya permainan ketangkasan yang
maks 3%. pertambangan minyak bumi dan gas alam dalam UU 28/2009 dapat dikenakan pajak s.d. 75%
• Pajak Parkir maks 30% • Maks. 1,5% untuk konsumsi Tenaga Listrik • Tarif 40% - 75% untuk jasa tertentu telah memperhatikan
• Pajak Hiburan maks yang dihasilkan sendiri tarif rata-rata Perda existing
75% • 40% - 75% khusus jasa hiburan diskotik,
kelab malam, karaoke, bar, mandi uap/spa
7 Pajak Reklame Maksimum 25% Maksimum 25% Secara umum tidak berubah dari UU 28/2009

66
PENGUATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Persandingan Tarif Pajak Daerah (3)
No Jenis Pajak UU PDRD RUU HKPD Latar Belakang/ Alasan Perubahan
8 Pajak MBLB 25% Maksimum 20% Tarif turun untuk mengakomodir opsen MBLB. Opsen MBLB dimaksudkan untuk memberikan sumber
pendanaan bagi provinsi terkait kewenangan pengendalian izin MBLB di provinsi.
9 PAT Maksimum Maksimum 20% Secara umum tidak berubah dari UU 28/2009
20%
10 Pajak Maks 10% Maks 10% Secara umum tidak berubah dari UU 28/2009
Sarang
Burung
Walet
11 PBB-P2 Maks 0,3% Maks 0,5%, • Tarif maksimum naik, namun diberikan diskresi bagi Pemda untuk melakukan set-up Nilai
namun NJOP Jual Kena Pajak (NJKP) yaitu sebesar 20% s.d. 100% dari NJOP
pada range • PBB-P2 pada bangunan yang digunakan untuk tujuan komersil, seperti bangunan tempat
20%-100% usaha, termasuk menara telekomunikasi, kos-kosan, dsb dapat menggunakan NJOP yang
(NJKP) dihitung berdasarkan individual appraisal (misal dengan pendekatan pendapatan).
• Kenaikan tarif dan penilaian individual dimaksudkan untuk memberikan kompensasi atas
penghapusan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi, dan Retribusi Perizinan
Tertentu yang dihapuskan.
12 BPHTB Maks 5% Maks 5% - Terjadi kenaikan nilai tidak kena pajak dari 60juta menjadi 80juta
13 Pajak Maks 10% Maks 10% -
Rokok
14 Opsen
a. PKB - 66% • Tarif Opsen merupakan tarif tetap (fix) bukan tarif maksimal.
• Tarif Opsen dikalikan dengan pajak terutang underlying, misalnya: Opsen PKB= 66% x
b. BBNKB - 66%
PKB terutang, dst.
c. MBLB - 25% • Tarif Opsen PKB, BBNKB, dan MBLB ditetapkan dengan memperhatikan agar beban WP
tidak berubah secara signifikan
67
PERCEPATAN PENYUSUNAN PERDA PBG
( SEB 4 Menteri, 25 Februari 2022)

1. Pasal 347 PP 16/2021; Nomenklatur IMB (Izin


Mendirikan Bangunan) diubah menjadi PBG
(Persetujuan Bangunan Gedung)
2. Mengamanatkan kepada Pemda Kab/Kota harus
menyediakan BPG paling lama 6 bulan sejak
berlakunya PP 16/2021. (2 Agustus 2021 - 2
Februari 2022)
3. Berdasarkan ketentuan pasal 94 UU 1/2022, bahwa Pajak dan
Retribusi, Subjek Pajak, Wajib Pajak, Subjek Retribusi dan Wajib
Retribusi, Objek pajak dan retribusi, dasar pengenaan pajak, tingkat
penggunaan jasa retribusi, saat terutang pajak, wilayah pemungutan
pajak, serta tarif pajak dan retribusi , untuk seluruh jenis pajak dan
retribusi DITETAPKAN DALAM 1 PERDA dan menjadi dasar pemungutan
pajak dan retribusi di daerah.

4. Pasal 187 huruh b, bahwa Perda mengenai pajak dan retribusi


daerah yang disusun berdasarkan UU 28/2009 tentang PDRD, masih
tetap berlaku paling lama 2 tahun terhitung sejak tanggal
diundangkannya UU 1/2022 (5 Januari 2022-5Januari 2024)
5. Seluruh Pemda Provinsi dan Kab/Kota agar segera
Menyusun perda yang mengatur pajak dan retribusi daerah
dalam 1 Perda

6. Bagi daerah yang belum menetapkan PDRD dalam 1


Perda , maka pemda yang tekah memiliki Perda ttg Retibui
IMBataupun Perda tentang Retribusi Perizinan tertentu
yang didalamnya mengatur ketentuan engenai retribusi
IMB, masih tetap melakukan pungutan retribusi tersebut
sampai dengan aling lama 2 tahun sejak UU HKPD
diundangkan, sepanjang memberikan pelayanan PBG sesuai
PP 16/2021
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai