Anda di halaman 1dari 56

Pertemuan 2

Tujuan dan Fungsi


Manajemen Perpajakan

Dr. Sumarno M., S.E., M.M.


Pajak Perusahaan

Dipotong
PPh 23 atas Badan
penghasilan jasa
Memotong
PPh 21

PPN atas
PBB penyerahan
Penghasilan Bea Meterai barang/jasa
Pajak Hotel
Beban yang dapat dikurangkan Pajak Restoran
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
x tarif pajak
Pajak terutang xxxx Lapor
Kredit pajak SPT
• Angsuran pajak (PPh25)
• Dipotong pihak lain (21,22,23)
• Pajak luar negeri (24)
Pajak KB/LB bayar Pasal /28 29 Setor Kas negara
Tujuan Manajemen Pajak

Meminimalisir risiko utang pajak yang timbul dalam suatu


transaksi yang terjadi secara rutin dibayarkan oleh wajib
pajak untuk tujuan efisiensi dalam mencapai laba dan
likuiditas yang seharusnya.
Fungsi Manajemen Pajak

 Planning ; efektif & efisien


 Organizing ; manfaat optimum
 Actuating ; perlu kesesuaian
 Controlling ; perlu kepastian, bayar tepat
jumlah lapor tepat waktu.
Syarat Manajemen Pajak

 Tidak melanggar peraturan dan ketentuan yang berlaku.


 Masuk akal, karena manajemen perpajakan merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari corporate global
strategy.
 Didukung dengan bukti-bukti yang memadai, baik dari segi
pencatatan maupun dari aturannya.
Teknik Umum Manajemen Pajak

 Mengontrol dokumentasi guna mendukung transaksi yang terjadi,


seperti surat perintah kerja (kontrak kerja), akta notaris, dan
perjanjian jual dan beli ( Misalkan: sewa gedung)
 Membuat sistem administrasi keuangan untuk memastikan
penghitungan dan pembayaran pajak dengan tepat.
 Membuat sistem dokumen laporan dan korespondensi pajak yang
teratur dan terkontrol dengan baik.
Tax Planning

Tujuan Umum:
1. Meminimalisasi beban pajak
2. Memaksimalkan EAT
3. Meminimalkan tax surprize
4. Memenuhi kewajiban pajak secara benar, eketfif dan
efisien
Tax Evasion

karena:
1. Ignorance (ketidaktahuan)
2. Error ( kesalahan)
3. Misunderstanding (kesalahpahaman)
4. Negliance (Kealpaan)
Strategi Umum Tax Planning

1. Tax Saving: Natura >>> tunjangan atau ditanggung ?


2. Tax Avoidance
3. Penundaan Pembayaran Pajak (last minute)>>> Cash flow
4. Optimum Kredit Pajak
5. Menghindari Pemeriksaan: (jika LB)
6. Menghindari pelanggaran >> kuasai aturan pajak
PENGHASILAN
PAJAK

Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang No 7 tahun 2021


tentang UUHPP
Penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh wajib pajak, baik berasal dari dalam
negeri maupun luar negeri, yang dapat digunakan untuk
konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan, dengan nama dalam bentuk apapun, termasuk
penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau
jasa yang diterima atau diperoleh
termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau
imbalan dalam bentuk lainnya termasuk natura
dan/atau kenikmatan, kecuali ditentukan lain
dalam Undang-Undang ini; 10
Natura
dan/atau Kenikmatan,

Natura merupakan imbalan dalam bentuk barang selain


uang.

Kenikmatan adalah imbalan dalam bentuk hak atas


pemanfaatan suatu fasilitas dan/atau pelayanan.

Sesuai dengan Pasal 32C UU PPh s.t.d.t.d UU HPP, pemerintah akan


mengatur lebih lanjut mengenai ketentuan biaya penggantian atau imbalan
yang diberikan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto

“Ketentuan lebih lanjut mengenai … biaya penggantian atau imbalan yang


diberikan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan yang dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto … akan diatur dengan atau berdasarkan peraturan11
Pengecualian Natura
dan/atau Kenikmatan sebagai Objek Pajak

Pada hakikatnya natura adalah penghasilan bagi penerima dan


menjadi objek pajak. Namun demikian, UU PPh s.t.d.t.d UU HPP
mengatur adanya pengecualian dari objek pajak.
Pertama, makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau
minuman bagi seluruh pegawai.
Kedua, natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah
tertentu.
Ketiga, natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh
pemberi kerja dalam pelaksanaan pekerjaan.
Keempat, natura dan/atau kenikmatan yang bersumber atau
dibiayai APBN, APBD, dan/atau APBDes.
Kelima, natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau
batasan tertentu. 12
OBJEK PAJAK
PENGHASILAN
Pasal 4 ayat (1), (1a), dan (2) diubah
Kunci Perubahan
Pasal 4 ayat (1d) dihapus

(1d) dihapus
(2) Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara,
bunga atau diskonto surat berharga jangka pendek yang diperdagangkan di pasar uang, dan
bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
e. penghasilan tertentu lainnya, termasuk penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu,

SEBELUMNYA
4 (1d)
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria keahlian tertentu serta tata cara pengenaan Pajak Penghasilan bagi warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat
(1a) diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
4 (2)
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada
anggota koperasi orang pribadi;
e. penghasilan tertentu lainnya

3
5
PENGGUNAAN NIK SEBAGAI NPWP PRIBADI

“Untuk kemudahan dan kesederhanaan


pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan”

“Penggunaan NIK Demi kesederhanaan administrasi dan kepentingan nasional,


dilakukan integrasi basis data kependudukan dengan sistem

sebagai NPWP
administrasi perpajakan sehingga mempermudah WP Orang
Pribadi melaksanakan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan.

tidak serta merta


menyebabkan Penggunaan NIK sebagai NPWP tidak serta merta menyebabkan orang
orang pribadi pribadi membayar pajak. Pembayaran pajak dilakukan apabila penghasilan
dalam setahun di atas batasan PTKP atau apabila orang pribadi merupakan
membayar pajak” pengusaha yang menggunakan PP 23 (pembayaran pajak dilakukan jika
peredaran bruto di atas Rp500 Juta setahun.

1
4
PAJAK PENGHASILAN
“Keberpihakan kepada masyarakat
berpenghasilan menengah ke bawah”

Tarif PPh OP Tarif PPh Badan


Perubahan tarif dan bracket Tarif PPh Badan ditetapkan
Tarif dan Penyederhanaan Tarif
Pajak Penghasilan Orang menjadi 22%, yang berlaku
bracket PPh Pajak Penghasilan
Pribadi, agar lebih O rang Pribadi Badan untuk tahun pajak 2022 dan
mencerminkan keadilan seterusnya

Batas Pajak atas Natura


Peredaran Bruto Pemberi kerja dapat
Bagi OP Pengusaha yang Pemberian natura membiayakan natura yang
Batas peredaran bruto
menghitung PPh dengan tarif final tidak dikenai pajak bagi kepada pegawai dapat diberikan kepada pegawai
WP OP dibiayakan oleh dan merupakan penghasilan
0,5% (PP 23/2018) dan memiliki
pemberi kerja
peredaran bruto Rp 500 juta bagi pegawai
setahun tidak dikenai PPh

1
5
Perubahan Lapisan Tarif PPh Orang Pribadi
“Untuk melindungi masyarakat berpenghasilan menengah bawah sekaligus memberikan
kesempatan berkontribusi lebih kepada masyarakat berpenghasilan tinggi”

PTKP TIDAK BERUBAH

Penghitungan pajak penghasilan orang pribadi diterapkan atas penghasilan yang jumlahnya melebihi batas Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP). Dalam UU HPP, besaran PTKP tidak berubah yaitu bagi orang pribadi lajang sebesar Rp4,5 juta per
bulan atau Rp54 Juta per tahun. Tambahan sebesar Rp4,5 juta diberikan untuk Wajib Pajak yang kawin dan masih ditambah
Rp4,5 juta untuk setiap tanggungan maksimal 3 orang.

1
6
Jika menurut UU PPh, penghasilan karyawan Rp60 juta
setahun dikenai dua lapis tarif, yaitu lapis pertama 5%
dan lapis kedua 15%, maka dengan tarif pajak
penghasilan UU HPP, kini hanya dikenai tarif satu lapis.
Perubahan tarif ini akan berpengaruh pada nilai pajak
penghasilan, yakni menjadi lebih kecil.
Sehingga, tarif pajak baru bukan hanya menguntungkan
karyawan, tetapi juga perusahaan yang memberikan
tunjangan PPh 21 maupun jika menanggung PPh 21.
Namun, keuntungan berupa nilai pajak lebih rendah
hanya dinikmati oleh wajib pajak orang pribadi yang
memiliki PKP di atas Rp50 juta. Sedangkan karyawan
yang memiliki PKP sampai dengan Rp50 juta tidak
mengalami perubahan nilai PPh 21.

17
Contoh Kasus :
Tn Beta (K/2) bekerja di PT X dengan gaji sebulan
sebesar Rp 36.000.000,- dan tunjangan transport 15 %
dari gaji, dalam memberikan perlindungan karyawannya
perusahaan membayarkan premi asuransi Jaminan
Kesehatan Nasional sebesar 4%, Jaminan Kecelakaan
Kerja sebesar 0,89% dan Jaminan Kematian sebesar
0,30% dari gaji pokok.
Disamping itu perusahaan juga membayarkan Jaminan
Hari Tua dan Jaminan Pensiun masing-masing sebesar
3,7% dan 2%, sedankan pegawai membayar sendiri
masing-masing sebesar 2% dan 1% dari gaji

18
Penyelesaian 2:
Gaji sebulan 36.000.000
Tunjangan transport 15% 5.400.000
Premi JKN 4% 1.440.000
Premi JKK 0,89% 320.400
Premi JKM 0,30% 108.000
Penghasilan Bruto sebulan 43.268.400
Dikurangi
Biaya Jabatan 5% 500.000
Iuran JHT 2% 720.000
Iuran Pensiun 1% 360.000
Jumlah pengurang 1.580.000
Penghasilan netto sebulan 41.688.400
Penghasilan netto setahun 12 500.260.800
PTKP 67.500.000
PKP 432.760.800
Pajak terutang setahun 77.190.000
Pajak terutang sebulan 6.432.500

19
PENGGUNAAN NIK SEBAGAI NPWP PRIBADI

“Untuk kemudahan dan kesederhanaan


pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan”

“Penggunaan NIK Demi kesederhanaan administrasi dan kepentingan nasional,


dilakukan integrasi basis data kependudukan dengan sistem

sebagai NPWP
administrasi perpajakan sehingga mempermudah WP Orang
Pribadi melaksanakan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan.

tidak serta merta


menyebabkan Penggunaan NIK sebagai NPWP tidak serta merta menyebabkan orang
orang pribadi pribadi membayar pajak. Pembayaran pajak dilakukan apabila penghasilan
dalam setahun di atas batasan PTKP atau apabila orang pribadi merupakan
membayar pajak” pengusaha yang menggunakan PP 23 (pembayaran pajak dilakukan jika
peredaran bruto di atas Rp500 Juta setahun.

2
0
Pengenaan Pajak atas Natura
“Lebih mencerminkan keadilan dan
lebih tepat sasaran”

Pemberian natura kepada pegawai dapat


dibiayakan oleh Pemberi Kerja dan
merupakan penghasilan bagi pegawai.
“Perlengkapan kerja
seperti laptop dan
Natura tertentu bukan merupakan penghasilan bagi
penerima, yaitu: ponsel tidak menjadi
A. Penyediaan makan/minum bagi seluruh pegawai,
objek pajak penghasilan
B. Natura di daerah tertentu,
bagi karyawan dan
C. Natura karena keharusan pekerjaan, contoh : alat
merupakan biaya bagi
keselamatan kerja atau seragam, perusahaan”
D. Natura yang berasal dari APBN/APBD,
E. Natura dengan jenis dan Batasan Tertentu.

2
1
Pengenaan Pajak atas Natura
“Lebih mencerminkan keadilan dan
lebih tepat sasaran”

Pemberian natura kepada pegawai dapat


dibiayakan oleh Pemberi Kerja dan
merupakan penghasilan bagi pegawai.
“Perlengkapan kerja
seperti laptop dan
Natura tertentu bukan merupakan penghasilan bagi
penerima, yaitu: ponsel tidak menjadi
A. Penyediaan makan/minum bagi seluruh pegawai,
objek pajak penghasilan
B. Natura di daerah tertentu,
bagi karyawan dan
C. Natura karena keharusan pekerjaan, contoh : alat
merupakan biaya bagi
keselamatan kerja atau seragam, perusahaan”
D. Natura yang berasal dari APBN/APBD,
E. Natura dengan jenis dan Batasan Tertentu.

2
2
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

EXPENSES

DEDUCTIBLE NON DEDUCTIBLE


EXPENSES EXPENSES
PASAL 6 PASAL 9
Biaya FISKAL
(Pasal 6 UU PPh)

Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan (3M),


termasuk:
a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan usaha, antara lain:
1. biaya pembelian bahan;
2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,
gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang; TI X DE
3. bunga, sewa, dan royalti;
4. biaya perjalanan;
5. biaya pengolahan limbah;

24
Biaya FISKAL

6. premi asuransi;
7. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan;
8. biaya administrasi; dan
9. pajak kecuali PPh;

 Pengeluaran - pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan


yang bukan merupakan objek pajak tidak boleh dibebankan sebagai biaya.
 Natura: NTI X DE

25
Biaya FISKAL

b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi


atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun

 Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud serta pengeluaran lain


yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya
dilakukan melalui penyusutan

26
Biaya FISKAL

 Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud serta pengeluaran


lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya
dilakukan amortisasi.
 Pengeluaran yang menurut sifatnya merupakan pembayaran di muka, misalnya
sewa untuk beberapa tahun yang dibayar sekaligus, pembebanannya dapat
dilakukan melalui alokasi.

27
Biaya FISKAL

c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan;
◦ Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan boleh dibebankan sebagai biaya : iuran yang dibayarkan kepada dana
pensiun yang pendiriannya tidak atau belum disahkan oleh Menteri Keuangan
tidak boleh dibebankan sebagai biaya.

◦ NTI X DE

28
Biaya FISKAL

d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan;
◦ Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang menurut tujuan semula tidak
dimaksudkan untuk dijual atau dialihkan yang dimiliki dan dipergunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
◦ Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki tetapi tidak digunakan
dalam perusahaan, atau yang dimiliki tetapi tidak digunakan untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan, tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.

29
Biaya FISKAL

e. kerugian selisih kurs mata uang asing;


 Kerugian karena fluktuasi kurs mata uang asing diakui
berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukan
secara taat asas sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku di Indonesia.

Pasal 9 ayat (2) PP 94 Tahun 2010


Atas keuntungan dan kerugian selisih kurs mata uang asing yang berkaitan langsung dengan
usaha wajib pajak yang:
a. Dikenakan PPh yang bersifat final atau
b. Tidak termasuk objek pajak
Tidak diakui sebagai penghasilan maupun biaya.

Pasal 9 ayat (3) PP 94 Tahun 2010


‘…Tidak berkaitan langsung…’
diakui sebagai penghasilan maupun biaya sepanjang biaya tersebut dipergunakan untuk
mendapat, menagih dan memelihara penghasilan.
30
Biaya FISKAL

f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;


 Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
dalam jumlah yang wajar untuk menemukan teknologi atau sistem baru bagi
pengembangan perusahaan boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan.
 Yang dimaksud pengembangan disini tidak termasuk pengembagan SDM
(karyawan)

31
Biaya FISKAL

g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;


◦ Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan beasiswa, magang, dan
pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat
dibebankan sebagai biaya perusahaan dengan memperhatikan
kewajaran,
◦ termasuk beasiswa yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah
beasiswa yang diberikan kepada pelajar, mahasiswa, dan pihak lain.

32
Biaya FISKAL

h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:


1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi
komersial;
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak
dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan
Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang
negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan
umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa
utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;

33
DEDUCTIBLE EXPENSES : PENYUSUTAN

 Infomasi penting untuk menghitung penyusutan


berdasarkan pajak adalah:
 Penyusutan dalam peraturan perpajakan ditentukan
berdasarkan tarif sesuai dengan metode penyusutan yang
dipilih
 Tarif penyusutan berdasarkan pengelompokan barang
yang diatur dalam peraturan perpajakan.
 Penyusutan dengan menggunakan saldo menurun, nilai
sisa pada akhir masa, masa manfaat harus disusutkan
sekaligus.
 Penyusutan dimulai pada bulan saat barang tersebut siap
untuk di pakai.
TARIF & METODE PENYUSUTAN

KELOMPOK UMUR STRAIGHT LINE DOUBLE


EKONOMIS METHODE DECLINING
(SLM) METHODE
(DDM)
BUKAN BANGUNAN
KELOMPOK I 4 25 50
KELOMPOK II 8 12,5 25
KELOMPOK III 16 6,25 12,5
KELOMPOK IV 20 5 10
BANGUNAN
PERMANEN 20 5 -
NON PERMANEN 10 10 -
Contoh Menghitung Biaya Penyusutan
GL: KEL I (25% UE: 4 TAHUN)

Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Juli


2016 dengan harga perolehan sebesar Rp 100.000.000,00.
Masa manfaat dari mesin tersebut adalah 4 (empat) tahun
termasuk kelompok I penyusutan dilakukan dengan SLM.

Harga Perolehan 100.000.000


Tahun Tarif Penyusutan Akumulasi
Penyusutan
Penyusutan
Per Tahun Penyusutan Nilai Buku
2016 25% 12.500.000 12.500.000 87.500.000
2017 25% 25.000.000 37.500.000 62.500.000
2018 25% 25.000.000 62.500.000 37.500.000
2019 25% 25.000.000 87.500.000 12.500.000
2020 25% 12.500.000 100.000.000 -
Total 100.000.000
Latihan

Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Juli


2016 dengan harga perolehan sebesar Rp 100.000.000,00.
Masa manfaat dari mesin tersebut adalah 8 (delapan) tahun
termasuk kelompok II, penyusutan dilakukan dengan SLM.

Berapa nilai depresiasi tahun 2021 ?


Jawaban Biaya Penyusutan
Soal Idem KEL II (12,5% UE: 8 TAHUN)

Metode Penyusutan Straight Line


Harga Perolehan 100.000.000
Tahun Tarif Penyusutan Akumulasi
Peny Penyusutan Per Tahun Penyusutan Nilai Buku
2016 12,5% 6.250.000 6.250.000 93.750.000
2017 12,5% 12.500.000 18.750.000 81.250.000
2018 12,5% 12.500.000 31.250.000 68.750.000
2019 12,5% 12.500.000 43.750.000 56.250.000
2020 12,5% 12.500.000 56.250.000 43.750.000
2021 12,5% 12.500.000 68.750.000 31.250.000
2022 12,5% 12.500.000 81.250.000 18.750.000
2023 12,5% 12.500.000 93.750.000 6.250.000
2024 12,5% 6.250.000 100.000.000 -
Total 100.000.000
Contoh Penghitungan 2:
Metode Saldo Menurun

Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada tahun 2019 dengan harga perolehan
sebesar Rp 100.000.000,00 untuk keperluan penyusutan menggunakan saldo menurun
Kelompok I,penyusutan dilakukan dengan DDM. Berapa nilai penyusutan fiskal tahun
2019?

Nilai
Saldo Menurun
Harga Perolehan 100.000.000
Tahun Tarif Penyusutan Akm Peny NSB
2016 50% 50.000.000 50.000.000 50.000.000
2017 50% 25.000.000 75.000.000 25.000.000
2018 50% 12.500.000 87.500.000 12.500.000
2019 50% 12.500.000 100.000.000 -
Total 100.000.000

39
Latihan 2:
Metode Saldo Menurun

Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada tahun 2014 dengan harga perolehan
sebesar Rp 100.000.000,00 untuk keperluan penyusutan menggunakan saldo menurun
Kelompok II

Berapa nilai depresiasi tahun 2020 ?

40
Contoh Penghitungan 2:
Metode Saldo Menurun

Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada tahun 2014 dengan harga perolehan
sebesar Rp 100.000.000,00 untuk keperluan penyusutan menggunakan saldo menurun
Kelompok II

Tahun Tarif Penyusutan Akm Peny NSB


2014 25% 25.000.000 25.000.000 75.000.000
2015 25% 18.750.000 43.750.000 56.250.000
2016 25% 14.062.500 57.812.500 42.187.500
2017 25% 10.546.875 68.359.375 31.640.625
2018 25% 7.910.156 76.269.531 23.730.469
2019 25% 5.932.617 82.202.148 17.797.852
2020 25% 4.449.463 86.651.611 13.348.389
2021 25% 13.348.389 100.000.000 -
Total 100.000.000

41
Latihan 3:
Metode Saldo Menurun

Sebuah Mobil sedan yang dibeli dan ditempatkan pada Mei tahun 2016 dengan harga
perolehan sebesar Rp 750.000.000,00 untuk keperluan penyusutan menggunakan saldo
menurun Kelompok II, hitunglah besarnya penyusutan tahun 2020

42
Lat Penghitungan 3:
Metode Saldo Menurun-Versi 1

Sebuah Mobil sedan yang dibeli dan ditempatkan pada Mei tahun 2016 dengan harga
perolehan sebesar Rp 750.000.000,00 untuk keperluan penyusutan menggunakan saldo
menurun Kelompok II, hitunglah besarnya penyusutan tahun 2021
Tahun Tarif Penyusutan Akm Peny NSB
2016 25% 187.500.000 125.000.000 625.000.000
125.000.000
2017 25% 156.250.000 281.250.000 468.750.000
2018 25% 117.187.500 398.437.500 351.562.500
2019 25% 87.890.625 486.328.125 263.671.875
2020 25% 65.917.969 552.246.094 197.753.906
2021 25% 49.438.477 601.684.570 148.315.430
2022 25% 37.078.857 638.763.428 111.236.572
2023 25% 111.236.572 750.000.000 0
Total 750.000.000

Niai Deprs tahun 2021 sebesar Rp 32.958.984,-


(Mobil Sedan)
43
Lat Penghitungan 3:
Metode Saldo Menurun-Versi 2

Sebuah Mobil sedan yang dibeli dan ditempatkan pada Mei tahun 2016 dengan harga
perolehan sebesar Rp 750.000.000,00 untuk keperluan penyusutan menggunakan saldo
menurun Kelompok II, hitunglah besarnya penyusutan tahun 2020
Nilai
Saldo Menurun
Harga Perolehan 375000000 750.000.000
TahunTarif Penyusutan Akm Peny NSB
2016 25% 93.750.000 62.500.000 312.500.000
62.500.000
2017 25% 78.125.000 140.625.000 234.375.000
2018 25% 58.593.750 199.218.750 175.781.250
2019 25% 43.945.313 243.164.063 131.835.938
2020 25% 32.958.984 276.123.047 98.876.953
2021 25% 24.719.238 300.842.285 74.157.715
2022 25% 18.539.429 319.381.714 55.618.286
44
NON DEDUCTIBLE EXPENSES
Pasal 9
1. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk
apapun seperti dividen, termasuk dividen yang
dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
2. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
atau anggota;
3. pembentukan atau pemupukan dana cadangan
NON DEDUCTIBLE EXPENSES

4. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,


asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh
Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja
dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib
Pajak yang bersangkutan;
5. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan,
kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
NON DEDUCTIBLE EXPENSES

6. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan


kepada pemegang saham atau kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
NON DEDUCTIBLE EXPENSES

7. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan


huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia,
yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
8. Pajak Penghasilan;
9. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
NON DEDUCTIBLE EXPENSES

10. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau


perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham;
11. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta
sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan
pelaksanaan perundangundangan di bidang perpajakan.
12. Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan
dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi
NON DEDUCTIBLE EXPENSES

1. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara


penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
2. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final
3. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang dikenakan pajak berdasarkan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto
4. Pajak Penghasilan yang ditanggung oleh pemberi penghasilan
5. Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki dan tidak
dipergunakan dalam usaha atau kegiatan untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek
pajak.
Fasilitas Pengurangan Tarif Pajak – Pasal 31E
31 E Undang-Undang PPh tahun 2008 yaitu:
 Wajib Pajak Badan Dalam Negeri Wajib Pajak badan
dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat
fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh
persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto
sampai dengan Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan
ratus juta rupiah).

 Apa kandungannya ? (ada dispute)


Fasilitas Pengurangan Tarif Pajak – Pasal 31E
1. Penghasilan Bruto < 4,8 M
Mendapatkan fasilitas 50%

2. Penghasilan Bruto 4,8 M s/d 50 M


Sebagian mendapatkan fasilitas 50%

3. Penghasilan Bruto > 50 M


Fasilitas Pengurangan Tarif Pajak – Pasal 31E

Fasilitas 50%-Contoh 1
 Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2020 sebesar Rp.
4,5 Milyar dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 500
juta.
 Karena peredaran bruto kurang dari Rp. 4,8 Milyar, sehingga
tarif pajak yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak
tersebut adalah 50% dari tarif Pajak Penghasilan yang
berlaku.
 Perhitungan PPh terhutang adalah:

Penghasilan Kena Pajak Rp 500,000,000


Tarif PPh yang berlaku 25% x 50%
PPh terhutang Rp62,500,000
Fasilitas Pengurangan Tarif Pajak

Sebagian mendapatkan fasilitas 50%-Contoh 2

 Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2021


sebesar Rp.30 Milyar dengan Penghasilan Kena
Pajak sebesar Rp. 3 Milyar.
 Karena peredaran bruto PT X lebih dari Rp. 4,8
Milyar, maka yang mendapatkan fasilitas
pengurang tarif dihitung secara proposional.
 Perhitungan PPh terhutang adalah sbb:
Fasilitas Pengurangan Tarif Pajak

Ph Bruto 30.000.000.000
Ph netto 3.000.000.000
Fasilitas 50% 480.000.000
Non Fasiias 2.520.000.000
PP terutang 52.800.000
554.400.000
607.200.000
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai