Anda di halaman 1dari 10

KSWP SEBAGAI BENTUK IMPLEMENTASI PRINSIP WHOLE OF

GOVERNMENT DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK

Tugas Mata Kuliah


Matrikulasi Teori Organisasi dan Manajemen
Dosen: Dr. Ardiyan Saptawan, M.Si.

Disusun oleh
SUDARLI
MAP Bappenas 2021

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMNISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021
Abstract

The dominant tax contribution at the posture of state incomes in Indonesia has made its role very
strategic. Therefore, the responsibility for gaining tax revenues is not only the core business of the
Directorate General of Taxes as the main actor, but also the commitment of all elements of the nation.
This can be optimally actuated if each party involved is capable and obliging to collaborate as
partnership in an integrated public service system. Taxpayer Status Confirmation (KSWP) is a
concretization of the system, as the implementation of whole government approach principles in the
provision of public services. Excellent public services will be a catalyst for increasing tax compliance
which is the determinant indicator to bolster tax revenue optimally.

Key words: whole of government, KSWP, tax revenue, tax compliance, public service

Abstrak

Kontribusi pajak yang dominan dalam komposisi pendapatan negara di Indonesia menyebabkan
peranannya menjadi sangat strategis. Oleh karena itu, tanggung jawab pengamanan penerimaan
pajak tidak hanya menjadi tugas Direktorat Jenderal Pajak sebagai pengampu utamanya, melainkan
tanggung jawab segenap elemen bangsa. Hal ini dapat terwujud secara optimal jika masing-masing
pihak yang terlibat mampu dan bersedia berkerja sama dalam suatu sistem pelayanan publik yang
terintegrasi. Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP) merupakan kongkretisasi dari sistem tersebut,
sekaligus sebagai salah satu bentuk implementasi dari prinsip pendekatan pemerintah secara
menyeluruh (Whole of Government) dalam pemberian pelayanan publik. Pelayanan publik yang baik
akan menjadi katalis bagi peningkatan kepatuhan pajak yang merupakan indikator yang paling
dibutuhkan untuk meningkatkan penerimaan pajak secara optimal.

Kata Kunci: whole of government, KSWP, penerimaan pajak, kepatuhan pajak, pelayanan publik
A. Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan kontributor dominan dalam komposisi sumber pendapatan negara di


Indonesia. Dalam postur Angaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2021 ditetapkan
jumlah pendapatan negara sebesar 1.743,6 triliun rupiah yang digunakan untuk mendanai belanja
negara sebesar 2.750,0 triliun rupiah. Pajak mendominasi sumber pendapatan negara tersebut
dengan konstribusi sebesar 1.444,5 triliun rupiah atau sekitar 82,85%, kemudian diikuti oleh sumber
pendapatan lainya yakni Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar 298,2 triliun rupiah dan
Hibah sebesar 0,9 triliun rupiah.1

Dengan peran yang sangat strategis ini, tanggung jawab pengamanan penerimaan negara
dari pajak tidak hanya menjadi tugas Direktorat Jenderal Pajak sebagai pengampu utamanya,
melainkan tanggung jawab segenap elemen bangsa. Hal ini dapat terwujud secara optimal jika
masing-masing pihak yang terlibat mampu dan bersedia berkerja sama dalam suatu sistem pelayanan
publik yang terintegrasi. Untuk menghadirkan pelayanan publik yang terintegrasi (integrated public
service) dibutuhkan kemauan dan kemampuan dari setiap instansi pelayan publik agar dapat bekerja
lintas batas atau lintas sektor (whole of government), memainkan perannya masing-masing secara
professional, dan mengesampingkan ego sektoral.

Penerapan prinsip whole of government (WoG) dalam rangka optimalisasi penerimaan pajak
telah difasilitasi oleh Pemerintah sebagai institusi formal negara, salah satunya dengan mengeluarkan
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 10 Tahun 2016 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi Tahun 2016 dan Tahun 2017.2 Di dalam Inpres ini terdapat dua strategi, yaitu strategi
pencegahan dan strategi penegakan hukum. Strategi ini kemudian dijabarkan dalam fokus-fokus
kegiatan yang berupa aksi-aksi yang melibatkan semua Kementerian dan Lembaga Negara Non
Kementerian, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten, dan Pemerintah Daerah
Kota.

Presiden memberikan perhatian yang lebih terkait penerimaan negara yakni dengan
memfokuskan kegiatan aksi melalui reformasi tata kelola pajak dan optimalisasi penerimaan pajak.
Salah satu program aksinya berupa Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP).3 KSWP adalah kegiatan
yang dilakukan oleh Instansi Pemerintah sebelum memberikan layanan publik tertentu untuk
memperoleh keterangan status Wajib Pajak. Keterangan Status Wajib Pajak merupakan informasi
yang diberikan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam rangka pelaksanaan KSWP atas layanan publik
tertentu pada Instansi Pemerintah. Layanan publik tertentu yang dimaksud adalah layanan publik
berdasarkan peraturan yang diterbitkan oleh instansi pemerintah terkait, misalnya layananan

1
perizinan yang diatur dalam peraturan daerah seperti layanan izin usaha perdagangan, layanan
izin usaha hiburan, layanan izin mendirikan bangunan, dan lain-lain. Saat ini sudah terdapat dua
belas Kementerian/Lembaga dan 168 Pemerintah Daerah telah mengimplementasikan KSWP.4
Semakin banyak unit layananan publik yang terlibat dalam implementasi KSWP diharapkan dapat
mendongkrak kepatuhan pajak dalam rangka optimalisasi penerimaan negara dari pajak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas yakni:
1. Apa yang dimaksud dengan KSWP dan Konsep Whole of Government (WoG)?; dan
2. Bagaimana penerapan prinsip WoG dalam implementasi KSWP untuk optimalisasi penerimaan
pajak?

C. Pembahasan

1. Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP)

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2015 tentang Tata Cara
Pemberian Keterangan Status Wajib Pajak Dalam Rangka Pelaksanaan Konfirmasi Status Wajib
Pajak atas Layanan Publik tertentu pada Instansi Pemerintah 5, KSWP adalah kegiatan yang dilakukan
oleh Instansi Pemerintah sebelum memberikan layanan publik tertentu untuk memperoleh keterangan
status Wajib Pajak. Keterangan Status Wajib Pajak merupakan informasi yang diberikan oleh Direktur
Jenderal Pajak dalam rangka pelaksanaan KSWP atas layanan publik tertentu pada Instansi
Pemerintah. KSWP ini dilakukan oleh Instansi Pemerintah melalui:

a. sistem informasi pada Instansi Pemerintah yang terhubung dengan sistem informasi pada
Direktorat Jenderal Pajak; atau
b. aplikasi yang telah disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Keterangan status atas KSWP ini memuat status “Valid” atau “Tidak Valid.” Status valid
diberikan dalam hal wajib pajak memenuhi ketentuan:

2
a. nama Wajib Pajak dan NPWP sesuai dengan data dalam sistem informasi Direktorat Jenderal
Pajak, dan
b. telah menyampaikan SPT Tahunan PPh untuk 2 (dua) tahun pajak terakhir yang sudah menjadi
kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Dalam hal Wajib Pajak memperoleh Keterangan Status Wajib Pajak yang memuat status Valid, maka
layanan publik tertentu pada Instansi Pemerintah dapat diberikan, sedangkan apabila tidak
memenuhi, akan diberikan Keterangan Status Wajib Pajak yang memuat status Tidak Valid. Tentunya
agar layanan publik tertentu tersebut dapat diberikan, wajib pajak dapat memperbaiki nama dan
NPWP-nya (dalam hal belum sesuai dengan data dalam sistem informasi) atau menyampaikan SPT
Tahunan PPh untuk 2 (dua) tahun pajak terakhir (dalam hal belum menyampaikan).

Selain melalui sistem offline, DJP juga telah meluncurkan aplikasi informasi Konfirmasi Status
Wajib Pajak (iKSWP) yang dapat langsung diakses melalui laman resmi DJP Online. Untuk saat ini,
aplikasi informasi Konfirmasi Status Wajib Pajak (iKSWP) menyediakan tiga layanan bagi W ajib Pajak
yakni untuk mengetahui status KSWP, memperoleh Surat Keterangan Domisili bagi Subjek Pajak
Dalam Negeri (SKD SPDN), dan mendapatkan Surat Keterangan Fiskal (SKF).4

2. Konsep Whole of Government (WoG)

Beragam definisi tentang WoG yang diungkapkan oleh para ahli. Definisi WoG dalam laporan
APSC sebagai: “(it) denotes public service agencies working across portfolio boundaries to achieve a
shared goal and an integrated government response to particular issues. Approaches can be formal
and informal. They can focus on policy development, program management, and service delivery”.6
Definisi ini mengukapkan bagaimana instansi pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas sektor
guna mencapai tujuan bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu.

Definisi lain diberikan oleh United States Institute of Peace (USIP) yang menegaskan WoG
sebagai berikut. “An approach that integrates the collaborative efforts of the departments and
agencies of a government to achieve unity of effort toward a shared goal. Also known as interagency
approach. The terms unity of effort and unity of purpose are sometimes used to describe cooperation
among all actors, government and otherwise”. Dalam definisi ini, WoG memfokuskan pelayanan yang
terintegrasi sehingga prinsip kolaborasi, kebersamaan, kesatuan dalam melayani permintaan
masyarakat dapat diselesaikan dengan waktu yang singkat.7

. Jika ditarik benang merahnya, maka dapat disimpulkan bahwa WoG adalah sebuah
pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan
3
dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan publik. Oleh karenanya, WoG juga
dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan
yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.7

WoG sering disamakan dengan konsep policy integration, policy coherence, cross-cutting
policy-making, joined-up government, concerned decision making, policy coordination atau cross
government. WoG memiliki karakteristik dengan konsep-konsep tersebut, terutama karakteristik
integrasi institusi atau penyatuan pelembagaan baik secara formal maupun informal dalam suatu
wadah. Ciri lainnya adalah kolaborasi yang terjadi antar sektor dalam menangani isu tertentu. Namun
terdapat beberapa perbedaan diantaranya bahwa WoG menekankan adanya penyatuan
keseluruhan (whole) elemen pemerintahan, sementara konsep-konsep tadi lebih banyak menekankan
pada pencapaian tujuan, proses integrasi institusi, proses kebijakan dan lainnya sehingga penyatuan
yang terjadi hanya berlaku pada sektor-sektor tertentu yang dipandang relevan. 8

Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan mengapa WoG menjadi penting dan tumbuh
sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Pertama, adanya faktor-faktor
eksternal seperti dorongan publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik. WoG dalam hal ini penting
untuk menyatukan institusi pemerintah sebagai penyelenggara kebijakan dan layanan publik. Kedua,
terkait faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat
dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam pembangunan. Peran WoG terkait dengan hal
tersebut yaitu untuk mendorong adanya kolaborasi satu sama lain untuk menjunjung kepentingan
bersama dengan mengesampingkan kompetisi antar lembaga. Ketiga, khususnya dalam konteks
Indonesia, keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang
lainnya mendorong adanya potensi disintegrasi bangsa. Terkait hal tersebut, WoG menjadi penting
karena diperlukan sebagai upaya untuk memahami pentingnya kebersamaan dari seluruh sektor
guna mencapai tujuan bersama. 7

WoG membutuhkan prinsip-prinsip yang harus dipenuhi agar tercipta integrasi kelembagaan
yang kondusif dan koheren. Berdasarkan laporan OECD, 2006 tentang pendekatan pemerintah
secara menyeluruh di negara-negara rentan, mengindikasikan enam komponen yang harus dilibatkan
dalan proses integrasi. Pertama, kesamaan tujuan dibutuhkan untuk menghubungkan aktivitas dari
aktor-aktor yang berbeda. Kedua, dibutuhkan strategi operasional bersama. Kolaborasi bersama agar
tujuan tidak terfragmentasi dan berkerja dalam panduan bersama. Ketiga, koordinasi. Pendekatan ini
membutuhkan komitmen politik dari pemimpin dan seorang pemimpin untuk melakukan peran

4
koordinasi. Kejelasan dari arahan politik dan kepemimpinan menjadi poin utama dalam efektivitas
pendekatan ini. Keempat, membuat kebijakan insentif yang tepat. Untuk bekerja bersama perlu
mempertimbangkan insentif, implikasi baik dalam keuangan dan sumber daya manusia. Kelima,
membuat mekanisme dan instrumen yang mendorong korensi kebijakan melalui penggabungan
institusi, keuangan dan kewenangan di antara kelembagaan. Keenam, membangun manajemen
sistem informasi terintegrasi di mana aktor-aktor yang berbeda dapat mengakses.8

3. KSWP sebagai Wujud Implementasi Prinsip Whole of Government dalam rangka


Optimalisasi Penerimaan Pajak.

Pelaksanaan KSWP merupakan suatu konstruksi nyata sinergi antar Instansi Pemerintah
dalam memberikan pelayanan publik yang terintegrasi sebagai upaya untuk optimalisasi pendapatan
negara dari pajak. Setiap unit layanan publik berkolaborasi memainkan perannya masing-masing
sebagai upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak dalam suatu sistem layanan publik yang
terintegrasi yang bernama KSWP. Kooperasi melalui sistem yang terintegrasi merupakan suatu
bentuk implementasi prinsip Whole of Government dalam memberikan pelayanan publik. Setiap unit
layanan diminta untuk menyisihkan ego sektoral dan mengedepankan prinsip kolaboratif. Hal ini dapat
terlihat dari cara kerja layanan KSWP pada bagan berikut:

KSWP
Unit Pelayanan
Publik

Wajib Valid Tidak Valid


Pajak

DJP (KPP)

Gambar 1: Skema pola kerja layanan KSWP

Dalam pola kerja layanan KSWP, setiap Wajib Pajak yang mengajukan permohonan tertentu
kepada unit layanan publik akan dilakukan KSWP. Apabila keterangan status KSWP-nya tidak valid
maka unit pelayanan publik tidak akan memproses permohonan Wajib Pajak. Wajib Pajak dengan
status KSWP tidak valid harus menghubungi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam hal ini Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) untuk dilakukan klarifikasi terkait pemenuhan kewajiban perpajakannya. Jika
5
data WP telah dinyatakan valid oleh sistem, setelah dilakukan klarifikasi oleh KPP maka akan
diberikan keterangan status KSWP valid dan permohonan Wajib Pajak dilanjutkan ke tahap
berikutnya.

Saat ini terdapat 12 (dua belas) instansi terkait yang telah melaksanakan KSWP dan 16 (enam
belas) kementrian tambahan yang diwajibkan mengimplementasikan KSWP pada pelayanan
publiknya, yaitu:

1) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;


2) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
4) Kementerian Kelautan dan Perikanan;
5) Kementerian Dalam Negeri;
6) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
7) Kementerian Perdagangan;
8) Kementerian Kesehatan;
9) Kementerian Perindustrian;
10) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
11) Badan Koordinasi Penanaman Modal;
12) Kepolisian Negara Republik Indonesia;
13) Kementerian Keuangan;
14) Kementerian Pertanian;
15) Kementerian Perhubungan;
16) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
17) Kementerian Agama;
18) Kementerian Pariwisata;
19) Kementerian Komunikasi dan Informatika;
20) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi;
21) Kementerian Badan Usaha Milik Negara;
22) Kementerian Ketenagakerjaan;
23) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
24) Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah;
25) Badan Kepegawaian Negara;
26) Badan Pengawas Obat dan Makanan;
27) Badan Nasional Sertifikasi Profesi; dan
28) Badan Standardisasi Nasional.9
6
Semakin banyak unit layanan publik yang terlibat dalam KSWP, semakin baik pula pelayanan publik
yang diberikan. Pelayanan publik yang baik akan menjadi katalis peningkatan kepatuhan pajak.
Kepatuhan pajak yang baik dapat meningkatkan penerimaan negara dari pajak secara optimal.

D. Kesimpulan

Pelaksanaan KSWP merupakan wujud implementasi prinsip pendekatan pemerintah secara


menyeluruh (Whole of Government). Hal ini dapat terlihat dari banyaknya unit pelayanan publik yang
terlibat dalam pengaplikasiannya. Unit-unit ini berkolaborasi aktif memberikan pelayanan publik yang
optimal dengan mengesampingkan ego unit masing-masing.

Pemberian pelayanan publik yang optimal dapat menjadi feedback yang baik dalam upaya
optimalisasi penerimaan negara dari pajak. Adapun timbal balik dari pemberian layanan ini yakni
kepatuhan pajak yang meningkat dan pertukaran data lintas sektoral yang kaya dan valid. Bagi
otoritas pajak, data ini tentu akan dimanfaatkan sebagai bahan untuk perluasan basis data perpajakan
dalam rangka penggalian potensi perpajakan.

Program KSWP ini sebaiknya tidak berhenti pada unit layanan publik yang sudah terlibat saat
ini saja, akan tetapi segera dilakukan perluasan cakupan pelaksanaannya kepada seluruh
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Dengan demikian, tanggung jawab pengamanan
penerimaan negara dari pajak tidak hanya berada di Direktorat Jenderal Pajak sebagai pengampu
utamanya, tetapi instansi pemerintah yang lainnya juga ikut berkolaborasi, bersinergi dan
berkontribusi dalam mewujudkannya.

7
Daftar Pustaka

1. Tim Kementerian Keuangan. Informasi APBN 2021. https://www.kemenkeu.go.id (2021).

2. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Tahun 2016 dan Tahun 2017. (2016).

3. Wibowo, J. L. Optimalisasi Penerimaan Pajak. Direktorat Jenderal Pajak (2017).

4. Herho, S. H. S. Mengenal Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP).


https://www.pajakku.com/read/5e90103f5872ec3cac0a946c/Mengenal--Konfirmasi-Status-
Wajib-Pajak-(KSWP) (2020).

5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2015 tentang Tata Cara Pemberian
Keterangan Status Wajib Pajak Dalam Rangka Pelaksanaan Konfirmasi Status Wajib Pajak
Atas Layanan Publik Tertentu Pada Instansi Pemerintah. (2015).

6. SHERGOLD, P. Connecting Government : whole of Government responses to Australia’s


priority challenges. Canberra Bull. Public Adm. (2021) doi:10.3316/agispt.20043999.

7. Nurika, R. R. Prosiding Seminar Nasional Administrasi Publik: Relasi Governansi dalam


Agenda Reformasi Birokrasi Multidimensional di Indonesia. (Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret, 2018).

8. Prawira, M. & Agustine, T. Desain Layanan Publlik Terintegrasi di Daerah Melalui Whole
Government Approach: Praktik di Surabaya, Pontianak dan Denpasar. (2017).

9. KSWP, Mengetahui Perlunya Konfirmasi Status Wajib Pajak.


https://www.rusdionoconsulting.com/kswp-mengetahui-perlunya-konfirmasi-status-wajib-pajak
(2020).

Anda mungkin juga menyukai