Anda di halaman 1dari 4

1.

Defenisi Ihsan
Menurut Bahasa ihsan berasal dari kata hasuna yahsunu hasanan yang berarti
baik. Kemudian mendapatkan tambahan hamzah didepannya, menjadi ahsana yuhsinu
ihsanan artinya memperbaiki atau berbuat baik. Hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam hadits Jibril yang artinya ““ihsan adalah jika kamu beribadah kepada Allah
seolah-olah kamu melihat-Nya, jikalau kamu tidak melihat-Nya, sesungguhanya Dia
melihatmu.” Ihsan yang disebutkan dalam hadist adalah merupakan dalam hal ibadah
(Kuliyatun, 2020)
Islam dibangun di atas tiga landasan utama, yaitu iman, islam, dan ihsan. Oleh itu,
seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang utama
saja, melainkan harus dipandang sebagai bagian dari akidah dan bagian terbesar dari
keislamannya.
Anugrah, dkk (2019) mengemukakan bahwa kata ihsan berasal dari Bahasa
Arab dari kata kerja (fi`il) yang artinya perbuatan baik. Para ulama menggolongkan
Ihsan menjadi 4 bagian yaitu : Ihsan Kepada Allah, Ihsan Kepada Diri Sendiri, Ihsan
Kepada Sesama Manusia, dan Ihsan bagi Sesama Makhluk. Berdasarkan penjelasan yang
telah dipaparkan, disimpulkan bahwa Ihsan mempunyai satu rukun yaitu engkau
beribadah kepada Allah swt seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Hal ini berdasarkan hadits yang
diriwayatkan dari Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu dalam kisah jawaban Nabi
saw kepada Jibril ketika ia bertanya tentang ihsan, maka Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam menjawab: “Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-
Nya, maka bila engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu”.
Saihu, dkk (2021) mengemukakan bahwa ihsan berarti kesadaran diri yang
konsisten meyakini bahwa ia selalu melihat Allah, dan ketika dirinya tidak mampu
menyadari penglihatan tersebut, maka ia perlu menyadari bahwa Allah melihatnya.
Pada dasarnya, tidak mungkin seseorang tidak melihat Allah, jika ia menyadari bahwa
semua materiyang bisa dilihat adalah ciptaan (creature), yang pasti ada yang
menciptakannya (creator), karena semua yang ada dalam dirinya maupun di luar dirinya,
adalah ciptaan dari Allah. Allah pasti mudah dilihat dalam pengertian melihat Allah
melalui ciptaan-Nya. Definisi tesebut mengandung arti bahwasanya hatilah yang akan
membimbing keyakinan seseorang untuk memahami hakikat dirinya dan hakikat
penciptaannya.
Hidayat & Najah (2020) mengemukakan bahwa ihsan adalah perbuatan
terbaik yang tercermin dalam berbagai macam sikap, di antaranya adalah berbuat
baik, melaksanakan pekerjaan secara maksimal, melaksanakan pekerjaan dengan ikhlas,
berbuat baik kepada orang lain seperti berbuat baik pada diri sendiri serta
melaksanakan kewajiban dengan sempurna melebihi batas standar yang ditentukan.

2. Aspek Ihsan
Adapun tiga aspek pokok dalam ihsan antara lain sebagai berikut (Amran,
2012):
a. Ibadah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ibadah merupakan perbuatan
untuk menyatakan bakti kepada Allah SWT yang didasari ketaatan mengerjakan
perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya. Seorang muslim memiliki kewajiban
ihsan dalam hal beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis ibadah, seperti
shalat, mengaji, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu
menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya.
b. Muamalah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) muamalah diartikan sebagai hal-
hal yang termasuk urusan kemasyarakatan (pergaulan, perdata, dan sebagainya).
Muamalah adalah sebuah hubungan manusia dalam interaksi sosial sesuai syariat,
karena manusia merupakan makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri dan
membutuhkan pertolongan atau interaksi dengan manusia lainnya. Dalam
muamalah, ihsan dijelaskan Allah SWT pada surah an-Nisa’ ayat 36, yang
berbunyi bahwa “sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman
sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu”. Adapun ihsan dalam muamalah, yakni
sebagai berikut:
1) Ihsan kepada kedua orang tua.
2) Ihsan kepada karib kerabat.
3) Ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin.
4) Ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman sejawat.
5) Ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya.
6) Ihsan dengan perlakuan dan ucapan yang baik kepada manusia.
7) Ihsan dalam hal muamalah.
8) Ihsan dengan berlaku baik kepada binatang.
c. Akhlak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) akhlak diartikan sebagai budi
pekerti; kelakuan. Sedangkan, akhlak secara terminology berarti tingkah laku
seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu
perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal
dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat. Ihsan dalam akhlak
sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalah. Dimana seseorang akan
mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila orang tersebut telah melakukan
ibadah seperti yang menjadi harapan Rasulullah dalam hadis (ihsan) yang telah
dikemukakan di atas, yaitu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita
tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita. Jika hal
ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah puncak ihsan dalam
ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah menjadi akhlak atau perilaku, sehingga
mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya akan terlihat jelas dalam
perilaku dan karakternya.
3. Sofistikasi Ihsan: Antara Hati dan Psikologi
Ihsan bermakna suatu kesadaran diri yang konsisten meyakini bahwa ia selalu
melihat Allah, dan ketika ia tidak mampu menyadari penglihatan tersebut, maka ia perlu
menyadari bahwa Allah melihatnya. Pada dasarnya, tidak mungkin seseorang tidak
melihat Allah, jika ia menyadari bahwa semua materi yang bisa dilihat adalah ciptaan
(creature), yang pasti ada yang menciptakannya (creator), karena semua yang ada dalam
dirinya maupun di luar dirinya, adalah ciptaan dari Allah. Allah pasti mudah dilihat
dalam pengertian melihat Allah melalui ciptaan-Nya. Pengertian ini mengandung maksud
bahwa hatilah yang akan membimbing keyakinan seseorang untuk memahami hakikat
dirinya dan hakikat penciptaan yang lain.
Konsep Ihsan dalam Islam memiliki kontribusi paling penting, karena Ihsan
merupakan pesan dasar dari spiritualitas agama. Jika nilai-nilai Ihsan sudah masuk ke
arah kesempurnaan keyakinan, maka pada akhirnya konsep Ihsan yang tertanam dalam
hati manusia semakin memperjelas bahwa seseorang memiliki fundamental Islam yang
kuat. Dalam surat An-Nahl ayat 90, manusia diperintahkan untuk berbuat adil dan ber-
ihsan serta harus menjalin keharmonisan satu sama lain dengan berperilaku baik yang
meneduhkan dan menyejukkan hati. Keberserahan diri untuk mengikuti perintah,
mematuhi himbauan, dan menghindari larangan, sebagai dampak dari keyakinan hatinya,
memunculkan efek linier berupa motif untuk mengekspresikannya dalam bentuk perilaku.
Hadirnya hati dalam setiap aktivitas seorang hamba termanifestasikan dalam setiap tindak
tanduknya.
Ihsan menuntun kesadaran untuk beragama yang benar, utuh, komprehensif, dan
kaffah. Individu yang ber-ihsan hanya orang yang mampu mengaplikasikan nilai-nilai
kebaikan secara komprehensi. Kebahagiaan sejati diperoleh melalui relasi antara hati dan
psikologi. Dengan demikian sofistikasi konsep ihsan harus dipertimbangkan sebagai
sebuah pendekatan canggih dari Allah berguna untuk mendidik hati yang kemudian
termanipestasi dalam matangnya psikologi. Oleh karenanya ihsan dapat dipandang
sebagai model religi terapi yang bermanfaat bagi penguatan psikologis,
menumbuhkembangkan kepribadian, dan kesehatan mental yang dapat meningkatkan
ketakwaan, ketawadhu’an, keikhlasan, kesyukuran, dan perbuatan baik lainnya.
Perbuatan, tindakan, dan perilaku ihsan bermanfaat bagi kehidupan kemanusiaan,
baik individual, bermasyarakat, maupun lingkungan sekitar. Perbuatan, tindakan, dan
perilaku ihsan ketaatan, kesalehan, dan peribadatan bermanifestasi pada pembangunan
fisikal dan psikologis kemanusiaan, baik individual, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
Perbuatan, tindakan, dan perilaku, ketaatan, kesalehan, dan peribadatan berdampak
positif bagi kehidupan kemanusiaan, maka dapat dipastikan mampu menjadi model
psikoterapi Islam dalam preventisasi, kuratisasi, dan rehabilitasi mental, seperti stres,
traumatik, psikosis, psikoneorosis, frustrasi, dan depresi. Di sini ada korelasi antara surat
An-Nahl ayat 90, mendidik hati untuk kematangan psikologi.

DAFTAR PUSTAKA
Amran, A. (2012). Konsep adil dan ihsan menurut aqidah, ibadah dan ahlak. HIKMAH: Jurnal
Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam, 6(2), 101-114. http://repo.iain
padangsidimpuan.ac.id/211/1/Ali%20Amran1.pdf.
Anugrah, R. L., Asirin, A., Musa, F., & Tanjung, A. (2019). Islam, Iman dan Ihsan dalam Kitab
Matan Arba ‘In An-Nawawi (Studi Materi Pembelajaran Pendidikan Islam Dalam Perspektif
Hadis Nabi SAW). Tarbiyah Islamiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam, 9(2).
Hidayat, M. U., & Najah, I. N. (2020). Konsep Ihsan Perspektif Al-Qur’an Sebagai
Revolusi Etos Kerja. JAWI, 3(1)
Kuliyatun, K. (2020). Kajian Hadis: Iman, Islam dan Ihsan dalam Perspektif Pendidikan Agama
Islam. Edugama: Jurnal Kependidikan dan Sosial Keagamaan, 6(2), 110-122.
https://doi.org/10.32923/edugama.v6i2.1379.
Saihu, M., Suparto, S., & Balgis, L. F. (2021). Nalar Tasawuf dalam Pendidikan Islam: Kajian
Atas Makna Ihsan dan Relevansinya dengan Pendidikan Karakter. Edukasi Islami: Jurnal
Pendidikan Islam, 10(001), 181-198.

Anda mungkin juga menyukai