Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN AKHLAK DENGAN IMAN DAN AMAL SHALEH

PENDAHULUAN

Sesungguhnya antara akhlak dengan iman terdapat hubungan yang sangat


kuat sekali, karena akhlak yang baik itu sebagai bukti dari keimanan dan akhlak
yang buruk sebagai bukti atas lemahnya iman semakin sempurna akhlak seseorang
Muslim berarti semakin kuat imannya. Rasulullah SAW bersabda : “ Kaum
Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya paling baik di
antara mereka.“1

Dalam makalah ini, saya akan memaparkan tentang Hubungan Akhlak


dengan Iman dan Amal Shaleh.

1
Fariq bin Gasim Anuz, BENGKEL AKHLAK, Darus Sunnah Press, (Jatinegara: 2009), hlm. 48.
1

PEMBAHASAN

HUBUNGAN AKHLAK DENGAN IMAN DAN AMAL SHALEH

 Pengertian Akhlak
Akhlak atau sering disebut etika, dalam bahasa kita sehari-hari lebih
berkonotasi sebagai suatu sifat yang positif, suatu sifat yang terpuji. Oleh karena
itu, sering kalau kita melihat seorang anak yang tidak baik perilakunya, kita
mengatakan bahwa anak itu tidak berakhlak, kalau seorang melakukan perbuatan
yang terpuji, kita akan mengatakan bahwa orang itu mempunyai akhlak. Akan
tetapi, kalau kita berbicara tentang tasawuf, akhlak sebetulnya merupakan satu
sifat yang masih belum memiliki atribut apapun, baik positif maupun negatif.
Misalnya, kalau akhlaknya baik, ia akan disebut al-akhlaq al-hasanah atau al-
khuluq al-hasan. Akan tetapi, seandainya perbuatan itu tercela, ia akan disebut al-
akhlaq as-sayyi’ah.2

 Pengertian Iman
Iman artinya percaya, jika perkataan itu disendirikan, termasuklah
kepadanya segala amalan lahir dan batin. Berkata setengah ahli fikir Islam:
“Iman itu ialah perkataan dan perbuatan (qaulun wa’amalun), artinya perkataan
hati dan lidah dan perbuatan hati dan anggota!”

2
Sukardi, “Kuliah-Kuliah Tasawuf”, Pustaka Hidayah, Bandung, 2000. Hlm. 41
2

Allah berfirman : “ Hanyasanya orang beriman itu ialah yang beriman dengan Allah
dan Rasul-Nya, kemudian itu tidak ragu-ragunya lagi, mereka berjihad dengan harta-
benda dan diri mereka sendiri pada jalan Allah. Itulah orang-orang yang benar
pengakuannya.” (Al-Hujurat: 15)3

 Pengertian Amal Shaleh


Amal shaleh adalah melakukan pekerjaan baik yang bermanfaat bagi
diri sendiri dan bagi orang lain berdasarkan syari’at Islam serta ikhlas karena
Allah SWT semata. Amal shaleh termasuk perintah Allah karena dengan
beramal shaleh mka akan tercipta kehidupan yang tentram dan bahagia. Amal
shaleh adalah perbuatan atau sikap yang harus dimiliki dari setiap muslim sebab
orang yang beramal shaleh akan menjadi penghuni surga serta kekal
didalamnya. 4

 Hubungan Shaleh dan Iman


Shaleh dan Iman memiliki hubungan semantik yang sangat
menyatukan bersama-sama dalam satu unit yang hampir-hampir tak
terpisahkan, dimanapun ada iman disitu ada shalihat, “perbuatan baik”. orang-
orang yang beriman, belumlah dapat dikatakan beriman yang sesungguhnya

3
Hamka, Tasauf Modern, Pustaka Panjimas, Yogyakarta, 2004. Hlm. 59-60
4
Sora Templates,”Pengertian Amal Saleh dan Contoh Amal Saleh “,
www.bacaanmadani.com/2016/10/pengertian-amal-saleh-dan-contoh-amal.html?m=1, diakses pada 26
September 2017.
apabila ia belum mewujudkan keyakinannya itu dalam bentuk-bentuk perbuatan
tertentu sehingga ia mendapatkan julukan orang shaleh.5

 Hubungan Akhlak dengan Iman dan Amal Shaleh

Akhlak yang baik adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah
keimanan dan memiliki bobot yang berat dalam timbangan, pemiliknya sangat
dicintai oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan akhlak yang baik adalah
salah satu penyebab masuk jannahnya seseorang.
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ditanya tentang kebanyakan yang
menyebabkan manusia masuk jannah, maka beliau menjawab, “Takwa kepada
Allah dan akhlak yang baik.”6
Dr. Abdullah bin Dhaifullah Ar-Ruhaili berkata bahwa sesungguhnya hak
Allah atas manusia adalah sebesar-besar hak tanpa terkecuali, adab terhadap Allah
adalah kewajiban yang paling wajib, karena Dia adalah Maha Pencipta tidak ada
sekutu bagi-Nya, adapun selain-Nya adalah makhluk, maka tidaklah sama hak
makhluk dibandingkan hak Allah, begitu pula adab manusia terhadap Allah
dengan adab manusia terhadap sesama makhluk. Sebagaimana Allah itu sebagai
Pencipta dan tidak ada sekutu bagi-Nya maka wajib atas manusia untuk
mentauhidkan-Nya dan beribadah kepada-Nya semata, bersyukur dan beradab
kepada-Nya sesuai dengan yang telah digariskan.7

5
Toshihiko Izutsu, ETIKA BERAGAMA DALAM QURAN, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1995. Hlm.
332.
6
IKAPI, “Kunci Memahami Ilmu Tasawuf”, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 2007. hlm. 54.
7Fariq bin Gasim Anuz, BENGKEL AKHLAK, Darus Sunnah Press, (Jatinegara: 2009). Hlm. 50
Adapun pokok-pokok muamalah manusia dengan Allah, sebagi berikut:
Beriman kepada-Nya dengan mantap, mentauhidkan-Nya dalam nama-
nama dan sifat-sifat-Nya dan mentauhidkan-Nya dengan beribadah, selalu taat
kepada-Nya, menjauhkan maksiat baik dikala sendirian atau ketika disaksikan
orang lain baik secara rahasia atau terang-terangan, baik dalam keadaan sulit atau
mudah, mengagungkan syiar-syiar Allah dan aturan-Nya serta tunduk kepada
4
syariat-Nya, menghormati kitab Allah dan sunah Nabi-Nya Muhammad SAW,
beradab kepada keduanya, menerima keduanya dan memahami, mengamalkan
dengan benar tanpa berlebih-lebihan dan tanpa mengentengkannya, memberi
perhatian penuh kepada dien-Nya dalam hal pemahaman, keimanan dan
pengamalan, mengagungkan Allah dan mensucikan-Nya dari segala kekurangan,
mensifati-Nya dengan apa yang telah Allah sifatkan dalam kitab-Nya dan melalui
lisan Nabi-Nya, ridha kepada-Nya dan ridha kepada takdir-Nya, mencintai Allah
melebihi selain-Nya, selalu dzikir dan bersyukur Allah, memperbaiki ibadah
kepada-Nya, berbuat baik kepada hamba-hamba Allah, tidak berbuat zalim
kepada mereka, berprasangka baik kepada Allah.8
Sebagian manusia ada yang berpendapat bahwa dien Islam itu adalah
pergaulan yang baik kepada manusia semata, kejahatan terbesar adalah merugikan
manusia, sehingga terlihat secara lahiriah ia berprilaku baik kepada orang lain
tetapi pada saat yang sama ia menyia-nyiakan hak Allah dengan berbuat syirik,
kufur, bid’ah dan maksiat lainnya, ia berdo’a kepada selain Allah, menyembelih
hewan untuk dijadikan sebagai tumbal, menyia-nyiakan shalat dan lain-lain. Dosa
syirik adalah sebesar-besar dosa besar dan Allah tidak akan mengampuni kecuali
jika pelakunya bertaubat.
Disisi lain terdapat pula orang yang mengentengkan masalah akhlak
terhadap sesama makhluk dengan menyangka bahwa dien itu semata-mata

8
Umari Barmari, “Materi Akhlak”, C.V.RAMADHANI, 1978. hal.29
menunaikan hak Allah saja tanpa menunaikan hak makhluk. Padahal
sesungguhnya menunaikan hak makhluk adalah bagian dari menunaikan hak
Allah. Juga telah disinggung sebelumnya bahwa terdapat hubungan yang sangat
kuat antara keimanan dan akhlak kepada sesama makhluk.

5
Dan keterangan-keterangan lainnya yang menunjukkan bahwa seorang Muslim
yang beriman kepada Allah dan hari Akhir tidaklah berbuat aniaya kepada orang
lain.9

Fazlur Rahman menyatakan bahwa kerangka akhlak adalah iman, islam dan
taqwa (Fazlur Rahman,1987). Ketiga-tiganya tidak bisa dipisahkan. Iman terutama
berkaitan dengan kehidupan batin, sementara islam terutama berkaitan dengan amal
lahir, maka taqwa secara serempak terdiri baik keimanan maupun keislaman (al-
Baqarah/2:177).

Sejalan dengan apa yang dikatakan Fazlur Rahman tersebut, dalam syari’at
islam yang terdiri dari iman, islam dan ihsan akhlak. Dengan demikan islam
menghendaki agar umat manusia menjadi umat yang baik. Semua ajarannya bermuara
pada akhlak, baik berupa perintah maupun berupa larangan. Dengan syariat islam
manusia akan menjadi manusia yang baik. Shalat mencegah perbuatan yang keji dan
munkar ( al-ankabut/29:45), zakat sebagai alat mensucikan diri (al-taubah/9: 103),
puasa adalah batu loncatan kearah taqwa (al-Baqarah/2: 183), dan haji untuk
melemahkan kecintaan duniawi (al-Baqarah2:197).

Imanpun demikian, untuk memelihara umat manusia dari nilai-nilai rendah.


Iman sebagai alat penggerak manusia untuk meningkatkan nilai-nilai luhur dan moral
yang bersih. Akhlak al-karimah merupakan syarat kesempurnaan iman seseorang,
9
Mahjudin, “Kuliah Akhlak Tasawuf”, Kalam Mulia, Jakarta, 1999. Hal. 6-7
sehingga orang yang beriman dan tidak berprilaku baik terhadap sesamanya atau
tetangganya, dinyatakan oleh Nabi saw., sebagai seorang yang kurang sempurna
imannya ( HR. Bukhari). Dalam hadits yang lain dinyatakan bahwa orang yang etika
sosialnya jelek, akan menjadi seseorang yang bangkrut (muflis)(HR.Muslim).10

PENUTUP

Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulakan bahwa Akhlaq mulia selalu


melengkapi sendi keimanan untuk menuju kepada kesempurnaan kepribadian
manusia dan akhlaq baik juga sangat berperan untuk melengkapinya.Ada enam hal
yang dapat membantu seorang Muslim untuk memperoleh akhlak yang baik, yaitu:
Iman yang kuat, niat yang tulus, ilmu yang bermanfaat, Amal shaleh, sabar, dan
Doa.

10
Syukur Amin, “Tasawuf Sosial”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004. Hlm. 165
7
DAFTAR PUSTAKA

1. Garim Anuz bin Fariq, “Bengkel Akhlak”,Darus Sunnah Press, Jatinegara, 2009.
2. Hamka, “Tasauf Modern”, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1990.
3. IKAPI, “Kunci Memahami Ilmu Tasawuf”, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 2007.
4. Izutsu Toshihiko, ETIKA BERAGAMA DALAM QURAN, Pustaka Firdaus, Jakarta,
1995. Hlm. 332.
5. Mahjudin, “Kuliah Akhlak Tasawuf”, Kalam Mulia, Jakarta, 1999.
6. Sukardi, “Kuliah-Kuliah Tasawuf”, Pustaka Hidayah, Bandung, 2000.
7. Syukur Amin, “Tasawuf Sosial”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004.
8. Umari Barmari, “Materi Akhlak”, C.V.RAMADHANI, 1978.
9. Templates Sora,” Pengertian Amal Saleh dan Contoh Amal Saleh “,
www.bacaanmadani.com/2016/10/pengertian-amal-saleh-dan-contoh-
amal.html?m=1, diakses pada 26 September 2017.

Anda mungkin juga menyukai