Artinya : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Ankabut 45) Shalat itu mengandung dua hikmah, yaitu dapat menjadi pencegah diri dari perbuatan keji dan perbuatan munkar. Maksudnya dapat menjadi pengekang diri dari kebiasaan melakukan kedua perbuatan tersebut dan mendorong pelakunya dapat menghindarinya. Denagn keimanan seeorang akan tunduk dan patuh kepada aturan-aturan Allah. Dengan demikian sesungguhnyalah sangat erat hubungan dan saling mempengaruhi antara iman dengan ibadah kepada Allah SWT. B. Hubungan Antara Iman dengan Etika (Moral) Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah Ethos, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu Mos dan dalam bentuk jamaknya Mores, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghin-dari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Etika berhubungan denagn kesusilaan. Kesusilaan memberikan gambaran kepribadian seseoarang. Pribadi berarti diri sendiri. Secara psikologi kepribadian meliputi semua aspek kehidupan seseorang dan keseluruhan kualitas dirinya yang dapat diperhatikan pada cara berbuat, berpendapat, bersikap, minat, berfalsafah dan sebagainya. Kepribadian merupakan organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang enentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kepribadian memiliki sifat berkembang dan kerjanya meliputi tubuh dan jiwa, dan memiliki ciri khas satu sama lainnya dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya.Dalam Islam seorang ibu yang sedang mengandung supaya berdoa agar anaknya kelak sehat, shaleh, berbakti kepada orang tua, berguna bagi bangsa dan negara serta agama. Setelah anak dilahirkan, menjadi tugas orang tuanya yang mendidik anak-anaknya. Orang tua dan lingkungan hidup seoarang anak sangat merpengaruh terhadap pembentukan kepribadian seorang anak. Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah dan pengaruh pendidikan orang tua. Berikut hadis yang menjelaskannya : : : . . Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang Majusi. Sebagaimana seekor binatang yang melahirkan seekor anak tanpa cacat, apakah kamu merasakan terdapat yang terpotong hidungnya?. : . : .. : ! Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, seorang Nasrani maupun seorang musyrik. Lalu seorang laki-laki bertanya: Ya Rasulullah! Bagaimana pendapat engkau kalau anak itu mati sebelum itu? Beliau menjawab: Allah lebih tahu tentang apa yang pernah mereka kerjakan. . : .
Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahuanhu: Bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam pernah ditanya tentang anak orang-orang musyrik, lalu beliau menjawab: Allah lebih tahu tentang apa yang pernah mereka kerjakan. Pembentukan moral atau akhlak manusia merupakan tugas pokok dari diutusnya Rasul dan Nabi oleh Allah SWT. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : . ) ( : Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat lain: yang shalih). (Hadits Shahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari di dalam kitab alAdab al-Mufrad, Imam al-Hakim dan lain-lain.) Untuk membentuk pribadi yang bermoral harus dibentengi dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah, yang dimulai dari lingkungan keluarga dan dilakukan sedini mungkin sesuai tingkat perkembangan kemampuan anak. Kepribadian dalam Islam adalah ketakwaan, maka setiap proses pembentukan kepribadian menuju kepada takwa kepada Allah SWT. Takwa disini dimaksud meliputi keimanan kepada Allah, ibadah kepada Allah dan berhubungan sesama manusia dan lingkungannya, termasuk kemasyarakatan dan kenegaraan. Pembentukan kepribadian dimulai dengan penanaman ketauhidan kepada anak, sebab : Tauhid memberikan ketentraman batin dan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kemusyrikan. Tauhid membentuk sikap dan perilaku keseharian seseorang. Tauhid sebagai aqidah dan falsafah hidup. Tauhid sebagai ilmu yang merupakan hasil pengkajian para ulama terhadap apa yang tersurat dan tersirat di dalam al quran dan hadits. Tauhid sebagai sebagian sumber dan motivator perbuatan kebajikan dan keutamaan. Tauhid membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong mereka untuk mengerjakan ibadat dengan penuh keikhlasan. Tauhid mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan, dan kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan. Tauhid mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin. Oleh sebab itu upaya membentuk kepribadian manusia dengan memantapkan, menguatkan dan mengokohkan akidah dalam diri manusia. Denagn akidah yang kuat, pikiran manusia menjadi tenang, emosinya stabil dan jiwanya tenteram, sehingga kepribadiannya juga mantap. Dengan akidah yang kuat mentalnya juga kuat dan tangguh, tidak tergoda oleh perhatian, cinta kasih dan kepedulian orang lain yang menjauhi akidah seseoarang. Baginya yang penting adalah perhatian, kasih sayang dan kepedulian dari Allah SWT, yang diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan positif.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
http://byaccounting.blogspot.com/2011/07/aplikasi-keimanan-dalam-berbagai-aspek.html Drs. Supriadi, Dra. Hasanah, M.Ag., Drs. Pabali H. Musa, M. Ag., Buku Ajar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: cv. Grafika Karya Utama, 2001), cet. II, hlm. 165. http://umayonline.wordpress.com/2008/09/15/ibadah-mahdhah-ghairu-mhadhah/ p://www.facebook.com/note.php?note_id=10150115326145849 http://quran.michsan.web.id/id/quran/29?sort=desc&order=Ayah&page=2 http://wisnusudibjo.wordpress.com/2009/10/19/tafsir-ibnu-katsir-%E2%80%93-al-%E2%80%99ankabut-45/ http://erniritonga123.blogspot.com/2010/01/definisi-etika.html http://mromi.wordpress.com/2010/04/30/setiap-anak-dilahirkan-dalam-keadaan-fitrah-dan-pengaruh-pendidikan-orang-tua/