Anda di halaman 1dari 5

Yustina Chrisya Septiana

Tugas Manajemen Keuangan 17/408724/EK/21296

Chapter 1: Manajemen Keuangan Publik: Sebuah Pengantar

Berdasarkan tujuan, organisasi umumnya dibedakan menjadi 2, yaitu organisasi yang


bertujuan untuk memperoleh laba atau sering disebut organisasi bisnis/privat/swasta dan organisasi
yang bukan bertujuan menperoleh laba yang disebut organisasi nirlaba/publik. Organisasi sendiri
secara umum dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang bersama-sama berusaha mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Contoh organisasi bisnis yaitu organisasi perusahaan sedangkan
organisasi publik yaitu organisasi pemerintah (pemerintah pusat dan daerah) dan organisasi olahraga.

Negara dan pemerintah sebagai organisasi publik

Pemerintah merupakan suatu bentuk organisasi publik yang dijalankan oleh pemerintah.
Dalam hal ini, pemerintah sebagai pelaksana dari pemerintahan tersebut. Tujuan pemerintah yaitu
menjalankan tujuan negara sehingga tujuan pemerintah dapat diartikan juga sebagai tujuan negara.
Pemerintah NKRI merupakan organisasi nirlaba yang dapat dibuktikan melalui tujuan negara yang
ingin dicapai. Tujuan tersebut salah satunya adalah memajukan kesejahteraan umum yang jelas
tercantum dalam Pembukaan UUD RI 1945.

Pasal 18 UUD RI 1945 telah mengatur bahwa pemerintahan Indonesia terdiri dari pemerintah
pusat yang memiliki sub-organisasi yaitu pemerintah daerah. Pemerintah daerah dibagi menjadi
pemerintah provinsi dan pemerintah kota/kabupaten. Semua pemerintah baik tingkat pusat maupun
daerah memiliki tujuan yang sama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai tujuan
negara.

Masalah keuangan dalam organisasi publik-pemerintah

Semua jenis organisasi baik publik dan privat akan mengalami masalh dasar manajemen
keuangan yaitu mengenai bagaimana mendapatkan dan menggunakan dana. Pada organisasi publik
khususnya pemerintah, pendapatan didapatkan diantaranya pajak yang dipungut dari masyarakat.
Belanja pemerintah akan diarahkan tentunya untuk pelayanan kepada masyarakat seperti
infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Masalah tersebut apabila ditinjau dari aspek manajemen
keuangan publik (mikro) adalah masalah pendapatan/penerimaan dana dan masalah manajemen
belanja/pengeluaran dana. Secara makro, masalah tersebut dikenal sebagai menajemen fiskal negara
dan/atau manajemen belanja negara (government expenditure). Semua masalah tersebut dapat
tercermin dalam APBN atau APBD. Selain itu, terdapat masalah pembiayaan yaitu masalah kelebihan
pendapatan di atas belanja (surplus) atau masalah kelebihan belanja di atas pendapatan (defisit).
Penanganan pengelolaan masalah tersebut terlihat dalam anggaran murni/awal, perubahan atas
rencana awal, hingga dalam bentuk laporan realisasinya. Contohnya pada APBN dikenal adanya APBN,
APBN-P, dan Laporan Realisasi APBN (LKPP).

Problematika penerimaan dan pengeluaran pemerintah

Aspek pendapatan memiliki masalah optimalisasi baik pada APBN maupun APBD. Optimalnya
pendapatan negara akan mendukung terlaksananya program dan kegiatan pembangunan yang telah
direncanakan pemerintah. Selain itu, aspek belanja juga memiliki masalah yaitu pada komposisi
belanja dalam rangka mencapai tujuan bernegara sesuai UUD RI 1945. Dalam hal ini, akan muncul
problematika proporsi untuk berbagai belanja seperti pada proporsi pendidikan dan kesehatan. Aspek
pembiayaan juga memiliki problematika yaitu mencari dana untuk menutupi defisit seperti
penanganan pinjaman atau utang negara/daerah. Namun, terdapat problematika yang paling sering
terjadi di negara berkembang yaitu subsidi. Pengalokasian subsidi pada berbagai kebutuhan belanja
negara untuk mencapai pemerataan pelayanan kepada masyarakat.
Yustina Chrisya Septiana
Tugas Manajemen Keuangan 17/408724/EK/21296

Chapter 2: Tinjauan Historis Undang-Undang Keuangan Negara Indonesia

Keuangan negara memiliki peran penting terhadap jalannya pemerintahan. Oleh sebab itu,
aparat pemerintah harus memahami aspek-aspek keuangan negara teruma hukum, peraturan, dan
perundang-undangan. Di bidang keuangan, saat ini Indonesia memiiki paket undang-undang yang
menjadi dasar dalam pengelolaan keuangan negara. Paket UU tersebut terdiri dari Undang-Undang
No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Sejarah UU keuangan negara

Sebelum ada paket UU tersebut, Indonesia menggunakan aturan peninggalan zaman kolonial
Hindia-Belanda dalam mengelola keuangan negara. Pengelolaan penerimaan dan pengeluaran negara
menggunakan Indische Comptabiliteits Wet (ICW) dan Reglement voor het Admiistratief Beheer (RAB).
ICW mengatur tentang tata pembukuan yang harus dilakukan oleh para pejabat pengurus keuangan.
Sedangkan RAB mengatur sebagian kewenangan pengelolaan keuangan terutama pengelolaan
administratif. Selain itu, terdapat Instructie en verdere bepalingen voor de Algemeene Rekenkamer
(IAR) sebagai pelaksanaan pertanggungjawaban keuangan negara. Badan ini merupakan cikal bakal
terbentuknya Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK).

Pada awal berlakunya, ICW memuat beberapa hal, yaitu:

1. Anggaran rutin dan anggaran modal ditetapkan setahun sekali.


2. Sisa anggaran yang masih ada sesudah tahun angguran berakhir harus ditetapkan dengan UU.
3. Guberner Jenderal adalah penguasa pengurusan umum keuangan negara.
4. Pengawasan terhadap pengurusan keuangan negara dilakukan oleh Algemeene Rekenkamer
yang diangkat oleh Raja.
5. Sumbangan Hindia-Belanda untuk Belanja tetap diteruskan.
6. Tata cara pertanggungjawaban pengurusan keuangan negara yang ditujukan kepada
Algemeene Rekenkamer.
7. Peraturan tentang tuntutan ganti rugi yang ditujukan kepada pegawai negeri dan
bendaharawan yang merugikan negara.

Setelah kemerdekaan RI, ICW mengalami perubahan:


1. Berdasarkan UU Darurat No. 3 Tahun 1954 yang disahkan dengan UU No. 12 Tahun 1954,
sistem stelsel hal (virement stelsel) diubah menjadi stelsel kas.
2. Dengan UU No. 9 Tahun 1968 ditetapkan perubahan tahun anggaran dari 1 Januari hingga 31
Desember menjadi 1 April sampai 31 Maret. Namun, pada masa pemerintahan Gusdur, tahun
anggaran diubah seperti semula.

Upaya menyusun UU yang mengatur pengelolaan keuangan negara sudah dilakukan sejak
Indonesia berdiri. Hingga akhir, sudah terdapat 14 tim yang dibentuk untuk menyusun RUU
Keuangan Negara/Perbendaharaan Negara. Tim ke-14 yaitu Komite Penyempurnaan Manajemen
Keuangan yang menghasilkan RUU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan RUU No. 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Hasil tersebut kemudian disahkan oleh DPR pada
2003 dan 2004 yang kini menjadi paket UU Keuangan negara.
Yustina Chrisya Septiana
Tugas Manajemen Keuangan 17/408724/EK/21296

Perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah diberlakukannya paket UU tentang Keuangan
Negara:

No. Segi Perbandingan Sebelum Sesudah


1 Pendekatan Sistem Dual Budget Unified Budget
Single Period Mid Term Expenditure
Line Item Framework
Kerangka Pengeluaran Jnagka
Menengah
Performance Based Budgeting
2 Pendekatan Legalitas UU perbendaharaan Indonesia Paket UU Keuangan Negara
3 Klasifikasi Anggaran Sektor Fungsi
Sektor-subsektor-program- Fungsi-subfungsi-program-
proyek-bagian proyek kegiatan-subkegiatan
4 Dokumen Dokumen Penganggaran Dokumen Penganggaran
Daftar Usulan Kegiatan (DUK) Rencana Kerja dan Aanggaran
Daftar Usulan Program (DUP) Kementerian
Dokumen Pelaksanaan Negara/Lembaga (RKA-KL)
Anggaran Dokumen Pelaksanaan
Daftar Isian Kegiatan (DIK) Anggaran
Daftar Isian Proyek (DIP) Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA)
Yustina Chrisya Septiana
Tugas Manajemen Keuangan 17/408724/EK/21296

Chapter 3: Problematika Implementasi Perencanaan Pembangunan

Manajemen adalah serangkaian aktivitas yang diarahkan terhadap sumber daya organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Manajer melakukan
berbagai proses manajemen seperti planning, organizing, leading, dan controlling. Dalam hal ini,
planning memiliki peran sangat vital dan paling awal dilakukan untuk menentukan kelanjutan
rangkaian aktivitas manajemn yang lainnya. Secara sederhana, planning meliputi menetapkan tujuan
dan menyusun strategi/rencana untuk mencapai tujuan organisasi. Demikian juga yang dilakukan
pemerintah dalam mencapai tujuan meliputi serangkaian strategi, program, dan kegiatan yang disebut
pembangunan.

Mekanisme perencanaan pembangunan

Proses prencanaan dan penganggaran diberikan garis berbeda dengan diatur oleh UU yang
berbeda pula. UU No. 25 Tahun 2004 mengatur tentang proses perencanaan pembangunan dan UU
No. 17 Tahun 2003 mengatur proses penganggaran. Proses perencanaan pembangunan nasional
tersebut mencakup tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan
dalam jangka panjang, menengah, dan tahunan sehingga dokumen yang dihasilkan juga terdapat visi,
misi, tujuan, dan arah kebijakan jangka panjang, menengah, dan tahunan.

Dokumen perencanaan pembangunan pada UU 25/2004:

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP): 20 tahun


2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM): 5 tahun
3. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP): 1 tahun
4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/Lembaga disebut Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga (Renstra-KL): 5 tahun
5. Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/Lembaga disebut Rencana Kerja
Kementerian/Lembaga (Renja-KL): 1 tahun
6. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD): 5
tahun
7. Rencana Pembangunan Tahunana Satuan Kerja Perangkat Daerah disebut Rencana Kerja
Satuan Kerja Perangkat Dearah (Renja-SKPD): 1 tahun

Penyusunan dokumen tersebut selalu diawali dengan Musyawarah Perencanaan Pembaguanna


(Musrenbang) dari tingkat desa hingga nasional. Peraturan lain yang juga terkait dengan perencanaan
pembanguanan adalah PP No. 20 Tahun 2004 tentang RKP; PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; dan
Permendagri No. 54 Tahun 2010 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

Permasalahan dalam perencanaan pembangunan

Masalah non-teknis:

1. Lemahnya komitmen pemda dalam perencanaan pembangunan: adanya kepentingan politik


yang menjadi risiko bawaan.
2. Keterbatasan data dari masing-masing SKPD: karena data belum menjadi perhatian bagi
pemerintah sehingga keakuratan data masih rendah.
3. Lemahnya kapasitas sumber daya perencana di daerah
Yustina Chrisya Septiana
Tugas Manajemen Keuangan 17/408724/EK/21296

Masalah teknis:

1. Lemahnya konsistensi antara visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan
kegiatan.
2. Tidak jelasnya indikator sasaran untuk setiap program dan kegiatan.

Menurut Kementerian PPN/Bappenas, diperlukan sinergitas antara perencanaan pembangunan


dengan penganggaran nasional, perencanaan pembangunan dengan penganggaran daerah, serta
perencanaan pembangunan nasioanl dan daerah. Namun, terdapat permasalahan terkait sinergitas
pembangunan dan penganggaran yang disebabkan oleh:

1. Legal structure
a) Tata cara pelaksanannya belum menjadi satu kesatuan sistemik serta diatur oleh
peraturan yang berbeda.
b) Tidak ada sanksi bagi pelanggar yang tidak mengikuti sistem perencanaan
pembangunan nasional maupun RPJP dan RPJM.
c) Tidak ada peraturan yang lebih tinggi di atas undang-undang.
d) Kelembagaannya masih terpisah.
2. Legal substance
a) Substansi yang ada belum mengarah pada tujuan pembangunan.
b) Program dalam RPJMD dapat berbeda dengan RPJMN.
c) Pelaporan dan evaluasi masih parsial dan belum menjadi bahan penyusunan rencana.
d) Muncul dokumen perencanaan yang dianggap sebagai dokumen tandingan.
e) Perencanaan pembangunan, terutama jangka panjang, tidak mengakomodasi
perubahan.
f) Periodesasi pemelihan kepala daerah berbeda di setiap daerah sehingga periodesasi
RPJMD antar daerah juga berbeda. Oleh karena itu, terjadi perbedaan substansi
RPJMD dengan RPJMN.
3. Legal culture
a) Adanya ego kelembagaan dan koordinasi internal lembaga pemerintah masih lemah.
b) Adanya kepentingan politik DPR/DPRD.
c) Rendahnya kualitas SDM perencana baik pusat maupun daerah.

Anda mungkin juga menyukai