Anda di halaman 1dari 39

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pemerintah sebagai pembina perlu mengembangkan dan mendorong upaya masyarakat dalam menyelenggarakan upaya pemeliharaan kesehatan yang pembiayaannya dapat dilakukan secara praupaya, berasaskan bersama dan kekeluargaan. Kendali biaya disamping kendali mutu merupakan filosofi dari program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) dalam rangka mewujudkan efisiensi dan efektifitas pemeliharaan kesehatan masyarakat. Penerapan kendali biaya dalam program JPKM diwujudkan dengan pembiayaan pra-upaya untuk pemeliharaan kesehatan melalui pembayaran premi atau iuran JKPM oleh masyarakat didasarkan pada perhitungan aktuarial. Secara umum, premi JPKM sekurang-kurangnya harus memenuhi tiga asas dasar yaitu : kecukupan, kelayakan dan keadilan. Asas kecukupan berarti bahwa iuran atau premi yang ditarik dari masyarakat harus cukup untuk menutupi biaya pemeliharaan kesehatan dan biaya pengelolaan untuk periode yang bersangkutan. Asas kelayakan berarti bahwa tingkat iuran atau premi harus dapat diterima dan ditanggung oleh masyuarakat, sesuai dengan kemampuan keuangan dan risiko kesehatan yang dihadapinya. Asas keadilan diperlukan agar iuran atau premi dari program jaminan pemeliharaan kesehatan dapat dibebankan kepada anggota masyarakat atau kelompok masyarakat dengan adil. Ketiga azas di atas hendaknya dipertimbangkan untuk pengembangan JPKM di suatu wilayah terutama dalam penetapan premi dasar. Sebagai suatu pedoman, buku ini merupakan alat bantu yang fleksibel dan dapat dilakukan penyesuaian untuk mengakomodasi kondisi-kondisi wilayah yang mungkin kurang sesuai dengan asumsi-asumsi yang ditetapkan dalam pedoman ini. Namun demikian, penyesuaian yang dilakukan agar tetap mengikuti prinsipprinsip perhitungan premi dalam pedoman ini. Dalam rangka itu perlu ditetapkan pedoman penetapan dan koleksi premi atau iuran JPKM untuk dapat digunakan baik bagi pembinaan maupun penyelenggaraan JPKM. 2. Tujuan Dengan menggunakan buku pedoman ini diharapkan dapat dihasilkan : 1) Kesemaan cara perhitungan premi JPKM; 2) Ditetapkannya tingkat premi untuk paket dasar JPKM yang wajar untuk suatu wilayah Propinsi/Kabupaten/Kota dalam kurun waktu tertentu; 3) Dipilihnya metoda koleksi premi yang efektif dan efesien;

BAB I

KEBIJAKAN
1. Arah Pengembangan JPKM Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) dikembangkan sebagai upaya untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat dengan menjaga mutu pelayanan dan mengendalikan biaya pelayanan sehingga tidak menghambat akses masyarakat. Pada hakekatnya JPKM adalah sistem pemeliharaan kesehatan yang memadukan penataan subsistem pelayanan dengan subsistem pembiayaan kesehatan. Karena itu dalam JPKM perlu dirumuskan keterlibatan masyarakat untuk membiayai dengan iuran dimuka, keterlibatan pihak ketiga sebagai badan penyelenggara yang bertanggung jawab mengelola iuran secara efesien, keterlibatan sarana pelayanan kesehatan untuk melaksanakan layanan bermutu namun ekonomi (cost-effectiveness) dengan pembayaran praupaya, dan keterlibatan pemerintah sebagai badan pembina yang mengarahkan hubungan saling menguntungkan antar pelaku JPKM tersebut. Arah pengembangan JPKM mengacu kepada strategi yang ditetapkan sebagai berikut : 1) JPKM merupakan jaminan kesehatan yang terpilih seperti tercantum dalam pasal 1 undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan. 2) JPKM ditetapkan sebagai salah satu dari empat pilar strategi untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2010. 3) Makin luas cakupan penduduk yang terjamin kesehatannya dengan sistem praupaya akan terpenuhi aspek Fairness in health financing yang kini ditetapkan WHO sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan suatu negara. 4) Menyadari manfaat JPKM, terutama dalam rangka mengatasi kesulitan dana yang muncul sebagai akibat berlangsungnya krisis moneter maka pemerintah telah menetapkan perlunya menpercepat program JPKM yang telah dinyatakan sebagai salah satu strategi yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010. 5) Perkembangan JPKM dengan kepesertaan yang bersifat aktif/sukarela cakupannya rendah, sehingga diupayakan dengan Rancangan Undang-Undang JPKM menuju kepesertaan JPKM semesta. 2. Operasionalisasi JPKM A. Pelaku JPKM Penyelenggaraan JPKM memerlukan keterlibatan dan peran para pelaku JPKM yang terdiri atas Peserta, Pemberi Pelayanan kesehatan ( PPK ), Badan Penyelenggara ( Bapel ) JPKM dan Badan Pembina ( Bapim ) JPKM. 1. Peserta JPKM Adalah setiap orang yang mendaftarkan diri menjadi peserta JPKM. Peserta JPKM dapat berupa kelompok masyarakat, kelompok karyawan, perajin, nelayan, dan sebagainya yang sepakat menjadi peserta JPKM. Peserta secara berkelompok akan lebih baik karena akan memudahkan dan mempunyai kekuatan dari segi pengaturan besar iuran dan efisiensi pelayanan. 2. Badan Penyelenggara ( Bapel ) JPKM Merupakan suatu Badan Hukum yang memiliki izin operasional dari Menteri kesehatan untuk menyelenggarakan trias manajemen JPKM, yaitu : Manajemen Kepesertaan, Manajemen Pemeliharaan Kesehatan, dan Manajemen Keuangan. 3. Pemberian Pelayanan Kesehatan ( PPK ) Adalah pemberi pelayanan kesehatan yang dikontrak oleh Bapel JPKM untuk melayani peserta JPKM, PPK terdiri atas Puskesmas, RS pemerintah/swasta, dokter, bidan praktek swasta, dan fasilitas kesehatan lainnya. 4. Badan Pembinaan ( Bapim ) JPKM Adalah badan pemerintah yang melaksanakan fungsi pembinaan, pengembangan dan pendorongan seperti diatur dalam pasal 66 ayat 1 Undang-Undang No 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Anggota Bapim JPKM terdiri atas wakil pemerintah. B. Hak dan Kewajiban Pelaku JPKM Masing-masing pelaku JPKM mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi, sebagai berikut : 1) Peserta JPKM wajib membayar iuran kepada Bapel JPKM dan berhak mendapatkan paket pemeliharaan kesehatan sesuai ketentuan. 2) Badan Penyelenggara ( Bapel ) JPKM wajib menyelenggarakan JPKM sesuai ketentuan yang berlaku berdasarkan izin operasional yang diberikan dan berhak memperoleh imbalan atas jasa penyelenggaran JPKM. 3) Pemberian Pelayanan Kesehatan ( PPK ) wajib memberikan jasa pelayanan kepada peserta sesuai ketentuan dan berhak mendapatkan pembayaran praupaya dari Bapel JPKM. 4) Badan Pembinan ( Bapim ) JPKM wajib mengembangkan, membina dan mendorong (termasuk mengawasi) penyelenggaraan JPKM dan berhak memperoleh semua data dan informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan JPKM diwilayah kerjanya.

B A B II

C. Landasan Hukum Pembinaan dan penyelenggaran JPKM dilandasi oleh landasan hukum baik yang langsung berhubungan dengan JPKM maupun yang tidak langsung dapat menunjang JPKM sebagai berikut : a)Produk hukum dalam pengembangan JPKM 1) Penyelenggaraan JPKM berlandaskan pada Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan yang dinyatakan oleh pasal 1 no 15 yaitu : Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat adalah suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara praupaya. Dinyatakan pula oleh pasal 66 ayat 1 undang-undang ini bahwa Pemerintah mengembangkan, membina dan mendorong JPKM sebagai landasan bagi setiap upaya pemeliharaan kesehatan yang pembiayaannya secara pra-upaya berasaskan usaha bersama dan kekeluargaan. 2) Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah menjadi peluang dan tantangan baru bagi upaya pemeliharaan kesehatan masyarakat, karena peraturan/perundangan tersebut memungkinkan penangan masalah pemeliharaan kesehatan masyarakat lebih terarah, spesifik sesuai dengan kondisi setiap daerah. 3) PP nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, menyebutkan kewenangan pemerintah pusat di dalam pengembangan sistem pemeliharaan kesehatan masyarakat dan pembiayaan kesehatan. Penentu kebijakan makro dalam penetapan kebijakan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat dilakukan di tingkat pusat. a. Produk hukum yang berkaitan dengan premi Besarnya premi/iuran yang harus dibayar peserta secara teratur sesuai dengan tingkat kemampuan ekonomi pada tingkat keluarga akan mendorong kepesertaan segenap penduduk. Dalam kaitan ini premi ditetapkan dengan memasukan pertimbangan berikut : 1) Isi paket pemeliharaan kesehatan ( sesuai kebutuhan peserta ) 2) Biaya satuan pelayanan dan tingkat utilisasinya di kalangan penduduk. Untuk menjamin aspek efektifitas dan efisiensi dalam penerapan prinsip kendali biaya ( cost containment ), maka pelayanan kesehatan yang wajib ditanggung dalam JPKM adalah paket kebutuhan esensial, yakni paket pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan medik umum dan kedaruratan medis ( life saving ) peserta. Paket pelayanan kesehatan dasar standar mencakup tidak hanya pelayanan rawat jalan tetapi juga pelayanan rawat inap lengkap dengan pelbagai pelayanan penunjang yang dibutuhkanya. jika peserta ingin memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih dari pelayanan standar, maka peserta dapat membeli paket tambahan. Permenkes sebagai produk hukum yang mengatur tentang premi adalah : 1) Permenkes nomor 571/Menkes/Per/VII/1993 tentang penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan, antara lain : 2) Permenkes nomor 568/Menkes/Per/VI/1996 tentang perubahan atas peraturan Menteri Kesehatan Nomor 571/Menkes/VII/1993, antara lain : Pasal 1 point b : Program JPKM adalah upaya pemeliharaan kesehatan untuk peserta suatu badan Penyelenggara yang pembiayaannya dilakukan secara pra-upaya dan dikelola berdasarkan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Pasal 9 : Setiap peserta wajib membayar beban biaya penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan melalui iuran dan mentaati segala kesepakatan yang telah dilakukannya. Pasal 10 : Kewajiban membayar beban biaya penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 dilakukan setiap bulan atau suatu jangka waktu tertentu.

Pasal 68 : Badan Penyelenggara dalam melaksanakan pembayaran kepada pemberi pelayanan kesehatan harus menggunakan prinsip pra-upaya yang berdasarkan sistem kapitasi. Pasal 69 ayat 2 : Penetapan beban biaya rata-rata per peserta oleh Badan penyelenggara harus didasarkan pada kebutuhan pembiayaan penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh pesertanya untuk suatu jangka waktu tertentu. Pasal 70 : 1) Badan Penyelenggara dan pemberi pelayanan kesehatan secara bersama harus menyediakan dana cadangan untuk menjamin kelangsungan pelayanan kesehatan kepada peserta. 2) Dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihimpun dengan jalan menahan sebagian pembayaran kepitasi badan penyelenggara kepada pemberi pelayanan kesehatan. 3) Penahanan / penyisihan dana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan pemanfaatannya harus dicantumkan dalam perjanjian tertulis dan besarnya antara 15 % sampai 45 % dari seluruh pembayaran badan penyelenggara kepada PPK. 4) Dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) harus dimanfaatkan untuk kepentingan pemberi pelayanan kesehatan, Peserta dan Badan Penyelenggara. 5) Pemanfaatan dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal. E. Produk Hukum Untuk Mendorong Pengembangan JPKM 1) 2) Surat Kepetusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. Nomor 485 tahun 2000 dan Nomor 1738/Menkekesos/SKB/XII/2000 temtamg Mobilisasi Dana Sosial Keagamaan untuk Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Fakir dan Miskin. Surat Keputusan bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan sosial RI 400048 dan nomor 140/MenkesKesos/SKB/II/2001 tentang Sosialisasi dan Pembinaan Penyelenggaraan jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM).

KONSEP DASAR DAN FORMULASI PERHITUNGAN PREMI


1. Pengertian dan Komponen Dasar Premi A. Pendahuluan Setiap janji/manfaat ( benefit ) dari suatu program jaminan tertentu pada dasarnya memiliki suatu nilai atau harga, yang biasa disebut premi ( premium ). Nilai ini, jika dikalikan dengan jumlah orang yang dijamin oleh program tersebut, akan menghasilkan premi kelompok untuk manfaat yang dijanjikan tersebut. Total premi yang harus dibayar oleh kelompok tersebut adalah jumlah premi kelompok dari semua cakupan manfaat yang dijanjikan. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat pada dasarnya merupakan program jaminan dengan manfaat berupa pemeliharaan kesehatan masyarakat. Manfaat tersebut berupa paket pelayanan kesehatan. Paket pelayanan dasar/standar terdiri dari beberapa subpaket, yaitu: rawat jalan tingkat dasar (primer), rawat jalan rujukan (sekunder dan tersier), rawat inap, dan gawat darurat. Masing-masing subpaket pelayanan tersebut, jika dirinci akan terdiri dari beberapa komponen unit pelayanan. Pelayanan rawat inap misalnya terdiri dari : jasa konsultasi medis, penunjang diagnotik sederhana, jasa tindakan medis, dan obat. Dengan demikian program jaminan pemeliharaan kesehatan pada dasarnya merupakan program yang menjanjikan beberapa macam cakupan manfaat. Perhitungan tingkat premi, untuk membiayai program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, dapat dilakukan berdasarkan data biaya paket keseluruhan, biaya subpaket, atau biaya setiap komponen unit pelayanan kesehatan. Pilihan data yang digunakan ditentukan oleh ketersediaan data tersebut. Pada dasarnya, semakin rinci dasar perhitungan premi, akan semakin baik hasil perhitungan. Namun demikian, biaya dan kelayakan dalam memperoleh data yang diperlukan juga perlu dipertimbangkan dengan baik. B. Tujuan Perhitungan Premi Tujuan utama perhitungan premi adalah untuk menentukan biaya yang akan dibebankan kepada masyarakat untuk melaksanakan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat yang bersangkutan. Untuk mencapai tujuan ini, semua pihak yang terlibat dalam pelaksana jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, terutama Departemen/Dinas kesehatan, Bapel, dan PKK, harus mencari keseimbangan yang sesuai dalam menentukan tingkat premi yang akan dibebankan kepada masyarakat. Keseimbangan yang sesuai dapat diperoleh dengan mempertimbangkan tiga elemen dasar (asas) dalam menentukan tingkat premi, yaitu kecukupan ( adequacy ), kewajaran ( competitiveness/ reasonableness ), dan keadilan ( equity ), ketiga elemen dasar ini akan menjaga pelaksanaan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam melayani masyarakat secara adil ( fair ) dan terhindar dari kesulitan keuangan akibat tingkat premi yang terlalu rendah atau kesulitan pemasyarakatan akibat tingkat premi yang terlalu tinggi. Optimisme yang berlebihan dengan menetapkan premi yang terlalu rendah akan membawa kerugian Keuangan, sementara konservatisme yang berlebihan juga akan mendorong masyarakat untuk menolak atau menghindari untuk berpartisipasi dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, pengetahuan yang sesuai, pengalaman, dan keputusan yang arif merupakan hal mendasar yang diperlukan dalam mengelola tingkat premi secara efektif. a. Asas kecukupan Untuk menjaga posisi keuangan yang aman, badan penyelenggara harus menetapkan premi yang cukup untuk menutupi semua biaya penyelenggaraan program, termasuk biaya jaminan pemeliharaan kesehatan dan biaya penyelenggaraan. Disamping itu premi pun harus dapat menutupi perkiraan biaya jaminan yang tidak terantisipasi ( margin ) dan memenuhi tujuan badan penyelenggara ( surplus profit ). Kecukupan tingkat premi merupakan dasar keberhasilan dan kesehatan ( solvency ) dari penyelenggaraan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. sehubungan dengan hal tersebut, pihak regulator mengharuskan pelaksana jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat untuk meminta persetujuan dari pihak berwenang atas tingkat iuran /premi yang akan ditawarkan kepada masyarakat. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari kesulitan keuangan pada badan penyelenggara, yang pada akhir nya akan membebani pemerintah. b. Asas Kewajaran Keberhasilan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh tingkat partisipasi masyarakat dalam program. Premi yang terlalu tinggi, akan mendorong penolakan masyarakat dan meningkatkan resistensi masyarakat atas program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Keseimbangan antara kualitas tingkat pelayanan dan kewajaran tingkat premi merupakan hal yang harus senantiasa dijaga. Tingkat pelayanan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain : fleksibilitas pelayanan kesehatan dan administrasi, efektifitas dan efisiensi penanganan pelayanan kesehatan, pengelolaan dan kontrol biaya, dan komunikasi dengan peserta, yang dilakukan dalam rangka penerapan prinsip-prinsip atau jurus-jurus jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat.

BAB III

c. Asas Keadilan Badan Penyelenggaraan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat harus membebankan premi kepada peserta sesuai dengan perkiraan biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan program bagi peserta yang bersangkutan. Karena peserta pada dasarnya memiliki karakteristik risiko yang berbeda-beda, maka premi dapat berbeda sesuai risiko yang dihadapinya. Masalahmasalah teknis yang dapat timbul antara lain adalah kecenderungan struktur peserta yang berisiko tinggi akan cenderung untuk menjadi peserta, karena preminya murah bagi mereka, sementara kelompok masyarakat yang memiliki resiko yang rendah akan cenderung untuk tidak menjadi peserta karena preminya terlalu mahal buat mereka. Oleh karena itu dalam JPKM kepesertaannya adalah kelompok ( group ) sehingga terjadi subsidi dalam kelompok mereka. Dengan demikian azas keadilan sesungguhnya tidak dilanggar karena kelompok tersebut pada dasarnya sudah memiliki kesepakatan dalam kelompok, sehingga tidak mempengaruhi risiko peserta diluar kelompok tersebut. Untuk program yang bersifat wajib, yang umumnya berupa program sosial, asas keadilan mungkin dapat diperlonggar dengan memperkenankan adanya subsidi silang antar kelompok peserta yang memiliki karakteristik risiko yang berbeda. Namun demikian, perlu disadari bahwa : Jika hal tersebut dilakukan, program seperti ini akan menuntut : (i) sistem administrasi yang andal dan terpadu; (ii) koordinasi berbagai pihak dan lembaga yang baik dan kompak: (iii) pemahaman masyarakat yang baik atas tujuan program; dan (iv) penegak aturan ( law enforcement ) yang ketat. Tanpa dukungan faktor-faktor tersebut, keberhasilan program tersebut akan sangat sulit, bahkan mustahil , untuk dapat diwujudkan. Disamping ketiga asas yang sifatnya filosofis di atas masih terdapat beberapa asas yang sifatnya teknis operasional, antara lain: asas kesederhanaan ( simplicity ) asas flesibilitas ( flexibility/adaptability ) dan konsistensi ( consistency ). Dengan demikian premi atau iuran, disamping harus memenuhi asas kecukupan, kewajaran dan keadilan, juga harus diformulasikan secara sederhana, fleksibel dan konsisten. Formulasi yang sederhana akan memudahkan pemehaman pihak-pihak yang berkaitan, terutama peserta. Fleksibilitas formulasi premi atau iuran diperlukan agar peserta dapat mengikuti program jaminan pemeliharaan keseehatan masyarakat sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya, Sementara konsistensi perlu dipertahankan agar peserta memiliki kepastian kejelasan dan tidak dirugikan dalam membayar premi/iuran program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. 1. Komponen Dasar Premi Pada awal pelaksanaan program, suatu bapel umumnya belum memiliki data pengalaman biaya kesehatan. Untuk itu perhitungan premi dilakukan berdasarkan pengalaman suatu kelompok masyarakat yang diperkirakan memiliki karakteristik risiko yang sama dengan koelompok peserta (manual rating). Komponen dasar dari tingkat premi atau iuran untuk program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, pada dasarnya sama dengan komponen dasar untuk suatu program asuransi kesehatan, yaitu terdiri dari : (a) Perkiraan Biaya Kesehatan; (b) Kontigensi Margin; (c) Biaya Pengelolaan; dan (d) Profit atau kontribusi Surplus. Dengan demikian, untuk program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat yang mengunakan prinsip kapitasi, premi dapat dinyatakan oleh persamaan berikut : Premi = [ Perkiraan Biaya Kesehatan ] + [ Kontigensi Margin ] + [ Biaya pengelolaan ] + [ kontribusi surplus ] Untuk metode perhitungan premi atau iuran dengan menggunakan pengalaman klaim (experience rating), dimana pembayaran jaminan sebagian atau seluruhnya menggunakan prinsip reimbursement, maka perkiraan biaya kesehatan biasanya dibagi menjadi dua komponen : biaya kesehatan riil dan cadangan. cadangan ini dicatat untuk mengakomodasi biaya kesehatan yang sudah terjadi tetapi belum diajukan pembayarannya kepada penyelenggara ( bapel ) dan biaya kesehatan yang sudah diajukan tetapi belum dibayarkan (pending claim). Disamping itu, apabila pembayaran premi atau iuran dilakukan tahunan, maka bapel memiliki kesempatan untuk melakukan investasi atas premi dan iuran yang diterima. Penghasilan investasi ini biasanya juga dimasukan dalam komponen premi. a. Perkiraan Biaya Kesehatan Perkiraan biaya kesehatan merupakan komponen utama dari premi. Komponen ini merupakan bagian dari premi yang ditujukan semata-mata untuk menutupi kebutuhan biaya pelayanan kesehatan selama periode pertanggungan. Langkah awal yang harus dilalukan dalam menghitung perkiraan biaya kesehatan adalah pengkajian atas pengalaman biaya kesehatan yang sudah terjadi. Hal ini biasanya diperoleh dari : - Pengalaman masa lalu dari kelompok peserta suatu badan penyelenggarajaminan. - Data Kesehatan atas suatu kelompok masyarakat tertentu ( kota atau kabupaten ) yang dilakukan oleh suatu badan yang khusus menangani statistik, seperti Biro Pusat Statistik, atau lembaga swasta atau pemerintah lain yang didirikan untuk melakukan pengkajian atas kelompok masyarakat tersebut. Data yang diperoleh berdasarkan pengalaman tersebut, umumnya hanya relevan untuk biaya kesehatan yang berlaku dalam periode yang bersangkutan. Berbagai perubahan ekonomi, seperti inflasi, akan mempengaruhi biaya pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, Perkiraan biaya kesehatan, yang merupakan

perkiraan biaya pelayanan kesehatan, untuk masa yang akan datang harus disesuaikan dengan perubahan-perubahan tersebut. Untuk keperluan tersebut, proyeksi atas pengalaman biaya kesehatan masa lalu perlu dilakukan. Proyeksi atas perkiraan biaya kesehatan ini harus memperhitungkan beberapa faktor penting antara lain : perubahan indeks harga dari masing-masing pelayanan kesehatan yang dijamin, dan perubahan yang signifikan dalam struktur usia kelompok peserta atau kelompok masyarakat. b. Kontigensi Margin Perkiraan biaya kesehatan yang dilakukan berdasarkan analisis atas pengalaman biaya kesehatan masa lalu dan faktor-faktor lain yang berkaitan mungkin cukup dapat diandalkan. Namun hal tersebut bukan berarti bahwa kejadian yang akan datang sepenuhnya akan terbukti seperti yang diperkirakan. Untuk itu, perlindungan atas kejadian-kejadian yang tidak terperkirakan, baik dalam kuantitas maupun kualitas kejadian tersebut, perlu dilakukan. Hal tersebut dilakukan dengan menambahkan komponen margin biaya kesehatan dalam premi. Untuk beberapa kasus, komponen margin ini dapat dikembalikan kepada peserta atau masyarakat apabila kejadian-kejadian tak terduga tersebut tidak terjadi. Selain pengembalian (refund), kelebihan margin biaya kesehatan atas realisasi biaya kesehatan dapat juga dikembalikan dalam bentuk keringanan premi pada periode berikutnya bagi peserta yang tidak membutuhkan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan yang cukup signifikan. c. Biaya Pengelolaan Untuk menyelenggarakan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, badan penyelenggara tentu saja akan membutuhkan biaya. Biaya pengelolaan program ini harus diperhitungkan dalam premi Umumnya rumusan biaya pengelolaan dipengaruhi oleh skala ekonomi (semakin banyak peserta, semakin murah biaya pengelolaan per peserta) dengan demikian persentase biaya pengelolaan dari premi akan semakin kecil dengan bertambahnya peserta. d. Sisa Hasil Usaha/Keuntungan Suatu badan usaha, atau badan sosial sekalipun, pada dasarnya membutuhkan keuntungan badan dalam Menjalankan misinya. Untuk suatu badan sosial, keuntungan badan tersebut diperlukan antara lain untuk mengembangkan berbagai fasilitas dan pelayanan. Sementara untuk badan usaha, disamping untuk mengembangkan berbagai fasilitas dan pelayanan, mereka memerlukan keuntungan untuk pemegang saham (dividen). Disamping itu, kelebihan aktiva (asset ) atas kewajiban akan memberikan kepercayaan, ketenangan dan jaminan bagi peserta, bahwa pelayanan kesehatan yang dijanjikan akan mampu dipenuhi. e. Perhitungan Premi Langkah pertama dalam menghitung premi adalah menghitung tingkat premi bersih, yaitu menetapkan perkiraan biaya untuk setiap pelayanan kesehatan. Tingkat premi bersih menyatakan bagian dari total tingkat premi yang dialokasikan semata-mata untuk membayar biaya pelayanan kesehatan perkiraan biaya klaim atas suatu jenis pelayanan kesehatan merupakan hasil kali dari probabilitas terjadinya pelayanan kesehatan (frekuensi) dan perkiraan nilai nominal biaya pelayanan kesehatan tersebut (severity). Probabilitas terjadinya pelayanan kesehatan, dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, biasa disebut sebagai tingkat utilisasi (utilization rate). Sementara itu, perkiraan nilai nominal biaya pelayanan kesehatan biasa disebut biaya satuan pelayanan (unit cost). Berikut ditunjukan teknik perhitungan tingkat utilisasi dan biaya satuan. 1. Perhitungan Premi Bersih (Net Premium ) Formulasi Tingkat Ultisasi (Utilization Rate) Tingkat utilisasi merupakan peluang ( probabiitas ) kebutuhan seorang peserta atas satu jenis pelayanan kesehatan. Jenis Pelayanan kesehatan dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, kewajaran dan ketersediaan data yang diperlukan. Jenis pelayanan rawat jalan, misalnya, dapat dianggap sebagai satu paket pelayanan atau satu unit pelayanan. Apabila pelayanan rawat jalan dianggap sebagai satu paket pelayanan, maka pelayanan rawat jalan diuraikankedalam unit-unit yang lebih kecil misalnya : pelayanan dokter, pelayanan paramedis, fasilitas penunjang, dan obat-obatan, keempat unsur pelayanan rawat jalan ini masing-masing memiliki tingkat utilsasi yang mungkin berbeda-beda dan dihitung sendiri-sendiri jika pelayanan rawat jalan dianggap sebagai satu unit pelayanan, maka rawat jalan merupakan satu pelayanan terpadu yang tidak diuraikan dalam unit-unit yang lebih kecil. Penentuan jenis unit pelayanan dalam menghitung tingkat utilisasi berkaitan dengan karakteristik biaya dan administrasi biaya dari unit pelayanan tersebut. Apabila biaya dari pelayanan rawat jalan dicatat dalam pembukuan dicatat sebagai satu kesatuan yang tidak dapat diuraikan menjadi bagianbagian yang lebih kecil, maka unit pelayanan rawat jalan secara terpadu lebih disarankan. Sebaliknya apabila biaya pelayanan rawat jalan dicatat secara terperinci berdasarkan jenis unit pelayanan, seperti : biaya dokter, biaya paramedis, biaya fasilitas penunjang dan biaya obat-obatan, misalnya maka penentuan unit pelayanan secara terperinci lebih disarankan.

Tingkat utilisasi dihitung berdasarkan rasio dari perkiraan jumlah kasus pelayanan kesehatan pada suatu periode ( biasanya periode satu tahun ) tertentu atas jumlah rata-rata peserta program pada periode yang sama. Periode perhitung ultilisasi yang digunakan biasanya merupakan periode satu tahun terakhir dengan demikian tingkat ultilisasi yang dihasilkan merupakan tingkat ultilisasi historis. Karena tingkat ultilisasi yang diinginkan adalah tingkat ultilisasi tahun yang akan datang maka perlu dilakukan proyeksi tingkat utilisasi. Jika P menyatakan jumlah rata-rata peserta atau jumlah penduduk suatu wilayah selama tahun z yang akan dijadikan dasar perhitungan, si menyatakan jumlah kasus kesehatan I dalam wilayah tersebut selama tahun z, maka tingkat utilisasi untukl jenis pelayanan kesehatan I dalam tahun z dinyatakan sebagai, UI = Si P Tingkat utilisasi ui merupakan tingkat utilisasi jenis pelayanan kesehatan kesehatan I dalam tahun z yang merupakan periode yang sudah lalu untuk menghitung tingkat utilisasi pada periode ( tahun ) yang akan datang, kita perlu mengalikan tingkat utilisasi masa lalu dengan perkiraan tingkat kenaikan utilisasi dari tahun z ke tahun z + 1. jika gi menyatakan perkiraan tingkat kenaikan utilisasi kasus kesehatan I dalam wilayah tersebut dari tahun z ke tahun z + 1, maka tingkat utilisasi untuk jenis pelayanan kesehatan I dalam tahun z + 1 dinyatakan sebagai. Ui =gI.ui Formulasi Biaya Satuan ( unit Cost ) Biaya satuan merupakan biaya jenis pelayanan kesehatan. Jenis pelayanan kesehatan dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, kewajaran dan ketersediaan data yang diperlukan. seperti dalam formulasi tingkat ultilisasi, jenis pelayanan rawat jalan misalnya dapat dianggap sebagai satu paket pelayanan atau satu unit pelayanan. Untuk menghitung biaya satuan dari masing-masing jenis pelayanan dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat yang bersifat wajib disuatu daerah tertentu, kabupaten atau kota misalnya, tidaklah mudah. Disamping penyelenggara pelayanan kesehatan biasanya cukup banyak, jenis dan sifat penyelenggaraan pelayanan kesehatan juga biasanya bervariasi, Rumah sakit (Swasta dan Pemerintah), puskesmas, poliklinik swasta dokter praktek, masing-masing memiliki karater biaya yang berbeda-beda, sehingga tidak dapat disama ratakan, karena terdapat beberapa jenis tarif pelayanan kesehatan, maka biaya pelayanan kesehatan yang digunakan seharusnya disesuaikan dengan pilihan peserta bagi peserta yang memilih puskesmas sebagai PPK misalnya, maka tarif puskesmas digunakan sebagai biaya satuan dengan demikian dalam satu wilayah mungkin terdapat beberapa jenis biaya satuan jika I menyatakan jenis pelayanan kesehatan dan j menyatakan jenis tarif PPk yang dipilih oleh peserta, maka biaya satuan dapat dinyatakan sebagai cij. Seperti juga pada formulasi tingkat utilisasi, biaya satuan yang diperoleh biasanya berdasarkan biaya satuan pada PPK pada tahun lalu. Karena yang diperlukan adalah biaya satuan pada tahun yang akan datang, maka perlu dilakukan proyeksi atas biaya satuan. Jika cij menyatakan rata-rata biaya satuan untuk jenis pelayanan kesehatan I pada tarif PPK jenis j pada tahun z dan hij menyatakan perkiraan tingkat kenaikkan biaya satuan untuk jenis pelayanan kesehatan I pada tarif PPK jenis j dari tahun z ke tahun z+1, maka pekiraan biaya satuan untuk jenis pelayanan kesehatan I pada tarif PPK jenis j pada tahun Z+ 1 adalah Cij = hij . Cij Formulasi Premi Bersih ( Net Premium ) Premi bersih merupakan bagian dari premi bruto, yang dibayarkan oleh peserta, yang semata-mata diperuntukan bagi biaya pelayanan kesehatan. Premi bersih untuk suatu jenis pelayanan kesehatan merupakan hasil kali tingkat utilisasi jenis pelayanan kesehatan dan biaya satuan yang bersangkutan pada PPK yang dipilih Jika Ui. Menyatakan tingkat utilisasi untuk jenis pelayanan kesehatan I dan cij menyatakan rata-rata biaya satuan untuk jenis pelayanan kesehatan I pada tarif PPK jenis j, maka tingkat premi bersih untuk jenis pelayanan kesehatan I pada tarif PPK jenis j dinyatakan sebagai. Pij =ui . cij Premi bersih untuk seorang peserta merupakan jumlah premi bersih dari semua jenis pelayanan kesehatan, Jika n menyatakan jumlah pelayanan kesehatan yang dijanjikan kepada peserta, maka premi bersih peserta yang mEmilih PPK I, dinyatakan sebagai, n P j = Pij I=1 2. Perhitungan Premi Bruto ( Aktual ) Sebagaimana telah diuraikan diatas, premi bersih merupakan bagian dari premi bruto untuk menutupi biaya pelayanan kesehatan saja, Dengan demikian premi bersih yang terkumpul diperkirakan hanya

cukup untuk menutupi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat saja. Sementara Loading berupa : biaya pengelolaan program, biaya tambahan biaya kesehatan yang tidak terantisipasi (kontigensi margin), dan kontribusi terhadap surplus (profit) belum termasuk didalamnya. untuk itu kita perlu melakukan prosedur penghitungan tingkat premi bruto ( aktual ) dengan menambahkan faktor- faktor biaya tersebut. a. Unsur-Unsur Biaya Kontigen margin Kontigensi margin merupakan biaya yang diperlukan untuk menjaga dan memproteksi badan penyelenggara dari biaya-biaya kesehatan yang lebih besar dari yang diantisipasi. tingkat kontigensi margin sangat ditentukan oleh tingkat keyakinan dari badan penyelenggara atas prediksi biaya pelayanan kesehatan ( premi bersih ) yang akan datang. Semakin tinggi tingkat keyakinan atas hasil prediksisemakin kecil tingkat kontigensi margin yang dibutuhkan. Tingkat keyakinan atas hasil prediksi umumnya tergantung pada banyak hal. Namun demikian, faktor utama yang paling banyak berpengaruh terhadap besarnya kontigensi margin adalah jumlah peserta. Perkiraan Biaya Pengelolaan Biaya pengelolaan ditentukan oleh tingkat efektifitas dan efisiensi pengelolaan dan manajemen administrasi penyelenggaraan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Manajemen administrasi yang rumit dan melibatkan banyak pihak umumnya akan meningkatkan biaya pengelolaan. Komponen biaya pengelolaan antara lain : biaya iklan/promosi, biaya kontrak, biaya koleksi premi, biaya investasi, biaya pengembangan, biaya administrasi, biaya gajih pegawai, biaya iuran pensiun pegawai, dan biaya operasional lain, disamping itu efektifitas dan efisiensi pengelolaan program juba banyak berkaitan dengan keahlian dan fasilitas pengelolaan. Umumnya semakin banyak penggunakan tenaga ahli dan teknologi dalam mengelola program semakin efesien penyelenggaraan program, semakin murah biaya pengelolaan program. Kontribusi Surplus Kontribusi surplus biasanya berbentuk persentase dari premi yang besarnya, seperti juga margin kontigensi margin biaya pengelolaan dan kontribusi surplus yang cukup wajar untuk digunakan berdasarkan jumlah peserta Tabel 3.1. Tingkat Kontigensi Margin, Biaya Pengelolaan dan Kontribusi Surplus Berdasarkan jumlah Peserta. Jumlah Peserta Kurang dari 1.000 1.000 5.000 5.000 20.000 20.000 100.000 Lebih dari 100.000 b. Kontigensi Margin 15 % - 20 % 10 % - 15 % 5 % - 10 % 2%-5% 0%-2% Biaya Pengelolaan 20 % - 40 % 15 % - 20 % 10 % - 15 % 5 % - 10 % 2%-5% Kontribusi Surplus 15 % - 20 % 10 % - 20 % 8 % - 10 % 6%-8% 4%-6%

Formulasi Premi Bruto ( Aktual ) Terdapat banyak metode yang dapat digunakan dalam menghitung premi bruto. Tiga metode yang umum digunakan adalah : Metode Tradisional ( Traditional methood ), metade Rasio harapan kerugian ( desired loss ratio ), dan metode pemisahan retensi ( Split Retention ). ketiga metode menggunakan faktor-faktor biaya yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, yaitu : perkiraan biaya kesehatan yang akan datang, margin untuk menutupi biaya kesehatan yang lebih besar dari yang diperkirakan, perkiraan biaya pengelolaan dan kontribusi surplus. Biaya pengeloloan dan kontribusi surplus seringkali digabungkan sebagai retensi diuraikan ke dalam dua komponen : tetap ( konstan ) dan variabel (berubah-ubah). Retensi tetap terdiri dari biaya tidak berkaitan dengan biaya kesehatan, seperti biaya administrasi. Retensi variabel berkaitan dengan biaya-biaya yang besarnya berkaitan dengan besarnya premi, seperti pajak dan komisi.

Metode Tradisional Metode Trasional merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan dengan metode yang lain Metode ini menambahkan biaya-biaya di luar biaya kesehatan secaralinier, sehingga dapat dinyatakan dalam bentuk . Premi Bruto = Premi Bersih ( 1 + % [ Margin ] +% [ Biaya Pengelolaan ] + % [surplus ] ) = Premi Bersih ( 1+ % [ Margin ] + % [ Retensi ] ) Berikut ditunjukkan contoh penggunaan metode ini.

Asumsi : Perkiraan Biaya Kesehatan setahun = Rp 20.000, Margin kontigensi = 7% Total Retensi = 13 % Perhitungan Premi Bruto : Premi Bruto = Rp 20.000,-( 1 + 7 % + 13 % ) =Rp 20.000,-( 1,20 ) = Rp 24.000,-

Setiap Komponen premi dapat ditetapkan secara terpisah sebagai berikut : Perkiraan Biaya Kesehatan = Rp 20.000,= -------------Margin kontigensi = 7 % X Rp 20.000,= Rp 1.400,Total Retensi = 13 % X Rp 20.000,= Rp 2.600,Premi Bruto yang diperlukan = Rp 24.000,Metode Rasio Harapan Kerugian Metode ini menghasilkan tingkat premi ( dalam rupiah ) yang diperlukan berdasarkan perkiraan klaim yang kemudian disesuaikan dengan margin dan retensi Fortmulasi dari premi yang diperlukan dinyatakan oleh bersamaan berikut : Premi Bersih Premi Bruto = ----------------------------------------1 - % [ Margin ] - % [ Retensi ] Berikut ditunjukkan contoh penggunaan metode ini.

Asumsi : Perkiraan Biaya kesehatan setahun = Rp 20.000, Margin Kontigensi = 7% Total Retensi = 13 % Perhitungan Premi Bruto: Rp 20.000,Rp 20.000,Premi yang diperlukan = --------------- = ------------ = Rp 25.000,1 7 % - 13 % 80 % Setiap komponen premi dapat ditetapkan secara terpisah sebagai berikut: Perkiraan Biaya Kesehatan = Rp 20.000,Margin Kontigensi = 7 % X Rp 25.000,= Rp 1.750 ,Total Retensi = 13 % X Rp 25.0000,= Rp 3.250,=----------------Premi Bruto yang diperlukan = Rp 25.000,-

Metode Pemisahan Retensi Metode ini menghasilkan tingkat premi bruto ( dalam rupiah ) yang diperlukan berdasarkan perkiraan biaya kesehatan ( premi bersih ) yang kemudian disesuaikan dengan margin dan retensi. Dalam metode ini , retensi diuraikan menjadi dua komponen : tetap ( konstan ) dan variabel ( tergantung pada nilai premi ). Formulasi dari premi yang diperlukan dinyatakan oleh persamaan berikut : [Premi bersih ] ( 1 + % [ Margin ] ) + [ Retensi Tetap ] Premi Bruto = ---------------------------------------------------------------------1 - % [ Retensi Variablel ] Berikut ditunjukkan contoh penggunaan metode ini.

Asumsi : Perkiraan Klain = Rp 20.000, Margin Kontigensi =7% Retensi Tetap = 1.000, Retensi Variabel =9% Perhitungan Premi Bruto : [ 20.000 ] ( 1 + 7 % ) + 1.000 21.400 + 1.000 Premi Bruto =Rp ------------------------------------- = Rp-------------------= Rp 24.615.38 ,19% 91 %

Setiap Komponen Prem bruto I dapat ditetapkan secara terpisah sebagai berikut: Perkiraan Biaya Kesehatan = Rp 20.000 , Margin Kontigensi = 7% X Rp 20.000 ,= Rp 1.400 , Retensi Tetap = Rp 1.000 , Retensi Variabel = 9 % X Rp 24.615.38,- = Rp 2.215 ,38 ,= --------------------Premi Bruto yang diperlukan = Rp 24.615,38 ,3. Faktor faktor yang Mempengaruhi Premi Jenis dan nilai manfaat ( benefits ) yang diperjanjikan, tentu saja merupakan faktor yang paling menentukan besar premNamun demikian, Walaupun jenis dan nilai manfaat dibuat sama frekunsi dan tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan ( severty ) akan menyebabkan tingkat biaya kesehatan yang berbeda : antara kelompok peserta yang satu dengan yang lain dan antara periode yang satu dengan periode yang lain Delapan faktor-faktor yang umumnya mempengaruhi premi dijelaskan berikut ini. a. Program Jaminan Dalam suatu program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat ada atau tidaknya ketentuan yang berkaitan dengan pembayaran manfaat atau penyediaan pelayanan kesehatan yang dijanjikan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam utilisasi pelayanan kesehatan peserta Penggunakan metode-matode seperti coinsurance deductibles, dan second surgical opinion, akan mempengaruhi besar biaya pelayanan kesehatan. Disamping itu, adanya tidak adanya berbagai pilihan asuransi atau jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat akan mempengaruhi tingkat biaya kesehatan keseluruhan . Suatu program yang memberlakukan ketentuan pembayaran coinsurance 20 % dari peserta umunya menghasilkan pengurangan biaya program secara keseluruhan lebih dari 20 % Hal ini dapat terjadi karena pembayaran 20 % dari peserta mengurangi frekuensi pelayanan kesehatan yang berlebihan (overutilization). Demikian pula dengan persyaratan. Deductibles dimana peserta tetap harus membayar sejumlah uang yang tetap, katakanlah Rp 1000,- untuk setiap pelayanan kesehatan dapat mengurangi tuntutan peserta untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bersifat minor, namun halhal yang membebani lagi peserta untuk membayar tak dianjurkan. b. Usia Usia mempengaruhi premi untuk suatu asuransi kesehatan dan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat dari dua sisi : mortalita (kematian) dan morbidita (kesakitan) dari sisi mortalita, semakin tinggi (tua) usia semakin besar peluang kematian, yang berarti semakin tinggi pula peluang tidak terjadi pelayanan kesehatan karena peserta yang sudah meninggal tidak mungkin menuntut pelayanan kesehatan. Begitu pula dengan klaim pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kelahiran dan persalinan. Semakin tinggi usia (dewasa) semakin rendah peluang untuk melahirkan Akibatnya semakin tinggi usia semakin tinggi pula pengurangan peluang terjadinya tuntutan pelayanan kesehatan akibat kematian. Namun demikian, dari sisi morbidita, semakin tinggi (tua) usia semakin tinggi peluang terjadinya tuntutan pelayanan kesehatan. Disamping itu biaya pemeliharaan kesehatan umumnya meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Secara keseluruhan , pengurangan biaya pemeliharaan kesehatan akibat kematian jauh lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan pemeliharaan kesehatan akibat bertambahnya umur secara umum semakin tinggi usia semakin besar biaya pemeliharaan kesehatan . c. Jenis Kelamin Biaya kesehatan dari peserta perempuan dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat dan asuransi kesehatan (diluar prlayanan kesehatan yang berkaitann dengan kehamilan dan kelahiran) Umumnya lebih tinggi dibandingkan biaya kesehatan peserta laki-laki. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa : perempuan memiliki peluang mengalami cacat lebih besar membutuhkan utilisasi di rumah sakit yang lebih tinggi dan membutuhkan lebih banya pertlakuan medis operasi ( Surgery ) dan perawatan gigi. salah satu hal yang mendorong biaya kesehatan perempuan lebih besar dari laki-laki adalah bahwa perempuan umumnya lebih peduli ( concern ) terhadap kesehatan dirinya dibandingkan dengan laki-laki. d. Pendapatan Biaya pelayanan kesehatan umumnya meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan. disamping biaya dokter ummumnya dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi pasien, orang yang berpendapatan tinggi cenderung lebih sering dan lebih ekstensif dalam pelayanan kesehatan. orang yang berpendaopatan tinggi juga lebih sering memeriksa dan memelihara kesehatan gigi dibanding kelompok orang yang berpendapatan rendah. Begitu pula dengan biaya pelayanan kesehatan, mereka menuntut lebih banyak pelayanan lanjutan sehingga biaya kesehatan lebih tinggi faktor yang mempengaruhinya antara lain, pengetahuan dan kesadaran terhadap kesehatan dari kelompok orang yang memiliki pendapatan tinggi lebih baik dibandingkan yang berpendapatan lebih rendah . e. Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan memiliki karaktristik risiko kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis pekerjaan lainnya. Tingkat bahaya atas kesehatan umumnya lebih besar dalam pekerjaan pekerjaan yang berkaitan dengan proses mengangkat, membawa, atau menangani barang-barang yang berat, atau pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan debu, racun, kelembaban, dan perubahan temperatur dan tekanan udara yang berulang-ulang lokasi kerja dimana bahaya ekstra atas kesehatan tersebut hadir,antara lain : penyamakan kulit, pembuatan pakaian berbulu, pengolahan kayu, pertambangan, dll. Kondisi dan tekanan mental dari beberapa jenis pekerjaan juga mempengaruhi tingkat bahaya atas kesehatan. Perbedaan risiko antara beberapa jenis pekerjaan atas tingkat kesehatan akan mengakibatkan tingkat biaya kesehatan yang berbeda pula f. Domisili Biaya pemeliharaan dan pelayanan kesehatan dapat berbeda-beda berdasarkan daerah geografis. Biaya pelayanan kesehatan di pedesaan biasanya berbeda dengan biaya pelayanan kesehatan di perkotaan, begitu pula biaya pelayanan kesehatan di satu kota/kabupaten dengan kota/ kabupaten lainnya. Perbedaan ini antara lain dipengaruhi oleh biaya hidup ketersediaan fasilitas dan pelayanan kesehatan, sikap dan persepsi masyarakat di daerah tersebut terhadap kesehatan dan biaya tenaga medis di daerah tersebut. g. Masa berlaku Premi Periode masa berlaku tingkat premi juga berpengaruh pada besar tingkat premi itu sendiri . Periode masa berlaku premi yang lebih panjang seharusnya menghasilkan tingkat premi yang lebih tinggi, untuk mengakomodasi risiko kenaikan harga dan margin biaya kesehatan. Periode masa berlaku tingkat premi untuk jaminan pemeliharaan kesehatan masyakarat umumnya hanya satu tahun. Di beberapa negara, periode masa berlaku premi malah cenderung lebih pendek : hanya enem bulan bahkan kurang, khususnya untuk kelompok peserta yang tidak terlalu besar. h. Kecenderungan Biaya Kesehatan Kecendurungan yang konsisten dalam kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan dapat disebabkan. anatar lain, oleh : ( 1 ) kenaikan yang tajam dalam biaya pelayanan kesehatan, termasuk obat-obatan ; ( 2 ) Perubahan dalam struktur penduduk ; ( 3 ) peningkatan utilisasi dari berbagai jenis pelayanan kesehatan ; dan ( 4 ) peningkatan kualitas tindakan medis, termasuk teknik pengujian dan diagnosa lanjut yang semakin canggih, perlengkapan alat bantu, transplantasi organ dan teknologi perawatan kesehatan lain yang semakin maju. Disamping itu, keadaan ekonomi juga beroengaruh terhadap biaya pemeliharaan dan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan cenderung meningkat pada saat resesi ekonomi akibat tingginya tekanan mental pada masyarakat. Delapan faktor diatas memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap tingkat premi. Penerapan ketentuan deductible dan co-insurance dapat mereduksi biaya kesehatan dengan cukup signifikan, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengontrol biayakesehatan, Umur, jenis kelamin. Pendapatan, Pekerjaan, Domisili, masa berlaku Premi dan kecenderungan biaya kesehatan merupakan faktor-faktor yang cukup dominan dan sangat disarankan untuk diperhitungkan dalam menghitung tingkat premi. Walaupun mungkin tidak dapat dikontrol keberadaannya, faktor-faktor tersebut sebaiknya turut diperhitungkan dalam menetapkan premi individual, karena pada dasarnya kelompok peserta yang memiliki sifat dari faktor-faktor di atas memiliki karakter risiko yang berbeda.

BAB IV Aplikasi Perhitungan Premi

1.

Kemauan dan Kemampuan Bayar ( data Susenas )

A. Pengertian WTP dan ATP Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan oleh Biro Pusat Statistik menghasilkan informasi untuk dapat dipertimbangkan dalam menetapkan premi JPKM wilayah Kabupaten/kota. Data Susenas yang dikumpulkan setiap tahun dinilai cukup mewakili kabupaten/kota, karena diambil sample dari 205.000 Rt untuk data inti atau kor, dan setiap 3 tahun dianalisa sample 65.000 rt untuk data modul khusus termasuk kesehatan . Beberapa informasi penting data susenas untuk JPKM sbb : 1) Kemauan membayar kesehatan ( Willingness to pay ), atau dikenal dengan WTP, Yaitu besarnya dana yang mau dibayarkan keluarga untuk kesehatan. Data pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan didalam data susenas dapat digunakan sebagai proksi terhadap WTP. 2) Kemampuan membayar kesehatan ( ability to pay ) atau dikenal dengan ATP, yaitu besarnya dana yang sebenarnya dapat dialokasikan untuk membiayai kesehatan yang bersangkutan, Nilai ini merupakan ATP per kapita penduduk , sehingga tidak langsung identik dengan WTP yang berdasarkan rumah tangga Dua batasan ATP yang dapat digunakan sbb: a. ATP 1 adalah besarnya kemampuan membayar yang setara dengan 5 % dari pengeluaran nonmakanan . Batasan ini didasarkan bahwa pengeluaran untuk non makanan dapat diarahkan untuk keperluan lain , termasuk untuk kesehatan b. ATP 2 , adalah besarnya kemampuan membayar yang setara dengan jumlah pengeluaran untuk konsumsi alkohol + tembakau ,sirih + pesta/ upacara.Batasan ini didasarkan kepada pengeluaran yang sebenarnya dapat digunakan secara lebih efesien dan efektif untuk kesehatan. Misalnya dengan mengurangi pengeluaran alkohol / tembakau / Sirih untuk kesehatan .

B.

Penggunaan WTP dan ATP

Contoh table 1.32 .XX. menggambarkan jenis-jenis pengeluaran rumah tangga dalam sebulan di kab Bekasi. Penduduk kab, dibagi dalam 10 decile, masing-masing decile berjumlah 10 % dari total penduduk. Dari tabel 1.32 XX terlihat bahwa WTP kab Bekasi bervariasi dari sebesar Rp 4.276,- pada decile terbawah sampai dengan Rp 9.600,- pada decile tertinggi . Atau WTP rata-rata rumah tangga penduduk kab. Bekasi adalah sebesar Rp6.915 ,- per bulan. Bila besarnya rata-rata pengeluaran keluarga digunakan sebagai proksi terhadap pendapatan keluarga, maka meningkatnya pendapatan keluarga diikuti dengan meningkat nya WTP masyarakat di kab. Bekasi WTP mulai decile 2 meningkat berisar antara Rp 6.534,- sampai dengan Rp 15.786 ,- Kalaupun ada penurunan pada decile 4 sebanyak Rp 2.610,- hal ini dimungkinkan bila terdapat responden pada decile itu yang merupakan outlier dengan pengeluaran yang sangat rendah, sehingga rata-rata dalam kelompok ini menjadi sangat rendah . Dengan pengertian WTP seperti diatas, maka bila premium JPKM per keluarga di Kab Bekasi ditetapkan sebesar Rp 6,500,- maka sekitar 90 % dari Total rumah Tangga bersedia membayar. Selanjutnya contoh tabel 2.32 XX menggambarkan pola pemanfaatan fasilitas kesehatan sebulan yang lalu untuk rawat jalan di kab. Bekasi. Data ini menjadi penting karena besarnya dana yang mau dibayarkan mastyarakat dipengaruhi antara lain oleh ketersediaan fasilitas dan besarnya tarif pelayanan. Dari tabel 2.32.XX terlihat bahwa penggunaan fasilitas Puskesmas dan Praktek dokterrelatif sama besar, yaitu 3,7 % dan 2,2 % . Bila Penetapan tarif puskesmas masih berdasarkan Subsidi yang sangat besar ( kurang lebih 85 % ), berarti WTP masyarakat menjadi relatif rendah. Data ini penting dalam menetapkan premi apakah menggunakan tarif subsidi ataukah menggunakan tarif unit cost. Selanjutnya dari tabel 1.32 XX dapat dihitung ATP 1 penduduk kab. Bekasi, Yaitu bervariasi dari Rp.3281,- ( 5/100 X Rp 65.624 ,- ) sampai dengan Rp 18.970 ,- ( 5/100 X Rp 379,401 ,- ) untuk ATP 2 berkisar dari Rp 12.074 ,- sampai dengan Rp 62.379 ,-. Kombinasi pendekatan dengan menggabungkan infomasi tentang kemauan Membayar ( WTP ) dan kemampuan Membayar ( ATP ) akan memberi gambaran besarnya premi yang mungkin dapat dibebarkan kepada masyarakat.

C.

Aplikasi Perhitungan Premi

Dalam bagian ini akan diberikan contoh aplikasi perhitungan premi untuk suatu program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat disuatu wilayah (kabupaten atau kota). Perhitungan premi untuk program pemerintah seperti jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat biasanya menggunakan prinsip peringkat komunitas (communty rating). Peningkatan komunitas pada dasarnya menggunakan pengalaman pelayanan kesehastan penduduk suatu wilayah dalam menghitung Premi. Pengelompokan peserta yang umum dilakukan dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat adalah berdasarkan status penduduk yang bersangkutan : unit keluarga dan peorangan. kadang-kadang klasifikasi status keanggotaan diperluas menjadi : unit keluarga, pasangan, dan perorangan. Sementara itu, besarnya premi yang dibayarkan oleh masyarakat dapat berupa jumlah nominal yang tetap (sama untuk setiap orang). Atau berupa suatu persentase terhadap penghasilan. Contoh aplikasi dalam bagian ini akan memperhitungkan penggunaan peringatan komunitas dalam menghitung premi suatu program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. a. Perhitungan Premi Bersih Langkah pertama dalam menghitung premi adalah menghitung tingkat premi bersih, yaitu menetapkan perkiraan biaya pelayanan kesehatan . Perkiraan biaya mesuatu jenis pelayanan kesehatan merupakan hasil kali tingkat utilisasi dan biaya satuan jenis pelayanan kesehatan. Tingkat utilisasi ( utilization rate ) merupakan probabilitas terjadinya suatu jenis pelayanan kesehatan, sementara Biaya Satuan ( unit cost ) merupakan perkiraan nilai nominal dari jenis pelayanan kesehatan tersebut. Berikut ditunjukkan teknik perhitungan tingkat utilisasi dan biaya satuan. a) Perhitungan Tingkat Utilisasi ( utulization rate ) Tingkat utilisasi dihitung berdasarkan rasio dari perkiraan jumlah klaim untuk suatu jenis pelayanan kesehatan pada suatu perode tertentu terhadap jumlah peserta rata-rata dari program pada periode yang sama. Perhitungan tingkat utilisasi untuk rawat inap dan pelayanan kesehatan lain memiliki sedikit perbedaan berbeda dengan jenis pelayan kesehatan lain yang tidak memiliki kelas danperiode yang jelas, rawat inap memiliki dua karakteristik yang khas,yaitu : kelas perawatan dan periode rawat inap ( hari ). Kelasperawatan lebih relevan dengan perhitungan biaya satuan ( unit cost ) sementara periode rawat inap lebih relevan dengan tingkat utilisasi, walaupun mungkin juga diperhitungkan untuk menetapkan biaya satuan. untuk menghitung tingkat utilisasi, periode rawat inap dihitung dalam hari, sehingga seorang peserta dengan masa rawat inap selama 6 hari akan diperhitungkan sama dengan 3 orang peserta dengan masa rawat inap masing-masing 2 hari. Misalkan akan dilakukan perhitungan tingkat utilisasi pelayanan kesehatan masyarakat di kabupaten XyzJumlah penduduk rata-rata kabupaten XYZ pada tahun 1999, misalnya, diketahui sebanyak 200.000 orang. Data mengenai pengalaman rata-rata ksus rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap, dan gawat darurat dalam satu bulan masyarakat kabupaten xyz selama tahun 1999 ditunjukkan dalam kolom 2 tabel 4.2.1. tingkat utilisasi bulanan masyarakat kabupaten xyz untuk jenis pelayanan kesehatan masyarakat rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap, dan gawat darurat tahun 1999 ditunjukan dalam kolom 3. Tingkat utilisasi ini diperoleh dengan membagi jumlah kasus jenis pelayanan oleh jumlah penduduk kabupaten xyz. Tingkat ultilisasi ini berarti bahwa setiap penduduk kabupaten xyz berdasarkan data tahun 1999, memiliki kemungkinan untuk melakukan rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap, dan gawat darurat adalah berturut-turut sebesar 0,46756; 0,05508; 0,00706; dan 0,00080 dalam satu bulan. Tabel 4.2.1. Perhitungan Tingkat Utilisasi Bulanan 4 Jenis Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Data Tahun 1999 Jenis Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama Rawat Jalan tingkat Lanjutan Rawat Inap ( hari Orang ) Gawat Darurat Jumlah Kasus 93.512 11.016 1.412 160 Tingkat utilisasi 0,46756 0,05508 0,00706 0,00080

Untuk menghitung Tingkat utilisasi bulanan pada tahun 2000, perlu dibuat. perkiraan tingkat kenaikan utulisasi dari masing-masing jenis Pelayanan kesehatan untuk tahun 2000. Tingkat utulisasi tahun 2000 diperoleh dengan mengalikan tingkat utilisasi tahun 1999 dengan perkiraan tingkat kenaikan utilisasi. Jika perkiraan tingkat utilisasi jenis pelayanan rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap, dan gawat darurat adalah berturut-turut sebesar 10 %, 8 %, 6 %, dan 4 %, maka tingkat utilisasi tahun 2000 diperoleh dengan mengalikan tingkat utulisasi tahun 1999 dengan tingkat kenaikan utilisasi tersebut , sebagaimana ditunjukan dalam tabel 4.2.2.

Tabel 4.2.2. Perhitungan Tingkat Ultilisasi Bulan 4 jenis palayanana Kesehatan Tahun 2000 berdasarkan Data Tingkat Utilisasi Tahun 1999

Jenis Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama Rawat jalan tingkat lanjutan Rawat inap ( hari orang ) Gawat Daruratda

Tingkat Utilisasi Tahun 1999 0,46756 0,05508 0,00706 0,00080

Kenaikan Utulisasi 10 % 8% 6% $%

Tingkat utilisasi tahun 20000 0,51432 0,05949 0,00748 0,00083

Tingkat Utilisasi dapat juga dihitung untuk unit atau komponen biaya kesehatan yang lebih terinci Apabila data yang diperlukan tersedia , perhitungan tingkat utilisasi berdasarkan komponen biaya kesehatan yang lebih terperinci kemungkinan akan memberikan hasil yang lebih baik. Sebagai contoh, misalkan data mengenai rata-rata penggunaan komponen kesehatan bulan dari masyarakat kabupaten xyz ditunjukan dalam kolom 2 tabel 4.3.2. maka dengan cara yang sama seperti diuraikan diatas dapat dihitung tingkat utilisasi dari masing-masing komponen pelayanan kesehatan. Hal ini ditunjukan dalam kolom 3-6 Tabel 4.2.3. Tabel 4.2.3. Perhitungan Tingkat Utilisasi Bulanan Komponen Pelayanan Kesehatan Tahun 2000 Berdasarkan Data Tingkat Ultilisasi tahun 19999 Komponen Pelayanan Kesehatan Jumlah Kasus Tingkat Utulisasi Tahun 1999 Kenaikan tingkat Utulisasi Tingkat Utilisasi Tahun 2000

1.Rawat jalan Tingkat I ( RJT 1 ) Dokter umum Tindakan dokter Umum Dokter Gigi Tindakan Dokter gigi Obat-obatan Penunjang Diagnosa 2. Rawat jalan tingkat II ( RJT II ) Dokter Spesialis Tindakan Dokter spesialis Penunjang diagnosa Obat-obatan 3.Rawat Inap ( RI ) Kamar Tindakan Operasi Obat-obatan Penunjang Diagnosa 4.Gawat Darurat 5.Persalinan Normal Dengan Penyulit 6.Perawatan Khusus 7.Preventif dan promotif

80.720 1.516 12.792 188 69.376 2.192 11.016 272 1.408 9.696 1.412 280 336 908 332 160 364 76 128 280

0,40360 0,00758 0,06396 0,00094 0,34688 0,01096 0,05508 0,00136 0,0074 0,04848 0,00706 0,00140 0,00168 0,00454 0,00166 0,00080 0,00182 0,00038 0,00064 0,00140

10 % 15 % 8% 10 % 5% 12 % 10 % 5% 8% 5% 6% 6% 5% 5% 8% 4% 5% 6% 10 % 10 %

0,44396 0,00872 0,06908 0,00103 0,36422 0,01228 0,06059 0,00143 0,00760 0,05090 0,00748 0,00148 0,00176 0,00477 0,00179 0,00083 0,00191 0,00040 0,00070 0,00154

Perhitungan Perkiraan Biaya Satuan ( Unit Cost ) Biaya satuan merupakan biaya satuan pelayanan kesehatan, Biaya satuan pelayanan kesehatan dapat berbeda diantara PPK yang ada. untuk rawat jalan tingkat pertama misalnya, biaya di Puskesmas, rumah sakit pemerintah, dokter praktek, dan rumah sakit swasta dapat berbeda dengan cukup signifikan. Pengambilan rata-rata diantara mereka dapat menimbulkan distorsi yang cukup besar. Untuk itu biaya satuan sebaiknya tetap dihitung berdasarkan tarif masing-masing PPK. Misalkan PPK yang terdapat di kabupaten xyz terdiri dari 3 jenis tarif : Puskesmas ( PKM ), Rumah Sakit Pemerintah (RSP ), dan Rumah sakit Swasta ( RSS). Tarif masing-masing PPK tahun 1999 untuk pelayanan rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap, dan gawat darurat ditunjukkan dalam Tabel 4.2.4.

Tabel 4.2.4. Biaya satuan 4 Jenis Pelayanan Kesehatan Tahun 1999 ( Rupiah ) Jenis Pelayanan Kesehatan Rawat jalan tingkat Pertama Rawat Jalan Tingkat Lanjutan Rawat Inap ( hari Orang ) Gawat Darurat Puskesmas 2.000 12.000 90.000 25.000 Rumah Sakit Pemerintah 3.500 25.000 175.000 50.000 Rumah Sakit Swasta 40.000 130.000 1.250.000 100.000

Sementara itu , tarif komponen kesehatan tahun 1999 pada ketiga jenis PPK ditunjukan dalam Tabel 4.2.5. Tabel 4.2.5. Biaya Satuan Komponen Kesehatan tahun 1999 ( Rupiah ) Komponen Pelayanan Kesehatan 1. Rawat Jalan Tingkat 1 Dokter Umum Tindakan Dokter umum Dokter Gigi Tindakan Dokter Gigi Bat-obatan Penunjang Diagnosa 2. Rawat Jalan Tingkat 1 Dokter Spesialis Tindakan Dokter Spesialis Penunjang Diagnosa Obat- obatan 3. Rawat Inap Kamar Tindakan Operasi Obat-Obatan Penunjang Diagnosa 4.Gawat Darurat 5.Persalinan Normal Dengan Penyulit 6.Perawatan khusus 7.Preventif dan Promotif Puskesmas Rumah Sakit Pemerintah 2.000 3.000 3.000 5.000 2.000 1.500 5.000 15.000 15.000 20.000 15.000 15.000 350.000 100.000 25.000 50.000 250.000 600.000 750.000 30.000 Rumah Sakit Swasta 15.000 40.000 25.000 65.000 35.000 20.000 50.000 150.000 90.000 75.000 500.000 200.000 2.000.000 250.000 200.000 100.000 500.000 1.500.000 2.000.000 10-.000

1.000 1.500 1.500 2.500 1.000 750 2.500 7.500 7.500 10.000 7.500 7.500 175.000 50.000 12.500 25.000 125.000 300.000 375.000 15.000

Biaya satuan ( tarif ) kesehatan dalam tabel 4,2.4. dan 4.2.5. diatas merupakan biaya satuan tahun 1999 . karena yang diperlukan adalah biaya satuan tahun 2000, maka diperlukan perkiraan tingkat kenaikan biaya satuan dari tahun 1999 ke tahun 2000 Dengan demikian , perkiraan biaya satuan tahun 2000 merupakan hasil kali biaya satuan tahun 1999 dengan perkiraan kenaikan biaya satuan . Misalkan perkiraan tingkat kenaikan biaya satuan adalah seragam untuk semua jenis pelayanan dan semua komponen kesehatan sebesar 10 % , maka perkiraan biaya satuan tahun 2000 diberikan dalam Tabel 4.2.6. dan 4.2.7. Tabel 4.2.6. Biaya satuan 4 Jenis Pelayanan Kesehatan Tahun 2000 Berdasarkan Biaya Satuan Tahun 1999 dengan kenaikan 10 % ( Rupiah ) Jenis Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama Rawat jalan tingkat lanjutan Rawat Inap ( hari orang ) Gawat Darurat Puskesmas 2.200 13.200 99.000 27.500 Rumah Sakit Pemerint ah 3.850 27.500 192.500 55.000 Rumah Sakit Swasta 44.000 143.000 1.375.000 110.000

Tabel 4.2.7. Biaya Satuan Komponen Kesehatan Tahun 2000 Berdasarkan Biaya Satuan Tahun 1999 dengan Kenaikan 10 % ( Rupiah ) Komponen Pelayanan Kesehatan 1. Rawat Jalan Tingkat 1 Dokter Umum Tindakan Dokter umum Dokter Gigi Tindakan Dokter Gigi bat-obatan Penunjang Diagnosa 2. Rawat Jalan Tingkat 1 Dokter Spesialis Tindakan Dokter Spesialis Penunjang Diagnosa Obat- obatan 3. Rawat Inap Kamar Tindakan Operasi Obat-Obatan Penunjang Diagnosa 4.Gawat Darurat 5.Persalinan Normal Dengan Penyulit 6.Perawatan khusus 7.Preventif dan Promotif Puskesmas Rumah Sakit Pemerintah 2.200 3.300 3.300 5.500 2.200 1.650 5.500 16.500 16.500 22.000 16.500 16.500 385.000 110.000 27.500 55.000 275.000 660.000 825.000 33.000 Rumah Sakit Swasta 16.500 44.000 27.500 71.500 38.500 22.000 55.000 165.000 99.000 82.500 550.000 220.000 2.200.000 275.000 220.000 110.000 550.000 1.650.000 2.200.000 11.000

1.100 1.650 1.650 2.750 1.100 825 2.750 8.250 8.250 11.000 8.250 8.250 192.500 55.000 13.750 27.500 137.500 330.000 412.500 16.500

Perkiraan tingkat Premi Bersih Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelum ini , Premi bersih merupakan bagian premi yang semata-mata untuk membayar biaya kesehatan . Dengan demikian perkiraan premi bersih kita peroleh dengan menghitung hasil kali dari perkiraan tingkat utilitas dan perkiraan biaya satuan . Dengan menggunakan asumsi bahwa tingkat utilisasi disemua PPK adalah sama, nilai premi bersih tahun 2000 diperoleh dengan mengalikan perkiraan tingkat utilisasi tahun 2000 dan perkiraan biaya satuan tahun 2000 dari masing-masing jenis pelayanan atau komponen kesehatan, dan kemudian menjumlahkan hasilnya. Dengan mengalikan masing-masing entri yang bersesuaian dalam Tabel 4.2.2 dan Tabel 4.2.6. diperoleh tingkat premi bersih untuk 4 Jenis pelayanan kesehatan , Hasilnya ditunjukkan dalam tabel 4.2.8. Sementara itu tingkat premi bersih berdasarkan komponen kesehatan diperoleh dengan mengalikan masing-masing entri yang bersesuaian dalam Tabel 4.2.3. dan Tabel 4.2.7. dan hasilnya ditunjukan dalam tabel 4.2.9. Tabel 4.2.8. Premi Bersih Bulanan Berdasarkan 4 jenis Pelayanan Kesehatan Tahun 2000 ( Rupiah ) Jenis Pelayanan Kesehatan Rawat jalan Tingkat Pertama Rawat jalan Tingkat lanjutan Rawat Inap ( hari Orang ) Gawat Darurat Jumlah Puskesmas 1.131.50 785.22 740.88 22.88 2.680.47 Rumah Sakit Pemerintah 1.980.12 1.635.88 1.440.59 45.76 5.102.35 Rumah Sakit Swasta 22.629.90 8.506.56 10.289.95 91.52 41.517.93

Tabel 4.2.9. Premi Bersih Bulanan Berdasarkan Komponen Kesehatan Tahun 2000 ( Rupiah ) Komponen Pelayanan Kesehatan 1. Rawat Jalan Tingkat 1 Dokter Umum Tindakan Dokter umum Dokter Gigi Tindakan Dokter Gigi bat-obatan Penunjang Diagnosa 2. Rawat Jalan Tingkat 1 Dokter Spesialis Tindakan Dokter Spesialis Penunjang Diagnosa Obat- obatan 3. Rawat Inap Kamar Tindakan Operasi Obat-Obatan Penunjang Diagnosa 4.Gawat Darura 5.Persalinan Normal Dengan Penyulit 6.Perawatan khusus 7.Preventif dan Promotif JUMLAH Puskesmas 1.030,33 488,36 14,38 113,98 2,84 400,65 10,13 801,07 166,62 11,78 62,73 559,94 723,27 61,74 ,12,24 339,57 262,19 24,65 22,88 395,69 262,76 132,92 290,40 25,41 3.266,17 Rumah Sakit Pemerintah 2.060,67 976,71 28,77 227,95 5,69 801,29 20,25 1.602,14 333,23 23,56 125,45 1.119,89 1.446,54 123,48 24,49 679,14 524,37 49,30 45,76 791,37 525,53 265,85 580,80 50,82 6.532,33 Rumah Sakit Swasta 23.975,11 7.325,34 383,55 1.899,61 73,93 14.022,62 270,05 8.520,26 3.332,34 235,62 752,72 4.199,58 10.120,12 4.115,98 326,48 3.880,80 1.310,93 394,42 91,52 1.715,67 1.051,05 664,62 1.548,80 16,94 45.896,90

Perhitungan Premi Bruto ( aktual ) Pada bagian 4.2.2 diatas telah diuraikan prosedur perhitungan premi bersih untuk suatu program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat di kabupaten xyz. Tingakt premi yang dihasilkan merupakan perkiraan biaya kesehatan tahun 2000. Dengan demikian,premi yang terkumpul diperkirakan hanya cukup untuk menutupi kebutuhan pelayanan kesehatan saja. Sementara loading berupa : biaya pengelolaan program , biaya tambahan klaim yang tidak terantisipasi (kontigensi margin), dan kontribusi terhadap surplus (profit) belum termasuk di dalamnya. Untuk itu kira perlu melakukan prosedur penghitungan tingkat premi aktual dengan menambahkan faktor-faktor biaya tersebut. Karena loading sangat berkaitan erat dengan jumlah peserta maka pada bagian ini akan dihitung Premi bruto untuk beberapa badan pengelola dengan jumlah peserta yang berbeda-beda. Sesuai dengan klasifikasi jumlah kepesertaan dalam Bab 3, disini akan dihitung premi bruto untuk 5 ( lima ) kategori kepesertaan, masing-masing untuk kategori kepesertaan : sangat kecil, kecil, sedang, besar, Sangat Besar, masing-masing dengan jumlah peserta ( nilai tengah ) : 500, 2.500, 12.500,60.000 dan 200.000 peserta. Karena Jumlah peserta diambil nilai tengahnya , maka nilai wajar untuk tingkat kontigensi margin, biaya pengelolaan, dan kontribusi surplus diambil nilai tengah dari interval nilai wajar dalam Tabel 3.1. Data ini ditunjukan dalam Tabel 4.2.10. Tabel 4.2.10. Klasifikasi Kepesertaan dan Asumsi Tingkat Kontigensi Margin, Biaya Pengelolaan , dan Kontribusi Surplus Bapel A B C Klasifikasi Sangat Kecil Kecil Sedang Jumlah Peserta (Orang ) 500 2.500 12.500 Kontigensi Margin 17,5 % 12,5 % 7,5 % Biaya Pengelolaan 30 % 17,5 % 12,5 % Kontribusi Surplus 17,5 % 12,5 % 9% Retensi Variabel 30 % 20 % 10 % Retensi Tetap ( Rp ) 1.500 1.000 500

D E

Besar Sangat Besar

60.000 200.000

3,5 % 1%

7,5 % 3,5 %

7% 5%

5% 3%

300 200

Metode yang akan digunakan dalam menghitung tingkat premi bruto adalah : ( 1 ) Metode Tradisional, ( 2 ) Metode Rasio Harapan Kerugian , dan ( 3 ) Metode Pemisahan Retensi , Ketiga metode sudah dibahas pada Bab 3 Formula ketiga metode ini secara matematis diberikan dalam persamaan berikut :

Metode Tradisional : Premi Bruto = Premi Bersih ( 1 + % [ Kontigensi Margin] + % [ Biaya Pengelolaan ] + % [ kontribusi Suplus ] Metode Rasio Harapan Kerugian : Premi Bersih Premi Bruto = --------------------------------------------------1-% [ Kontigensi Margin ] - % [ Retensi ] Metode Pemisahan Retensi : Premi Bersih ( 1+ %[kontigensi Margin] ) + [ Retensi Tetap ] Premi Brito =-------------------------------------------------------------------------1 - % [ Retensi Variabel ]

Dengan Menggunakan Ketiga Formula di atas , berdasarkan Tingkat premi bersih Bulanan dalam Tabel 4.2.8 dan Asumsi biaya dalam Tabel 4.2.10, diperoleh hasil perhitungan premi bruto untuk peserta yang memilih Puskesmas sebagai PPK dan Bapel yang sesuai dengan ukuran kepesertaan yang bersangkutan dalam tabel 4.2.11. Sementara untuk PPK Rumah sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta berturutturut ditunjukkan dalam abel 4.2.12 dan Tabvel 4.2.13.

Tabel 4.2.11. Premi Bruto Untuk PPK Puskesmas Berdasarkan Klasifikasi Bapel dan Metode Perhitungan Metode Rasio Harapan Kerugian 7.658 4.662 3.775 3.269 2.962

Bapel A B C D E

Tradisional 4.423 3.820 3.458 3.163 2.935

Pemisahan Retensi 6.642 5.019 3.757 3.236 2.997

Rata-Rata 6.241 4.500 3.663 3.223 2.965

Tabel 4.2.12. Premi Bruto Untuk PPK Rumah Sakit Pemerintah Berdasarkan Klasifikasi Bapel dan Metode Perhitungan Tabel 4.2.13. Premi Bruto Untuk PPK Metode Rasio Harapan Kerugian 14.578 8.874 7.186 6.222 5.638

Bapel A B C D E

.Tradisional 8.419 7.271 6.582 6.021 5.587

Pemisahan Retensi 10.708 8.425 6.650 5.875 5.519

Rata-Rata 11.235 8.190 6.806 6.039 5.581

Rumah Sakit Swasta Berdasarkan Klasifikasi Bapel dan Metode Perhitungan

Bapel A B C D E

Tradisional 68.505 59.163 53.558 48.991 45.462

Metode Rasio Harapan Kerugian 118.623 72.205 58.476 50.632 45.876

Pemisahan Retensi 71.834 59.635 50.146 45.548 43.436

Rata-Rata 86.320 63.668 54.060 48.390 44.925

Premi bruto diatas merupakan tingkat premi standar, yaitu tingkat premi untuk penduduk kabupaten xyz yang memiliki tingkat risiko standar. Bagi penduduk yang termsuk dalam kelompok superstandar, yaitu kelompok masyarakat yang memiliki tingkat risiko dibawah rata-rata risiko penduduk, tingkat premi bagi mereka seharusnya lebih rendah dari tingkat premi diatas. Sebaliknya, bagi penduduk dari kelompok substandar, yaitu kelompok masyarakat yang memiliki tingkat risiko diatas rata-rata risiko penduduk, tingkat premi bagi mereka seharusnya lebih tinggi dari tingkat premi diatas. Pengelompokan penduduk dalam kategori superstandar, standar, substandar biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagaimana disebutkan dalam bagian 3.3 yaitu antara lain : Usia, pendapatan, domisili, pekerjaan, dan jenis kelamin, Pengelompokan berdasarkan domisili akan secara otomatis terakomodasi apabila perhitungan tingkat premi dilakikan per wilayah, kabupaten atau kota. Berdasarkan analisis data susenas pada Bagian 4.1. Pengelompokan berdasarkan usia, jenis kelamin dan pendapatan sangat mungkin untuk dilakukan. Dalam buku pedoman ini pengelompokan peserta berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin dan pendapatan belum dilakukan karena konpleksitas perhitungan dan berbagai keterbatasan lain. Agar lebih koprehensif, buku pedoman premi jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat yang lebih spesifik, dengan mempertimbangkan kelompok usia, jenis kelamin, dan pendapatan, sebaiknya disusun untuk melengkapi buku pedoman ini.

MEKANISME KOLEKSI PREMI

BAB V

1.

Mekanisme Penarikan ( Koleksi ) Premi Langkah penting setelah penentuan besarnya iuran premi adalah bagaimana premi dapat ditarik dari peserta program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Perhitungan premi yang memenuhi asas dan tujuan program tidak akan banyak berguna apabila tidak didukung oleh mekanisme penarikan premi yang efektif dan efisien. Ketidak-efektifan penagihan premi dapat terjadi karena, antara lain : Mekanisme pembayaran menyulitkkan peserta. Hal ini mengakibatkan tingkat koleksi (jumlah premi yang dapat ditagih) menjadi rendah. Adminitrasi koleksi Premi berbelit-belit. Hal ini dapat mengakibatkan kesulitan pengadministrasian premi dan menimbulkan ketidakpuasan peserta, terutama dalam hal terjadi kehilangan data dan dokumen pembayaran.

Inefisiensi Penagihan premi dapat terjadi karena, antara lain : Prosedur koleksi melibatkan terlalu banyak pihak. Pada dasarnya semakin banyak pihak yang terlibat, semakin banyak diperlukan biaya. Administrasi koleksi tidak sesuai. Sistem administrasi memegang peranan yang cukup penting dalam sistem koleksi premi, terutama jika melibatkan lebih dari satu pihak. Manajemen penagihan premi tidak memenuhi syarat. Manajemen penagihan premi yang dilakukan tanpa manajemen yang baik dapat mengakibatkan kebocoran-kebocoran yang tidak perlu. Untuk menghindari ketidak-efektifan dan inefisiensi koleksi premi , penyelenggara dapat membuat mekanisme penagihan premi yang memenuhi ketentuan-ketentuan berikut : 1. Sederhana Pengisian formulir harus distandarisasi sehingga tidak menyulitkan pihak-pihak yang terkaitan, baik peserta maupun petugas dari penyelenggara. 2. Aksesibel, Pembayaran premi seharusnya dapat dilakukan ditempat-tempat yang terjangkau oleh peserta, Namun demikian harus pula diperhatikan biaya dan manfaat yang diperoleh. Penggunaan mediatransaksi yang umum juga dapat dilakukan, seperti melalui ATM, kantor pos, atau mekanisme pajak, sebagai alternatif. 3. Akuntabel. Penagihan premi harus dapat dipertanggungjawabkan Mekanisme dan sistem operasi penagihan harus jelas dan sistematis, sehingga penyalahgunaan dan kebocoran dapat dihindari. 4. Transparan . Administrasi premi harus dibuat sedemikian rupa sehingga peserta dan masyarakat memiliki akses terhadap informasi yang berkaitan dengan ketentuan mengenai penentuan premi, pembayaran premi yang bersangkutan, penggunakan premi, dan kondisi keuangan penyelenggara atau pihak-pihak yang berkaitan dengan programjaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. 5. Padat Teknologi. Penggunaan teknologi informasi merupakan salah satu pilihan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi penagihan premi. Teknologi informasi yang sesuai dapat memberikan banyak kemudahan dan keuntungan bagi peserta dan penyelenggara. Namun demikian, penggunaan teknologi informasi perlu diseduaikan dengan kebutuhan. 6. Penggunaan tenaga ahli. Penyelenggaraan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, membutuhkan keahlian yang beragam : ahli bisnis administrasi, aktuaris, akuntan, ahli medis, ahli kesehatan masyarakat, ahli hukum, dan lain -lain. 2. Metode Distribusi dan Koleksi Premi Distribusi dapat diartikan sebagai suatu aktivitas dan sistem yang dirancang agar proses marketing menjadi lebih baik dan produk sampai kepada konsumen yang membutuhkannya. Dalam prakteknya, Sistem distribusi akan berkaitan dengan sistem koleksi premi , yaitu : A. B. a. Sistem distribusi tanggapan langsung ( direct respond distribution systems ) dan Sistem distribusi penjualan melalui personel ( personal selling distribution systems ) Sistem Distribusi Tanggapan Langsung ( Direct Respond Systems ) Ciri dari Sistem distribusi tanggapan langsung ( direct respond System ) adalah : a) Tidak ada agen atau penjual produk yang datang langsung kepada customer dan b) Tidak ada tatap muka antara penjual dan pembeli. Consumer membeli produk dengan memberikan respond terhadap iklan yang dikirimkan melalui surat oleh perusahaan atau telepon. b. Sistem Distribusi Penjualan Melalui Personal ( Personal selling Distribution Systems )

Sistem distribusi penjualan melalui personal ( personal selling distribution systems ) menggunakan seseorang yang diberi suatu komisi atau pegawai perusahaan dibayar secara rutin untuk menjual produk melalui suatu presentasi yang dibuat kepada calon pembeli yang potensial. Pengalaman sistem ini yang menghasilkan 99 % penerimaan premi pertama ( new business ) di Amerika dan kanada. Beberapa Jenis dari sistem distribusi penjualan melalui personal ( Personal Seliiing distribution systems ) adalah sebagai berikut: a) Sistem Keagenan Umum ( Ordinary Agency System ) Sistem keagenan umum ( Ordinary agency System ), sering juga disebut sistem keagenan karir ( career agency system ) , menggunakan agen karir yang bekerja secara penuh ( full time ) . Agen tersebut juga bertugas untuk membantu calon peserta dalam mengisi aplikasi , menarik premi pertama, dan pelayanan pasca penjualan Dalam prakteknya, penarikan premi lanjutan juga dilakukan oleh agen penutup. Dalam sistem ini agen memiliki kontrak dengan perusahaan yang berisi keterangan bahwa agen bukan pegawai perusahaan batasan batasan kewenangan agen , persyaratan persyaratan yang harus dipenuhi agen ( contoh : Kemampuan kerja ( performance ) , kompensasi , besar komisi, kewenangan perusahahan merevisi kompensasi dan sebagainya. b) Sistem keagenan Multi Bisnis ( Multi-line agency System ) Sistem yang digunakan untuk mendistribusikan melalui agen karir produk-produk dari suatu group perusahaan yang masih berafilasi keuntungan dari keagenan multi-isnis (multi line agency) adalah : 1. 2. 3. c) Dapat melakukan penjualan lebih satu produk ( cross-selling product ) Membantu mengurangi masalah dalam mencari calon nasabah yang potensial ( Prospecting) Meningkatkan tingkat persistensi

Sistem Layanan rumah ( Home Service System ) Sistem layanan rumah ( home service System ) menggunakan agen penuh ( Full-time ) untuk menjual produk dan memberikan pelayanan kepada customer kepada suatu kelompok peserta yang biasanya dalam suatu daerah tertentu. beberapa karakteristik dari sistem distribusi layanan rumah ( home service distribution system ) adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Agen diberi kepercayaan penuh untuk melakukan pelayanan kepada peserta Pengelompokan peserta atas dasar letak geografi dimana mereka tinggal Menarik premi dan memberikan pelayanan dirumah peserta Pengadministrasian dilakukan oleh agen

Target pasar suatu perusahaan yang menggunakan sistem distribusi layanan rumah ( Home service distribution system ) adalah kelas keluarga menengah ke bawah dan kelompok usaha kecil ( small business ) yang preminya dibayar bulanan dengan jumlah peserta relatif sedikit. d) Sistem Broker / Pialang ( Brokerage System ) Dalam sistem Ini, perusahaan menggunakan broker/ pialang dalam menjual produk kompensasi yang harus dibayar perusahaan kepada broker dalam bentuk komisi di tahun pertama dan juga komisi atas premi lanjutan ( renewal comissions ) Selain komisi, broker biasanya mendapatkan bonus tergantung dari produksi dan persistensi. Sistem Distribusi keagenan waralaba ( Personal Producing General Agency (PPGA) distribution system ) Sistem distribusi keagenan waralaba ( Personal Producing general agency ( PPGA ) adalah agen yang bekerja sendiri ( berkantor sendiri bukan di kantor milik perusahaan / cabang atau pemasaran perusahaan ) dan terikat dalam penjualan produk perusahaan, komisi yang diperoleh PPGA adalah komosi di tahun pertama dan juga komisi atas premi lanjutan ( renewal comissions ) serta komisi tambahan ( overides ) Sistem Distribusi dengan pegawai tetap ( salaried sales Distribution System ) Dipasarkan oleh pegawai perusahaan yang diberikan gaji tetap dan bukan dengan sistem komisi, Sistem Distribus Kios ( Location selling Distribution System ) Sistem distribusi kios ( location-selling distribution System ) didesain untuk menimbulkan keinginan membeli dari customer karena mengunjungi suatu kios atau counter yang terletak di supermarket, bank, hotel, atau tempat keramaian lainnya yang bertindak sebagai agen dalam sistem ini dimungkinkan : 1. Agen dari perusahaan 2. Pegawai bank atau 3. Broker Agen tersebut biasanya dibayar dengan dengan sistem komisi atau sistem gaji ditambah dengan suatu bonus. Metode Koleksi Premi JPKM yang Ideal

e)

f) g)

3.

Cara pembayaran premi tahunan merupakan cara pembayaran yang paling baik untuk program JPKM dengan beberapa alasan sebagai berikut : (a) Tingkat pengunduran diri dari kepeserta an JPKM akan dapat diminimalkan dibanding cara bayar premi bulanan, triwulan, ataupun semesteraan (b) Hemat waktu dan biaya. Biaya koleksi premi akan rendah dan Hemat waktu karena tidak harus setiap bulan premi ditarik dari peserta. (c) Bapel JPKM dapat melakukan Investasi dan premi yang terkumpul secara lebih optimal. Cara pembayaran secara tahunan akan lebih menarik bagi peserta JPKM apabila Bapel JPKM memberikan diskon terhadap premi yang dibayar secara tahunan. Pemberian diskon tersebut cukup masuk akal untuk dilakukan karena risiko peserta tidak ikut program JPKM dalam tahun tersebut teratasi dan faktor nilai waktu dari uang ( time value of money ) dimana nilai uang pada saat sekarang dan saat mendatang berbeda. Dari sistem distribusi yang disebutkan diatas , sistem yang paling cocok untuk program JPKM adalah sistem layanan rumah ( home service system ) hanya saja penggunaan agen diambil dari peserta JPKM yang diberi wewenang untuk melakukan penarikan premi bagi kelompok dimana agen tersebut berada. Karena agen tersebut juga merupakan peserta JPKM maka ia harus juga membayar premi sama dengan peserta lainnya. Pengelompokan dari suatu group orang dapat dilakukan berdasarkan letak geografi, seperti rukun warga, Rukun Tangga, atau kelompok tani, dan sebagainya, Sebagai agen yang ditunjuk oleh Bapel JPKM, ia mempunyai tugas : (a) Melakukan pengadministrasian peserta JPKM dalam kelompoknya. (b) Melakukan pengadministrasian premi dari peserta (c) Mencari peserta baru agar bergabung dengan program JPKM Sebagai kompensasi , hak yang akan diperoleh agen dapat berupa komisi yang besarnya prosentase dari penerimaan premi dalam kelompok yang diageninya. Penunjukan agen untuk suatu kelompok tertentu dapat dilakukan dengan menunjukan bendahara dalam kelompok tersebut atau dengan menunjuk orang yang berpengaruh dalam kelompok tersebut . Hal ini akan memudahkan dalam penarikan premi. Skema Sistem Distribusi dan Koleksi Premi Sistem Distribusi tanggapan Langsung ( Direct respond Systems )

B.A.P.E. L.

MEMBELI DAN MEMBAYAR PREMI

MENAWAR KAN PRODUK MELALUI IKLAN

CALON NASABAH / PESERTA CUSTOMER

Keterangan : Iklan produk yang dijual , berserta blanko aplikasi kepesertaan ( JPKM ) dikirimkan oleh perusahaan kepada calon pembeli/ customer . Berdasarkan ikalan tersebut , calon nasabah akan menganggapinya ( memberikan feedback ) dengan mengisi aplikasi dan mengirimkan kembali berserta pembayarannya kepada perusahaan .l

Sistem Distribusi Penjualan Melalui Personal ( Direct selling Distribution Systems )

BAPEL

KOMISI / GAJI

Meneruskan Pembelian Asuransi Dan Menyerahka n Premi

Kontrak Agen / Pegawai Penjualan

Pegawai Penjualan / Agen

Membeli Dan Membayara Premi

Menawar kan Berbagai Jenis Produk

CALON NASABAH / PESERTA CUSTOMER

Keterangan : Penjualaan dilakukan melalui pegawai penjualan / agen yang dipekerjakan berdasarkan kontrak untuk menawarkan produk kepada calon pembeli/ customer. Berdasarkan kontrak tersebut , perusahaan akan

memberikan gaji ditambah insentif tertentu atau komisi tertentu kepada pegawai penjualan/ agen sebagaimana disepakati / ditentukan sebelum nya atas setiap terjadinya penjualan produk kepada nasabah,

B nSistem Keagenan Umum ( Ordinary Agency Systems )

BAPEL

KOMIS I

Aplikasi Yg / Telah Terisi Secara Benar dan Uang Premi

Kontrak Keagenan

Premi Lanjutan

Agen Profesional Bukan Pegawai

Aplikasi Yg Telah Terisi Secara Benar dan Uang Premi

Menaw arkan Produk Premi Lanjutan

CALON NASABAH / PESERTA CUSTOMER

Keterangan : Berdasarkan Kontrak Keagen, agen menawarkan produk dan membantu calon terganggung dalam mengisi aplikasi, menarik premi pertama dan pelayanan pasca penjualan. Kemudian meneruskan hasil penerimaan premi berserta aplikasi kepada perusahaan. Dalam praktek nya, agen tersebut juga diberi wewenang untuk melakukan penarikan premi lanjutan.

Sistem Keagenan Multi Bisnis ( Multi Line AgenCy Systems )

BAPEL

KOMISI

Aplikasi Yg Telah Terisi Secara Benar Dan Uang Premi

Kontrak Keagenan

AGEN

Aplikasi yg Telah Terisi Secara Benar dan Ung Premi

Menawar kan Berbagai Jenis Produk

CALON / PESERTA CUSTOMER

Keterangan: Berdasarkan Kontrak keagen, Agen menawarkan berbagai macam produk cross selling product kepada calon peserta dan membantu mengisi aplikasi menarik premi pertama dan pelayanan pasca penjualan. Kemudian meneruskan hasil penerimaan premi beserta aplikasi kepada perusahaan.

SISTEM KEAGENAN LAYANAN RUMAH ( Home Service Systems )

BAPEL

Aplikasi yag telah terisi untuk kelompok nasabah

KO NTR AK KE AGE NA N

KOMISI Bulanan

Premi Bulanan / Periodik AGEN FULL TIME

Aplikasi yg telah terisi untuk kelompok Nasabah

Menawar kan jenis Produk

KELOMPOK / PESERTA COSTOMER

Keterangan : Berdasarkan kontrak keagenan agen menawarkan produk tertentu kepada sekelompok calon peserta ( karyawan suatu perusahaan ) dan membantu mengisi aplikasi bagi kelompok tersebut, kemudian meneruskannya kepada Bapel.

SISTEM BROKER ( BROKERAGE SYSTEMS )

BAPEL

Aplikasi Dan Uang Premi setelah Dipotong Komisi Broker

Kontra k Broker / Pialang

BROKER / PIALANG

Aplikasi Yg Telah Terisi Secara Benar Dan uang Premi

Menaw arkan Bebera pa Jenis Produk

CALON / PESERTA CUSTOMER

Keterangan : Berdasarkan Kontrak ( dapat juga tidak berdasarkan kontrak karena posisi broker mewakili tertanggung ) , Broker menawarkan produk / menerima permintaan kepada / dari calon peserta , setalah itu kemudian broker akan membantu mengisi / memenuhi aplikasi premi bagi kelompok peserta tersebut . Setelah apl;ikasi beserta bukti yang diminta dalam aplikasi tersebut terpenuhi broker meneruskan aplikasi yang telah terisi tersebut beserta preminya ( setelah dipotong langsung dengan komsis broker ) kepada Bapel.

SISTEM KEAGENAN WARALABA ( Personal Producing General Agency Distribution Systems )

BAPEL

KOMISI TAHUN PERTAMA Premi Lanjutan dan Komisi Tambahan

Aplikasi Yg Telah Terisi Secara Benar Dan Uang Premi

Kontrak Keagenan

PPGA BERDIRI SENDIRI DAN TIDAK TERIKAT

Aplikasi yg Telah Terisi Secara Benar dan Ung Premi

Menawar kan Berbagai Jenis Produk

CALON / PESERTA CUSTOMER

Keterangan : Berdasarkan kontrak keagenan , Agen menawarkan berbagai macam produk ( tidak terkait terhadap produk perusahaan ) kepada calon peserta dan membantu mengisi aplikasi menarik premi pertama , dan pelayanan pasca penjualan , kemudian meneruskan hasil penerimaan premi beserata aplikasi kepada perusahaan dan secara periodik, agen akan menerima komisi atas produksinya.

SISTEM DISTRIBUSI DENGAN PEGAWAI TETAP ( SALARIED SALES DISTRIBUTION SYSTEM)

BAPEL

GAJI TETAP

Aplikasi Yg Telah Terisi Secara Benar Dan Uang Premi

PEGAWAI TETAP PERUSAHAAN

Aplikasi yg Telah Terisi Secara Benar dan Ung Premi

Menawar kan Berbagai Jenis Produk

CALON / PESERTA CUSTOMER

Keterangan : Pegawai tetap yang ditugaskan untuk menawarkan berbagai produk perusahaan kepada calon peserta dan membantu mengisi aplikasi , menarik premi pertama , dan pelayanan pasca penjualan , kemudian meneruskan hasil penerimaan premi beserta aplikasi kepada perusahaan dan setiap bulan pegawai tersebut akan menerima gaji tetap.

SISTEM DISTRIBUSI KIOS ( LOCATION - SELLING DISTRIBUTION SYSTEM)

BAPEL

Komisi Atau Gaji Ditambah Bonus

Aplikasi Yg Telah Terisi Secara Benar Dan Uang Premi

KIOS PENJUALAN ( Terdiri dari agen Pegawai Bank )

Aplikasi yg Telah Terisi Secara Benar dan Ung Premi

Menawar kan Berbagai Jenis Produk

CALON / PESERTA CUSTOMER

Keterangan : Keterangan : dalam kios penjualan , pegawai /agen ditugaskan untuk menawarkan berbagai produk perusahaan yang berlokasi di tempat-tempat keramaian/ umum. Pegawai /Agen yang bersangkutan akan menawarkan produk-produknya kepada calon peserta yang datang dan membantu mengisi aplikasi , menarik premi pertama , kemudian meneruskan hasil penerimaan premi berserta aplikasi kepada perusahaan dan secara periodik pegawai/ agen yang bersangkutan tersebut akan menerima komisi atau gaji ditambah dengan bonus.

KESIMPULAN
1. Kesimpulan Penentuan Premi program jaminan pemelihara kesehatan masyarakat, dilakukan dengan menggunakan metode peringkatan komunitas ( Community rating ) Metode ini menggunakan data penduduk suatu wilayah ( kabupaten atau kota ) sebagai dasar penentuan premi. Peningkatan komunitas secara teknis mengabaikan beberapa asas premi yang umum, dimana setiap anggota masyarakat diasumsikan memiliki karakter risiko yang sama, walaupun sebetulnya mereka terdiri dari beberapa kelompok yang memiliki karakteristik risiko yang berbeda-beda. Untuk itu, agar program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat dapat berhasil dengan baik, implementasi peringkatan komunitas menutut beberapa prasyarat yang harus dipenuhi, antara lain : 1. Sosialisasi yang baik kepada masyarakat, untuk memberikan pengertian dan pemahaman kepada masyarakat mengenai konsep dasar program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat dan manfaat sosial dari program ini. 2. Penegakan hukum dalam pelaksanaan program, untuk menghidari praktik-praktik penyalah gunaan dana masyarakat oleh pihak-pihak yang berkaitan dengan penyelenggaraan program ini. 3. Penyediaan unit pelayanan kesehatan yang cukup merata, sehingga setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan dan akses yang sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan. 4. Ketentuan mengenai pembayaran, penetapan tingkat premi dan mekanisme penagihan premi yang jelas, terukur dan transparan, untuk menghindari upaya-upaya penghindaran (avoidance) dan penyalahgunaan fasilitas yang diberikan, seperti subsidi bagi penduduk miskin dan pengurangan (markdown) pendapat apabila premi dikaitkan dengan pendapatan. 5. Pengelolaan program yang transparan untuk mewujudkan kepercayaan masyarakat terhadap pelaksanaan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, dan menghindari praktik-praktik penyalahgunaan dana jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. 6. Penyelenggaraan program yang efesien sehingga beban yang ditanggung masyarakat sesuai dengan pelayanan yang mereka terima. 7. Pembinaan dan pengawasan yang efektif dan efisien untuk memastikan bahwa program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat diselenggarakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Prakondisi-prakondisi diatas perlu dipersiapkan dengan segera dan matang, agar pelaksanaan program jaminan pemelihara kesehatan masyarakat dapat dilaksanakan dan dipersiapkan dengan bertahap, sistematis dan konseptual, Berkaitan dengan penetapan premi bagiprogram jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, Pelaksanaannya harus tetap fleksibel, disesuaikan dengan kondisi wilayah dan kondisi sosial masyarakat setempat. 2. Penutup Pelaksanaan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat tidak akan mungkin dilaksanakan dan berhasil dengan baik tanpa kerjasama dan upaya yang serius dari berbagai pihak, antara lain : Pemerintah pusat,pemerintah daerah, lembaga-lembaga sosial masyarakat, unit-unit pelayanan kesehatan dan obatobatan, profesional terkait ( akuntan, aktuaris,dokter,paramedis, dan ahli hukum ), dan tentu saja masyarakat sendiri. Departemen kesehatan ( pusat ) selaku pembina dan pengawas pelaksana an program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat dituntut untuk berperan sebagai regulator, fasilitator, dan sekaligus badan yang memberikan perlindungan kepada masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatan masyarakat. Mudah-mudahan pedoman ini dapat memberikan kontribusi bagi upaya pengembangan dan pelaksanaan program jaminan pemelihara kesehatan masyarakat di Indonesia.

BAB VI

SIMULASI PERHITUNGAN PREMI ( D K I JAKARTA) Jumlah penduduk DKI Jakarta tahun 1999 tercatat 9.604.900 orang. Kasus Rawat Jalan Tingkat Pertama, Lanjutan dan Rawat Inap di DKI Jakarta tahun 1999 dan 1998 ditunjukan dalam tabel berikut :

Jenis Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan TK Pertama Rawat Jalan Tk Lanjutan Rawat Inap ( Hari )

Kasus 99 2.758.104 541.153 2.342.450

Kasus 98 2.531.347 490.630 2.675.330

Rata-rat biaya pelayanan kesehatan tahun 1999 di wilayah DKI Jakarta berdasarkan tarif Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah sakit swasta , adalah sebagai berikut

Jenis Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan tingkat Pertama Rawat Jalan Tingkat Lanjut Rawat Inap ( hari orang )

Puskesmas 4.000 15.000 50.000

Rumah Pemerintah 10.000 40.000 150.000

Sakit

Rumah Sakit Swasta 40.000 150.000 300.000

Berdasarkan data diatas : 1) Dengan asumsi kenaikan tingkat utilisasi rata-rata tahun 2000 sama dengan kenaikan tingkat utilisasi tahun 1999 ( dari tahun 1998 ) , beberapa perkiraan tingkat utilisasi DKI Jakarta tahun 2000 [ Gunakan Form 1] 2) Dengan asumsi tingkat kenaikan biaya satuan pelayanan kesehatan rata-rata sebesar 10 % untuk tahun 2000, berapa perkiraan biaya satuan DKI jakarta tahun 2000 untuk masing-masing jenis PPK [ Gunakan Form 2 ] Berapa biaya kesehatan ( premi bersih ) per kapita jika mengunakan PPK Puskesmas ? Jika menggunakan RS Pemerintah ? Jika menggunakan RS Swasta ? [ Gunakan Form 3A ] Berapa biaya kesehatan ( premi bersih ) per kapita jika Rawat Jalan Tingkat Pertama mengunakan PPK Puskesmas, sementara Rawat Jalan Tingkat Lanjutan menggunakan RS Pemerintah dan Rawat Inap menggunakan RS Swasta ? [gunakan form 3 B ] Berapa tingkat premi JPKM ( untuk klasifikasi Bapel : Sangat Kecil , Sedang dan Sangat Besar ) yang wajar untuk biaya kesehatan ( premi bersih ) dalam jawaban ( 4 ) dan ( 5 ) jika menggunakan Metode Tradisional ? [ Gunakan form 4A] Beberapa tingkat premi JPKM ( untuk klasifikasi Bapel : Sangat Kecil , sedang dan sangat besar ) yang wajar untuk biaya kesehatan ( Premi bersih ) dalam jawaban ( 4 ) dan ( 5 ) jika menggunakan Metode Rasio Harapan kerugian ? [ Gunakan form 4 B ] Berapa tingkat premi JPKM ( untuk klasifikasi Bapel : Sangat Kecil , Sedang dan sangat besar ) yang wajar untuk biaya kesehatan ( premi bersih ) dalam jawaban ( 4 ) dan ( 5 ) jika menggunakan Metade Pemisahan Retensi ? [ Gunakan Form 4 C ] Diskusikan Kelayakan hasil Perhitungan tersebut. Simulasi Perhitungan Premi ( Prop Riau ) Jumlah Penduduk Propinsi Riau tahun 1998 tercatat 4.406.204 Orang. Kasus Rawat jalan tingkat Pertama, Lanjutan dan Rawat Inap di Prop Riau Tahun 1998 Ditunjukan dalam tebel Jenis Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tk Pertama Rawat Jalan Tk Lanjutan Rawat Inap ( Hari ) Kasus 98 757.129 48.182 286.551

3) 4)

5)

6)

7)

8)

Rata-rata biaya pelayanan kesehatan tahun 1998 di wilayah Prop Riau berdasarkan Tarif Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta, adalah sebagai berikut: Jenis Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tk Pertama Rawat Jalan Tk Lanjutan Rawat Inap ( hari orang ) Bedasaran data diatas: 1) Dengan asumsi kenaikan tingkat utilisasi rata-rata tahun 1999 Prop Riau sama dengan kenaikan tingkat utilisasi tahun 1999 ( dari tahun 1998 ) DKI Jakarta, beberapa perkiraan tingkat ultilisasi prop Riau tahun 1999 [ Gunakan form 1 ] Dengan asumsi tingkat kenaikan biaya satuan pelayanan kesehatan rata-rata sebesar 10 % untuk Tahun 1999, beberapa perkiraan biaya satuan Prop Riau tahun 1999 untuk masing-masing jenis PPK [ Gunakan Form 2 ] Bebrapa biaya kesehatn ( premi bersih ) per kapita jika mengunakan PPK puskesmas ? jika menggunakan RS Pemerintah ? jika menggunakan RS swasta ? [ Gunakan Form 3 A ] Berapa biaya kesehatan ( premi bersih ) per kapita jika rawat Jalan Tingkat Pertama mengunakan PPK puskesmas , Sementara Rawat jalan tingkat Lanjutan menggunakan RS Pemerintah dan Rawat Inap menggunakan RS swasta ? [ Gunakan Form 3 B ] Berapa tingkat premi JPKM ( untuk klasifikasi Bapel : sangat kecil, sedang dan sangat besar ) yang wajar untuk biaya kesehatan ( premi bersih ) dalam jawaban ( $) dan ( 5 ) jika menggunakan Metode tradisional ? [ Gunakan Form 4 A ] Berapa Tingkat Premi JPKM ( Untuk kalsifikasi Bapel : sangat kecil sedang dan sangat besar ) yang wajar untuk biaya kesehatan ( premi bersih ) dalam jawaban ( 4 ) dan ( 5 ) jika menggunakan Metade Rasio harapan Kerugian ? [ gunakan Form 4 B ] Berapa tingkat premi JPKM ( untuk klasifikasi Bapel : sangat kecil, sedang dan sangat besar ) yang wajar untuk biaya kesehatan ( premi bersih ) dalam jawaban ( 4 ) dan ( 5 ) jika menggunakan Metode pemisahan Retensi ? [ Gunakan form 4 C ] Diskusikan kelayakan hasil perhitungan tersebut. Puskesmas 2.500 12.000 40.000 Rumah Pemerintah 6.000 30.000 100.000 Sakit Rumah Swasta 30.000 120.000 200.000 sakit

2) . 3) 4)

5)

6)

7)

8)

FORM 1

Perhitungan Tingkat Utilisasi Tahunan

Tahun Propinsi / Kota/ Kabupaten Jumlah Penduduk Perkiraan Tingkat utilisasi Tahun Z+ 1

N o 1 2 3

Jenis Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan TK Pertama Rawat Jalan Tk Lanjutan Rawap inap

JUmlah Kasus pada tahun Z

Tingkat Utilisasi pada Tahun ZuUl

Faktor kenaikan Ultilisasi

Catatan [ Tingkat Utilisasi tahun z ] = [ jumlah kasus tahun z ] / [ jumlah penduduk tahun z ] [ Faktor Kenikan Utilisasi ] = 1 + [ Pesentase Kenaikan Utilisasi ] [ tingkat Utilisasi tahun Z + 1 ] = [ Tingkat Utilisasi tahun Z ] X [ Faktor Kenaikan Utulisasi ]

FROM 2 NO :
Perhutungan Biaya Satuan Tahun Propinsi / Kota / Kabupaten Jenis PPK Perkiraan Biaya Satuan Tahun Z+ 1

N o 1 2 3

Jenis Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan TK Pertama Rawat Jalan Tk Lanjutan Rawap inap

Biaya satuan ( Tarif ) Tahun Z

Faktor Kenaikan Biaya Satuan

Catatan : [ Biaya satuan tahun Z ] = Tarif Pelayanan Kesehatan pada PPK yang dipilih [ Faktor Kenaikan Biaya Satuan ] = 1+ [ Persentase perikaan kenaikan biaya Satuan ] --------------------------------------------------------------------------------------------------

FORM 3 A

NO :

Perhitungan Biaya Kesehatan Untuk satu Jenis PPK ( Premi Bersih Tahunan )

Tahun Propinsi / Kota / Kabupaten Jenis PPK

N o

Jenis Pelayanan Kesehatan

1 Rawat Jalan TK Pertama 2 Rawat Jalan Tk Lanjutan 3 Rawap inap Jumlah ( =Perkiraan Biaya Kesehatan per Orang dalam 1 Tahun )

Biaya satuan ( Tarif ) Tahun Z

Faktor Kenaikan Biaya Satuan

Perkiraan Biaya Satuan Tahun Z+ 1

Catatan : [ Perkiraan tingkat Utilisasi ] = [ Perkiraan Tingkat utilisasi Tahun z + 1] ( dari Form 1 ) [ perkiraan Biaya satuan ] = [ perkiraan Biaya satuan Tahun z +1 ( dari Form 2 )

Form 3 B

NO :

Perhitungan Biaya Kesehatan Dari Beberapa Jenis PPK ( Premi Bersih Tahunan )

Tahun Propinsi / Kota/ Kabupaten

N o

Jenis Pelayanan Kesehatan

Jenis PPK

Perkiraan Tingkat Utilisasi

Perkiraan Biaya Satuan

Perkiraan Biaya Kesehatan

1 Rawat Jalan TK Pertama 2 Rawat Jalan Tk Lanjutan 3 Rawap inap Jumlah (= Perkiraan Biaya Kesehatan per Orang dalam 1 Tahun ) Catatan : [ Perkiraan Tingkat Utilisasi ] = [ Perkiraan tingkat Utilisasi Tahun Z+1] ( dari Form 1 ) [ Perkiraan Biaya satuan ] = [ Perkiraan Biaya satuan Tahun Z+1] ( dari Form 2 untuk PPK Ybs ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Form 4 A

NO :
Perhitungan Kewajaran Premi Tahunan JPKM ( Metode Tradisional )

Tahun Propinsi / Kota/ Kabupaten Kategori Bapel ( lihat Catatan ) Sangat Kecil

Kecil

Sedang

Besar

Sangat Besar

Valuasi : No 1 2 3 4 5 6 7 Beban ( loading ) Kontigensi Margin ( % ) Biaya Pengelolaan ( % ) Kontribusi Surplus ( % ) Jumlah Beban ( % ) Faktor Beban Biaya Kesehatan Bersih ( Rp ) Biaya Premi JPKM Minimu m Maksi mum Keterangan Lihat Tabel di bawah Lihat Tabel di bawah Lihat Tabel di bawah ( 1 )+( 2) +(3) 1+(4) Dari Form 3 A / B ( 5 ) X (6 )

Validasi

N o 8 9 1 0 1 1 1 2

Beban Nominal Kontigensi Margin ( Rp ) Biaya Pengelolaan ( Rp ) Kontribusi Surplus ( Rp ) Jumlah Beban ( Rp ) Biaya Premi JPKM

Minimu m

Maksimum

Keterangan (1) X (6) (2) X (6) (3) X (6) (8)+ (9) + (10) (6) + ( 11 )

Tabel Beban :

Klasifikasi Bapel Sangat Kecil Kecil Sedang Besar Sangat besar

Jumlah Peserta ( Orang ) Kurang dari 1.000 1.000 5.000 5.000 20.000 20.000- 100.000 Lebih dari 100.000

Kontigensi Magin 15 %-40 % 10 % - 15 % 5 %- 10 % 2%-5% 0%-2%

Biaya Pengelolaan 20 %-40 % 15 % 20 % 10 % - 15 % 5 % - 10 % 2%-5%

Kontribusi surplus

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Form 4 B

NO :
Perhitungan Kewajaran Premi Tahunan JPKM ( Metode rasio harapan Kerugian )

Tahun Propinsi / Kota/ Kabupaten Kategori Bapel ( lihat Catatan ) Sangat Kecil Kecil

Sedang

Besar

Sangat Besar

Valuasi : N o 1 2 3 4 5 6 7 Beban ( loading ) Kontigensi Margin ( % ) Biaya Pengelolaan ( % ) Kontribusi Surplus ( % ) Jumlah Beban ( % ) Faktor Beban Biaya Kesehatan Bersih ( Rp ) Biaya Premi JPKM Validasi N o 8 9 1 0 1 1 1 2 Beban Nominal Kontigensi Margin ( Rp ) Biaya Pengelolaan ( Rp ) Kontribusi Surplus ( Rp ) Jumlah Beban ( Rp ) Biaya Premi JPKM Tabel Beban : Klasifikasi Bapel Sangat Kecil Kecil Sedang Besar Sangat besar Jumlah Peserta ( Orang ) Kurang dari 1.000 1.000 5.000 5.000 20.000 20.000- 100.000 Lebih dari 100.000 Kontigensi Magin 15 %-40 % 10 % - 15 % 5 %- 10 % 2%-5% 0%-2% Biaya Pengelolaan 20 %-40 % 15 % 20 % 10 % - 15 % 5 % - 10 % 2%-5% Kontribusi surplus 15 % - 20 % 10 % - 15 % 8 % - 10 % 6%-8% 4%-6% Minimu m Maksimum Keterangan (1) X (6) (2) X (6) (3) X (6) (8)+ (9) + (10) (6) + ( 11 ) Minimu m Maksimum Keterangan Lihat Tabel di bawah Lihat Tabel di bawah Lihat Tabel di bawah ( 1 )+( 2) +(3) 1+(4) Dari Form 3 A / B ( 5 ) X (6 )

Form 4 C

NO :
Perhitungan Kewajaran Premi Tahunan JPKM ( Metode Pemisahan Retensi )

Tahun Propinsi / Kota/ Kabupaten Kategori Bapel ( lihat Catatan ) Sangat Kecil

Kecil

Sedang

Besar

Sangat Besar

Valuasi : N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Beban ( loading ) Kontigensi Margin ( % ) Faktor Margin Biaya Kesehatan Bersih ( Rp ) Biaya Kesehatan margin ( Rp ) Retensi Tetap ( RP ) Biaya Kesehatan Bebnan tetap (Rp ) Retensi Variabel ( % ) Faktor retensi Biaya Premi JPKM Validasi N o 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 Beban Nominal Kontigensi Margin ( Rp ) Retensi Tetap ( Rp ) Retensi Variabel ( Rp ) Jumlah Beban ( Rp ) Biaya Premi JPKM( Rp ) Tabel Beban : Klasifikasi Bapel Sangat Kecil Kecil Sedang Besar Sangat besar Jumlah Peserta ( Orang ) Kurang dari 1.000 1.000 5.000 5.000 20.000 20.000- 100.000 Lebih dari 100.000 Kontigensi Magin 15 %-20 % 10 % - 15 % 5 %- 10 % 2%-5% 0%-2% Biaya Pengelolaan 25 %-35 % 16 % 24 % 7 % - 13 % 3%-7% 2%-4% Retensi Tetap ( Rp ) 12.000 18.000 8.000 12.000 5.000 18.000 3.000 5.000 2.000 3.000 Minimu m Maksimum Keterangan (1) X (3) / (8) (5) / (8) (7) X (9) (8)+ (9) + (10) (3) + ( 13 ==(9) ) Mini mum Maksi mum Keterangan Lihat Tabel di bawah 1+(1) Dari Form 3 A /B (2)X(3) Lihat Tabel dibawah (4) +(5) Lihat Tabel di bawah 1(7) (6)/(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1.2. Tujuan KEBIJAKAN 2.1. Arah Pengembangan JPKM 2.2. Operasionalisasi JPKM 2.3. Landasan Hukum KONSEP DASAR DAN FORMULASI PERHITUNGAN PREMI

Halaman iii V 1 1 2 3 3 4 5 9

BAB II

BAB III

3.1. Pengertian dan komponen Dasar Premi 3.2. Perhitungan Premi 3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Premi BAB IV APLIKASI PERHITUNGAN PREMI 4.1. Kemauan dan Kemampuan Bayar 4.2. Aplikasi Perhitungan Premi BAB V MEKANISME KOLEKSI PREMI 5.1. Mekanisme Penarikan Premi 5.2. Metode Distribusi dan koleksi Premi 5.3. Metode Koleksi Premi JPKM yang ideal

9 16 24 29 29 31 43 43 44 47 58 58 59

BABA VI Kesimpulan 6.1. Kesimpulan 6.2. Penutup

LAMPIRAN : 1. Simulasi Perhitungan Premi 2. Form 1 : Perhitungan Tingkat utilisasi Tahunan 3. Form 2 : Perhitungan Biaya satuan 4. Form 3 A : Perhitungan Biaya Kesehatan Untuk Satu Jenis PPK ( Premi Bersih Tahunan ) 5. Form 3 B : Perhitungan Biaya Kesehatan dari Beberapa Jenis PPK ( Premi Bersih Tahunan) 6. Farm 4 A : Perhitungan Kewajaran Premi Tahunan JPKM ( Metode Tradisional ) 7. Form 4 B : Perhitungan Kewajaran Premi tahunan JPKM ( Metode Rasio harapan Kerugian ) 8. Form 4 C : Perhitungan Kewajaran Premi Tahunan JPKM ( Metode Pemisahan Retensi)

Anda mungkin juga menyukai