dapatterjadi pada siapa saja, dimana saja, kapan saja serta mengakibatkan
kerusakandan kerugian harata benda, korban manusia yang relative besar
baik matimaupun cedera
Kepmenkes No.45/Menkes/Sk/1/2007
Korban massal adalah korban akibat kejadian dengan jumlah relatif banyak
oleh karena sebab yang sama dan perlu mendapatkan pertolongan kesehatan
segera dengan menggunakan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih dari
yang tersedia sehari-hari akibat kedaruratan komplek.
• Alam: Banjir, Gempa bumi, Tsunami, Kebakaran, dan lain
sebagainya.
• Teknologi: Tabrakan kereta api, Bangunan runtuh, Kecelakaan
pesawat udara, Kecelakaan lalu lintas, Radiasi atau tumpahan
zat kimia, dan lain sebagainya.
• Konflik: Konflik antar etnis, Terorisme, dan lain sebagainya
• Mengutamakan keselamatan penolongnya
• Menyelamatkan korban
• Harus dilakukan secepat mungkin untuk menghindari cedera
dan kecacatan lebih lanjut.
Kebutuhan terbesar untuk pertolongan pertama dan pelayanan kedaruratan
muncul dalam beberapa jam pertama.
Menurut Pan American Health Organization (2006), penanganan korban
massal dikelompokkan menjadi 3 tahap, yaitu :
• Layanan darurat pra-rumah sakit
• Penerimaan dan pengobatan dirumah sakit
• Redistribusi pasien antar-rumah sakit
Penatalaksanaan lapangan meliputi prosedur-prosedur yang digunakan
untuk mengelola daerah bencana dengan tujuan memfasilitasi
penatalaksanaan korban.
1. Proses Penyiagaan: Penilaian Awal, Pelaporan Tingkat Pusat, dan
Penyebaran informasi Pesan siaga
2. Identifikasi Awal Lokasi Bencana
3. Tindakan Keselamatan
4. Langkah Pengamanan
5. Pos Komando
6. Pencarian dan Penyelamatan
Penilaian Awal
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera mengetahui beratnya
masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi. Aktivitas ini dilakukan untuk
mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan kemungkinan yang dapat terjadi dan
memobilisasi sumber daya yang adekuat sehingga penatalaksanaan lapangan dapat
diorganisasi secara benar. Di dalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang
bertujuan untuk mengidentifikasi:
1) Lokasi kejadian secara tepat
2) Waktu terjadinya bencana
3) Tipe bencana yang terjadi
4) Perkiraan jumlah korban
5) Risiko potensial tambahan
6) Populasi yang terpapar oleh bencana.
• Pelaporan ke Tingkat Pusat
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi sebelum
melakukan aktivitas lain di lokasi kecelakaan.
Dengan peta ini dapat dilakukan identifikasi daerah-daerah risiko potensial, lokalisasi
korban, jalan untuk mencapai lokasi, juga untuk menetapkan perbatasan area larangan
Langkah-langkah penyelamatan yang dilakukan, antara lain:
1. Aksi langsung yang dilakukan untuk mengurangi risiko seperti dengan memadamkan
kebakaran, isolasi material berbahaya, penggunaan pakaian pelindung, dan evakuasi
masyarakat yang terpapar oleh bencana.
2. Aksi pencegahan yang mencakup penetapan area larangan berupa:
• Daerah pusat bencana—terbatas hanya untuk tim penolong profesional yang
dilengkapi dengan peralatan memadai.
• Area sekunder—
• Area tersier—media massa diijinkan untuk berada di area ini, area juga berfungsi
sebagai “penahan” untuk mencegah masyarakat memasuki daerah berbahaya
Kriteria utama bagi efektifnya Pos Komando adalah tersedianya sistem komunikasi
radio. Pos Komando ditempatkan diluar daerah pusat bencana, berdekatan
dengan pos medis lanjutan dan lokasi evakuasi korban.
Kegiatan pencarian dan penyelamatan terutama dilakukan oleh Tim
Rescue (Basarnas, Basarda) dan dapat berasal dari tenaga suka rela
bila dibutuhkan. Tim ini akan:
1. Melokalisasi korban.
2. Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat
pengumpulan/penampungan jika diperlukan.
3. Memeriksa status kesehatan korban (triase di tempat kejadian).
4. Memberi pertolongan pertama jika diperlukan.
5. Memindahkan korban ke pos medis lanjutan jika diperlukan.
Bagaimana kalo di lokasi bencana rumah sakit tidak mampu
menampung?
Untuk mencapai efisiensi ini korban yang berasal dari berbagai pos medis lanjutan
akan dipindahkan ke satu tempat dengan fasilitas stabilisasi dan evakuasi yang lebih
baik, dimana dari tempat ini transfer selanjutnya akan dikoordinasi. Tempat
penampungan korban sebelum pemindahan ini disebut sebagai Pos Penatalaksanaan
evakuasi yang dapat berupa sebuah “Rumah Sakit Lapangan”, Poliklinik, Rumah Sakit
tipe B, atau fasilitas sejenis.
Any Question?