Disusun Oleh :
1-C KEPERAWATAN
Dewi Fitrianingtias 33412001090
Royhanatul Jannah 33412001091
Izzatul Umami 33412001092
Putri Septiana Wulandari 33412001093
Holifah Ainun Rizki 33412001094
Anis Satus Soleha 33412001095
Muhammad Bintang Ramadhan 33412001096
Asmaul Husna 33412001097
Sri Widari 33412001098
Putri Oktaviana Susanti 33412001101
1
SURAT PERNYATAAN
Yang dibuat untuk melaksanakan Tugas Kelompok mata kuliah kesehatan dan
keselamatan kerja, sejauh yang saya ketahui isi dari makalah yang bertema seperti
yang disebutkan diatas adalah hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan hasil
plagiat / menjiplak karya makalah orang lain.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
Penulis
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah kesehatan dan
keselamatan kerja berupa Manajemen PPPK, Kecelakaan Pada Mata, Perdarahan,
Shock,Terbakar, Tersengat Listrik, Dan Keracunan Bahan Kimia
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Sampul ................................................................................................................................1
SURAT PERNYATAAN......................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................5
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................5
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah..........................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................................6
2.1 Pertolongan Pertama pada Kecelakaan..........................................................................6
2.2 Kecelakaan pada Mata .................................................................................................11
2.3 Pendarahan....................................................................................................................13
2.4 Terbakar........................................................................................................................16
2.5 Tersengat Listrik ..........................................................................................................17
2.6 Keracunan Bahan Kimia...............................................................................................22
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................................26
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................26
3.2 Saran.............................................................................................................................28
4
BAB 1
PENDAHULUAN
Di Indonesia, terdapat lebih dari 1 juta orang anggota PMI di berbagai cabang
PMI ,P3K diberikan untuk menyelamatkan korban, meringankan penderitaan korban,
mencegah cedera atau penyakit yang lebih parah, mempertahankan daya tahan
korban, daun mencairkan pertolongan yang lebih lanjut. Ada pun prinsip-prinsip
pertolongan terhadap korban serta beberapa peralatan yang diperlukan terhadap
korban namun tidak semua ada, akan tetapi kita dituntut kreatif dan mampu
menguasai setiap keadaan pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya.
5
BAB 2
PEMBAHASAN
6
tetapi perbedaan prinsip antara diagram ini dengan notasi diagram alir adalah
mendukung behaviour parallel.
Dalam buku pertolongan pertama palang merah remaja Wira 2008 pertolongan
pertama yaitu pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera atau
kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar. Menurut Susilowati 2015,
pertolongan pertama yaitu orang yang pertama memberikan bantuan atau pertolongan
pada orang yang terkena kecelakaan. Pengertian P3K pertolongan pertama pada
kecelakaan adalah bantuan yang dilakukan dengan cepat dan tepat sebelum korban
dibawa ke rujukan, sedangkan pertolongan pertama PP adalah pemberian pertolongan
segera kepada penderita sakit atau cedera/kecelakaan yang memerlukan penanganan
medis dasar, yaitu suatu tindakan perawatan yang didasarkan pada kaidah ilmu
kedokteran yang dapat dimiliki oleh orang awam khusus yang dilatih memberikan
pertolongan pertama.
1. penilaian keadaan
Saat sampai di lokasi kejadian hal yang pertama kali harus dilakukan adalah
menilai keadaan sekitar, aman atau tidak bagi korban. Penilaian keadaan dilakukan
untuk memperoleh gambaran umum mengenai apa yang sedang dihadapi faktor
pendukung dan penghambat pertolongan yang ada di depan kejadian.
7
2. Penilaian dini
Jika korban sadar, cara yang digunakan adalah dengan meraba nadi
pergelangan tangan (radial). Sedangkan bagi korban yang tidak sadar, nadi
yang diperiksa adalah di bagian leher (carotis).
8
3. Pemeriksaan fisik
1. Denyut nadi
nadi adalah gelombang tekanan yang dihasilkan oleh denyut jantung. Denyut
nadi normal manusia adalah:
· Bayi: 120-150 kali/menit
· Anak-anak: 80-150 kali/menit
· Dewasa: 60-90 kali/menit
2. Frekuensi pernafasan
Tekanan darah
menurut Aryani 2009, ukuran manset pada pengukuran tekanan
darah dapat mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah titik
ukuran yang direkomendasikan untuk pengukuran darah harus sesuai
9
dengan ukuran lengan orang yang akan diperiksa. Tekanan darah
normal pada manusia adalah:
Kulit
4. Riwayat penderita
Dalam pertolongan pertama, item ini hanya untuk mencari informasi sebanyak
mungkin mengenai kejadian darurat medis yang terjadi. Informasi mengenai riwayat
penderita dapat diperoleh melalui wawancara dengan penderita, keluarga atau saksi
mata. Ppenolong tidak membuat diagnosa, tetapi membuat kesimpulan berdasarkan
hasil temuannya titik dalam buku PMI (2008) riwayat yang perlu diketahui yaitu:
1) Keluhan utama
tanyakan sesuatu yang sangat diperlukan penderita titik gejala adalah
hal-hal yang hanya dapat dirasakan oleh penderita misalnya nyeri, pusing.
Tanda adalah hal-hal yang dapat diamati oleh orang lain.
2) Obat-obatan yang diminum
tanyakan apakah penderita sedang dalam proses pengobatan titik
gangguan yang dialami mungkin akibat lupa minum atau menelan obat
tertentu, contohnya seorang penderita kencing manis mengalami masalah
kadar gula darah yang tinggi karena lupa minum obat sebelum makan.
3) Makanan atau minuman terakhir
Hal ini dapat dijadikan dasar terjadinya kehilangan kesadaran pada
penderita titik Selain itu data ini juga penting untuk diketahui bila ternyata
penderita harus menjalani pembedahan di RS.
4) Penyakit yang diderita
Riwayat penyakit yang sedang diderita atau pernah diderita yang
mungkin berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita saat ini titik
contohnya asma dan jantung.
10
5) Alergi yang dialami
perlu dicari Apakah penyebab pada penderita ini mungkin merupakan
suatu bentuk alergi terhadap bahan-bahan tertentu titik umumnya penderita
atau keluarga sudah mengetahuinya dan sudah memahami cara mengatasi
keadaan itu.
6) Kejadian
kejadian yang dialami penderita sebelum kecelakaan atau sebelum
timbulnya penyakit yang diderita saat ini.
5. Pemeriksaan berkala
6. Pelaporan
Serangan atau pukulan dari benda keras dan tumpul, seperti batu dapat
membuat cedera di bagian mata, kelopak, otot, atau bahkan tulang yang ada di
sekitar mata. Jika cedera ringan, mungkin akan mengalami bengkak pada kelopak
mata. Pada kasus yang lebih parah, bisa saja memengaruhi tulang sekitar mata dan
membuat mata berdarah di dalamnya.
11
Dikutip dari WebMD, tongkat, jari, atau benda lain dapat secara tidak sengaja
masuk ke mata dan menggores kornea. Goresan tersebut dapat menyebabkan
penglihatan buram, sensitif terhadap cahaya, sakit, mata merah, dan keluar air mata
yang berlebihan. Sedikit goresan pada mata dapat membaik dengan sendirinya,
sedangkan cedera yang berat dapat menyebabkan masalah penglihatan jangka
panjang. Dikutip dari healthline.com, jika hal ini terjadi, pertolongan pertama yang
dapat dilakukan dengan meletakkan kompres dingin di atas mata 5 hingga 10 menit,
dan jangan letakkan es langsung pada kulit. Segeralah ke bagian gawat darurat di
rumah sakit terdekat jika terjadi tanda yang tak biasa, seperti pendarahan ataupun
mata buram.
12
dengan air selama 15 hingga 20 menit. Pastikan mata dalam keadaan terbuka, dan
segeralah ke dokter untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat.
4. Mata Terkena Paparan Radiasi
Sinar ultraviolet (UV) dari matahbari tak hanya membakar kulit, tetapi juga
mata. Tanda apabila telah terpapar radiasi UV yang berlebihan ialah mata merah,
sensitif terhadap cahaya, keluar air mata, dan merasa tidak nyaman pada mata.
Mata yang terlalu lama terpapar sinar matahari dan bentuk radiasi lainnya
dalam jangka panjang dapat berisiko katarak atau degenerasi makula. Cara terbaik
melindungi mata dengan menggunakan kacamata pelindung yang dapat menghalangi
99% hingga 100% radiasi matahari setiap kali berpergian atau keluar rumah.
2.3 Pendarahan
13
Perdarahan terjadi apabila darah keluar dari pembuluh darah oleh berbagai
sebab seperti cedera atau penyakit.
1. Perdarahan nadi
2. Perdarahan pembuluh balik
3. Perdarahan pembuluh rambut
Perdarahan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Perdarahan luar (terbuka), bila kulit juga cedera sehingga darah bisa keluar dari
tubuh dan terlihat ada di luar tubuh. Untuk membantu memperkirakan berapa
banyak darah yang telah keluar dari tubuh penderita, hal yang dipakai adalah
keluhan korban dan tanda vital. Bila keluhan korban sudah mengarah ke gejala
dan tanda syok seperti yang dibahas dalam topik ini maka penolong wajib
mencurigai bahwa kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang cukup banyak.
Perawatan untuk Perdarahan luar:
1) Tekanan Langsung
2) Elevasi
3) Titik Tekan
4) Immobilisasi
Menggunakan Torniket
Torniket hanya digunakan dalam keadaan gawat darurat dimana tidak ada cara
lain utnuk menghentikan perdarahan. Torniket diaplikasikan sedekat mungkin
dengan titik perdarahan.
2. Perdarahan dalam (tertutup), jika kulit tidak rusak sehingga darah tidak bisa
mengalir langsung keluar tubuh. Perdarahan dalam dapat berkisar dari skala kecil
hingga yang mengancam jiwa penderita. Kehilangan darah tidak dapat diamati
pada perdarahan dalam.
Gejala dan Tanda:
14
Perawatan untuk Perdarahan dalam.
1) Jaga jalan napas tetap terbuka dan berikan oksigen sesuai peraturan
2) Pertahankan panas tubuh penderita, tapi jangan sampai kepanasan
3) Atasi Syok
4) Pindahkan penderita secepatnya
Ingatlah untuk menggunakan standard universal, amankan lokasi kejadian dan
hubungi tenaga terlatih. Laporkan kemungkinan adanya perdarahan dalam kepada
tenaga terlatih segera setelah mereka tiba di lokasi.
Perawatan Perdarahan
15
4) Pertahankan dan tekan cukup kuat.
5) Pasang pembalutan penekan
3. Pada perdarahan ringan atau terkendali :
1) Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka
2) Tekan sampai perdarahan terkendali
3) Pertahankan penutup luka dan balut
4) Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama
4. Perdarahan dalam atau curiga ada perdarahan dalam
1) Baringkan dan istirahatkan penderita
2) Buka jalan napas dan pertahankan
3) Periksa berkala pernapasan dan denyut nadi
4) Perawatan syok bila terjadi syok atau diduga akan menjadi syok
5) Jangan beri makan dan minum
6) Rawatlah cedera berat lainnya bila ada
7) Rujuk ke fasilitas kesehatan
2.4 Terbakar
Salah satu hal yang paling ekstrem apabila perusahaan tidak menerapkan aspek
K3 dengan baik adalah terjadinya kebakaran dan ledakan. Terjadinya kebakaran dapat
berakibat pada kecelakaan yang berupa cacat permanen bahkan sampai pada terjadinya
kematian pada seseorang. Terjadinya kebakaran juga dapat menghilangkan harta dan
aset perusahaan yang berakibat pada kematian sektor ekonomi yang menyebabkan
terganggunya sistim kehidupan yang lebih besar.
Kebakaran adalah mekanisme interaksi antara panas, bahan bakar dan oksigen.
Dari interaksi ketiga unsur tersebut akan timbul nyala api. Kebakaran dapat terjadi
dimanasaja dan kapan saja. Bahkan di hutan, perumahan, perkantoran, pertokoan, dan
gedung-gedung tinggi. Setiap tempat kerja memiliki risiko terhadap kebakaran. Risiko
tersebut berbeda antar satu tempat kerja dengan tempat kerja lainnya. Semakin tinggi
risiko terjadinya kebakaran, maka semakin besar kerugian yang akan di tanggung oleh
tempat kerja tersebut. Kebakaran yang terjadi di tempat kerja akan berdampak pada
semua aspek sumber daya yang ada, baik itu pengusaha, tenaga kerja maupun
masyarakat luas yang ada di sekitar tempat kerja. Kerugian lain yang tidak langsung
bagi tempatkerja yang mengalami kecelakaan kebakaran adalah hilangnya
kepercayaan stakeholder. Hal ini tentunya sanggat merugikan bagi tempat kerja.
Sebagai salah satu tempat yang padat karya dan padat modal membutuhkan peran
16
serta stakeholder dalam pengembangan perusahaan (Direktorat Pengawasan
Keselamatan Kerja Ditjen Pembina Pengawasan Ketenagakerjaan, 2004).
Depot LPG Pertamina Tanjung perak Surabaya merupakan suatu perusahaan
yang memiliki proses bisnis berupa penyimpanan dan pendistribusian Liquified
Petroleum Gas (LPG). Proses kegiatannya banyak menggunakan bahan kimia yang
bersifat flammable, yaitu bahan bakar yang mudah terbakar. Sehingga potensi untuk
terjadinya kebakaran dan ledakan di Depot LPG Pertamina Tanjung perak juga besar.
Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis risiko
terjadinya potensi kebakaran dan ledakan serta upaya pencegahan yang perlu
dilakukan di Depot LPG Pertamina Tanjung perak. Ada beberapa cara untuk
melakukan penilaian terhadap potensi bahaya dan risiko kebakaran dan ledakan, salah
satunya dengan menggunakan metode Dow’sFireandExplosion Index yaitu suatu
instrumen untuk melakukan evaluasi secara bertahap terhadap adanya sebuah risiko
bahaya terjadinya kebakaran dan ledakan. Metode ini menunjukkan analisis yang
objektif dan realistis berdasarkan kondisi yang ada di lapangan.luas area penyimpanan
LPG, dan mengenai sistem pencegahan terhadap bahaya kebakaran dan ledakan yang
sudah diterapkan di tangki penyimpanan LPG.
Luka bakar Harus melihat dari derajat kedalaman, permukaan dan luas luka
bakar tersebut. Bahaya luka bakar luas adalah kondisi dehidrasi yang mengancam
penderita. Pertolongan:
17
menyebabkan: kejang, perdarahan otak, kelumpuhan pernapasan, perubahan psikis,
irama jantung yang tidak beraturan, dan kerusakan pada mata bisa menyebabkan
kebutaan.
Jika ada yang tersengat listrik maka yang harus dilakukan sebagai berikut:
1. Putuskan aliran listrik yang terkena tubuh korban. Perhatikan cara memutuskan
aliran listrik, Jangan sampai penolong menjadi korban berikutnya. penolong
memutuskan aliran listrik dengan menggunakan alat yang tidak dapat dialiri listrik
seperti kayu, handuk kering dan memakai alas kaki kering.
2. Jika luka tersengat listrik terlihat cukup parah, secepatnya bawa korban ke fasilitas
kesehatan terdekat.
18
2. Memulihkan denyut jantung dan fungsi pernafasan melalui resusitasi jantung
paru (jika diperlukan). Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR) adalah suatu
teknik menyelamatkan nyawa yang digunakan ketika pernafasan atau detak
jantung seseorang terhenti. Idealnya, CPR terdiri dari dua unsur: Memompa
jantung (chest compressions) atau disebut juga CPR tangan, dikombinasikan
dengan nafas buatan dari mulut ke mulut (mouth-to-mouth rescue breathing).
Bagaimanapun juga, apa yang harus dilakukan sebagai penolong dalam situasi
darurat benar-benar bergantung pada pengetahuan dan tingkat kenyamanan
dalam tindakan yang akan diambil :
1) Tidak terlatih. Jika tidak terlatih untuk melakukan CPR, maka lakukan
CPR tangan (chest compressions) saja. Itu artinya menekan dan
melepaskan dada korban sekitar dua kali tiap detik terus-menerus sampai
bantuan paramedis datang (dijelaskan lebih rinci di bawah), tidak perlu
mencoba nafas buatan.
2) Terlatih tapi ragu-ragu. Jika pernah mengikuti pelatihan CPR, tapi tidak
percaya diri pada kemampuan, maka cukup lakukan seperti yang pertama
(chest compressions).
3) Terlatih dan benar-benar siap. Jika terlatih dengan baik, dan percaya diri
akan kemampuan, maka bisa memilih salah satu dari dua cara:
Bergantian antara 30 kali chest compressions dan dua kali nafas buatan,
atau Cukup chest compressions saja (detail dijelaskan di bawah). Sebelum
mulai CPR, perhitungkan situasi-situasi di bawah ini: Apakah korban
sadar atau tidak? Jika korban seperti tidak sadar, tepuk atau guncang
bahunya dan tanyakan dengan lantang, "kamu tidak apa-apa?" Jika korban
tidak merespon dan ada dua orang penolong, yang satu harus mencari
pertolongan (menghubungi paramedis) dan yang lainnya mulai melakukan
CPR. Jika sendirian dan membawa telepon/hp, hubungi dulu paramedis
baru kemudian lakukan CPR.
4) Ingat prinsip ABC, pikirkan ABC-Airway (Jalan nafas), Breathing (Nafas
buatan) dan Circulation (Peredaran darah) -agar selalu ingat langkah-
langkah yang dijelaskan berikut. Lakukan dua langkah pertama (AB)
dengan cepat agar bisa segera mulai chest compressions untuk
memulihkan Peredaran darah (C). Proses melakukan CPR :
a. Airway : Buka Jalan Napas
19
b. Letakkan korban terlentang di atas permukaan yang stabil.
c. Berlututlah di sebelah leher dan bahu korban.
d. Buka jalan nafas korban dengan head-tilt chin-lift maneuver
(mendongakkan kepala dan mengangkat dagu korban): Letakkan salah
satu telapak tangan di dahi korban dan dengan hati-hati dongakkan
kepalanya ke belakang. Lalu gunakan tangan yang lain untuk mengangkat
dagu korban ke depan dengan hati-hati untuk membuka tenggorokannya.
e. Periksa rongga mulut korban apakah ada benda-benda yang menghalangi
jalan nafasnya (misalnya gigi palsu yang lepas, muntahan, sisa makanan,
dll), jika ada singkirkan. Periksa dengan cepat (tidak lebih dari 5 atau 10
detik) apakah nafas korban normal: Adakah gerakan dadanya? Dengarkan
suara nafasnya, dan rasakan nafas korban dengan pipi dan telinga. Nafas
seperti orang yang terperangah kaget tidak termasuk nafas yang normal.
Jika korban tidak bernafas dengan normal dan terlatih CPR, lakukan nafas
buatan dari mulut ke mulut. Jika yakin korban pingsan karena serangan
jantung dan sendiri tidak terlatih, lewati proses nafas buatan dan langsung
ke proses chest compressions untuk memompa jantung dan memulihkan
peredaran darah.
f. Breathing : Berikan nafas buatan pada korban. Nafas buatan bisa
dilakukan dari mulut ke mulut atau dari mulut ke hidung jika mulut
korban terluka parah atau tidak bisa dibuka.
a) Dengan jalan nafas korban sudah terbuka (hasil dari langkah pertama)
tutup lubang hidung korban rapat-rapat dengan jari telunjuk dan ibu jari
dan tempelkan mulut (terbuka) ke mulut korban yang terbuka sedemikian
rupa sehingga tidak ada celah yang memungkinkan udara keluar dari sela-
sela mulut dan korban saat meniupkan udara ke mulut korban.
b) Bersiaplah untuk memberikan dua tiupan nafas buatan: Berikan tiupan
pertama selama satu detik dan lihat apakah dada korban naik. Jika kondisi
tetap berikan tiupan yang kedua. jalan nafas korban belum terbuka atau
tertutup kembali. Ulangi langkah
(head-tilt chin-lift maneuver) dulu baru berikan tiupan yang kedua.
Mulai chest compressions untuk memulihkan peredaran darah korban
20
Circulation: Memulihkan peredaran darah dengan memompa jantung
(chest compressions)
c) Letakkan salah satu pangkal telapak tangan di atas dada korban, di antara
kedua putingnya. Letakkan telapak tangan yang satu lagi di atas yang
pertama. Luruskan siku dan posisikan bahu tepat di atas kedua tangan
penolong.
d) Gunakan berat badan tubuh bagian atas penolong (bukan hanya pada
lengan) saat anda menekan dada korban. Tekan dengan keras dan cepat
(sekitar 2x/detik) sampai sekitar 2 inci atau 5 cm ke bawah.
e) Setelah 30 kali chest compressions, ulangi langkah A (headtilt chin-lift
maneuver) dan B (2 nafas buatan seperti dijelaskan di atas). Itu semua
adalah 1 siklus. Jika ada orang lain, mintalah agar dia yang memberikan 2
nafas buatan setelah anda melakukan 30 chest compressions.
f) Lanjutkan CPR sampai ada tanda-tanda pergerakan tubuh korban atau
sampai tenaga paramedis mengambil alih.
g) Jika korban mengalami shock. Ada bermacam-macam tandatanda
seseorang mengalami shock:
Kulit dingin dan berkerut. Mungkin terlihat pucat atau abu- abu.
Detak jantung lemah dan cepat. Nafas korban bisa jadi pelan dan pendek
(hypoventilation), atau malah cepat dan dalam (hyperventilation).
Tekanan darah di bawah normal.
Pandangan mata kosong dan mungkin terlihat seperti memandang sesuatu.
Kadang-kadang pupil mata melebar.
Korban bisa sadar bisa pingsan. Jika tidak pingsan, korban mungkin
merasa kesadarannya berkurang, atau sangat lemah atau kebingungan.
Shock terkadang menyebabkan seseorang menjadi terlalu bersemangat
(overly excited) atau gelisah. Jika mencurigai korban mengalami shock,
bahkan walaupun korban nampak normal setelah kejadian.
h) Cari bantuan medis.
Baringkan korban di atas punggungnya dengan kaki lebih tinggi dari kepala.
Tetapi jika hal itu menyebabkan rasa sakit atau cedera lebih parah,
baringkan mendatar saja. Tenangkan korban.
21
i) Periksa tanda-tanda adanya peredaran darah (pernafasan, batuk, atau
gerakan). Jika tidak ada tanda, lakukan CPR.- Jaga korban agar tetap
hangat dan nyaman. Longgarkan sabuk dan pakaian yang ketat, selimuti
korban. Jangan berikan minum bahkan walaupun korban mengeluh
kehausan.-Miringkan tubuh korban jika korban muntah atau
mengeluarkan darah dari mulutnya agar muntahan atau darah tidak
tertelan.
2.6 Kereacunan Bahan Kimia
Keracunan, yaitu masuknya bahan kimia ke dalam tubuh yang dapat berakibat
Fatal seperti keracunan gas CO,dan HCN. Keracunan kronik adalah penyerapan B3
dalam jumlah sedikit tetapi berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga akibatnya
baru dirasakan setelah beberapa bulan atau beberapa tahun sampai puluhan tahun.
Pembahasan keracunan tidak terlepas dari identifikasi, tanda gejala, zat yang
menyebabkan keracunan.Sedangkan penanganan keracunan merupakan salah satu
esensi dari keperawatan gawat darurat karena apabila tidak segera ditindaklanjuti akan
menimbulkan angka kesakitan maupun kematian.
Bahan kimia yang dalam jumlah kecil menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan manusia apabila terserap dalam tubuh melalui pernafasan, tertelan, atau
kontak melalui kulit. Kebanyakan pasien yang mengalami keracunan tidak
mempunyai masalah yang serius, namun keracunan bisa menimbulkan angka
kesakitan pada korban. Sangat penting untuk dapat mengenali orang-orang yang
berisiko mengalami komplikasi keracunan berupa sakit serius bahkan kematian.
Orang yang mempunyai resiko mengalami komplikasi adalah: usia
semakintua, perubahan status secara mendadak di IGD, orang yang meracuni diri
sendiri, pasien yang mengkonsumsi obat dalam jumlah banyak. (ENA,2018).
Salah satu bahan kimia yang beracun seperti uap Pb, benzena dapat
mengakibatkan leukimia. Pada umumnya zat-zat toksik tersebut masuk lewat
pernafasan dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju ke organ-organ tubuh
tertentu sehingga dapat langsung mengganggu fungsinya seperti hati, ginjal, paru-
paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat tersebut terakumulasi dalam organ-organ
tubuh tersebut, sehingga menimbulkan kerusakan untuk jangka waktu yang panjang.
Paparan terhadap racun dapat terjadi ketika bekerja, karena lingkungan,
berekreasi. Keracunan dapat terjadi melalui beberapa jalur, yaitu pernafasan,
22
pencernaan, suntikan atau gigitan, dan Kontak dengan kulit. Kebanyakan keracunan
terjadi secara tidak sengaja, relatif ringan dan tidak memerlukan penanganan gawat
darurat.
Ada lima zat yang bisa menyebabkan keracunan yaitu makanan, analgesik
atau zat pereda nyeri, kosmetik, zat pembersih rumah tangga, benda asing seperti
mainan dari plastik. Kejadian keracunan tidak hanya terjadi pada waktu penyimpanan,
tetapi juga karena menggunakan wadah yang seharusnya tidak digunakan sebagai
wadah bahan kimia beracun. Banyak sekali terjadi keracunan akibat minum bahan
kimia beracun secara tidak sengaja yang ditempatkan di dalam wadah atau botol
sirup, teh botol dan lain sebagainya.
Faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan keracunan antara lain dari
manusia/pekerja, prosedur/metode, dan peralatan/bahan. Faktor manusia merupakan
faktor terbesar penyebab terjadinya kecelakaan diantaranya adalah ketidak-tahuan
akan bahaya yang akan terjadi.
Dengan menerapkan sistem manajemen B3 maka pemakaian, penanganan,
maupun penyimpanan B3 terkontrol/terkendali dan tertelusur, sehingga keselamatan
dan kesehatan kerja akan terjaga, serta lingkungan akan terlindung. Dapat
disimpulkan bahwa manajemen B3 memerlukan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian.
Dalam pelaksanaan penanganan B3 sangat tergantung dari jenis, sifat dan
bahaya dari bahan tersebut.
Beberapa petunjuk umum pertolongan keracunan antara lain:
23
dilarang memuntahkan cairan, namun diberi zat penetral racun seperti norit atau
dengan diberikan putih telur.
Bahan-bahan beracun terdapat dimana-mana karena penggunaan bahan-bahan
kimia yang semakin meluas. Maka kecermatan kerja dan sifat hati-hati mutlak
diperlukan agar tidak terjadi kecelakaan dan keracunan.
Keracunan dapat dihindarkan apabila peraturan berikut diperhatikan.
1. Kesadaran akan bahan dari setiap bahan kimia sebelum pengerjaan analisis
2. Simpanlah semua bahan kimia pada tempatnya dalam wadah tertutup dengan
label yang sesuai dan peringatan tentang bahayanya.
3. Dilarang menyimpan bahan kimia berbahaya dalam wadah bekas makanan
atau minuman
4. Dilarang makan, minum atau merokok di laboratorium
5. Untuk mengerjakan bahan yang mudah menguap pergunakan lemari asam
dengan ventilasi yang cukup
6. Pakailah oakaian khusus
7. Mengetahui dan selalu siap akan hal yamg harus dilakukan pada keadaan
darura
Ada beberapa aturan dasar bekerja dengan bahan kimia antara lain:
1. Menghindari kontak langsung dengan reagen tersebut
2. Menghindari menghirup langsung uap bahan kimia
3. Tidak diperkenankan mencicipi atau mencium bahan kimia.
Jika ingin mencium aroma regen (tertentu dengan catatan sesuai prosedur bekerja),
bisa dengan cara mengibaskan tangan di antara botol bahan kimia dengan hidung.
Banyak bahan kimia yang harus ditangani dengan hati-hati sekali karena
sifatnya yang berbahaya ataupun bersifat racun seperti:
24
9. HF (Hydrofluric acid, asam fluorida)
10. HNO3 (Nitric acid, asam nitrat
25
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Tindakan PPPk pada korban yaitu:
1) penilaian keadaan
2) Penilaian dini
3) Pemeriksaan fisik
4) Riwayat penderita
5) Pemeriksaan berkala
6) Pelaporan
2. Pertolongan pada jenis-jenis kecelakaan mata yaitu:
1) Cedera Mata Akibat Serangan Benda Keras
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan dengan meletakkan
kompres dingin di atas mata 5 hingga 10 menit, dan jangan letakkan es
langsung pada kulit. Segeralah ke bagian gawat darurat di rumah sakit terdekat
jika terjadi tanda yang tak biasa, seperti pendarahan ataupun mata buram.
2) Cedera Mata Akibat Benda Kecil dan Tajam
pertolongan pertama pada cedera mata akibat benda kecil dan tajam,
cobalah untuk tidak menggosok, mencuci, atau menutup mata. Jika ada objek
yang tertanam di mata, jangan keluarkan karena dapat menyebabkan goresan.
Tutup mata dengan pelindung, dan segeralah cari pertolongan medis.
3) Cedera Mata Akibat Bahan Kimia
Pertolongan pertama cedera mata atau luka bakar akibat bahan kimia
ialah tetap tenang dan buka mata hingga mata memerah. Setelah itu, siramkan
mata dengan air selama 15 hingga 20 menit. Pastikan mata dalam keadaan
terbuka, dan segeralah ke dokter untuk mendapatkan penanganan medis yang
tepat.
4) Mata Terkena Paparan Radiasi
Cara terbaik melindungi mata dengan menggunakan kacamata
pelindung yang dapat menghalangi 99% hingga 100% radiasi matahari setiap
kali berpergian atau keluar rumah.
3. Pertolongan pada Pendarahan
26
Untuk membantu memperkirakan berapa banyak darah yang telah keluar dari
tubuh penderita, hal yang dipakai adalah keluhan korban dan tanda vital. Bila
keluhan korban sudah mengarah ke gejala dan tanda syok seperti yang dibahas
dalam topik ini maka penolong wajib mencurigai bahwa kehilangan darah terjadi
dalam jumlah yang cukup banyak.
1) Tekanan Langsung
2) Elevasi
3) Titik Tekan
4) Immobilisasi
Menggunakan Torniket
Torniket hanya digunakan dalam keadaan gawat darurat dimana tidak ada cara lain
utnuk menghentikan perdarahan. Torniket diaplikasikan sedekat mungkin dengan
titik perdarahan.
1) Jaga jalan napas tetap terbuka dan berikan oksigen sesuai peraturan
2) Pertahankan panas tubuh penderita, tapi jangan sampai kepanasan
3) Atasi Syok
4) Pindahkan penderita secepatnya
Ingatlah untuk menggunakan standard universal, amankan lokasi kejadian dan
hubungi tenaga terlatih. Laporkan kemungkinan adanya perdarahan dalam kepada
tenaga terlatih segera setelah mereka tiba di lokasi.
1) Daerah yang terbakar cukup direndam atau disiram dengan air dingin (jangan air
es) karena akan menambah sakit.
2) Luka bakar yang luas perlu segera mendapatkan tambahan cairan untuk mencegah
dehidrasi, jika wilayah terbakar >10% penderita harus dirawat di rumah sakit.
5. Pertolongan pada Tersengat listrik
1) Kita harus membebaskan tubuh penderita dari bahan penyebab.
2) Daerah yang terbakar cukup direndam atau disiram dengan air dingin (jangan
air es) karena akan menambah sakit.
27
3) Luka bakar yang luas perlu segera mendapatkan tambahan cairan untuk
mencegah dehidrasi, jika wilayah terbakar >10% penderita harus dirawat di
rumah sakit.
3.2 Saran
Untuk penulis selanjutnya diharapkan menulis Makalah lebih detail dan rinci.
28
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015.
Bourne RRA, Stevens GA, White RA, Smith JL, Flaxman SR, Price H, et al. Causes vision
loss Worldwide, 1990-2010: a systematic analysis. The Lancet Global Health.
2013;1(6):339-49.
Sujatha MAR, Nazlin A, Prakash S, Nousheen S. Prevalence of visual impairment after blunt
ocular Trauma in a tertiary hospital. Int J of Sci Stud. 2015;3(4):36-9.
Vats S, Murthy GV, Chandra M, Gupta SK, Vashist P, Gogoi M. Epidemiological study of
ocular trauma In an urban slum population in Delhi, India.Indian J Of Ophthalmol.
2008;56(4):313-16.
Dhillon PK, Jeemon P, Arora NK, Mathur P, Maskey M, Sukirna RD, et al. Status of
Epidemiology in the WHO South-East Asia Region: Burden of disease, determinants of
health and Epidemiological research, workforce and training Capacity. Int J of Epid.
2013;42(1):361.
Chua D, Wong W, Lamoureux EL, Aung T, Saw SM, Wong TY. The prevalence and risk
factors of ocular Trauma: the Singapore Indian eye study. J Ophthalmol Epid.
2011;18(6):281-87.
Lubis RR, Wulandari C. The characteristic of Ocular trauma in adulthood patients at Adam
Malik Hospital period 2011-2012. Int J of PharmTech Res. 2015;8(2):200-3.
Samalo D. Gambaran pasien trauma mata di IGD RSUP Dr M Djamil Padang tahun 2014
(skripsi).
Riyadina W. Kecelakaan kerja dan cedera yang dialami oleh pekerja industri di kawasan
industri Pulo Gadung Jakarta. Makara Kesehatan. 2007;11(1):25-31.
Aghadoost D, Fazel MR, Aghadoost H, Aghadoost N. Pattern of ocular trauma among the
elderly in Kashan, Iran. Chinese J of Traumatology. 2013;16(6):347-50.
29
Pradana PAS, Yuliawati P, Djelantik AAAS, Manuaba IBP, Triningrat AAMP, Utari
NML.Karakteristik pasien trauma okuli di RSUP Sanglah Denpasar Bulan Juli 2011-
Februari 2015. Med. 2017;48(3):174-80.
Djelantik AS, Andayani A, Widiana IGR. The relation Of onset of trauma and visual acuity
on traumatic Patient. JOI. 2010;7(3):85-90.
Rashid W, Shaheen N, Lone IA, Sajjad S. Pellet gun Fire injuries in Kashmir Valley-cause of
ocular Morbidity. J Of Evol Med and Dent Sci. 2014;3(29):8051-8.
Singh P, Tyagi M, Kumar Y, Gupta K, Sharma P. Ocular chemical injuries and their
management. Oman J of Ophthalmol. 2013;6(2):83-6.
Abbott J. The epidemiology and etiology of pediatric Ocular trauma. Surv Ophthalmol.
2013;58(5):476-85.
Ajayi IA, Ajite KO, Omotoye OJ. Epidemiological Survey of traumatic eye injury in a
Southwestern Nigeria tertiary hospital. Pak J Ophthalmol. 2014;30(3):137-41.
Aldy F. Prevalensi kebutaan akibat trauma mata di Kabupaten Tapanuli Selatan (tesis).
Medan:Universitas Sumatera Utara;2009.
Eva PR Jr ETC. Vaughan & Asbury’s general Ophthalmol. Susanto D, penterjemah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011.
Omalese O, Omolade EO, Ogunloye OT, Omalase BO, Ihenedu CO, Adosun AO. Pattern of
ocular Injuries in Owo Nigeria. J Ophthal Visual Res. 2011;6:114-8.
Iqbal A, Idrees M, Bashir B, Rehman M, Orakzai OK. Pattern of ocular trauma in District
Swabi. J of Sheikh Zayed Med Colleg. 2014;5(4):696-701.
30
Scott R. The ocular trauma score. Community Eye Health J. 2016;28(91):44-5.
31