Anda di halaman 1dari 12

PEMIKIRAN EKONOMI IMAM AL-MAWARDI

(364 – 450 H/ 974 – 1058 M)

Oleh :

AINUN NURUL SYADIAH


NIM.2200020010
AMILUDIN
NIM.2200020014

Dosen Pengampu :
Dr. H. Dedah Jubaidah, M.Si.

Program Pascasarjana
Program Studi Ekonomi Islam
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Allahul ‘alim, Allahurrahmanirrahim. Sepenuhnya hingga bilangan
angka terakhir dalam ilmu matematika, atau bahkan hingga batas maksimal inflasi dalam
ilmu moneter, sungguh tidak akan mampu mengkalkulasikannya, begitu besar kenikmatan
dan keberkahan yang senantiasa Allah SWT., berikan kepada setiap hamba-Nya, baik yang
taat kepada-Nya maupun yang selalu ingkar menjauh dari segala ketentuan-Nya. Begitupun,
demi tergolongnya sebagai hamba yang bersyukur, amat besar rasa bahagia penulis, karena
telah mampu merampungkan penyusunan karya tulis berupa makalah ini sesuai dengan target
waktu yang diharapkan, tentu ini semua tidak lepas dari pertolongan Allah SWT., yang telah
memberikan daya dan upaya kepada penulis, sehingga dalam penyusunan makalah inipun
tidak terdapat hambatan yang berarti.
Solawat dan salamnya Allah SWT., tetap tercurahkan kepada Rosul yang hak, satu-
satunya Nabi yang mampu membangun kesejahteraan umat diberbagai lini, dalam bidang
agama, pemerintahan, sosial, kemaritiman, pertahanan, dan tidak luput pula dalam bidang
ekonomi. Allahumma shali ‘ala Muhammad.
Implementasi bentuk kecintaan penulis pada ilmu pengetahuan khususnya dibidang
ekonomi syariah, maka dalam hal ini ijinkan kami sebagai penyusun untuk menyajikan
sebuah karya tulis sederhana berupa makalah tentang pemikiran ekonomi Imam al-
Mawardi 364 – 450 H/ 974 – 1058 M.
Sebagai hamba yang selalu merasa fakir akan ilmu pengetahuan dan dengan
kesadaran penuh, penulis yakin bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat jauh dari
kata sempurna, tidak ada gading yang tidak retak, tidak ada karya yang tidak luput dari
kekurangan. Kritik membangun dan saran penyempurna sangat penulis harapkan. Wallahu
‘alam.

Bandung, Januari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 2
A. Biografi Imam al-Mawardi .................................................... 2
B. Pemikiran Ekonomi dalam Karya-karya Imam al-Mawardi ... 3
C. Pemikiran al-Mawardi Mengenai keuangan Publik dan
Kebijakan fiskal ...................................................................... 4
D. Peran Negara dalam Menciptakan Kesejahteraan Umum ....... 5
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 8
A. Kesimpulan ............................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemikiran ekonomi seorang tokoh muslim klasik : Imam al-Mawardi, merupakan
seorang cendekiawan muslim yang hidup pada masa kekhilafahan Bani Umayah, dan telah
memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang
disiplin ilmu, salah satunya dalam pengembangan konsep ekonomi islam. Imam al-Mawardi
merupakan seorang tokoh ulama dan pemikir dalam dunia keilmuan islam. Karya-karyanya
selalu menjadi rujukan bagi para pengkaji ilmu pengetahuan sejak dulu hingga sekarang,
bukan saja di daerah timur tetapi juga di daerah barat.
Pemikiran ekonomi imam al-Mawardi termuat dalam karya monumentalnya yaitu
dalam buku ‘al-Ahkam al-sulthoniyah’ : kitab ini banyak membahas tentang investasi, sistem
moneter, perilaku individu dalam bertindak ekonomi, konsep kepemilikan harta, peran
pemerintah dalam perekonomian, dan intervensinya terhadap mekanisme pasar. Konsep
sistem meneter atau keuangan publik, Imam al-Mawardi berargumen bagaimana sumebr
penerimaan negara baik berdasarkan wahyu, seperti ghanimah, zakat, jizyah, fai’, ataupun
yang berdasarkan hasil ijtihad yang sifatnya dinamis.
Disamping itu, kitab al-Ahkam al-Sulthoniyah salah satu kitad yang termasyhur dan
sudah tersebar luas, sebagai bukti kitab ini telah dicetak beberapa kali. Dalam kitab ini juga
membahas tentang berbagai persoalan politik dan tata negara dalam pandangan Islam, antara
lain tentang pengankatan suatu pimpinan pemerintahan, menteri, gubernur, pimpinan jihad,
kepolisian, kehakiman, imam dalam solat, petugas pemungut zakat, harta rampasan perang,
jizyah, dan kharaj, sebuah hukum atau kaidah dalam otonomi daerah, tanah dan ekpolorasi
air, tanah yang dilindungi pemerintah dan juga fasilitas umum, hukum iqta’, sistem
administrasi negara, juga tentang ketentuan-ketentuan kasus kriminalitas.
Berangkat dari pemahaman itu, dipandang perlu untuk menguraikan suatua bahasan
singakat dari para pemikir muslim kelasik dalam bidang ekonomi, maka dalam sebuah karya
sederhana ini, kami penyusun mencoba menyajikan suatu bahasan dalam pokok-pokok
pemikiran Imam al-Mawardi, yang semoga karya sederhana ini, dapat menjadi referensi
tambahan bagi para pembaca budian yang selalu merasa haus dalam khazanah keilmuan
islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Imam al-Mawardi?
2. Apa karya-karya Imam al-Mawardi?
3. Apa pokok-pokok pemikiran Imam al-Mawardi?

C. Tujuan
1 Untuk mengetahuai biografi Imam al-Mawardi!
2 Untuk mengetahui karya-karya Imam al-Mawardi!
3 Untuk mengetahui pokok-pokok pemikiran Imam al-Mawardi!

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Imam al-Mawardi
Salah seorang tokoh pemikir ekonomi Islam yang begitu termashur dengan teori
politiknya, atau biasa para cendekiawan muslim menyebutnya dengan nama Imam al-
Mawardi, yang memiliki nama lengkap Abu al-Hasan Ali bin Muhamad bin Habib al-
Mawardi al-Bashri as-Syafii yang lahir di kota Bashrah, Irak tahun 364 Hijriah atau
bertepatan pada tahun 974 masehi.1
Setelah menyelasaikan pendidikan di kota kelahirannya, yaitu di kota Bashrah dan
Bagdad, Imam al-Mawardi mulai berkeliling ke negara-negara Islam untuk menuntut ilmu.
Beberapa guru Imam al-Almawardi antara lain : Hasan bin Ali bin Muhamad al-Jabali,
Muhamad bin Adi bin Zuhhar, Abu Qasim, Ja’far bin Muhamad, Muhammad bin al-Maali,
dan Ali abu al-Sifarani.
Imam al-Mawardi merupakan seorang pemikir islam yang termashur di zamannya,
yaitu zaman dimana ilmu pengetahuan yang dikembangkan umat islam sedang dalam masa
puncak kejayaannya. Beliau juga dikenali sebagai tokoh terkenal yang bermadzhab Imam
Syafi’I serta seorang pejabat tinggi yang besar pengaruhnya pada masa dinasti abbasiyah.
Beliau selain pintar sebagai pemikir islam, biliau juga ahli dibidang fiqh, sastrawan, politikus,
dan seorang penulis yang sangat produktif. Hal tersebut bisa dilihat dari beberapa karya
monumentalnya. Dan karya yang paling termashur adalah kitab al-Ahkam al-Sulthaniyah wa
al-Wilayah ad-Diniyah, merupakan kitab yang paling banyak tersebar luas. Kitab ini
berisikan mengenai persoalan politik serta tata negara dalam bingkai islam. Salah satunya
membahas mengenai keuangan public serta kebijakan fiskal.
Karena dipandang mumpuni dalam bidang keilmuan yang relevan, Imam al-
Mawardi dipercaya memanku jabatan tinggi, yaitu sebagai hakim (Qadhi). Sehingga beliau
diangkat menjadi Hakim Agung yang tejadi pada masa kepemimpinan al-Qa’im bin
Amriillah al-Abbasy.2
Meskipun al-Mawardi hidup dimasa disintegrasi, akan tetapi ia tetap mendapatkan
jabatan tinggi. Bahkan pemimpin bani Buwaihi yang terdapat dibagdhdad mengangkat al-
Mawardi sebagai mediator atau diplomasi terhadap beberapa wilayah kekuasaan Islam yang
saling bermusuhan. Kendatipun memanggu jabatan tinggu, tidak menghalangi beliau untuk
memberikan pengajaran dan juga kegiatannya dalam menulis. Beberapa karya terbesarnya
antara lain : Tafsir al-Quran Karim, al-Amsal, al-Hawi, al-Iqna, Adab ad-Dunya wa Ad-Din,
Siyasah al-Maliki, Nasihat al-Muluk, al-Ahkam as-Sulthaniyah, an-Nukat, dan Siyasah al-
Wazarat al-Maliki. Dari beberapa karya-karyanya tersebut yang merupakan warisan Imam al-
Mawardi, kemudian ia wafat di kota Bagdad pada bulan Rabiul Awal 450 hijriah atau
bertepatan 1058 masehi.3

B. Pemikiran Ekonomi dalam Karya-karya al-Mawardi


1
M. Iqbal, Pemikiran Politik Ekonomi, (Jakarta : Kencana, 2010),hlm. 16
2
Boedi A, peradaban Pemikir Ekonomi Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 192.
3
Ibid, hlm. 193.

2
Pemeikiran ekonomi yang bersumber dari al-Mawardi tercantum setidaknya dan tiga
karya besarnya seperti yang telah diuraikan di atas
Berikut karya-karya Imam al-Mawardi yang masih eksis saat ini :
1. Al-Ahkam as-Sulthaniyyah, buku atau kitab ini membahas tentang pemeritahan.
2. Qawanin al-Wizarah, buku atau kitab ini membahas tentang ketentuan-ketentuan
kewaziran kementerian.
3. Siyasah al-Mulk, buku atau kitab ini membahas tentang strategi kepemimpinan raja.
4. Adab ad-Dunya wa ad-Din, buku atau kitab ini membahas tentang tata krama
kehidupan politik, duniawi, dan agamawi.
5. Al-Hawai, buku atau kitab ini membahas tentang yang terhimpun.
6. Al-Iqna, buku atau kitab ini membahsa tentang keikhlasan.
Dari keenam kitab di atas, pemikiran-pemikiran tentang konsep ekonomi, tertadap
dalam tiga kitab, antara lain :
a. Adab ad-Dunyya wa ad-Din, dalam kitab ini imam al-Mawardi memberikan
pandangan tentang prilaku ekonomi seorang muslim serta empat jenis mata
pencaharian utama, yaitu pertanian, peternakan, perdagangan, dan industri. Kitab
Adab ad-Dunya wa ad-Din merupakan karya tasawuf tentang budiluhur individu
dalam perekonomian, melalui epat mata pencaharian utama, antara lain :
1) Pertanian.
2) Perternakan.
3) Perdagangan.
4) Industri.
Selain itu juga membahas hal yang dapat meruusak budi luhur, yaitu : ketamakan
dalam bentuk penimbutan kekayaan, maupun menuntut kekuasaan.
b. Kitab al-Hawi, di dalam salah satu bagian kitab ini, ia secara khusus membahas
tentang mudharabah dalam pandangan berbagai mazdhab. Al-Hawi al-Mudharabah
merupakan studi perbandingan berbagai aliran hukum Islam tenang mudharabah
(bagi hasil).
c. Al-Ahkam as-Sulthaniyyah, dalam kitab ini, ia banyak menguraikan tentag sistem
pemerintahan dan administerasi negara Islam, seperti hak dan kewajibab pemimpin
terhadap yang dipimpinnya, jenis-jenis lembaga pemerintahan, input dan ouput atau
penerimaan dan pengeluaran pemerintah, institusi atau lembaga hisbah.4 Dalam kitab
al-Ahkam as-Sulthaniyah tentang pemerintahan dan administrasi yang berisi : 1)
Kewajiban penguasa, 2) Penerimaan dan pengeluaran publik, 3) Tanah publik, 4)
Tanah umum (cammon), 5) Preogratif negara untuk menghibahkan tanah, 6)
Preogratif negara untuk mengawasi pasar, dan 7) Tugas dan fungsi muhtasib, yaitu,
Mengawasi pasar, Menjamin kebenaran timbangan dan ukuran, dan Mencegah
penyimpangan transaksi transaksi dagang dan pengrajin dari ketentuan syariah.
Dari ketiga karya tulis tersebut, para peneliti ekonomi Islam sepakat menyatakan
bahwa al-Ahkam as-Sulthhaniyah merupakan kitab paling konprehensif dalam
mempresentasikan pokok-pokok pemikiran ekonomi al-Mawardi.

4
Adiwarman A. Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2015),
hlm. 301.

3
C. Pemikiran al-Mawardi Mengenai Keuangan Publik dan Kebijakan Fiskal
1. Keuangan publik
Dalam teori keuangan publik terdapat peran nyata sebuah negara dalam kegaiatan
perekonomiannya. Kehadiran negara sangat dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan yang
sifatnya sangan kolektif. Dalam pandangan al-Mawardi dibutuhkan suatu peran aktif
pemeriantah atau negara demi tewujudnya suatu tujuan baik yang sifatnya material maupun
spiritual. Menjadi sebuah kewajiban moral bagi pemeritah untuk selalu berorientasi pada
kebaikan bersama, yakti terpeliharanya berbagai kepentingan masyarakat juga dalam
mempertahankan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi secara nyata. Olehnya itu al-Mawardi
berpendapat bahwa, Islam memandang dalam pemenuhan kebutuhan dasar bagia setiap
masyarakat tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah saja, akan tetapi tuntutan kewajiban
moral dan agama. Tidak cukup sampai disitu pemerintah juga harus menyedian sarana dan
prasarana atau infrastruktur yang memadai dan dibutuhkan untuk perkembangan
perekonomian dan kesehtraan masyarakat secara umum.
Keuangan publik dalam perspektif Imam al-Mawardi dalam kitabnya al-Ahkam as-
Silthaniyah wa al-Wilayah ad-Diniyah mengemukakan bagaimana sumber penerimaan suatu
negara. Keuangan publik membahas kegiatan pemerintah didalam mencari sumber-sumber
dana (sources of fund) dan kemudian bagaimana dana-dana tersebut digunakan (uses of fund)
untuk mencapai berbagai tujuan pemerintah. Terdapat dua aspek yang dibahas dalam
keuangan publik menurut pandangan Imam al-Mawardi dalam kibatnya al-Ahkam as-
Sulthaniyah wa al-Wilayah ad-Diniyyah yaitu fungsi dari bait al-Mal dan kebijakan fiskal.
Al-Mawardi juga menekankan pemerintah wajib mengakonodasi biaya pembelajaan pada
sistem layanan publik, karena hal ini merupakan fardu Kiffayah (kewajiban sosial).
2. Kebijakan Fiskal
Dalam pandangan Imam al-Mawardi kebijakan fiskal memiliki peranan penting jika
dibandingkan dengan kebijakan moneter. Hal tersebut dapat dilihat dari kewajiban muslim
dalam membayar zakat serta adanya larangan riba. Dengan begitu, kebijakan fiskal dalam
konteks ekonomi islam bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan masyarakat luas yang
didasarkan oleh distribusi kekayaan berimbang dengan cara menempatkan nilai-nilai materil
serta spiritual pada tingkatan yang sama. Hal tersebut kembali dijelaskan oleh Imam al-
Mawardi bahwa pendapatan agregat yang besar itu bukan sebagai patokan kesuksesan
keuagan jika dalam pengumpulannya terdapat kedzaliman dan begitu pulan jika
mendapatkannya dengan cara curang.5
Kebijakan fiskal berkaitan erat dengan penerimaan dan pengeluaran suatu negara.
Peneriamaan dan pengeluaran negara dalam perspektif Imam al-Mawardi sebagai berikut :
a. Penerimaan yang bersumber dari pendapatan tidak resmi, seperti : zakat,
ghanimah, dan fai’. Sedangkan pengeluaran dari sumber pendapatan ini adalah
sebaggai amanah untuk tujuan khusus yang telah ditetapkan sesuai dengan
syariat. Misalnya untuk kebutuhan masyarakat dalam hal perdagangan.
b. Penerimaan yang bersumber dari pendapatan resmi, sepert : jizyah, kharaj, ushr
(bea cukai), kekayaan alam (SDA), pendapatan lainnya semisal : hibah, wakaf,
harta yang illegal, harta waris yang tidak ada alhi warisnya, dan lain sebagainya.
5
Al-Mawardi, adab ad-Dunya wa ad-Din, trj. Ibrahim su’aib, Etika Agama dan Dunia, (Bandung :
Pustaka Setia, 2002), hlm. 100-101.

4
Sedang pengeluaran dari sumber pendapatan ini adalah 1) diperuntukan untuk
gaji para tentara, guru, imam, serta perbiayaan oprasional pertahanan. Dan 2)
pengeluaran untuk kemaslahatan dan pembangunan sarana prasana.
c. Penerimaan yang bersumber dari utang. Sedangkan pengeluaran dari sumber
penerimaan utang ini diperuntukan guna menutupi deficit anggaran pada
pengeluaran rutin.
d. Penerimaan yang bersumber dari pajak. Sedangkan pengeluaran dari sumber
penerimaan pajak ini adalah untuk menuttupi deficit anggaran pada biaya
pembangunan.
D. Peran Negara dalam Menciptakan Kesejahteraan Umum
Imam al-Mawardi memberikan pendapatnya bahwa negara harus hadir dan
senantiasa menyediakan infrastturktur yang diperlukan bagi perkembangan ekonomi dan
kesejahteraan umum. Menurutnya “jika hidup di kota menjadi tidak mungkin karena tidak
berfungsinya fasilitas sumber air minum atau rusaknya tembok kota, maka negara harus
bertanggung jawab untuk memperbaikinya, dan jika tidak memiliki dana negara harus
mencari jalan untuk memperolehnya”. Al-Mawardi menegaskan, bahwa negara wajib
mengatur dan membiayai pembelanjaan yang dibutuhkan oleh layanan publik, karena setiap
individu tidak mungkin membiayai jenis layanan semacam itu, dengan demikian layanan
publik merupakan kewajiban sosial dan harus bersandar kepada kepentingan umum. 6
Pernyataan al-Mawardi ini semakin mempertegas pendapat para pemikir muslim sebelunya
yang menyatakan bahwa untuk mengadakan proyek dalam kerangkan pemenuhan
kepentingan umum negara dapat mengguanakan dana baitul mal atau membebankan kepada
individu-individu yang memiliki sumber keuangan yang memadai, lebih jauh ia menyebutkan
tugas-tugas negara dalam pemenuhan kebutuhan dasar setiap warga negaranya adalam
sebagai berikut :
1. Melindungi agama.
2. Menegakan hukum dan stabilitas politik.
3. Memelihara batas negara Islam.
4. Menyediakan dan menjaga iklim ekonomi yang kondusif.
5. Menyediakan sistem administrasi umum, lembaga peradilan, dan pelaksanaan
penegakan hukum Islam.
6. Mengumpulkan sumber pendapatan negara dari berbagai sumber yang tersedia serta
menaikan dengan menerapkan pajak baru yang disesuaikan pada situasi dan kondisi
yang mendukung.
7. Memberanjakan dana Baitul mal untuk berbagai tujuan yang telah menjadi
kewajibannya.7
Dari ketujuh aspek diatas, maka negara bertanggung jawab untuk memenuhi
kebutuhan dasar setiap warga negaranya serta merealisasikan kesejahteraan dan
perkembangan ekonomi secara umum. Sebagai konskuwensinya negara harus memiliki
sumber-sumber keuangan yang dapat membiayaan pelaksanaan tanggung jawabnya tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, Imam al-Mawardi manyatakan bahwa kebutuhan negara

6
Al-Mawardi, al-Ahkam as-Sulthaniyah, (Beirut : Dar al-Fikri, ), hlm, 5.
7
Adiwarman A. Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, hlm. 304.

5
terhadap kebutuhan kartor lembaga keuangan negara secara permanen muncul pada saat
terjadi transfer sejumlah dana negara dari berbagai daerah lalu dikirimkan ke pusat.
Sepertinya pendapat ulama terdahulu bahwa sumber peneimaan negara diperoleh dari, zakat,
ghanimah, fai, uhrs, dan lain sebagainay, terkait dengan pengumpulan harta zakat al-Mawardi
membedakan antara kekayaan yang tampak dengan kekayaan yang tidak tampak.
Pengumpulan zakat dengan harta yang tampak seperti hewan, pertanian dan lain sebagainya,
harus dilakukan secara langsung oleh negara, sedangkan kekayaan atas harta yang tidak
tampak seperi emas, perdagangan dan lain sebagainya diserahkan kepada kebijakan kaum
muslimin. Sedangkan kewajiban dari lembaga keuangan atau baitul mal, antara lain :
1) Tanggung jawab terhadap harta benda yang disimpan sebagai amanah untuk
didistribusikan kepada mereka yang berhak, atau suatu tanggung jawab yang timbul
sebagai suatu pengganti dari sebuah nilai yang telah diterima (badal), semisal harta
untuk membayar gaji para perajurit tentara dan perlengkapan senjatanya. Dari
adanya tanggung jawab ini mengakibatkan timbulnya biaya yang harus dikeluarkan
oleh pemerintah, dengan besaran yang tidak dapat ditentukan,
2) Tanggung jawab yang timbul seiring degan adanya pendapat yang menjadi aset
kekayaan baitul mal itu sendiri. Atau suatu tanggung jawab yang timbul dari bantuan
dan kepentingan public. Imam al-Mawardi menjelaskan jenis tanggung jawab ini
erat kaitannya dengan ketesediaan dana yang ada dibaitul mal. Jiak tersedia cukup
anggaran yang ada di baitul mal, maka tanggung jawab pemerintah terhadap
kepentingan publik harus senantiasa terpenuhi. Sebaliknya jika hal tersebut, yaitu
anggaran yang cukup di baitul maal tidak tesedia, maka hal itu menjadi tanggung
jawab sosial (fardu kifayah) seluruh lapisan masyarakat.8
Lebih lanjut, Imam al-Mawardi menyatakan pendapat bahwa jika dalam hal sumber
pendapatan negara tersebut tidak mempun memenuhi kebutuhan anggaran negara atau terjadi
deficit anggaran, maka negara diperolehkan untuk menetapkan pajak baru atau melakukan
pinjaman kepada publik. Al-Mawardi menekankan suatu pinjaman publik diiperbolahkan
hanya pada aspek kewajiban pemerintah yang sifatnya mandatory fuctions.
Dalam hal keadilan pemungutan pajak, Imam al-Mawardi menekankan keadilan
perpajakan akan terwujud jika para petugas pemungut pajak mempertimbangkan empat faktor
dalam melakukan suatu penilaian. Seperti objek kharaj, dalam penetapan kharaj dapat
menggunakan tiga metode, antara lain : 1) metode misahah, yaitu suatu cara yang
mendasarkan ada ukuran tanah, 2) metode penetapan kharaj, yaitu suatu cara pemungutan
kharaj dengan mendasarkan pada ukuran tanah yang ditanami, dan 3) metode musaqah, yaitu
suatu cara dalam pemungutan kharaj dengan mendasarkan pada presentase hasil produksi.
Oleh karena itu al-Mawardi menjelaskan pembelanjaan publik, semisal pajak, yang
merupakan suatu alat atau metode yang sangat efektif untuk meningkatkan sumber-sumber
ekonomi, juga secara teori umum dinyatakan bahwa pembelanjaan public dapat
meningkatkan pendapatan masayarakat secara agregat.

8
Boedi A, peradaban Pemikir Ekonomi Islam, hlm. 200.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

7
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, M. Pemikiran Politik Ekonomi. Jakarta : Kencana, 2010.


A, Boedi. peradaban Pemikir Ekonomi Islam. Bandung : Pustaka Setia, 2010.
Karim, Adiwarman A. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2015.
Al-Mawardi. adab ad-Dunya wa ad-Din, trj. Ibrahim su’aib, Etika Agama dan Dunia.
Bandung : Pustaka Setia, 2002.

8
Al-Mawardi, al-Ahkam as-Sulthaniyah. Beirut : Dar al-Fikri.

Anda mungkin juga menyukai