ABSTRAK
Metodelogi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan
teknik yang dipilih adalah studi kepustakaan. Dalam penelitian studi pustaka ini
akan ada setidaknya 4 ciri di dalamnya, yang pertama peneliti akan melihat
langsung teks atau datanya namun bukan dengan pengetahuan lapangan. Kedua,
data pustaka akan bersifat langsung bisa digunakan oleh peneliti walaupun tidak
terjun ke lapangan, data pustaka umumnya adalah sumber sekunder yang dalam
hal ini peneliti mendapatkan nya atas penelitian sebelumnya, keempat bahwa
kondisi dari data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Jenis penelitian
melalui kepustakaan ini biasa disebut dengan library research atau penyelidikan
kepustakaan.
PEMBAHASAN
1
M. Iqbal, Pemikiran Politik Ekonomi, (Jakarta : Kencana, 2010),hlm. 16
2
Al-Māwardī, Adab al-Dunyā wa al-Dīn, hal. 3
beliau diangkat menjadi Hakim Agung yang tejadi pada masa kepemimpinan al-
Qa’im bin Amriillah al-Abbasy.3
Meskipun al-Mawardi hidup dimasa disintegrasi, akan tetapi ia tetap
mendapatkan jabatan tinggi. Bahkan pemimpin bani Buwaihi yang terdapat
dibagdhdad mengangkat al-Mawardi sebagai mediator atau diplomasi terhadap
beberapa wilayah kekuasaan Islam yang saling bermusuhan. Kendatipun
memanggu jabatan tinggu, tidak menghalangi beliau untuk memberikan pengajaran
dan juga kegiatannya dalam menulis. Beberapa karya terbesarnya antara lain : Tafsir
al-Quran Karim, al-Amsal, al-Hawi, al-Iqna, Adab ad-Dunya wa Ad-Din, Siyasah al-
Maliki, Nasihat al-Muluk, al-Ahkam as-Sulthaniyah, an-Nukat, dan Siyasah al-Wazarat al-
Maliki. Dari beberapa karya-karyanya tersebut yang merupakan warisan Imam al-
Mawardi, kemudian ia wafat di kota Bagdad pada bulan Rabiul Awal 450 hijriah
atau bertepatan 1058 masehi.4
Al-Māwardi hidup di masa periode ketiga dan keempat Dinasti Abbasiah, di
saat tatanan politik mengalami disintegrasi negara dan kewibawaan khalifah
merosot tajam pada saat itu kekuasaan dinasti Abbasiah di bawah dominasi dan
bayang-bayang kekuatan dinasti Buwaihi yang beraliran Syiah dan kemudian
dinasti Saljuk yang beraliran Sunni. Pada masa itu, disintegrasi politik
mengakibatkan kecurangan-kecurangan dalam bidang administrasi negara, baik
pengangkatan para gubernur maupun pegawai penting di istana. Kolusi ini menjadi
sebuah tradisi dalam negara juga terjadi banyak kekacauan seperti perampokan dan
pencurian di masyarakat sehingga masyarakat mengalami kesusahan dan
penderitaan.5
Merosotnya kekuasaan khalifah Bani Abbas ini disebabkan karena para khalifah
hidup berfoya-foya di tengah kemewahan harta benda, nyanyian, tarian, minuman
keras dan berbagai kesenangan duniawi lainnya. Sehingga al-Mas’udi menuliskan
bahwa hanya khalifah-khalifah yang dilindungi Allah (ma’shum) saja yang
terhindar dari minuman keras dan nyanyian, serta wanita. 6 Al-Māwardi tergolong
sebagai penganut madzhab Syafi'i, namun dalam bidang teologi ia juga mempunyai
kecenderungan kepada pemikiran yang bersifat rasional. Hal tersebut sangat terlihat
dari pertanyaan Ibn al-Salah yang menyatakan bahwa dalam beberapa persoalan
tafsir yang dipertentangkan antara ahli as-Sunnah dan Mu'tazilah, al-Māwardi
ternyata lebih cenderung kepada Mu'tazilah
3
Boedi A, peradaban Pemikir Ekonomi Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 192.
4
Ibid, hlm. 193.
5
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hal. 157
6
Muhammad Nu’man, Konsep Etika alMāwardi, (Jakarta: Pasacasarjana UIN Syarif
Hidayatullah, 2006), hal. 42.
Pemikiran Ekonomi dalam Karya-karya al-Mawardi
Pemikiran ekonomi yang bersumber dari al-Mawardi tercantum setidaknya dan
tiga karya besarnya seperti yang telah diuraikan di atas Berikut karya-karya Imam
al-Mawardi yang masih eksis saat ini :
1. Al-Ahkam as-Sulthaniyyah, buku atau kitab ini membahas tentang
pemeritahan.
2. Qawanin al-Wizarah, buku atau kitab ini membahas tentang ketentuan-
ketentuan kewaziran kementerian.
3. Siyasah al-Mulk, buku atau kitab ini membahas tentang strategi
kepemimpinan raja.
4. Adab ad-Dunya wa ad-Din, buku atau kitab ini membahas tentang tata
krama kehidupan politik, duniawi, dan agamawi.
5. Al-Hawai, buku atau kitab ini membahas tentang yang terhimpun.
6. Al-Iqna, buku atau kitab ini membahsa tentang keikhlasan.
Dari keenam kitab di atas, pemikiran-pemikiran tentang konsep ekonomi,
tertadap dalam tiga kitab, antara lain :
a. Adab ad-Dunyya wa ad-Din, dalam kitab ini imam al-Mawardi memberikan
pandangan tentang prilaku ekonomi seorang muslim serta empat jenis mata
pencaharian utama, yaitu pertanian, peternakan, perdagangan, dan industri.
Kitab Adab ad-Dunya wa ad-Din merupakan karya tasawuf tentang
budiluhur individu dalam perekonomian, melalui epat mata pencaharian
utama, antara lain :
1) Pertanian.
2) Perternakan.
3) Perdagangan.
4) Industri.
Selain itu juga membahas hal yang dapat meruusak budi luhur, yaitu :
ketamakan dalam bentuk penimbutan kekayaan, maupun menuntut
kekuasaan.
b. Kitab al-Hawi, di dalam salah satu bagian kitab ini, ia secara khusus
membahas tentang mudharabah dalam pandangan berbagai mazdhab. Al-
Hawi al-Mudharabah merupakan studi perbandingan berbagai aliran
hukum Islam tenang mudharabah (bagi hasil).
c. Al-Ahkam as-Sulthaniyyah, dalam kitab ini, ia banyak menguraikan tentag
sistem pemerintahan dan administerasi negara Islam, seperti hak dan
kewajibab pemimpin terhadap yang dipimpinnya, jenis-jenis lembaga
pemerintahan, input dan ouput atau penerimaan dan pengeluaran
pemerintah, institusi atau lembaga hisbah. 7 Dalam kitab al-Ahkam as-
Sulthaniyah tentang pemerintahan dan administrasi yang berisi : 1)
Kewajiban penguasa, 2) Penerimaan dan pengeluaran publik, 3) Tanah
publik, 4) Tanah umum (cammon), 5) Preogratif negara untuk menghibahkan
tanah, 6) Preogratif negara untuk mengawasi pasar, dan 7) Tugas dan fungsi
muhtasib, yaitu, Mengawasi pasar, Menjamin kebenaran timbangan dan
ukuran, dan Mencegah penyimpangan transaksi transaksi dagang dan
pengrajin dari ketentuan syariah.
Dari ketiga karya tulis tersebut, para peneliti ekonomi Islam sepakat
menyatakan bahwa al-Ahkam as-Sulthhaniyah merupakan kitab paling
konprehensif dalam mempresentasikan pokok-pokok pemikiran ekonomi al-
Mawardi.
7
Adiwarman A. Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2015),
hlm. 301.
dibutuhkan untuk perkembangan perekonomian dan kesehtraan masyarakat secara
umum.
Keuangan publik dalam perspektif Imam al-Mawardi dalam kitabnya al-Ahkam
as-Silthaniyah wa al-Wilayah ad-Diniyah mengemukakan bagaimana sumber
penerimaan suatu negara. Keuangan publik membahas kegiatan pemerintah
didalam mencari sumber-sumber dana (sources of fund) dan kemudian bagaimana
dana-dana tersebut digunakan (uses of fund) untuk mencapai berbagai tujuan
pemerintah. Terdapat dua aspek yang dibahas dalam keuangan publik menurut
pandangan Imam al-Mawardi dalam kibatnya al-Ahkam as-Sulthaniyah wa al-
Wilayah ad-Diniyyah yaitu fungsi dari bait al-Mal dan kebijakan fiskal. Al-Mawardi
juga menekankan pemerintah wajib mengakonodasi biaya pembelajaan pada sistem
layanan publik, karena hal ini merupakan fardu Kiffayah (kewajiban sosial).
2. Kebijakan Fiskal
Dalam pandangan Imam al-Mawardi kebijakan fiskal memiliki peranan penting
jika dibandingkan dengan kebijakan moneter. Hal tersebut dapat dilihat dari
kewajiban muslim dalam membayar zakat serta adanya larangan riba. Dengan
begitu, kebijakan fiskal dalam konteks ekonomi islam bertujuan untuk
memaksimalkan kesejahteraan masyarakat luas yang didasarkan oleh distribusi
kekayaan berimbang dengan cara menempatkan nilai-nilai materil serta spiritual
pada tingkatan yang sama. Hal tersebut kembali dijelaskan oleh Imam al-Mawardi
bahwa pendapatan agregat yang besar itu bukan sebagai patokan kesuksesan
keuagan jika dalam pengumpulannya terdapat kedzaliman dan begitu pulan jika
mendapatkannya dengan cara curang.8
Kebijakan fiskal adalah salah satu perangkat kebijakan ekonomi makro dan
merupakan kebijakan utama pemerintah yang diiplementasikan melalui APBN.
Kebijakan fiskal dalam sistem ekonomi Islam memegang peranan penting
dibandingkan kebijakan moneter, Hal ini terlihat dengan adanya kewajiban zakat
dan larangan riba. Ini mengindikasikan bahwa kebijakan fiskal dalam konsep
ekonomi Islam bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan seluruh masyarakat
yang didasarkan atas distribusi kekayaan berimbang dengan menempatkan
nilainilai materil dan spiritual pada tingkat yang sama9
Hal ini ditegaskan oleh al-Māwardī bahwa pendapatan agregat (aggregate
income) yang besar bukan menunjukan kesuksesan keuangan jika dalam
pengumpulanya terdapat kezaliman begitu juga jika dalam mendapatkanya dengan
8
Al-Mawardi, adab ad-Dunya wa ad-Din, trj. Ibrahim su’aib, Etika Agama dan Dunia, (Bandung :
Pustaka Setia, 2002), hlm. 100-101.
9
Nasution, Mustafa, Edwin. (2012). Pengenalan Eklusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
kecurangan. Dari sini kita pahami bahwa tujuan fiskal Islam tidak semata untuk
mendapatkan kesejahteraan yang diukur dengan kekayaan material yang
didapatkan pada setiap tahun dan bisa diukur dengan statistik pendapatan nasional
seperti pada keuangan konvensional. Tetapi lebih dari itu, keuangan Islam bertujuan
mengantarkan manusia kepada real welfare kesejahteraan rohani di dunia dan
akherat 10
Kebijakan fiskal berkaitan erat dengan penerimaan dan pengeluaran suatu
negara. Peneriamaan dan pengeluaran negara dalam perspektif Imam al-Mawardi
sebagai berikut :
a. Penerimaan yang bersumber dari pendapatan tidak resmi, seperti : zakat,
ghanimah, dan fai’. Sedangkan pengeluaran dari sumber pendapatan ini
adalah sebaggai amanah untuk tujuan khusus yang telah ditetapkan
sesuai dengan syariat. Misalnya untuk kebutuhan masyarakat dalam hal
perdagangan.
b. Penerimaan yang bersumber dari pendapatan resmi, sepert : jizyah,
kharaj, ushr (bea cukai), kekayaan alam (SDA), pendapatan lainnya
semisal : hibah, wakaf, harta yang illegal, harta waris yang tidak ada alhi
warisnya, dan lain sebagainya. Sedang pengeluaran dari sumber
pendapatan ini adalah 1) diperuntukan untuk gaji para tentara, guru,
imam, serta perbiayaan oprasional pertahanan. Dan 2) pengeluaran
untuk kemaslahatan dan pembangunan sarana prasana.
c. Penerimaan yang bersumber dari utang. Sedangkan pengeluaran dari
sumber penerimaan utang ini diperuntukan guna menutupi deficit
anggaran pada pengeluaran rutin.
d. Penerimaan yang bersumber dari pajak. Sedangkan pengeluaran dari
sumber penerimaan pajak ini adalah untuk menuttupi deficit anggaran
pada biaya pembangunan.
13
Boedi A, peradaban Pemikir Ekonomi Islam, hlm. 200.
SIMPULAN
Pada dasarnya, konsep pemikiran ekonomi Islam al-Mawardi berlandaskan
syariah dan sesuai dengan zamannya, meliputi sosial, ekonomi, dan dasar-dasar
yang kuat terhadap ekonomi itu sendiri. Dengan karya yang sangat termashur
meliputi 3 kitab yang juga masih eksis sampai sekarang berisikan mengenai
persoalan politik serta tata negara dalam bingkai islam yaitu kitab al-Ahkam al-
Sulthaniyah wa al-Wilayah ad-Diniyah, menunjukan keseriusannya dalam
pembahasan persoalan politik serta tata negara dalam bingkai islam yang salah
satunya membahas mengenai keuangan public serta kebijakan fiskal.
DAFTAR PUSTAKA