Anda di halaman 1dari 30

PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

BAQIR ASH SHADR DAN PEMIKIRAN ISLAM


KONTEMPORER

Sri Rahayu
Prodi Hukum Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Agama Islam Sabili Bandung
Kota Bandung Jawa Barat
Email : ayuyayu107@gmail.com

Abstrak

Menurut Baqr Sadr, ekonomi Islam adalah jalur atau jalan yang dipilih Umat Islam hidup
untuk mewujudkan kehidupan ekonomi mereka dan secara internal memecahkan masalah
keuangan praktis menurut pendapat hukum mereka. Bagi Sadr, Islam tidak peduli dengan
hukum penawaran dan permintaan, begitu juga dengan itu hubungan keuntungan dan
bunga, fenomena pengembalian yang semakin berkurang, yang merupakan ilmu
pengetahuan Bisnis. Seperti iqtishoduna sebagai masterpis mengungkapkan bagaimana
seharusnya Ekonomi Islam berjalan. Beberapa poin utama pemikiran ekonomi disertakan di
sini Buku itu mencakup, antara lain, teori produksi dan distribusi, yang hampir pihak ketiga
bergabung dalam percakapan. Juga pemikiran finansial Tidak mungkin menerapkan Islam
tanpa peran pemerintah dalam bidang ekonomi Peran pemerintah, menurut pemahaman
Sadr, adalah salah satu upaya Mewujudkan kesejahteraan sebagai pusat kehidupan
manusia. Dua tugas pemerintah Dalam hal ini, penting untuk mencapai keamanan dan
keseimbangan sosial-sosial

Kata kunci: Pemikiran Ekonomi Muhammad Baqir Ash-Sadr dan Pemikiran Islam
Kontemporer

A. PENDAHULUAN

Dewasa ini, perdebatan ilmiah yang berkembang di dunia Islam semakin meningkat di
garis depan menanggapi tantangan yang dihadapi komunitas ilmiah Barat. Di masa lalu Pada
abad ke-20 menghadapi tantangan para pemikir Barat, intelektual Islam lebih menyesal Ini
karena ijtihad dan pintunya tertutup penurunan dan kurangnya studi filosofis, terutama di
dunia Muslim Sunni Pengetahuan tentang karya-karya pemikir Barat di kalangan pemikir
Muslim. Muhammad Baqir Ash-Shadr adalah satu dari sedikit tokoh muslim yang bisa
berbicara fluiditas pemikiran Barat. Ia menepis rasa apologetika yang diasosiasikan dengan
para pemikir Islam kejelasan dan kecerdasan. Dia tahu karya para pemikir dengan sangat
baik Islam klasik dan modern, tetapi ia juga memahami pemikiran Barat mengembangkan
Dalam karya-karyanya yang terkenal, yaitu Falsatuna dan Iqtishaduna, ia dengan fasih
mengungkapkan kritiknya terhadap pemikiran Barat seperti Karl Marx, Descartes, John
Locke dan lain-lain. Falsafatuna dan Iqtishaduna mengangkat Baqir Ash-Sadr menjadi ahli
teori kebangkitan Islam yang besar. Sistem filsafat dan ekonomi alternatif ini sempurna dari
komunitas dan institusi. Dalam Falsafatuna dan Iqtishaduna, Baqir Ash-Sadr Kami ingin
menyampaikan kritik serius terhadap arus Marxisme dan kapitalisme. buku ini
menyampaikan tanpa keraguan baik dari segi struktur dan metodologi kontribusi yang paling
serius dan dihormati di bidang ini. Dengan Oleh karena itu, tujuan penulis menulis artikel ini
adalah untuk mencoba menjelaskan ide-ide tersebut Ekonomi Baqir Ash-Sadr.1

B. Metode Penelitian

a. Deskriftif: penelitian ini mendeskripsikan peristiwa atau kejadian pada pemikiran


ekonomi di masa Baqir Shadr.

b. Literatur: penulis banyak membaca buku dan mendapatkan informasi dari internet
dan sosial media.

C. Hasil Penelitian

A. PEMIKIRAN EKONOMI BAQIR AL-SHADR

Sejak abad ke-14 M, khususnya setelah Ibnu Khaldun dan al-Maqriz, pemikiran
ekonomi Islam mengalami stagnasi. Ini ditandai dengan kurangnya pekerjaan ekonomi.
Situasi seperti ini sejalan dengan situasi dan kondisi seluruh dunia Islam yang sedang
memasuki era kegelapan dan kemunduran. Khazanah spiritual umat Islam sedang
mengalami “kebangkitan yang terputus-putus” yang sulit untuk dibangkitkan dan
dihidupkan kembali.

Kemunduran dunia Islam semakin mencapai puncaknya pada abad ke-18 dan ke-19
Masehi. Saat ini Eropa sedang memasuki era yang dikenal dengan Renaissance dan dunia
Islam sedang mengalami era kegelapan. Situasi di dunia Islam semakin mencekam ketika
Barat mulai melakukan gerakan imperialis dimana beberapa negara Eropa mulai menjajah
negara-negara Islam. Nyatanya, kolonialisme Barat ini belakangan juga datang ke Timur
Tengah. Ekspansi Barat ke Timur Tengah ini dimulai ketika Turki Usmani mengalami
kemunduran sedangkan Barat maju di segala bidang seperti perdagangan, ekonomi, industri
militer dan teknologi militer. Kekalahan besar Turki Ottoman dalam invasi Eropa ke Wina
pada tahun 1683 M. menjelaskan kepada Barat bahwa Kekaisaran Ottoman telah lama
mundur. Sejak itu, Kesultanan Utsmaniyah berulang kali terkena serangan besar-besaran dari
barat.
1
Choiriyah, jurnal pemikiran ekonomi Muhammad Baq.hlm 3
Bergantung pada situasi dan kondisi dunia Islam, perkembangan intelektual juga
mengalami “kebangkitan yang terputus-putus”. Kebangkitan dunia Islam setelah beberapa
negara muslim membebaskan diri dari imperialisme Barat. Kebangkitan dan perkembangan
intelektual Islam juga terjadi pada masa itu. Syed Muhammad Baqir al-Sadr terlahir sebagai
intelektual Muslim yang tertarik dengan ekonomi Islam. Ada beberapa alasan mengapa
pemikiran ekonomi Muhammad Baqir al-Shadri mendapat bab tersendiri. Pertama, Baqir al-
Sadr adalah mazhab Syiah, dan pemikiran ekonomi belum banyak dipelajari dari perspektif
Syiah. Kedua, pemikiran ekonomi Baqir al-Sadr yang dituangkan dalam Iqtishaduno
memiliki ciri tersendiri dibandingkan dengan pemikiran ekonomi lainnya, terutama ketika
mengkritik sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme. Ketiga, Baqir al-Sadr adalah seorang
ekonom yang tidak pernah mempelajari ilmu ekonomi di Barat, dan pemikiran ekonominya
hanyalah hasil refleksi pemikiran yang menyatu antara paham keagamaannya dengan realitas
ekonomi yang berlaku.

a. Biografi Baqir al-Shadr

Syed Muhammad Baqir al-Sadr adalah seorang ulama, filsuf dan pendiri ideologi Partai
Dakwah Islam (Hizbul Da wat al Islamiyahj Kazimiyah Irak). Ta lahir pada tanggal 25 Dzul
Hijjah 1353 H/1. Maret 1934. Ia berasal dari keluarga religius yang dibuai untuk mempelajari
alam selama puluhan tahun. Ayahnya, Haydar al-Sadr, adalah seorang ulama Syrah senior
terkemuka.

Pada tahun 1365 H, pada usia 12 tahun, ia menetap di Najaf (rak) dan mulai mempelajari
dan mengajarkan prinsip-prinsip hukum Islam dan cabang ilmu Islam lainnya. Dia memiliki
kemampuan belajar yang luar biasa sehingga dia memahami sepenuhnya pelajaran itu sendiri
tanpa bantuan gurunya. Pada usia 12 tahun, ia mulai mempelajari kitab Ma'lim al-Usul di
bawah asuhan saudaranya Syed Ismail al Sadr.

Baqir al-Sadr menyelesaikan pendidikan agamanya di enam seminari agama di bawah al-
Khoei dan Muhsin al-Hakim. Kemudian menjadi penulis profil, ia menulis 26 buku dan
banyak artikel di berbagai bidang termasuk hukum Islam, tafsir, filsafat, logika, sejarah,
teologi, budaya dan ekonomi. Beberapa buku ini (Arab) telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Persia, Inggris, Urdu dan Turki.

b. Karya Baqir al-Shadr

Karena pemahamannya yang komprehensif tentang ekonomi, politik, dan seni,


Muhammad Baqir Sadr juga sangat dihargai dalam studi filsafat dan pemikiran di pusat-pusat
studi Islam di Barat. Dia membuat karya-karya penting, mis. (1) Falsafetund, yaitu kitab
yang secara komprehensif menjelaskan epistemologi Islam dan membantah beberapa
2
pandangan filosofis barat seperti empirisme. Materialisme, Marxisme dan dialektika Hegel;
(2) iqtishddund, yaitu kitab yang menjelaskan sistem ekonomi Islam secara komprehensif
2
Yadi janwari, pemikiran ekonomi islam.hlm 275
dan mengkritisi secara argumentatif pandangan-pandangan Marxisme, sosialisme, dan
kapitalisme, (3) Fatdwd al-Wödhihah, yaitu kitab yang memuat pandangan-pandangan
ijtihad. (4) Risdiatund, al-Mursil, al Rasûl, al-Risalah yaitu kitab yang mengkaji kajian sosio-
historis riwayat hidup Nabi (5) Bohts Hawl al-Wildyah yaitu karangan multifaset tentang
aspek kepemimpinan suksesi para Nabi saw ; (6) Bahts Houl al Mahd (7) Fadak fi al Tarikh,
(8) af Bank al-Loribówi, yaitu rangkaian pemikiran Islam tentang sistem perbankan ribawi;
(9) al-Haldgát, yaitu buku perbandingan Ushul-fgh yang menggabungkan metodologi kelas
dengan metodologi modern; (10) Malim fi al-Ushůl, yaitu kitab yang menjelaskan konstruksi
Ushul-fig Syiah berdasarkan penalaran induktif dan sumber tekstual utama; (11) Manhaj al-
Shalih, yaitu kitab yang mencerminkan pandangan modern Mosa (12) al-Madrasah al-
Islamiyyah, yaitu kitab yang menjelaskan mazhab-mazhab dalam Islam; (13) To'liqat ala al-
Asfur, yaitu kitab yang menjelaskan empat kitab perjalanan Sadra yang mulia; (14) al-Insan
al-Mu'ashir wa al-Muskilah al-Limaiyyah; (15) Manabi al-Qudrah fi Dowlah al-Islam, yaitu
kitab yang menjelaskan sumber-sumber kekuasaan dalam negara Islam.

Buku Muhammad Baqir al-Shadri tentang keuangan adalah buku Iqtishaduna (keuangan
kita). Muhammad Baqir al-Shadr mengkritik doktrin ekonomi yang ada di Iqtishádunâ:
kapitalisme dan sosialisme dan menghadirkan ekonomi Islam sebagai alternatif dari kedua
sistem tersebut. Buku ini awalnya ditulis dalam bahasa Arab tetapi kemudian diterjemahkan
ke dalam bahasa Inggris oleh WOFIS (World Organization for Islamic Services). Kitab
Iqtisháduna ditulis dalam bahasa Arab dan edisi kedua lebih dari 700 halaman. Isi buku ini
dibagi menjadi tiga bagian utama: Sekitar 200 halaman didedikasikan untuk Marxisme, 40
halaman untuk kapitalisme dan 460 halaman sisanya untuk ekonomi Islam. Ini menunjukkan
betapa Baqir al-Sadringis berbicara tentang Marxisme dibandingkan dengan kapitalisme dan
tentu saja betapa setianya dia pada sistem Islam. Baqir al-Sadr mengkritik tajam Marxisme,
bahkan menyimpulkan bahwa ekonomi ini bertentangan dengan filosofinya sendiri. Menurut
Ar al-Sadr, kapitalisme berbasis kebebasan tidak memberi individu sumber keuangan atau
meningkatkan daya beli untuk beroperasi secara ekonomi secara bebas. Oleh karena itu,
kebebasan pasar dalam sistem kapitalis terbatas karena tidak mengarah pada kebebasan
ekonomi.

c. Pemikiran Ekonomi Baqir al-Shadr

Seperti disebutkan di atas, pemikiran ekonomi Baqir al-Shadr tercermin dalam karya
monumentalnya, yaitu kitab Iqtishädund. Secara kasar, pemikiran ekonomi Baqir al-Shadr
dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu: (1) kritik terhadap sistem ekonomi Marxisme;
(2) kritik terhadap sistem ekonomi kapitalisme dan (3) pemikiran ekonomi Islam.

1. Kritik Baqir al-Shadr terhadap Marxisme

Menurut Baqir al-Shadr, ekonomi memiliki dua aspek yaitu ekonomi dan ekonomi.
Ekonomi adalah ilmu yang menjelaskan kehidupan ekonomi, peristiwa ekonomi dan
fenomena ekonomi, dan menghubungkan peristiwa dan fenomena tersebut dengan penyebab
umum dan faktor-faktor yang mengendalikannya. Pada saat yang sama, doktrin ekonomi
mengacu pada cara orang lebih suka mengendalikan kehidupan ekonomi dan memecahkan
masalah praktis. 365 Perbedaan keduanya terletak pada ideologi keadilan sosial. Baqir al-
Shadr menulis: “Doktrin ekonomi terdiri dari semua aturan dasar kehidupan ekonomi yang
terkait dengan ideologi keadilan sosial. Dan sains (ekonomi) terdiri dari teori apa pun yang
menjelaskan realitas kehidupan ekonomi terlepas dari ideologi atau cita-cita asli. keadilan.”

Dengan latar belakang tersebut, Baqir al-Shadr mengklasifikasikan ekonomi Marxis ke


dalam materialisme historis (ilmu Marxis) dan sosialisme dan komunisme (iman Marxis).
Pada saat yang sama, keyakinan Marxis mengacu pada sistem sosial yang memiliki
panggilan dan Marxisme untuk mewujudkan dirinya dan mengarah pada kemanusiaan.

Marxisme menegaskan bahwa bahan mentah milik alam tidak memiliki nilai tukar. Nilai
tukar bahan mentah alami hanya muncul melalui peningkatan tenaga kerja manusia. Marx
menulis: "Ambil dua komoditas, katakanlah biji-bijian dan besi. Rasio di mana keduanya
dapat dipertukarkan adalah berapa pun, dan rasio itu selalu dapat diwakili oleh persamaan
yang menyamakan jumlah biji-bijian tertentu dengan jumlah besi tertentu Contoh: 1 liter
jagung = x cwt besi Persamaan ini memberitahu kita bahwa dalam dua kasus yang berbeda 1
liter jagung dan x cwt besi adalah umum, bahwa kedua jumlah yang sama harus sama dengan
sepertiga, yang dengan sendirinya bukan atau yang lain Jika kita mengabaikan nilai pakai
barang, mereka hanya memiliki satu properti lagi, yaitu produk kerja. Oleh karena itu,
pekerjaan adalah dasar dari nilai tukar. Namun, hukum Marxisme ini tidak berlaku untuk
penimbunan, seperti halnya tidak berlaku untuk beberapa produk teknis dan monumental,
seperti piring yang dibuat oleh seniman yang sangat terampil, atau surat tulisan tangan yang
ditulis ratusan tahun yang lalu. kemudian.

Menurut Baqir al-Shadri, pekerjaan tidak didasarkan pada nilai tukar. Dia berargumen
bahwa dua orang dapat memperoleh dua nilai tukar yang berbeda untuk komoditas yang
sama dalam periode waktu yang sama karena kemampuan intelektual yang berbeda,
keinginan untuk mengalahkan yang lain, dan jenis perasaan yang ada dalam pikiran mereka
tentang objek tertentu. Misalnya, dua pelukis memiliki waktu satu jam untuk melukis,

Tapi bakat alami yang lain membuat gambar yang dia lukis lebih menarik dari pada yang
lain. Dengan demikian, Baqir al-Sa menganggap tenaga kerja sebagai faktor heterogen yang
mencakup area bisnis dengan kepentingan dan skala yang berbeda-beda, dan menganggapnya
bodoh untuk mengukur tenaga kerja secara countertative dan numerik. Selain itu, Baqir al-
Shadr mengatakan bahwa dimungkinkan untuk menukar produksi, baik secara teknis atau
3
monumental, dengan harga yang lebih tinggi daripada yang digunakan untuk itu dalam
bentuk tenaga kerja. Misalnya, sebuah surat sejarah penting dapat ditukar dengan buku
sejarah al-Kamil. Jika pertukaran serupa dimungkinkan, kesamaan apa yang mereka miliki
3
Yadi janwari, pemikiran ekonomi islam.hlm 282
selain pekerjaan? Artinya, ada lebih banyak hal di antara mereka daripada sekadar pekerjaan.
Demikian pula, Baqir al-Shadr berpendapat bahwa Marxisme tidak dapat menjelaskan
penurunan nilai tukar suatu komoditas dalam kaitannya dengan penurunan keinginan atau
permintaan kolektif untuk komoditas tersebut. Nilai barang turun meskipun kerja kolektif
tetap sama. Baqir al-Shadr berpendapat bahwa tingkat utilitas suatu komoditas dan sejauh
mana pemenuhan kebutuhan komoditas tersebut berpengaruh pada struktur nilai tukar.

Baqir al-Shadr menyimpulkan bahwa kerja bukanlah keinginan umum manusia yang
merupakan faktor umum antara dua hal. Ketika keinginan akan barang tertentu meningkat,
berapa pun harga dapat dibayar untuk mendapatkannya. Jadi tidak ada kerja, melainkan
keinginan manusia berdasarkan pertukaran barang. Baqir al-Shadr menulis: “Jadi ada
keinginan kolektif untuk tempat tinggal dan sandang. Keinginan ini karena kegunaan dan
manfaatnya. Dengan demikian, meskipun keuntungan yang diperoleh berbeda-beda, namun
hasil yang diperoleh sama antara yang mewakili keinginan rakyat.Menurut Marxisme, sistem
ekonomi kapitalis muncul sebagai akibat runtuhnya sistem ekonomi feodal. Ketika Marxisme
menganalisis kapitalisme dari perspektif sejarah, ia menganggap akumulasi modal primer
sangat penting. Ini menjungkirbalikkan pandangan tradisional tentang ekonomi politik, yang
menurutnya produksi modal, dan kekayaan yang dibutuhkannya, adalah hasil kecerdasan,
penghematan, dan pemerintahan yang baik dari suatu kelas sosial. Menurut Marx, "Gerakan
sejarah ini diselesaikan dengan perbudakan, dengan perampokan bersenjata, karena dalam
pelaksanaannya tidak ada tangan yang terlibat dalam perencanaan intelijen ekonomi, seperti
yang diyakini oleh para pemimpin bisnis politik tradisional."

Menurut Baqir al-Shadr, deskripsi Marxis tentang munculnya kapitalisme tidak berlaku
untuk masyarakat seperti Jerman, di mana sekelompok besar tuan feodal membangun pabrik,
memerintah dan membiayai diri mereka sendiri dengan pendapatan feodal yang mereka
terima. Tidak ada kekerasan atau gerakan kekuasaan. Demikian pula dengan kapitalisme
komersial Italia, yang sangat diuntungkan oleh demokrasi komersial Italia, seperti di
Venesia, Genoa, dan Firenze, karena kelas pedagang urban muncul sebelum kebangkitan
kapitalisme industri. Para pedagang ini mendapat untung besar berdagang dengan negara-
negara Timur selama Perang Salib. Keuntungan mereka meningkat karena hubungan
persahabatan mereka dengan penguasa Mesir dan Syria. Berdasarkan keuntungan itu, mereka
mendirikan pabrik-pabrik besar. Inilah bagaimana kapitalisme berkembang tanpa kekerasan."

Lebih lanjut Baqir al-Shadr mengatakan bahwa penjelasan yang diberikan Marxisme
atas munculnya kapitalisme dianggap mutlak. Kemudian ia berkonflik dengan materialisme
historis. Bagaimana, menurutnya, kaum Marxis dapat mengatakan bahwa alasan akumulasi
modal primer dan keberadaan historis kelas kapitalis adalah kekuatan eksploitasi dan
penaklukan, yang dengan sendirinya merupakan alasan alam yang tidak ekonomis? Memang,
menurut Baqir al-Shadri, Marx menghancurkan logika sejarahnya sendiri dan secara implisit
mengakui bahwa pembentukan kelas tidak ada secara ekonomi.
2. Kritik Baqir al-Shadr terhadap kapitalisme

Baqir al-Shadr membagi ekonomi kapitalis ke dalam aspek ilmiah dan paket doktrinal,
sama seperti dia membagi ekonomi Marxis ke dalam sains dan doktrin. Secara ilmiah,
menurut Baqir al-Shadri, dalam upaya menjelaskan jalannya kehidupan dan peristiwa
ekonomi secara objektif berdasarkan stabilitas dan analisis,

Doktrin kapitalis adalah sistem sosial kapitalisme, dan untuk menerapkannya didasarkan
pada kemanusiaan.31 Baqir al-Shadr menjelaskan bahwa pada kelahiran ekonomi kapitalis,
para ekonom diatur oleh dua gagasan. Pertama, hasil kehidupan ekonomi sesuai dengan
hukum alam tertentu yang mengatur semua unit ekonomi dalam masyarakat. Oleh karena itu,
tugas seorang ekonom adalah menemukan hukum untuk menjelaskan berbagai fenomena dan
peristiwa ekonomi yang terjadi dalam kehidupan manusia. Kedua, hukum alam adalah
jaminan kebahagiaan manusia; asalkan dilakukan dalam lingkungan yang bebas dan bebas
bagi semua anggota masyarakat untuk memiliki, menggunakan dan mengkonsumsi. 382 ide
pertama, menurut Baqir al-Shadr, meletakkan dasar ilmiah ekonomi kapitalis, sedangkan
yang kedua meletakkan dasar ajarannya.

Menurut Baqir al-Shadri, para pemikir ekonomi pada masa itu meyakini bahwa kedua
konsep tersebut berkaitan erat. Oleh karena itu, membatasi kebebasan individu dan
mencampuri urusan ekonomi negara dianggap sebagai kejahatan terhadap hukum alam, yang
bagaimanapun tidak masuk akal lagi, karena hukum alam tidak pernah gagal dalam keadaan
apa pun. Itulah mengapa merupakan kesalahan untuk menganggap kebebasan kapitalis
sebagai ekspresi hukum alam dan menganggap pelanggarannya sebagai kejahatan.

Baqir al-Shadri, hukum kodrat bekerja tanpa interupsi dalam segala keadaan, terlepas
dari tingkat kebebasan kepemilikan, eksploitasi, dan konsumsi individu. Kadang-kadang efek
dari hukum-hukum ini bervariasi sesuai dengan kondisi yang berbeda dan keadaanya.
Mungkin juga bahwa hukum alam memiliki efek yang berbeda dan dihasilkan dari situasi
dan keadaan yang berbeda. Oleh karena itu, menurut Baqir al-Shadr, bertentangan dengan
doktrin Marxis, ekonomi kapitalis bukanlah hasil dari ekonomi yang dibangun oleh kapitalis,
dan nasibnya tidak bergantung pada tingkat keberhasilan aspek ilmiah dalam menjelaskan
realitas objektif. Doktrin bergantung pada seperangkat nilai moral dan beberapa nilai praktis,
yang harus dianggap hanya sebagai kriteria untuk membuat penilaian mendukung atau
menentang.4

Selain itu, Bagir al-Shadr juga menegaskan bahwa meskipun doktrin kapitalis tidak lahir
dari pembentukan dan keberadaan hukum-hukum ilmiah di bidang ekonomi, namun hukum-
hukum ilmiah ekonomi kapitalis dipengaruhi oleh doktrin kapitalis. Untuk menjelaskan hal
ini, Baqir al-Shadr membagi hukum-hukum ilmiah ekonomi menjadi dua kelompok. Hukum
alam pertama; yang mirip dengan hukum ilmiah lain yang ditemukan oleh ilmu alam dan,

4
Yadi janwari, pemikiran ekonomi islam.hlm 294
seperti hukum umum pembatasan, tidak ada hubungannya dengan kehendak manusia. Kedua
undang-undang tersebut meningkatkan pendapatan. Jenis hukum kedua ini terkait dengan
kehendak manusia, seperti hukum permintaan dan penawaran dan hukum imbalan besi.

Kehendak seseorang, komentar Baqir al-Shadr, ditentukan dan dikondisikan oleh gagasan
dan persepsi dominan serta ideologi doktrinal masyarakat tempat dia tinggal. Oleh karena itu,
kedua jenis hukum tersebut dapat berubah dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya,
karena masyarakat berbeda dalam faktor-faktor yang menentukan karakter dan nilai-nilai
praktisnya dalam kehidupan. Dia menunjukkan bahwa hukum ekonomi kapitalis memiliki
sifat yang berbeda. Mereka dipengaruhi oleh semua faktor yang mempengaruhi kehendak
dan kecenderungan manusia. Ambil, misalnya, hukum besi tentang upah, yang menurutnya
ketika upah pekerja naik, demikian juga pasokan mereka karena kenaikan standar hidup
mereka, tetapi ketika situasinya berbalik, upah turun ke tingkat alaminya. Hal ini
menyebabkan kesengsaraan dan penyakit yang meluas, mengurangi jumlah mereka dan
meningkatkan upah.

Baqir al-Shadr percaya bahwa setiap sistem ekonomi memiliki dua aspek, yaitu aspek
ilmiah dan aspek doktrinal: aspek ekonomi Marxisme adalah materialisme historis,
sedangkan aspek doktrinal terdiri dari sosialisme dan komunisme. Materialisme historis,
sebagai interpretasi sejarah menurut satu faktor (ekonomi), tidak menjelaskan sebagian besar
peristiwa sejarah dan sosial yang merupakan hasil dari faktor sosial, politik, agama, dan
psikologis.

Teori buruh Marx juga memiliki banyak celah. Ini tidak berlaku untuk pembelian hamster
dan beberapa produksi monumental dan teknis serta fluktuasi penawaran dan permintaan.
Shadr menjelaskan bahwa pertukaran antar barang bukanlah kekuatan manusia melainkan
kehendak manusia. Demikian pula doktrin Marxis, yaitu sosialisme dan komunisme, tidak
dapat ditarik dari perkembangan sejarah dan sosial. Sangat mungkin kapitalisme akan
digantikan oleh masyarakat yang berlandaskan ideologi yang berbeda dengan sosialisme,
karena sejarah membuktikan bahwa banyak masyarakat diciptakan karena alasan militer,
politik dan agama. Namun, jika sosialisme mengambil bentuk praktis, itu akan menciptakan
kelas baru yang tidak konsisten, karena individu secara alami berbeda dalam kemampuan
fisik dan mental, sedangkan prinsip pembagian tahapan sosialis adalah "untuk masing-
masing sesuai dengan perbuatannya".

Ini mengarah pada distribusi produksi antara kelas yang berbeda dan menghasilkan yang
baru. Demikian pula, harapan Marxis bahwa sosialisme akan digantikan oleh komunisme
tidak berarti bahwa kelas akan membawa perubahan ini, karena ada kelas dalam fase sosialis.
Namun, jika pengendalian diri kemudian hilang, itu akan bertentangan dengan sifat manusia.
Baqir al-Shadr membuat argumen penting tentang bagaimana pemerintahan tahap sosialis
dapat menghadapi pukulan mautnya sementara semua pemerintah lain di bumi mematuhi
tengah dan mempertahankan keberadaan politik mereka hingga saat-saat terakhir hidup
mereka.

Ekonomi kapitalis, seperti ekonomi Marxis, memiliki dua aspek; Aspek ilmiah dan
doktrinal. Namun, hukum ekonomi kapitalis bersifat doktrinal karena dipengaruhi oleh
kehendak manusia dan berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Hukum alam
suatu sistem bersifat universal dan tidak terkandung dalam sistem tertentu. Fitur luar biasa
dari ekonomi kapitalis adalah bahwa ia menawarkan kebebasan tak terbatas kepada setiap
individu untuk memiliki, mengkonsumsi, dan mengeksploitasi. Namun, kebebasan yang
tidak terkendali tersebut telah menyebabkan banyak masalah keuangan seperti: Kemiskinan,
kelaparan, inflasi, distribusi kekayaan yang tidak merata, dan keterbelakangan ekonomi.
Bahkan, membuka peluang bagi si kaya untuk mengeksploitasi si miskin. Meskipun tingkat
produksi meningkat secara signifikan di bawah kapitalisme, produksi tidak meningkat
berlipat ganda. Distribusi yang memadai menjamin kesejahteraan individu dan mendorong
kesejahteraan sosial.

3. Pemikiran ekonomi Islam

Menurut Baqir al-Shadri, ekonomi Islam adalah sistem sarat nilai yang melayani
kebutuhan baik si kaya maupun si miskin. Nilai-nilai etika yang bersumber dari ajaran Islam
sangat berbeda. Argumen Baqir al-Shadri konsisten dengan argumen para ekonom dan ulama
Islam lainnya pada umumnya. Dalam kajiannya tentang ekonomi Islam, pemikiran ekonomi
Baqir al-Shadri membagi pokok bahasan tersebut menjadi enam bagian utama sebagai
berikut:

(1) struktur umum ekonomi Islam;

(2) ekonomi Islam sebagai bagian dari sistem umum;

(3) kerangka umum ekonomi Islam;

(4) ekonomi Islam bukanlah suatu disiplin ilmu;

(5) Dakwah dari perspektif Islam; dan 5

(6) masalah ekonomi dari perspektif Islam.

a. struktur umum ekonomi Islam

Menurut Baqir al-Shadr, bangunan umum ekonomi Islam terdiri dari tiga unsur utama,
yaitu kepemilikan ganda, kebebasan ekonomi terbatas, dan keadilan sosial. Struktur ekonomi
Negara Islam terdiri dari aset swasta dan publik. Ini tidak berarti bahwa struktur ekonomi
suatu negara Islam merupakan kombinasi antara kapitalisme dan sosialisme. Baqir al-Shadr

5
membantah kesalahpahaman ini. Menurutnya, Islam tidak setuju dengan kapitalisme yang
menganggap kepemilikan pribadi sebagai prinsip dasar, dan tidak melihat sosialisme sebagai
prinsip umum kepemilikan publik. Hak pribadi dan milik umum dalam Islam berasal dari
keyakinan fundamental Islam. Dengan cara yang sama, kepemilikan pribadi dalam sistem
kapitalis dan kepemilikan publik dalam sistem sosialis dipertahankan sebagai kesimpulan
logis dari keyakinan ideologis dan filosofis mereka. Ekonomi Islam adalah kesimpulan logis
dari ideologi Islam. Oleh karena itu, untuk membenarkan kepemilikan pribadi dan publik
dalam Islam, seseorang harus memahami hak dan kewajiban individu dan negara di
dalamnya.392 Dengan cara ini, Baqir al-Shadr membedakan ekonomi Islam dari kapitalisme
dan sosialisme. Elemen lain dari ekonomi Islam adalah kebebasan terbatas yang diberikannya
kepada individu di bidang ekonomi. Menurut Baqir al-Shadr, pembatasan kebebasan
didasarkan pada beberapa nilai moral dan keyakinan spiritual Islam. Dia membedakan dua
jenis larangan. Pertama, keterbatasan pribadi yang dipaksakan oleh diri sendiri dan
merupakan akibat dari pengaruh spiritual dan ideologis Islam terhadap kepribadian. Kedua,
tujuan restriktif, yang merupakan manifestasi dari kekuatan eksternal, menentukan dan
mengatur perilaku sosial dalam masyarakat Islam.

Batasan pribadi yang berkembang dalam masyarakat Islam dalam bayang-bayang


pendidikan khusus individu dan menurut Baqir al-Shadri menunjukkan hasil yang dinamis
pada masa awal Islam.393 Batasan objektif dalam Islam didasarkan pada prinsip bahwa tidak
ada kebebasan individu terkait dengan . satu dengan yang lain melanggar tindakan syariah.
Menurut Baqir al-Shadri, realisasi prinsip ini memanifestasikan dirinya dalam dua cara.
Pertama, Syariah melarang kegiatan ekonomi dan sosial tertentu yang bertentangan dengan
cita-cita dan nilai-nilai Islam, seperti riba dan monopoli. Kedua, Syariah memberdayakan
para penguasa (wali al-amr) untuk memantau aktivitas publik dan campur tangan untuk
kepentingan sosial lebih lanjut,

Menurut Baqir al-Shadri, penguasa Islam tidak dapat melakukan sesuatu yang halal
atau haram, tetapi dia masih berhak untuk ikut campur dalam kegiatan yang diizinkan di
bawah Syariah Islam. Dengan demikian, ia dapat melarang atau mengizinkan suatu tindakan
yang sesuai dengan cita-cita masyarakat Islam. Dalam hal ini, Baqir al-Shadr menyebutkan
campur tangan Nabi. dalam urusan manusia. Ia menyebutkan bahwa Nabi SAW. Dikatakan
bahwa dalam kasus lembah air yang ditujukan ke Palmu, orang-orang Madinah memutuskan
bahwa kelebihan itu harus ditiadakan kepada siapa pun. Dia juga menilai dalam kasus-kasus
yang muncul di antara orang-orang gurun, di mana kelebihan air atau kelebihan rumput tidak
boleh ditahan dari orang lain. Menurut Baqir al-Shadri, hal ini juga diketahui oleh para ahli
hukum, yang menyangkal bahwa memberikan air atau rumput tambahan kepada orang lain
pada umumnya tidak haram, tetapi hanya menunjukkan kekuasaan untuk mencampuri urusan
publik di negara Islam.

Unsur ketiga ekonomi Islam adalah prinsip keadilan sosial, yang diwujudkan dalam
sistem distribusi kekayaan dalam masyarakat Islam. Menurut Baqir al-Shadri, pengertian
keadilan sosial dalam Islam sangat luas sehingga segala aspek selalu terkait dengan konsep
keadilan. Keadilan sosial dalam Islam berusaha untuk mengembangkan masyarakat manusia
yang lebih baik. Menurutnya, bentuk keadilan sosial Islam terdiri dari dua prinsip umum.
Pertama, prinsip “tanggung jawab bersama universal” karena merupakan kewajiban umat
Islam untuk saling membantu pada saat dibutuhkan. Kedua, prinsip "keseimbangan sosial"
berdasarkan fakta bahwa negara berkewajiban untuk mendekati standar yang berbeda kepada
orang-orang, 395;

Menurut Baqir al-Shadr, melalui tanggung jawab bersama ini dan keseimbangan
dengan nalar Islam, hanya nilai-nilai sosial yang akan terwujud dan bentuk keadilan sosial
Islam akan muncul. Pentingnya keadilan sosial dalam ekonomi Islam terlihat jelas dalam
arahan pertama Nabi. Bagi masyarakat Madinah. Menurut Baqir al-Shadr dari Nabi SAW.
memulai aktivitas politik pertamanya di Madinah. Menjalin persaudaraan antara Muhajirin
Mekkah dan Ansar Madinah. Persaudaraan ini didasarkan pada prinsip tanggung jawab dan
tanggung jawab bersama untuk mencapai manfaat sosial yang diinginkan Islam.

b. Ekonomi Islam sebagai bagian dari sistem umum

Menurut Baqir al-Shadri, berbagai aspek ekonomi Islam saling terintegrasi satu sama
lain; Selain itu, sistem ekonomi secara umum terkait dengan entitas agama Islam, termasuk
sosial, politik, dan lainnya. Menurut Baqir al-Shadri, hubungan ini begitu kuat sehingga
mengisolasi satu aspek dari aspek lainnya menimbulkan masalah serius dalam kehidupan
ekonomi masyarakat Islam. Oleh karena itu, berbagai aspek ekonomi Islam harus dipelajari
secara bersamaan dan ekonomi Islam secara keseluruhan harus dipahami sebagai bagian dari
sistem Islam total. Di satu sisi, ekonomi Islam terkait dengan sistem keyakinan Islam, yang
merupakan sumber fundamental karunia spiritual keagamaan, di sisi lain, hubungan ini
meluas ke rasa persaudaraan.

Demikian pula hubungan antara ekonomi Islam dan sistem politik dalam Islam seperti
pemisahan lebih lanjut dari kesalahpahaman dalam mewujudkan tujuan kedua sistem
tersebut. Besarnya kekuatan ekonomi para penguasa Daulah Islam merupakan hasil dari
eratnya hubungan ekonomi Islam dengan sistem politik Islam. Hubungan politik antara
doktrin ekonomi dan kebijakan keuangan negara-negara Islam sedemikian rupa sehingga
dapat digunakan untuk memandang kebijakan keuangan sebagai program doktrin ekonomi
Islam.

Kebijakan ekonomi Islam dirumuskan untuk memenuhi tujuan umum ekonomi Islam.
Tujuannya adalah untuk menciptakan keseimbangan sosial dalam masyarakat Islam melalui
tanggung jawab bersama orang-orang dan untuk mengangkat masyarakat ke tujuan tertinggi.
Hubungan antara larangan riba dan aspek lain dalam Islam juga sangat erat. Menurut Baqir
al-Shadri, pelarangan riba dalam Islam, jika ditelaah sebagai komponen tersendiri,
menimbulkan banyak permasalahan yang kompleks. Namun, jika dilihat sebagai bagian
fungsi yang saling terkait, maka Sean Ya Tahad ingin memberikan solusi yang jelas untuk
masalah yang timbul dari pelarangan karena ekonomi Islam merupakan bagian penting dari
keseluruhan sistem.

c. Kerangka Umum Ekonomi Islam

Menurut Baqir al-Shadri, doktrin ekonomi itu berbeda dari doktrin ekonomi lainnya
karena berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan, menggabungkannya untuk
membentuknya dalam konteks hubungan antara manusia dan akhirat. Inilah kerangka yang
melaluinya sistem Islam dapat mewujudkan kepentingan bersama umat manusia. Ba al-Shadr
mengklasifikasikan kepentingan manusia menjadi kepentingan alam dan kepentingan sosial.
Menurut Bara, ada dua syarat dasar untuk mewujudkan manfaat tersebut: pertama, seseorang
harus mengetahuinya, dan kedua, mereka harus cenderung menyadari manfaat tersebut
setelah mempelajarinya.

Saat itu banyak kepentingan sosial yang berbenturan dengan kepentingan pribadi
masyarakat dan menjadi penghambat jalan kepentingan sosial. Oleh karena itu,
mengamankan mata pencaharian para pekerja dalam hal pengangguran bertentangan dengan
kepentingan orang kaya, seperti halnya nasionalisasi negara bertentangan dengan
kepentingan kaum monopolis. Oleh karena itu, Baqir al-Shadr berpendapat bahwa
kesepakatan antara kedua jenis kepentingan ini diperlukan untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Masalah ini tidak dapat diselesaikan oleh sains, menurut Baqir al-Shadri, karena
menurutnya kebanyakan orang percaya bahwa sains hanyalah alat untuk menemukan realitas
dan tidak dapat membuat seseorang memilih realitas.Doktrin Marxis karena tidak memiliki
dasar ilmiah.

Selain itu, kelompok masyarakat seperti pemerintah tidak mungkin menyelesaikan


masalah ini melalui undang-undang karena penguasa selalu penuh dengan kepentingan
pribadi. Oleh karena itu, Baqir al-Shadr berkesimpulan bahwa hanya agama yang dapat
memberikan solusi untuk masalah ini. Karena solusinya tergantung pada korespondensi
antara kedua jenis bunga tersebut. Hanya agama yang dapat membuat kesepakatan seperti itu.
Agama mendorong orang untuk mengorbankan kepentingan pribadinya demi kepentingan
orang lain. Ini menciptakan kesadaran baru tentang kehidupan dalam dirinya dan
memberinya pemahaman baru tentang untung dan rugi yang melampaui makna material dan
komersial. Ini mempersiapkan jiwanya untuk menanggung rasa sakit kehilangan saudaranya
dan memberinya kepuasan spiritual untuk melayani orang lain. Dengan cara ini dia
mengajarinya pelajaran tertinggi persaudaraan dan mendorongnya untuk terlibat dalam
kegiatan yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat.

d. Ekonomi Islam bukan cabang ilmu

Menurut Baqir al-Shadr, ilmu ekonomi memiliki dua sisi, yaitu sisi ilmiah dan sisi
doktrinal. Sisi ilmiah berkaitan dengan penjelasan tentang kehidupan ekonomi, peristiwa
ekonomi dan fenomena ekonomi. Ekonomi merupakan indikasi bagaimana masyarakat lebih
memilih untuk terlibat dalam kehidupan ekonomi dan masalah praktisnya. Menurut Baqir al-
Shadr, ekonomi Islam hanya memiliki satu aspek, yaitu aspek doktrinal. Ekonomi Islam
adalah cara yang lebih dalam memilih Islam untuk kehidupan ekonomi, bukan interpretasi
peristiwa ekonomi. Ini adalah bagian dari seluruh agama Islam, yang mengatur kehidupan
keuangan serta aspek kehidupan lainnya. Ini dimaksudkan untuk menerjemahkan halaman
yang rusak menjadi satu suara dan tidak menjelaskan tujuan dari aspek-aspek tersebut.
Namun, untuk membangun landasan keilmuan ekonomi Islam, Baqir al-Shadr memandang
perlu menerapkan Islam sebagai pedoman hidup yang utuh dalam masyarakat. Menurut Baqir
al-Shadri, peristiwa ekonomi dapat dijelaskan secara ilmiah dengan dua cara. Pertama,
informasi tentang transaksi keuangan dikumpulkan dari pengalaman kehidupan nyata dan
disusun secara ilmiah untuk pemeriksaan kontrol regulasi atas aktivitas dasarnya. Kedua,
mulailah dengan studi ilmiah tentang fakta

orang-orang tertentu menarik dan masih menarik kesimpulan tentang ekonomi dan hal-
hal dari Pencerahan. Adapun penerangan ilmiah pada ekonomi Islam atas dasar cara yg
pertama berdasarkan Baqir al-Shadr, tergantung dalam aplikasi kepercayaan secara holistik
sebagai akibatnya peneliti sanggup merekam aturan yg sebenarnya beroperasi pada belakang
insiden ini. Namun, cara ini nir mungkin bagi ekonom Muslim lantaran nir terdapat rakyat
Islam tunggal pada mana kehidupan ekonomi rakyat sahih-sahih berjalan pada atas panduan
syariah.

Adapun penerangan ilmiah atas dasar metode kedua, Baqir al-Shadr menyatakan bahwa
buat menyebutkan pemikiran beberapa liputan ekonomi Islam itu menggunakan memulai
menurut titik kepercayaan eksklusif & merumuskan secara kentara contoh ilmiah menurut
ekonomi Islam. Namun, misalnya penerangan hipotetik nir bisa dipercaya menjadi keliru satu
ilmiah lantaran sangat tak jarang empiris yg sebenarnya tidak sinkron menurut satu hipotesis.
Selain itu, aspek spiritual & ideologis menurut rakyat Islam pula mempunyai dampak pada
kehidupan ekonomi rakyat. Oleh lantaran itu, Baqir al-Shadr menyimpulkan bahwa ilmu
ekonomi Islam nir sanggup merogoh kelahiran nyatanya kecuali la telah diimplementasikan
pada rakyat yg sahih-sahih berdasarkan dalam prinsip-prinsip syariah.

e. Distribusi Kekayaan pada Perspektif Islam

Ekonomi yg pertama merupakan asal daya alam. Distribusi kekayaan ekonomi yg nir
adil dimulai menggunakan kasus kepemilikan asal daya alam. Dengan pertimbangan itu,
insan sudah sangat menderita pada tangan kapitalisme & sosialisme. Kapitalisme sembari
memfokuskan dalam hak-hak individu sepenuhnya & mengabaikan rakyat, ad interim
sosialisme mengorbankan individu demi rakyat. Namun, Islam memutuskan kerangka
distribusi bagi rakyat Islam yg mengklaim hak-hak individu dan hak-hak rakyat. Untuk tahu
hak kepemilikan asal daya alam pada Islam, Baqir al-Shadr membuatkan teori distribusi asal
daya tersebut. Ia menciptakan teori distribusi kekayaan ekonomi pada 2 termin, yakni termin
praproduksi & termin pascaproduksi.

Ketika menciptakan kerangka konseptual teorinya, Baqir al-Shadr nir sepakat


menggunakan ekonom politik mengenai kapital & energi kerja menjadi bagian menurut asal
daya ekonomi. Menurut Baqir al-Shadr, kapital merupakan kekayaan yg didapatkan & bukan
asal orisinil produksi. Adapun energi kerja merupakan unsur tak berbentuk & immaterial,
sebagai akibatnya nir bisa dimasukkan ke pada bagian menurut kepemilikan partikelir atau
publik. Selain itu, alam bisa dibagi sebagai empat kategori: tanah, kekayaan mineral, sungai
alami, & asal daya alam lainnya, misalnya spesies yg hayati pada udara, bahari & pada darat.

Dalam perspektif Baqir al-Shadr, pemilik yg absah menurut asal daya alam merupakan
masyarakat atau pemerintah menjadi representasi menurut masyarakat. Individu bisa
memperoleh hak spesifik buat memanfaatkan asal daya alam menggunakan kondisi bisa
menaruh donasi pada pengembangan asal daya alam. Bentuk lain menurut energi kerja
individu, misalnya penggunaan kekuatan buat mempunyai asal daya alam nir dipercaya cara
kepemilikan yg absah. Ini hanya diinvestasikan pekerjaan insan, yg mempunyai makna
kepemilikan yg absah.

Teori ekonomi Islam mengenai distribusi pascaproduksi menaruh pada individu hak
kepemilikan langsung buat setiap kekayaan yg didapatkan sang pekerjaannya. Demikian juga
menggunakan wahana material produksi & aneka macam indera yg dipakai pada operasi
produksi. Jika cara ini sebagai milik seseorang individu selain buruh, maka pemilik absah
menurut indera ini akan dibayar buat dipakai sang mereka.

Menurut Baqir al-Shadr, terdapat disparitas ideologis antara kapitalisme & Islam
mengenai kepemilikan indera-indera produksi. Kapitalisme menduga pemilik indera-indera
produksi menjadi pemilik komoditas satu-satunya yg didapatkan, ad interim Islam menduga
hanya buruh buat mempunyai klaim yg absah atas komoditas yg didapatkan. Dalam
kapitalisme indera menerima bagian menurut produk lantaran penggunaannya, misalnya
energi kerja insan adalah porto pekerjaan pada proses produksi. Dalam Islam indera hanya
membantu insan buat memudahkan proses produksi. Dengan demikian, mereka wajib diberi
kompensasi buat sewa saja & nir pada pembagian keuntungan. Dengan cara ini kiprah insan,
berdasarkan Baqir al-Shadr, pada pandangan kapitalis merupakan wahana yg melayani
produksi & bukan akhir yg melayani produksi.

Teori pascaproduksi dari sudut pandang Baqir al-Shadri dapat diringkas sebagai berikut:
materi yang diproduksi seseorang dengan karyanya menjadi milik orang lain, jika materi
tidak muncul maka kekayaan mereka. untuk berproduksi bergantung sepenuhnya dan
eksklusif padanya dan semua kekuatan lain yang terlibat dalam produksi dianggap sebagai
karyawannya dan menerima upah untuk pekerjaan mereka dan bukan sebagai mitra
perusahaan produksi. Namun, jika materi ini menjadi kekayaan yang sudah dimiliki oleh
orang-orang tertentu, dalam hal ini akan dipertahankan menurut “fenomena keberlangsungan
harta” pribadi manusia, bahwa apapun yang berubah, maka akan berubah.

f. Masalah ekonomi dari perspektif Islam

Menurut Baqir al-Shadri, setiap sistem ekonomi percaya bahwa ada masalah dalam
ekonomi manusia yang harus dibenahi. Kapitalisme percaya bahwa masalah mendasar adalah
kurangnya sumber daya alam. Sumber daya ini tidak dapat mengimbangi perkembangan
peradaban. Demikian pula, Marxisme percaya bahwa masalah ekonomi terletak pada
ketidaksesuaian antara bentuk produksi dan hubungan distribusi. Menurut Baqir al-Shadr,
Islam tidak setuju dengan dua sistem ini. Menurutnya, masalah sebenarnya bukanlah
kekurangan sumber daya alam atau kurangnya kontradiksi antara bentuk-bentuk produksi dan
hubungan distribusi, tetapi masalah sebenarnya terletak pada rakyat itu sendiri.

Menurut Al Quran, Allah SWT. menciptakan segala sesuatu yang diperlukan dan
berguna bagi manusia di dunia ini dan memberinya sarana yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan materialnya. Namun, manusia sendiri melewatkan kesempatan ini karena
ketidaktaatannya dan tidak berterima kasih kepada Tuhan sebagai Pencipta. Allah SWT.
bersabda: “Allah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit.
Kemudian dia membawa berbagai buah dengan air hujan untuk makananmu dan meletakkan
bahtera untukmu.

Agar bahtera itu berlayar sesuai kehendak-Nya di laut dan Dia (juga) menaklukkan
sungai-sungai untukmu. Dan Dia telah menundukkan untukmu matahari dan bulan, yang
selalu berputar; dan menaklukkanmu siang dan malam. Dan Dia akan memberimu
(kebutuhanmu) dan apa saja yang kamu minta dari-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat
Allah, kamu tidak dapat menghitungnya. Padahal, manusia sangat zalim dan banyak
mengingkari (nikmat Allah).

Oleh karena itu, perilaku masyarakat yang zalim dalam kehidupan praktis dan tidak
mensyukuri Rahmat Tuhan adalah penyebab sesungguhnya dari masalah ekonomi dalam
kehidupan manusia. Menurut Baqir al-Shadr, ketidakadilan manusia di bidang ekonomi
adalah karena distribusi kekayaan, sedangkan rasa syukur atas karunia Tuhan mengabaikan
eksploitasi sumber daya alam. Oleh karena itu, masalah ekonomi hanya akan terpecahkan
jika kekayaan didistribusikan secara adil di antara orang-orang, tanpa penggunaan sumber
daya alam yang benar tentunya.

B. PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM KONTEMPORER

Abad ke-20 Masehi dianggap sebagai abad kebangkitan dunia Islam setelah
kemundurannya beberapa abad yang lalu. Kebangkitan dunia Islam ditandai dengan
kemampuan umat Islam untuk membebaskan negaranya dari penjajahan Barat. Wujud
kebangkitan dunia Islam, menurut Lothrop, adalah tumbuhnya potensi luar biasa bagi
terbentuknya dunia Islam baru. Badn Yatim, kebangkitan dunia muslim adalah kebangkitan
nasionalisme di dunia muslim dan tumbuhnya gerakan multi partai yang memperjuangkan
kemerdekaan negaranya.

Kebangkitan dunia Islam pada abad ini lebih diwarnai oleh kebangkitan intelektual.
Pada abad ini muncul sekelompok pemikir Islam dengan produk pemikiran yang berbeda.
Misalnya, Muhamad bin Abdul Wahab muncul di Arab Saudi, Muhammad Abduh di Mesir,
Muhammad Iqbal di India, Muhammad Sanusi di Aljazair, dan Ahmad Dahlan sendiri di
Indonesia. Secara umum pemikiran mereka mengarah pada dua hal utama, yaitu pemurnian
dan pembaharuan. Purifikasi berarti pemurnian ajaran Islam menurut Al-Qur'an dan As-
Sunnah, sedangkan pembaharuan bersumber dari pemikiran yang berbeda dan
pelaksanaannya sesuai dengan perkembangan zaman.

Selain gagasan berupa pemikiran dan gerakan Islam, kebangkitan Islam pada abad ke-20 juga
ditandai dengan lahirnya beberapa karya monumental yang berkaitan dengan khazanah
spiritual Islam. Bagian dari harta spiritual ini juga terkait dengan masalah keuangan. Dari
paruh kedua abad ke-20, banyak karya tentang ekonomi Islam mulai mempengaruhi
pemikiran ekonomi, khususnya di kalangan umat Islam. Siddiqi mengutip sekitar 700 judul
dan komentar asli tentang ekonomi Islam, sebagian besar ditulis antara awal 1950-an dan
1970-an. Judul mencakup berbagai topik: Filsafat ekonomi Islam (80 kutipan), Sistem
ekonomi Islam (418 judul), kritik Islam terhadap ekonomi modern (lebih dari 100 kutipan),
analisis ekonomi dalam kerangka Islam (sekitar 50 kutipan), sejarah pemikiran ekonomi
Islam (40 kutipan) ) dan daftar pustaka.

Pernyataan ini menegaskan bahwa pada abad ke-20 Masehi atau di zaman modern ini
telah muncul beberapa pemikir Islam yang ide-idenya berkaitan dengan ekonomi Islam.
Dalam konteks ini, uraian berikut menghadirkan beberapa pemikir Islam dan pemikirannya
tentang ekonomi Islam.

A. Pemikir dan ide ekonomi Islam

1. M.Nejatullah Siddiqi

a. Biografi

Mohammad Nejatullah Siddiqi adalah seorang ekonom India dan pemenang Hadiah
Internasional Raja Faisal untuk Studi Islam. Ia lahir di India pada tahun 1931 dan belajar di
Universitas Muslim Aligarh, Universitas Rampur dan Universitas Azamgarh. Dia adalah
Associate Professor Ekonomi dan Profesor Studi Islam di Universitas Muslim Aligarh dan
Profesor Ekonomi di Pusat Penelitian Ekonomi Islam di Universitas King Abdul Aziz,
Jeddah, Arab Saudi. Ia kemudian menjadi Fellow di Center for Middle Eastern Studies di
University of California, Los Angeles dan kemudian menjadi Visiting Scholar di Islamic
Research and Training Institute, Islamic Development Bank, Jeddah, 408.

Dia adalah seorang penulis yang produktif dalam bahasa Urdu dan Inggris. Menurut
WorldCat, ia memiliki 63 karya dalam 177 publikasi dalam lima bahasa dan 1.301
kepemilikan perpustakaan. Beberapa karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab,
Persia, Turki, Indonesia, Malaysia, Thailand dan lain-lain. Mungkin bukunya yang paling
banyak dibaca adalah Perbankan Tanpa Bunga, diterbitkan dalam 27 edisi dalam tiga bahasa
antara tahun 1973 dan 2000 dan dikelola oleh 220 perpustakaan di seluruh dunia.

Selama karir akademiknya yang panjang, dia mengawasi beberapa tesis doktoral. di
universitas di India, Arab Saudi dan Nigeria. Dia pernah dan terlibat dalam beberapa jurnal
ilmiah sebagai editor atau konsultan, dia bertugas di berbagai komite dan berpartisipasi
dalam banyak konferensi di seluruh dunia. Dia sangat membantu semua orang dan berbagi
informasi berharga di komunitas. Saat ini tinggal di Aligarh, India. Dia adalah Profesor
Emeritus di Departemen Studi Manajemen, Universitas Muslim Aligarh, India.

Dia telah menulis setidaknya 10 buku dalam bahasa Inggris. Karya-karyanya dalam
bahasa Inggris terbit lebih dari 100 edisi. Karya utamanya tentang perbankan Islam ditulis
dalam bahasa Inggris. Diantaranya adalah teori-teori yang baru-baru ini berhasil: A Critical
Examination (1971), Business Enterprises in Islam (1972); Pemikiran Ekonomi Islam (1981),
Perbankan Tanpa Bunga (1983), Isu Perbankan Islam: artikel terpilih (1983) Portership and
profit sharing in the Islamic low (1985); Asuransi dalam ekonomi Islam (1985); Ekonomi
dari Perspektif Islam (1996), Peran Negara dalam Ekonomi Islam (1996); Dialog dalam
Ekonomi Islam (2002) dan Pandangan Islam tentang Properti (1969) 41

b. Pemikiran ekonomi

Sebagai seorang ekonom Islam kontemporer, Nejatullah Siddiqi memberikan beberapa


gagasan fundamental tentang ekonomi Islam. Wacana Siddiq tentang ekonomi Islam diawali
dengan memperkenalkan ciri-ciri subjek ekonomi Islam.412 Ciri pertama ekonomi Islam
adalah hak-hak individu, masyarakat, dan negara yang bersifat relatif dan terbatas. Menurut
Siddiq, setiap orang memiliki kebebasan untuk memiliki, menggunakan, dan mengelola
hartanya. Akan tetapi, semua hak tersebut bersumber dari kewajiban manusia sebagai Wali
dan Khalifah Allah SWT. di tanah Dengan demikian, menurut Siddiq, harta adalah hak
individu selama ia memenuhi kewajibannya dan tidak menyalahgunakannya.

Ciri lain dari sistem ekonomi Islam, menurut Siddiq, adalah negara memainkan peran
positif dan aktif dalam kegiatan ekonomi. Siddiqi sangat mendukung peran aktif dan positif
negara dalam sistem perekonomian. Pada dasarnya Siddiqi sependapat dan membela bahwa
sistem pasar harus berjalan dengan baik. Namun jika pasar tidak menciptakan keadilan, maka
negara berhak mengintervensi, dalam hal ini negara memiliki kewajiban untuk mengurus
kebutuhan dasar setiap orang. Selain itu, negara dalam bentuk lembaga Hisbah juga wajib
melakukan amar ma'ruf nahyi munkar ketika terjadi ketidakadilan di pasar.

Bagian ketiga dari sistem ekonomi Islam, menurut Siddiq, adalah pengenalan zakat dan
larangan riba. Implementasi kedua lembaga ekonomi ini merupakan ciri ekonomi Islam
karena secara eksplisit disebutkan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Padahal, Siddiq
memiliki pandangan yang jelas bahwa suku bunga adalah riba dan karenanya harus
dihapuskan. Sebagai alternatif, Siddiqi mengusulkan akad Mudharabah. Menyadari
kesepakatan tersebut dalam perbankan, maka bank tidak hanya berperan sebagai perantara
tetapi juga sebagai pelaku ekonomi dan harus terlibat langsung dalam terciptanya kegiatan
ekonomi.

Menurut Siddiq, ciri keempat sistem ekonomi Islam adalah kebutuhan dasar masyarakat
harus terjamin. Pola pikir ekonomi pemenuhan kebutuhan dasar mirip dengan strategi
kebutuhan dasar dan program kesejahteraan dalam ekonomi kapitalis dan sosialis. Keamanan
dasar ini dapat diwujudkan melalui pembagian harta dan kekayaan yang memberikan
kontribusi terhadap pendapatan yang adil dan langgeng.

Setelah membahas ciri-ciri sistem ekonomi Islam, Nejatullah Siddiqi melanjutkan


refleksi ekonominya pada masalah distribusi. Bagi Siddiq, distribusi merupakan hasil dari
kegiatan konsumsi (permintaan) dan produksi (penawaran). Menurut Sddiq, kepemilikan
individu terbatas dalam arti bahwa hak ada ketika kewajiban sosial dipenuhi. Kekayaan
pribadi dipandang sebagai sesuatu yang memiliki tujuan tertentu, yaitu untuk menyediakan
kebutuhan material bagi orang-orang sambil bekerja untuk masyarakat. Penggunaan milik
pribadi adalah benar bersama dengan norma-norma kerjasama, persaudaraan, kontribusi dan
pengorbanan. Pelanggaran salah satu Ketentuan ini, termasuk pengumpulan, penggunaan,
dan penyalahgunaan, akan mengakibatkan hilangnya harta benda. Negara dan masyarakat
adalah penjaga kepentingan sosial ini.

Pokok bahasan lain dalam pemikiran ekonomi Nejatullah Siddiq adalah masalah
produksi. Pemikiran Siddiq tentang produksi berubah dari paradigma neoklasik. Baginya
maksimalisasi. Laba bukanlah satu-satunya atau motif yang paling penting untuk produksi.
Tujuan utama dari produksi adalah untuk memenuhi kebutuhan dengan cara yang sederhana,
mengurus anggota keluarga, mempersiapkan peluang masa depan, mengurus keturunan untuk
bakti sosial dan membantu di jalan Allah SWT.

2. M.Umer Chapra

a. Sebuah Biografi

M. Umer Chapra, lahir pada 1 Februari 1933 di Bombay, India, adalah salah satu ekonom
Muslim kontemporer paling terkenal di Timur dan Barat. Pada tahun 1954 dan 1956 ia
menyelesaikan gelar masternya di Universitas Karachi dengan gelar B.Com/B. BA (Sarjana
Administrasi Bisnis) dan M.Com/M.BA (Magister Administrasi Bisnis) dan Ph.D. dari
Universitas Minnesota. 415

M. Umer Chapra terlibat dalam beberapa organisasi dan pusat penelitian ekonomi Islam.
Saat ini menjadi konsultan di Islamic Research and Training Institute (IRTI), Islamic
Development Bank, Jeddah. Sebelumnya ia bekerja selama hampir 35 tahun sebagai
penasihat ilmiah di Saudi Arabian Monetary Authority (SAMA) di Riyadh. Kegiatannya di
lembaga keuangan Arab Saudi mengakibatkan Raja Khalid memberinya kewarganegaraan
Saudi di Amerika Serikat dan 37 tahun di Arab Saudi atas permintaan Menteri Keuangan
Saudi. 420 Selain pekerjaannya, dia mis. dengan banyak fungsi ekonomi termasuk lembaga
ekonomi dan keuangan internasional seperti IMF, IBRD, OPEC, IDB, OKI dan lain-lain.

Banyak buku dan artikel telah diterbitkan tentang keuangan Islam. Sejauh ini, 11 buku, 60
artikel ilmiah, dan 9 resensi buku telah diterbitkan. Banyak buku dan karya akademisnya
telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Buku-bukunya
sangat populer: Towards a Fair Monetary System (1985), Islam and Economic Challenge
(1992), Islam and Economic Development (1994) dan The Future of Economics; Perspektif
Islam (2000)

b. Pemikiran ekonomi

Pemikiran ekonomi M. Umer Chapra memang tercermin dalam buku-buku yang


ditulisnya. Pemikiran pertama berkaitan dengan masalah sistem moneter Islam. Subjek
ekonomi ini tercermin dalam bukunya 421 To a Just Monetary System. Beberapa topik
disajikan dalam buku ini. Pertama, tujuan dan strategi sistem perbankan dan keuangan dalam
ekonomi Islam. Bagian ini membahas lima tema, yaitu (1) peningkatan kesejahteraan
ekonomi pada kesempatan kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi yang optimal; (2)
pemerataan sosial ekonomi dan distribusi kekayaan dan pendapatan yang adil; (3) stabilitas
mata uang, sehingga alat tukar dapat berfungsi sebagai unit yang andal, standar yang sesuai
untuk pembayaran yang ditangguhkan, dan penyimpan nilai yang stabil; (4) memobilisasi
tabungan dan investasi dalam pembangunan ekonomi secara adil sehingga terjamin
keuntungannya bagi semua pihak; dan (5) menyediakan semua jenis layanan efisien yang
biasanya diharapkan dari sistem perbankan.

Kedua, hakikat riba dalam Islam, baik dalam Al-Qur'an dan Hadits maupun dalam
literatur fikih. Menurut Chapra, Islam melarang keras riba dan menawarkan beberapa
alternatif sebagai solusi riba, seperti pembiayaan melalui modal sendiri (equity-hancing) dan
penciptaan saluran untuk kepemilikan saham (pemilik perseorangan). Kemitraan
(Partnership), Mudharabah, Musyarakah dan perusahaan patungan dan koperasi.
Ketiga, reformasi fundamental adalah solusi selanjutnya untuk menghapuskan riba.
Beberapa dari reformasi mendasar ini termasuk menabung dan berinvestasi, pembiayaan
ekuitas, mengurangi kekuatan bank dan menciptakan pasar saham yang sehat. Dengan
diperkenalkannya reformasi mendasar ini, sistem perbankan dapat berfungsi untuk mencapai
tujuan sosio-ekonomi Islam. Perubahan yang hanya menggantikan riba dengan bagi hasil
tidak akan mencapai tujuan, meskipun ini adalah perubahan yang disambut baik bagi para
bankir Islam untuk mendapatkan pengalaman dalam perbankan ribawi dan membuka jalan
bagi beberapa reformasi di masa depan.

Keempat, M. Umer Chapra membantah para pihak terhadap pelarangan bunga bank.
Menurut Chapra, keberatan tersebut tidak berdasar, karena bukti empiris juga tidak
menunjukkan korelasi positif yang signifikan antara suku bunga dan tabungan di negara
industri. Banyak penelitian menemukan bahwa pengaruh suku bunga terhadap tabungan di
negara berkembang dapat diabaikan. Keberatan yang dituduhkan adalah bahwa seluruh
sistem berbasis keadilan akan sangat tidak stabil. Menurut Umar Chapra, tudingan itu tidak
berdasar, tidak berdasar empiris dan tidak logis. Keberatan lainnya adalah bahwa setelah
kritik yang tidak beralasan dari Umar Chapra, prospek pertumbuhan ekonomi Islam tetap
buruk setelah tingkat suku bunga menghilang.

Kelima departemen kelembagaan pada dasarnya berbeda dari lembaga tradisional dalam
hal ruang lingkup dan bidang tanggung jawab. Selain itu, Umer Chapra juga membahas
pengelolaan kebijakan moneter di lembaga baru tersebut. Kemudian mengevaluasi program
yang diusulkan sesuai dengan tujuan yang telah dibahas pada pembahasan sebelumnya.

Pemikiran ekonomi M. Umer Chapra lainnya terkait dengan isu-isu Islam dan tantangan
ekonomi sebagaimana diungkapkan dalam bukunya Islam and the Economic Challenge.
negara kesejahteraan". Menurut Chapra, negara-negara Muslim harus menghindari tiga
kegagalan ekonomi jika ingin mencapai tujuan sosio-ekonominya.

Dalam studi selanjutnya, M. Umer Chapra mempresentasikan pandangan dunia Islam dan
strateginya untuk memecahkan masalah ekonomi berdasarkan tiga prinsip dasar Tauhid,
Khilafah dan Is. Di bagian akhir, M. Umer Chapra menjelaskan bagaimana faktor manusia
diimplementasikan. Antara lain melalui motivasi, pemerataan sosial ekonomi, perbaikan
kondisi pedesaan, dimensi moral, peningkatan kapasitas melalui pelatihan dan perluasan
akses keuangan.

Dalam buku lain "Islam dan Pembangunan Ekonomi" M. Umer Chapra berbicara tentang
Islam dan pembangunan ekonomi. Pikirannya didasarkan pada empat pertanyaan: (1)
Perkembangan seperti apa yang diinginkan Islam? (2) apakah pembangunan semacam ini
dapat dicapai melalui pendekatan sekuler yang menganut sistem pasar atau sosialisme,
ataukah strategi yang dirumuskan oleh para ahli ekonomi pembangunan dalam kedua sistem
tersebut; (3) Apa itu strategi Islam? Mungkinkah membantu negara-negara Muslim
merumuskan kerangka pembangunan riil yang diinginkan Islam untuk mengatasi
ketimpangan ekonomi makro? dan (4) mengapa negara-negara Muslim gagal merumuskan
dan menerapkan strategi ini?

Menurut M. Umar Chapra, sistem kapitalisme laissez-faire dan sosialisme gagal


memenuhi kebutuhan dasar, kesempatan kerja penuh, distribusi pendapatan dan kekayaan
yang adil. Kedua sistem tersebut tidak mampu menerapkan perubahan struktural radikal yang
diperlukan untuk menerapkan pertumbuhan secara adil dan stabil. Oleh karena itu, kedua
sistem ini tidak dapat menjadi model bagi negara-negara berkembang, khususnya negara-
negara Muslim, karena Islam berkomitmen pada keadilan sosial-ekonomi. M. Umar Chapra
tidak hanya mengkritisi kedua sistem tersebut di atas tanpa solusi. Sebagai solusi untuk
pembangunan bersama dengan keadilan dan stabilitas, ia mengusulkan lima langkah politik.
Kelima pedoman tersebut adalah (1) kenyamanan faktor manusia; (2) pengurangan
konsentrasi kekayaan, (3) pelaksanaan restrukturisasi ekonomi; (4) pelaksanaan
restrukturisasi ekonomi, dan (5) pelaksanaan rencana politik strategis. Bagi Chapra, Islam
adalah satu-satunya alternatif bagi kapitalisme dan sosialisme.

3. Nawab Haider Naqvi

a. Biografi

Syed Nawab Haider Naqvi lahir di Maraith pada tahun 1935 dan pindah ke Karachi,
Pakistan pada tahun 1950. Haider Naqvi menerima gelar MA dari Universitas Yale pada
tahun 1961 dan gelar PhD dari Universitas Princeton pada tahun 1966.Setelah menyelesaikan
PhD-nya di Universitas Harvard pada tahun 1970, Haider Naqvi memulai karirnya dengan
menulis berbagai artikel akademik dengan topik ekonomi. Haider Naqvi adalah Direktur
Institut Ekonomi Pembangunan Pakistan, Penasihat Ekonomi untuk NEPRA (Otoritas
Pengatur Tenaga Nasional) dan Rektor Universitas Ilmu Pengetahuan Kausar, Islamabad.

Sebagai seorang akademisi, Haider Naqvi terlibat dalam beberapa lembaga penelitian
termasuk Penasihat Ekonomi untuk Otoritas Pengatur Tenaga Listrik Nasional (NEPRA),
Penasihat Ekonomi untuk MCB Institute for Development Research, Direktur Institut
Ekonomi Pembangunan Pakistan, Islamabad, Direktur Departemen Urusan Ekonomi . ,
Pemerintah Pakistan dan Peneliti Senior dan Ekonom di Institut Ekonomi Pembangunan
Pakistan. Selain itu, Haider Naqvi juga terlibat dalam keanggotaan dan asosiasi, yang
terpenting adalah:

Anggota National Geographic Society, Washington, D.C. Direktur Pendiri Asosiasi Ekonom
Pembangunan Pakistan, Islamabad, Ketua Komisi Kesejahteraan Ekonomi dan Sosial
Rencana Lima Tahun Kedelapan, Ketua Komite Eksekutif, Pembangunan Asia dan Pasifik
Centre, United Nations, Kuala Lumpur, Malaysia, Ketus Asian Sub-Link Project, ESCAP,
Bangkok, Thailand, dan Ketua Komisi Islamisasi, ditunjuk oleh Menteri Keuangan
Pemerintah Pakistan."
Selain bekerja di lembaga dan lembaga penelitian, Haider Naqvi aktif sebagai penerbit
majalah. Dia adalah editor jurnal nasional dan internasional termasuk The Pakistan
Development Review, Pakistan Institute of Development Economics, Islamabad, Managing
International Development (MID) United Nations New York dan South Asia Journal, The
Sage Publishers, New Delhi.

Banyak buku dan artikel tentang ekonomi Islam yang telah diterbitkan, antara lain
Perspectives on Morality and Human Wellbeing (2003), Development Economics: Sifat dan
Makna (2002), Krisis Perencanaan Pembangunan di Pakistan (2000). Externe Schocks dan
Inländische Anpassung: Der Fall Pakistan 1970-1990 (1997), Islamo, Wirtschaft und
Gesellschaft (1994). Entwicklungswirtschaft: Paradigma Baru (1993), SAARC Link An
Econometric Approach (1992), A Macroeconomic Framework for Eight Five-Year Plans,
Islamabado Pakistana Instituto de Evoluekonomio (1992), Tentang Peningkatan Tingkat
Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial Rakyat (1992) , Tentang Peningkatan Tingkat
Kesejahteraan Ekonomi dan Sosial Rakyat (1992). ), La Strukturo de Protekto kaj Allocative
Efficiency en Manufacturing San Francisco International Center for Economic Growth
(1991), Restrukturisasi Pertanian Pakistan (1989), Reformasi Tanah Pakistan: Perspektif
Sejarah (1987), Model Ekonomi Makro PIDE Revisi Awal Ekonomi Pakistan (1986) dan
Etika dan Ekonomi: Sintesis Islamische (1981)

b. Pemikiran Ekonomi

Dalam tulisannya yang sakbaru, Nawab Haider Naqvi silakan sakaba tukwanan tentang
ekonomiya. Pemikiran pertama Pakistan dengan masalah hakikat ekonomi Islam. Laut Naqvi
scheint die Wirtschaft lam merupakan suatu sistem ekonomi yang diatur syariat islam yang
reprezentatif Dalam masyarakat Muslim Ekonomi Mam dapat didefinisikan sebagai sebuah
Studi tenng manajemen harta benda menurut perspektiftivisch islamo. 429 Secara
epistemologis, menurut Naqvi, ekonomi Islam terbagi menjadi dua disiplin ilmu. Pertama,
ekonomi Islam normatif, yaitu kajian hukum Syariat Islam yang berkaitan dengan masalah
harta benda. Kedua, ekonomi Islam positif, yaitu kajian konsep Islam yang berkaitan dengan
masalah harta benda, khususnya kajian konsep yang berkaitan dengan produksi barang dan
jasa. Ruang lingkupnya mencakup semua jenis metode dan sumber daya yang digunakan
dalam proses produksi barang dan jasa.

Mengenai ekonomi Islam normatif, Haider Naqvi mengkritisi paradigma klasik dan
neoklasik yang mengabaikan dimensi moral. Padahal, kata Haider Naqvi, sukses tidaknya
dunia bisnis Islam ditentukan oleh bagaimana nilai-nilai etis-religius diwujudkan dalam
kehidupan nyata. Selain itu, karyanya Ethics and Economics ditulis untuk melengkapi
pemikirannya tentang ekonomi Islam:

Sebagai sintesa Islam, Haider Naqvi berhasil mengembangkan kerangka sistematis-


analitik yang memuat sebagian besar nilai-nilai etika dasar Islam dan dapat digunakan
sebagai dasar pembenaran logis pedoman kebijakan ekonomi.Dalam studi berikutnya, Haider
Naqvi membandingkan sistem ekonomi. Sistem ekonomi Islam adalah sistem yang
didasarkan pada ajaran agama. Ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang diatur oleh
hukum Islam, tentu saja berpedoman pada Alquran dan Hadits. Hal ini berbeda dengan
sistem ekonomi lainnya, kapitalis dan sosialis, yang cenderung sekuler dan memisahkan
ekonomi dari doktrin agama. Sistem ekonomi Islam memberikan Syariah sebagai dasar
normatif untuk semua kegiatan ekonomi. Walaupun sistem ekonomi kapitalisme cenderung
positif.

Menurut Haider Naqvi, Islam sebagai way of life memiliki dua dimensi alamiah, yaitu
dunia material dan dunia immaterial (dunia dan akhirat). Keduanya berimplikasi pada
tanggung jawab pengikutnya, yaitu pahala atau siksa Allah. Oleh karena itu, Islam mengatur
segala hal yang menyangkut kepentingan ummat, mulai dari hubungan dengan Tuhan,
interaksi dengan sesama manusia dan makhluk lain, dengan berbagai aturan dan tata cara
yang diatur dengan baik dan teratur. Islam dalam pengertian universal bahwa Islam tidak
hanya mengatur hal-hal yang bersifat ritual, yaitu hubungan antara seorang hamba dengan
tuhannya, tetapi juga mengatur masalah-masalah sosial yang ada.

4. M.Abdul Mannan

a. Biografi

Muhammad Abdul Mannan lahir di Bangladesh pada tahun 1938. Abdul Mannan
menerima gelar master di bidang ekonomi dari Universitas Rajshah pada tahun 1960. Setelah
lulus di bidang ekonomi, dia bekerja di berbagai kantor ekonomi negara bagian di Pakistan,
termasuk sebagai wakil kepala perencanaan federal. Komisi Pakistan pada 1960-an. Pada
tahun 1970, Abdul Mannan melanjutkan studinya di Michigan State University, AS, dengan
gelar master di bidang ekonomi. Setelah menyelesaikan MA (Ekonomi) pada tahun 1973,
Abdul Mannan menyelesaikan program PhD di bidang Industri dan Keuangan di universitas
yang sama.

Setelah menyelesaikan program doktor, Abdul Mannan menjadi Dosen Senior dan aktif
mengajar di Universitas Teknologi Papua Nugini. Pada tahun 1978 ia diangkat menjadi
profesor di Pusat Penelitian Ekonomi Islam Internasional di Universitas King Abdul Azis di
Jeddah. Selama ini, Mannan juga menjadi profesor tamu di Institut Muslim di London dan di
Universitas Georgetown di Amerika Serikat. Karena pengalaman akademisnya selama
bertahun-tahun, Abdul Mannan memutuskan untuk bergabung dengan Bank Pembangunan
Islam dan menjadi Ekonom senior (Islam) di IDB sejak tahun 1984. Bahkan, dia adalah
tokoh keuangan Islam yang mendukung pendirian Bank Dunia Islam. , Islamic World Bank,
selama lima tahun sebelum berdirinya Mamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975 di
Jeddah, Arab Saudi.
Baik seorang ilmuwan maupun cendekiawan, Abdul Mannan telah menulis beberapa
buku. Buku paling populer yang telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa adalah buku
Ekonomi Islam: Teori dan Praktek di Pakistan pada tahun 1970. Sejak penerbitan buku ini,
Abdul Mannan dianugerahi kehormatan akademik tertinggi Pakistan oleh Pemerintah
Pakistan pada tahun 1974. Karya Mannan lainnya termasuk Pengantar Ekonomi Terapan
(1963), Masalah Ekonomi dan Perencanaan di Pakistan ( 1968), Munculnya Masyarakat
Ekonomi Islam: Dimensi Islam dalam Analisis Ekonomi (1984) dan Perbatasan Ekonomi
Islam (1984), Pembangunan Ekonomi dan Kedamaian Sosial dalam Islam (1989),
Pengelolaan Zakat dalam Masyarakat Modern (1989), Mengembangkan Sistem Instrumen
Keuangan Islam (1990), Memahami Keuangan Islami: Sebuah Studi Pasar Keamanan dalam
Kerangka Islam (1993), Hubungan Ekonomi Internasional dari Perspektif Islam (1992),
Penyesuaian Struktural dan Sektor Sukarela Islam, khususnya di Bangladesh (1995), Dampak
Pasar Tunggal Eropa pada Negara Anggota OKI, (1996) ) dan Pembiayaan Pembangunan
dalam Islam (1996).

b. Pemikiran ekonomi

M.Abdul Mannan membangun pemikiran ekonominya dengan terlebih dahulu


merumuskan asumsi dasar ekonomi Islam.Menurutnya, ada lima asumsi dasar yang harus
dibangun dalam ekonomi Islam.43 Pertama, Abdul Mannan. mengkritik konsep Adam Smith
tentang harmoni kepentingan yang dibentuk oleh mekanisme pasar. Pada dasarnya, setiap
manusia memiliki naluri untuk mengendalikan orang lain. Jika dibiarkan, nafsu ini cenderung
merugikan orang lain. Oleh karena itu, Abdul Mannan menekankan perlunya berbagai
intervensi pemasaran. Dari sini dapat dipahami bahwa manusia tidak dapat menciptakan
keadilan yang sejati. Orang cenderung menindas orang lain. Oleh karena itu, ekonomi Islam
diharapkan beroperasi pada persimpangan mekanisme pasar dan perencanaan pusat.

Kedua, Abdul Mannan mengkritik kaum Marxis karena tidak mampu membawa
perubahan ke arah yang lebih baik. Teori Marxis ini cenderung tidak manusiawi karena
mengabaikan naluri alami manusia yang mana setiap orang memiliki kelebihan atas yang
lain. Abdul Mannan berpendapat bahwa hanya ekonomi Islam yang dapat membawa
perubahan yang lebih baik. Alasan utamanya adalah ekonomi Islam memiliki nilai-nilai etis
dan kemampuan motivasional. Namun, Abdul Mannan tidak memberikan penjelasan yang
berarti tentang perbedaan antara nilai-nilai etika Islam dan keterampilan motivasi dengan
nilai-nilai Marxis dan motivasinya.

Ketiga, Abdul Mannan mengkritik paradigma ekonomi positivis neoklasik, di mana teori
ekonomi dirumuskan berdasarkan data dan fakta empiris. Menurutnya, teori ekonomi harus
dirumuskan berdasarkan data dan wahyu sejarah. Abdul Mannan menggunakan Wahyu
sebagai nama dan pelengkap arah penelitian ekonomi. Oleh karena itu, studi ekonomi harus
didasarkan pada standar yang ditentukan dalam penawaran. Oleh karena itu, ekonomi Islam
harus dibangun di atas landasan utama, yaitu pernyataan-pernyataan syariah yang bersumber
dari Al-Qur'an dan al-Sunnah. Menurutnya, Taloustutkimus yang tidak meninggalkan wahyu
kehilangan semangat ekonomi Islam.

Keempat, Abdul Mannan menolak gagasan tentang kekuatan produsen atau kekuatan
konsumen. Menurutnya, hal ini mengarah pada dominasi dan eksploitasi. Pada kenyataannya,
dikotomi sistem kapitalis saat ini antara kekuatan produksi dan kekuatan konsumsi tidak
dapat dihindari. Oleh karena itu, Mannan menyarankan perlunya keseimbangan antara
kontrol negara dan persaingan dengan tetap menjunjung tinggi nilai dan standar selama
diperbolehkan oleh Syariah. Hanya saja mekanisme kontrol untuk menegakkan nilai dan
standar syariah tidak dijelaskan dengan baik. Dengan kata lain, mekanisme ini merespon
persepsi dan sistem kekuasaan masing-masing negara.”

Kelima, Abdul Mannan berpendapat bahwa Islam membolehkan kepemilikan pribadi


selama tunduk pada kewajiban moral dan etika. Menurutnya, semua anggota masyarakat
berhak menerima bagian dari semua kekayaan. Namun, tidak seorang pun boleh
menyalahgunakan kepercayaannya sendiri dengan mengambil keuntungan dari pihak lain.
Menurut Abdul Mannan, kekayaan tidak boleh terkonsentrasi di tangan orang kaya. Zakat
dan shadaqah berperan penting dalam distribusi sehingga paham kapitalis yang mengarah
pada individualisme tidak ada dalam ekonomi Islam.

Keenam, langkah awal Abdul Mannan dalam pengembangan ekonomi Islam adalah
mengidentifikasi fungsi-fungsi dasar ekonomi, yang hanya memuat tiga fungsi, yaitu
konsumsi, produksi, dan distribusi. Berakar pada syariah adalah lima prinsip dasar yang
mengatur kegiatan ekonomi dasar berupa kegiatan konsumen, yaitu prinsip keadilan,
kemurnian, moderasi, kebajikan dan moralitas. Perilaku konsumsi seseorang dipengaruhi
oleh kebutuhannya sendiri, yang biasanya merupakan kebutuhan manusia yang terdiri dari
kebutuhan, kenyamanan dan kemewahan.Setelah mengemukakan asumsi-asumsi dasar
ekonomi Islam, Abdul Mannan kemudian memaparkan karakteristik dan kerangka
kelembagaannya. Menurut Abdul Mannan, sifat, karakteristik dan kerangka kelembagaan
ekonomi Islam adalah sebagai berikut: (1) kerangka sosial Islam dan hubungan yang
terintegrasi antara individu, masyarakat dan negara; (2) milik perseorangan yang relatif dan
bersyarat; (3) mekanisme pasar didukung oleh pengawasan, pengendalian dan kerjasama
dengan perusahaan publik; dan (4) pengenalan zakat dan penghapusan riba.

Setelah menjelaskan karakteristik dan kerangka kelembagaan, Abdul Mannan


menjelaskan tentang distribusi dan produksi. Menurut Abdul Mannan, distribusi merupakan
dasar alokasi sumber daya. Islam menekankan pemerataan pendapatan dan merupakan inti
dari model produksi sirkular Negara Islam. Mengenai produksi, Abdul Mannan berpendapat
bahwa produksi berkaitan dengan utilitas atau penciptaan nilai guna. Konsep kesejahteraan
Islam mencakup peningkatan pendapatan dengan meningkatkan produksi barang-barang
yang baik, penggunaan tenaga kerja, modal, dan sumber daya alam sebanyak mungkin, dan
memaksimalkan partisipasi penduduk dalam proses produksi.
5. Monzer Kahfi

a. Biografi

Monzer Kahf lahir di Damaskus, Suriah, pada tahun 1940 dan Kahf pada tahun 1962,
dan menerima penghargaan langsung dari presiden. 642 menerima gelar B.A (setara S1) dari
Universitas Damaskus Suriah sebagai lulusan terbaik. Pada tahun 1975, Kahf menerima gelar
Ph.D di bidang Economics in International Economics dari University of Utah di Salt Lake
City, AS. Selain itu, Kahfi juga mengikuti kuliah informal tentang pelatihan dan pengetahuan
fikih Islam (fig.) dan studi Islam di Suriah.

Ia bekerja sebagai auditor KHT sejak tahun 1968. Pada tahun 2005 Monzer Kahfi
menjadi Guru Besar Ekonomi dan Perbankan Islam pada Program Pascasarjana Ekonomi dan
Perbankan Islam di Universitas Yarmouk di Yordania. Selama lebih dari 34 tahun, Kahf telah
mendedikasikan dirinya di bidang pendidikan. Dari tahun 1971 hingga 1975 dia menjadi
asisten pengajar di Departemen Ekonomi di Universitas Utah di Salt Lake City. Kahf juga
dosen di School of Commerce di Universitas Damaskus (Suriah. 1962-1963). Pada tahun
1984 Kahf memutuskan untuk bergabung dengan Islamic Development Bank dan sejak tahun
1995 ia menjadi ekonom senior (Islam) di IDB."

Monzer Kahf adalah seorang penulis produktif yang menghasilkan gagasan ekonomi,
keuangan, bisnis, fiat, dan hukum dalam bahasa Arab dan Inggris. Pada tahun 1978 Kahf
menerbitkan sebuah buku tentang ekonomi Islam berjudul The Islamic Economy: Studi
analitis tentang fungsi sistem ekonomi Islam. Buku ini dianggap sebagai awal dari analisis
ekonomi matematis untuk studi ekonomi Islam, karena pada tahun 1970-an sebagian besar
karya ekonomi Islam terus membahas prinsip-prinsip dan pedoman ekonomi. Perilaku dalam
Masyarakat Islam (1984), Prinsip Keuangan Islam: Karya Kahfi lainnya antara lain: Sebuah
kontribusi untuk teori konsumen Penelitian (1992), Manajemen Zakat di Beberapa
Masyarakat Muslim (1993), Perhitungan Zakat untuk Muslim di Amerika Utara (1996),
Pembiayaan Pembangunan dalam Islam (1996), dan Sisi Permintaan atau Perilaku Konsumen
dari Perspektif Islam.

b. Pemikiran ekonomi

Pemikiran ekonomi terpenting dan terpenting dari Monzer Kahfi adalah pendapatnya
tentang ekonomi sebagai bagian khusus dari agama. Selain itu, Monzer Kahfi adalah orang
pertama yang melakukan analisis penerapan berbagai institusi Islam (seperti zakat) pada
agregat ekonomi seperti tabungan, investasi, konsumsi, dan pendapatan. Ini dalam bukunya
The Islamic Economy: Studi analitis tentang cara kerja sistem ekonomi Islam".

Dalam mengkonstruksi pemikiran ekonominya, Monzer Kahfi bersandar pada asumsi


lelaki Muslim bahwa seorang lelaki Muslim dianggap rasional ketika dia bertindak sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang seimbang.
Monoteismenya mendorongnya untuk percaya bahwa Tuhanlah yang berhak membuat aturan
untuk kesuksesan hidup. Ketika seorang pria muslim mengkonsumsi suatu produk, ia tidak
hanya berusaha untuk memaksimalkan kepuasan, tetapi ia selalu memperhatikan apakah
produk tersebut halal atau haram, isyraf atau tabzir, berbahaya bagi masyarakat atau tidak
dan lain-lain. Seorang muslim bukanlah seorang materialis, ia selalu memperhatikan anjuran
syariat untuk berbuat kebaikan bagi masyarakat. Itu sebabnya dia ramah, membantu dan
peduli dengan komunitas di sekitarnya. Ia ikhlas mengorbankan kesenangannya untuk
menyenangkan orang lain (QS 2:215; QS 92:18-19). Motifnya untuk berbuat baik kepada
orang lain, baik itu sedekah, sedekah, kasih sayang kepada anak yatim, atau membayar zakat
harta, dll, tidak didasarkan pada motif ekonomi seperti dalam doktrin tanggung jawab sosial,
tetapi hanya pada harapan. Demi keridhaan Allah SWT.

Akibatnya, Monzer Kahfi memperkenalkan konsep "rasionalisme Islam". Rasionalisme


dalam Islam disebutkan sebagai alternatifSesuai dengan nilai-nilai Islam, unsur-unsur utama
rasionalisme ini adalah sebagai berikut: (1) Islam memberdayakan individu untuk mencapai
keberhasilan dalam kehidupan melalui kegiatan ekonomi, dan keberhasilan materi dan
keberhasilan di akhirat mencapai keridhaan Allah SWT; (2) Kehidupan di dunia ini bersifat
sementara dan ada kehidupan yang abadi yaitu akhirat, (3) Kemakmuran dalam konsep Islam
merupakan amanat Allah SWT. dan sebagai alat bagi individu untuk sukses di akhirat; (4)
dalam menggunakan barang harus selalu memperhatikan Magasid al-Syariah, dan (5) Islam
tidak melarang seseorang menggunakan barang untuk gratifikasi, selama orang tersebut tidak
menggunakan barang yang haram dan berbahaya atau merugikan.

Selain itu, Monzer Kahf menyajikan etika konsumen dalam Islam. Kah mengembangkan
idenya tentang konsumsi dengan memperkenalkan konsumsi akhir (FS) sebagai variabel
konstan untuk melihat kepuasan maksimum konsumen Muslim. Salah satunya dimulai
dengan mengkaji asumsi bahwa lembaga zakat memang seharusnya menjadi bagian dari
struktur sosial ekonomi. Kahfi menganggap bahwa zakat merupakan kebutuhan muzak. Oleh
karena itu, meskipun zakat merupakan konsumsi yang menghasilkan manfaat, namun karena
sifat zakat yang tetap, ia dianggap berada di luar konsumsi akhir. Dalam masalah produksi,
menurut Monzer Kahfi, teori produksi memiliki aspek-aspek sebagai berikut:(1) Motif
produksi, yaitu pemanfaatan setiap partikel alam semesta, merupakan tujuan ideologis umat
Islam; (2) tujuan produksi adalah usaha manusia untuk memperbaiki kondisi material dan
moralnya serta sebagai sarana untuk mencapai tujuannya di akhirat; (3) tujuan unit usaha
untuk memaksimalkan keuntungan, dimana unit usaha tidak boleh melanggar “aturan main
ekonomi Islam” (4) faktor produksi; (4) modal sebagai akumulasi tenaga kerja; dan (5) hak
milik sebagai akibat.

Kahfi juga memiliki gagasan keuangan tentang struktur pasar. Menurut Monzer Kahfi,
ekonomi Islam adalah ekonomi bebas, namun kebebasannya lebih terlihat dalam bentuk
kompetisi. Individualisme dan keterlibatan masyarakat saling terkait erat sehingga bekerja
untuk kepentingan orang lain adalah cara yang paling menjanjikan untuk mengembangkan
efisiensi dan mendapatkan ridha Allah. Partisipasi pasar negara hanya pada waktu tertentu
atau bersifat sementara. Sistem ekonomi Islam memandang Islam memiliki keberadaan yang
kokoh dan stabil di pasar dengan perangkat elektronik lainnya, dipandang sebagai perancang,
pengawas, produsen dan juga konsumen. Mekanisme pasar membutuhkan regulasi pasar
yang dirumuskan negara berdasarkan sumber hukum Islam, yaitu Al-Qur'an dan al-Sunnah.

Di bagian akhir, Monzer Kahf juga berbicara tentang ekonomi makro. Ada beberapa
topik ekonomi makro yang disampaikan oleh Monzer Kahfi. Menurutnya, pelaksanaan zakat
dan larangan riba merupakan aspek terpenting dalam ekonomi makro, seiring dengan
penerapan akad-akad lain yang berbasis syariah. Selain itu, Monzer Kahfi juga berbicara
tentang uang dan otoritas moneter, kredit Islam dan struktur keuangan, utang pasar uang
nasional dan, dan kebijakan ekonomi.

D. Kesimpulan

Pemikiran ekonomi Muhammad Baqir al-Shadri dapat dilihat dalam karyanya yang
berjudul Iqtishaduna. Pemikiran ekonomi Al-Shadr diawali dengan kritik terhadap dua sistem
ekonomi yang berkembang saat itu, yaitu sistem ekonomi kapitalisme dan Marxisme.
Menurut Baqir al-Shadr, kedua sistem ekonomi ini bertentangan dengan sistem ekonomi
Islam. Pada saat yang sama, al-Shadr berpendapat bahwa sistem ekonomi Islam tidak sesuai
dengan dua sistem ekonomi buatan manusia. Oleh karena itu, tema utama yang
diimplementasikan Baqir al-Shadr dalam Iqtishaduna terkait dengan masalah struktur
ekonomi Marxis, hukum nilai Marxis dan munculnya masyarakat kapitalis.

Setelah mengkritik sistem ekonomi kapitalis dan Marxis, Baqir al-Shadr memaparkan
pemikirannya tentang ekonomi Islam. Menurut Baqir al-Shadr, ekonomi Islam adalah sistem
yang sangat baik nilai-nilai yang bersumber dari ajaran Islam. Dalam studinya tentang
ekonomi Islam, Baqir al-Shadr membagi subjek menjadi enam bagian utama:

(1) struktur umum ekonomi Islam;

(2) ekonomi Islam sebagai bagian dari sistem umum;

(3) kerangka umum ekonomi Islam;

(4) ekonomi Islam bukanlah suatu disiplin ilmu;

(5) Dakwah dari perspektif Islam; dan

(6) masalah ekonomi dari perspektif Islam.

Pada abad ke-20, abad kebangkitan dunia Islam, Beberapa ekonom Muslim muncul.
Kebangkitan Dunia Islam ditandai antara lain dengan lahirnya beberapa karya monumental
berkaitan dengan khazanah spiritual umat Islam. Sebagian Harta rohani ini juga terkait
dengan masalah keuangan. Dari paruh banyak karya tentang ekonomi Islam pada abad ke-20
kedua mulai mempengaruhi pemikiran ekonomi, terutama di kalangan penduduk. 6

Daftar Pustaka

Jurnal//PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MUHAMMAD BAQIR ASH SHADR//Muhammad Saleh,


S.H.I., M.E.I.

Janwari/jadi/Buku pemikiran ekonomi Islam di era Rasulullah hingga sekarang.

6
Yadi janwari pemikiran ekonomi islam. Hlm 317

Daftar Pustaka
Ash Shadr, Muhammad Baqir, Buku Induk Ekonomi Islam, judul asli: Iqtishaduna
diterjemahkan oleh Yudi, (Jakarta: Zahra, 2008).

Dahlan, Ahmad, Pengantar Ekonomi Islam, (Purwokwrto: Fajar Media Press, 2009).

http://sejarah ekonomi islam.blogspot.com, diakses tanggal, 1 Desember 2014

Anda mungkin juga menyukai