Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEMIKIRAN EKONOMI IBNU KHALDUN (732 – 808H/ 1332 – 1406M)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Pengampu : Nurul Inayah, M.E


Disusun Oleh :

KELOMPOK 9
Fadhilah Nondangari 0502191001
Muhammad Rozi 0502192091
Salsabilla Febriani 0502191028

Kelas AKS 6 D

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Tanpa pertolongan-Nya tentu kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Salawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
makalah kami dari mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dengan judul Pemikiran
Ekonomi Ibnu Khaldun (732-808H/ 1332-1406M)
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi.Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Ibu
Dosen yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih.

Medan, 29 Mei 2022

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan Masalah .................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup Ibnu Khaldun................................................................ 3
B. Perjalanan Studi dan Karya – Karya Ibnu Khaldun................................ 4
C. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun ........................................................ 9
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Munculnya Ilmu Ekonomi Islam selama ini, telah mengarahkan perhatian para ilmuan
modern kepada pemikiran ekonomi Islam klasik. Selama ini, buku-buku tentang sejarah
ekonomi yang ditulis para sejarawan ekonomi atau ahli ekonomi, sama sekali tidak
memberikan perhatian kepada pemikiran ekonomi Islam. Penghargaan para sejarawan dan
ahli ekonomi terhadap kemajuan kajian ekonomi Islam sangat kurang dan bahkan terkesan
mengabaikan dan menutupi jasa-jasa intelektual para ilmuwan muslim. Buku Perkembangan
Pemikiran Ekonomi.
Pendekatan ekonomi Ibn Khaldun yang terdapat dalam mukaddimah tidak terlepas dari
sebuah pengamatan terhadap sejarah manusia. Fokus kajian Ibnu Khaldun adalah manusia, ia
memahami bahwa kejayaan atau keruntuhan sebuah dinasti atau peradaban sebagai faktor
yang terkait erat dengan kesejahteraan atau kesengsaraan rakyat. Di dalam analisis Ibnu
Khaldun, kejayaan dan keruntuhan bukan hanya tergantung pada variable-variabel ekonomi,
melainkan juga pada sejumlah faktor lain yang turut menentukan kualitas individu,
masyarakat, penguasa, dan lembaga-lembaga.1
Pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun tersebut cukup relevan untuk dapat menjawab
berbagai persoalan. Ibn Khaldun sering kali secara eksplisit maupun implisit mengkritik
perilaku bermewah-mewahan suatu masyarakat yang telah maju sebagai titik balik
merosotnya kehidupan ekonomi suatu masyarakat atau peradaban hingga menuju
keruntuhannya. Dari konteks besar pemikirannya tersebut banyak teori-teori ekonomi yang
dapat digali yang sebenarnya berpijak pada pengamatan empirisnya terhadap perilaku
ekonomi berbagai masyarakat yang ditemuinya. Karena teori-teori ekonomi Ibnu Khaldun
bisa dimasukkan kedalam kategori ilmu ekonomi positif (positive economics) yang
didasarkan pada pengamatan empiris dengan pendekatan sosiologis. Secara garis besar
perhatiannya pada masalah ekonomi bertolak dari adanya interelasi dalam perekonomiannya
secara makro.

1
Yosi Aryanti, “Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun; Pendekatan Dinamika Sosial – Ekonomi dan Politik”,
Jurnal Imara, Vol. 2 No. 2, 2018, hal.152.

1
B. Rumusan Masalah :
1. Bagaimana Riwayat Hidup Ibnu Khaldun?
2. Apa Karya – Karya Ibnu Khaldun?
3. Bagaimana Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun?

C. Tujuan Masalah :
1. Untuk Mengetahui Riwayat Hidup Ibnu Khaldun.
2. Untuk Mengetahui Karya – Karya Ibnu Khaldun.
3. Untuk Mengetahui Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Ibnu Khaldun


Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Waliyuddîn Abu Zaid Abdurrahmân bin
Muhammad Ibnu Khaldun al-Hadrami al-Ishbili. Beliau dilahirkan di Tunisia pada awal
Ramadlan 732 H atau tanggal 27 Mei 1332. Keluarganya berasal dari Hadramant yang
kemudian berimigrasi ke Seville (Spanyol) pada abad ke-8 setelah semenanjung itu dikuasai
Arab Muslim. Keluarga ini pro-Umayyah dan selama bertahuntahun menduduki posisi tinggi
dalam politik di Spanyol sampai akhirnya hijrah ke Maroko. Setelah dari Maroko, mereka
menetap di Tunisia dan di Negara ini mereka dihormati pihak istana dan diberi tanah milik
dinasti Hafsiah. Sejak kecil Ibnu Khaldun terlibat dalam kegiatan intelektual di kota
kelahirannya, di samping mengamati dari dekat kehidupan politik. Kakeknya pernah
menjabat menteri keuangan di Tunis, sementara ayahnya sendiri adalah seorang administrator
dan perwira militer.
Ibnu Khaldun di masa kecilnya ternyata lebih tertarik pada dunia ilmu pengetahuan. Di
usianya yang relatif muda, ia telah menguasai ilmu sejarah, sosiologi dan beberapa ilmu
klasik, termasuk ulum aqliyah (ilmu filsafat, tasawuf dan metafisika). Selain itu Ibnu Khaldun
adalah raksasa intelektual paling terkemuka di dunia. Ia bukan saja Bapak sosiologi tetapi
juga Bapak ilmu Ekonomi, karena banyak teori ekonominya yang jauh mendahului Adam
Smith dan Ricardo.Ibnu Khaldun mempelajari ilmu pada sejumlah guru, yang terpenting
adalah: Abu Abdillah Muhammad bin al-Arabi al-Hashasyiri, Abu al-Abbas Ahmad bin al-
Qushshar, dan guru lainnya. Ia mempunyai kecerdasan yang cemerlang, sehingga banyak
yang mengatakan bahwa Ibnu Khaldun adalah seorang Ensiklopedis (kamus berjalan).
Setelah menginjak dewasa, Ibnu Khaldun aktif dalam kegiatan politik yang mengantarkannya
menduduki posisi strategis. Khaldun muda oleh Sultan Abu Inan dari Fez, Maroko
mendapatkan kepercayaan untuk menjadi sekretarisnya, padahal waktu itu usianya masih 20
tahun. Dia menetap di Maroko antara tahun 1354 sampai 1362 dan akhirnya meninggalkan
Afrika Utara menuju Granada, Spanyol pada tanggal 26 Desember 1362. Keputusan ini
diambil karena situasi politik Maroko menghangat dan sebelumnya dia sempat dipenjara

3
selama 21 bulan karena dituduh berkomplot dengan Pangeran Muhammad, menggulingkan
Abu Inan2.
Di Granada Spanyol, Khaldun disambut hangat oleh penguasa di sana. Bahkan di tahun
berikutnya, Sultan menunjuknya sebagai duta Raja Castilla, Pedro, untuk mengadakan
perdamaian antara keduanya. Tugas ini diselesaikan dengan baik dan ia menjadi seorang
tokoh politik peringkat pertama. Keberhasilannya ini ternyata membuat iri Ibnu Khatib yang
merusak hubungannya dengan Sultan. Sehingga, sebagaimana diuraikan dalam atTa’rif, Ibnu
Khaldun pergi ke Bijayah. Kedatangannya di sana mendapatkan sambutan baik dari sang
Sultan dan ia diberi jabatan “Hijabah”, setingkat Perdana Menteri. Kemudian ia pindah lagi
menuju ke Biskarah, karena kedekatannya dengan penguasa di sana, Ahmad Ibnu Yusuf Ibnu
Mazni. Di akhir kehidupannya, ia tidak lagi tertarik dengan glamour kehidupan dunia. Bahkan
banyak sekali jabatan politik yang ia tolak, karena ia ingin konsentrasi dalam kontribusi
intelektual. Pengalamannya yang begitu banyak menjadi bahan penting baginya untuk
menyusun teori dan pokok pikirannya dalam Muqaddimah dan beberapa buku lainnya yang
menjadi referensi sejarah peradaban umat manusia.
Ibnu Khaldun meninggal dunia pada tanggal 26 ramadhan 808 H/16 Maret 1406 M
dalam usia 74 tahun menurut hitungan masehi, atau 76 tahun menrut hitungan tahun hijriah
dan ia dimakamkan dikuburan kaum sufi.

B. Karya-Karya Ibnu Khaldun


Ibnu Khaldun dibesarkan dalam keluarga ulama dan terkemuka. Dari ayahnya ia belajar
ilmu qiro’at. Sementara ilmu hadits, bahasa Arab dan fiqh diperoleh dari para gurunya, Abu
al-Abbas al-Qassar dan Muhammad bin Jabir al-Rawi. Ia juga belajar kepada Ibn ‘Abd al-
Salam, Abu Abdullah bin Haidarah, al-Sibti dan Ibnu ‘Abd al-Muhaimin. Kemudian
memperoleh ijazah hadits dari Abu al-Abbas al-Zawawi, Abu Abdullah al-Iyli, Abu Abdullah
Muhammad, dan lain-lain. Ia pernah mengunjungi Andalusia dan Maroko. Di kedua negara
itu ia sempat menimba ilmu dari para ulamanya, antara lain Abu Abdullah Muhammad al-
Muqri, Abu al-Qosim Muhammad bin Muhammad al-Burji, Abu al-Qasim al-Syarif al-Sibti,
dan lain-lain. Kemudian mengunjungi Persia, Granada, dan Tilimsin.
Banyak tokoh dan ulama yang menjadi muridnya. Mereka antara lain Ibnu Marzuq al-
Hafidz, al-Damamini, al-Busili, al-Bisati Ibnu Ammar, Ibnu Hajar, dan lain-lain. Dalam usia

2
Abdurrahman Kasdi, “Pemikiran Ilmu Khaldun Dalam Presfektif Sosiologi dan Filsafat Sejarah”, Fikrah,
Vol.2, No.1, 2014, hal.293.

4
muda Ibnu Khaldun sudah menguasai beberapa disiplin ilmu Islam klasik, termasuk ‘ulum
aqliyah (ilmu-ilmu kefilsafatan, tasawuf dan metafisika). Di bidang hukum, ia mengikuti
mazhab Maliki. Di samping itu semua, ia juga tertarik pada ilmu politik, sejarah, ekonomi,
geografi, dan lain-lain3. Otaknya memang tidak puas dengan satu dua disiplin ilmu saja. Di
sinilah terletak kekuatan dan sekaligus kelemahan Ibnu Khaldun. Pengetahuannya begitu luas
dan berfariasi ibarat sebuah ensiklopedi. Namun dari catatan sejarah, ia tidak dikenal sebagai
seorang yang sangat menguasai satu bidang disiplin.
Karya-karya Ibnu Khaldun, termasuk karya-karya yang monumental. Ibnu Khaldun
menulis banyak buku, antara lain; Syarh al Burdah, sejumlah ringkasan atas buku-buku karya
Ibnu Rusyd, sebuah catatan atas buku Mantiq, ringkasan (mukhtasor) kitab al-Mahsul karya
Fakhr al-Din al-Razi (Ushul Fiqh), sebuah buku lain tentang matematika, sebuah buku lain
lagi tentang ushul fiqh dan buku sejarah yang sangat dikenal luas. Buku sejarah tersebut
berjudul Al-Ibar wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Tarikh al-Arab wa al-Ajam wa al-
Barbar. Ibnu Khaldun melalui buku ini benar-benar menunjukkan penguasaannya atas sejarah
dan berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Di samping kitab tersebut, kitab al-Muqoddimah Ibnu Khaldun merupakan karya
monumental yang mengundang para pakar untuk meneliti dan mengkajinya. Tokoh ini
meninggal dunia secara mendadak di Kairo pada tahun 807 H dan dimakamkan di kuburan
kaum sufi di luar Bab al-Nasr.
Sehubungan dengan itu, maka tidak mengherankan jika banyak ilmuwan terkemuka
kontemporer yang meneliti dan membahas pemikiran Ibnu Khaldun, khususnya dalam bidang
ekonomi. Doktor Ezzat menulis disertasi tentang Ibnu Khaldun berjudul Production,
Distribution and Exchange in Khaldun’s Writing dan Nasha’t menulis “al-Fikr al-iqtisadi fi
muqaddimat Ibn Khaldun (Economic Though in the Prolegomena of Ibn Khaldun)4. Selain
itu kita memiliki sumbangan-sumbangan kajian yang berlimpah tentang Ibnu Khaldun. Ini
menunjukkan kebesaran dan kepeloporan Ibnu Khaldun sebagai intelektual terkemuka yang
telah merumuskan pemikiran-pemikiran briliyan tentang ekonomi. Rosenthal misalnya telah
menulis karya Ibn Khaldun the Muqaddimah : An Introduction to History, Spengler menulis
buku Economic Thought of Islam: Ibn Khaldun , Boulakia menulis Ibn Khaldun: A
Fourteenth Century Economist, Ahmad Ali menulis Economics of Ibn Khaldun-A Selection,

3
Choirul Huda,” Pemikiran Ekonomi Bapak Ekonomi Islam;Ibnu Khaldun”, Jurnal Conomica, Vol.IV
Edisi 1, 2013, hal.107.
4
Revi Fitriani, “Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun Islamic Economic Thought Of Ibnu Khaldun, Jurnal
Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol. 2 No. 2, 2019, hal.131.

5
Ibn al Sabil menulis Islami ishtirakiyat fi’l Islam, Abdul Qadir Ibn Khaldun ke ma’ashi
khayalat”, (Economic Views of Ibn Khaldun) Rifa’at menulis Ma’ashiyat par Ibn Khaldun ke
Khalayat” (Ibn Khaldun’s Views on Economics Somogyi menulis buku Economic Theory in
the Classical Arabic Literature Tahawi al iqtisad al-islami madhhaban wa nizaman wa
dirasah muqaranh. (Islamic Economics-a School of Thought and a System, a Comparative
Study), T.B. Irving menulis Ibn Khaldun on Agriculture”, Abdul Sattar menulis buku Ibn
Khaldun’s Contribution to Economic Thought” in: Contemporary Aspects of Economic and
Social Thingking in Islam.

Adapun Karya – Karya Terkenal Ibnu Khaldun antara lain :

1. Al-Ibar wa Diwan Al-Mubtada’ wa Al-Khabar fi Tarikh Al Arab wa Al Ajam wa


Al-barbar.

Karya yang dilihat dari judulnya mempunyai gaya sajak yang tinggi ini dapat
diterjemahkan menjadi; Kitab contoh-contoh dan rekaman tentang asal-usul dan peristiwa
hari-hari arab, Persia, Barbar dan orang-orang yang sezaman dengan mereka yang memiliki
kekuatan besar. Oleh karena judulnya terlalu panjang, orang sering menyebutnya dengan
kitab al- ‘Ibar saja, atau kadang cukup dengan sebutan Tarikh Ibnu Khaldun.
Karya pertama Ibnu Khaldun ini adalah kitab al - Ibar wa Diwan al- Mubtada wa al-
Khabar fi Ayyam al-Arab wa al-Ajam wa al-Barbar wa Man- Asharahum min Dzawi al-
Sulthan al-Akbar. yang memiliki arti: Kitab Pelajaran dan Arsip Sejarah Zaman Permulaan
dan Zaman Akhir, mencakup Peristiwa. Karya al-Ibar, bagian itu disebut juga al-
Muqaddimah dan hanya terdiri dari satu kitab saja al-Muqqadimah ini diselesaikan di Benteng
Ibnu Salamah, selama lima bulan, selesai tepatnya pada tahun 779 H dan setelahnya
diselesaikan di Tunis, sehingga disebut naskah Tunis. Namun kitab al-Ibar yang kedua dan
ketiga, diselesaikan ketika berada di Mesir, yang ditulis antara bulan Syawal 784 H - 808 H.
Naskah itu kemudian disebut naskah Mesir. Karya besar ini terdiri dari tujuh jilid, terbitan
Bulak Kairo tahun 1868 M. Satu jilid pertama dari kitab Ibar-nya adalah kitab Muqaddimah,
yang khusus berisikan pembahasan tentang gejala - gejala sosial. Enam jilid sisanya
merupakan bahasan panjang tentang sejarah alam semesta.
Ibnu Khaldun membagi kitab Ibarnya itu ke dalam sebuah pendahuluan dan tiga buah
kitab. Pada pendahuluannya itu, Ibnu Khaldun menerangkan keutamaan ilmu sejarah, aliran
- alirannya, serta menyebutkan letak kesalahan para sejarawan di dalam menulis sejarah.

6
Sedangkan kitab bagian pertamanya dibahas mengenai masyarakat manusia, watak - watak
raja, sultan, mata pencaharian, penghidupan, pabrik, ilmu pengetahuan, dan tentang sebab -
akibat. Pendahuluan (Muqaddimah dan kitab bagian pertama ini, ditambah pembuka kata,
semuanya dijadikan satu jilid khusus, yang kita kenal sekarang dengan kitab Muqaddimah).
Sedangkan kitab - kitab bagian kedua dan ketiga berisikan pembahasan tentang sejarah secara
objektif. Metode yang dipakai Ibnu Khaldun dalam karyanya al-Ibar ini berbeda dengan
metode banyak buku - buku sejarah yang terbit sebelumnya, sebab kebanyakan karya - karya
sejarah Islam sebelumnya disusun dalam bentuk kronologi peristiwa - peristiwa yang
didasarkan pada tahun, dimana berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di berbagai negara dan
tempat dihimpun berdasarkan tahun kejadiannya, sementara Ibnu Khaldun mempergunakan
metode yang lebih teliti. Ibnu Khaldun menelusuri sejarah setiap negara dan dinasti secara
teliti sejak permulaan dan akhir, sehingga pemahaman atas peristiwa - peristiwanya lebih
mudah dan cepat. Dan menerapkan metodenya dengan kritik sejarah penelitian atas kebenaran
- kebenaran berita - berita yang terdapat dalam karya - karya para sejarawan sebelumnya,
sebelum Ibnu Khaldun mengutipnya.
2. Kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun

Kitab yang kita kenal sekarang dengan nama Muqaddimah Ibnu Khaldun merupakan
jilid pertama dari ketujuh jilid kitab sejarah alam semesta al - Ibar wa Diwan al-Mubtada wa
al-Khabar fi Ayyam al-Arab wa al-Ajam wa al-Barbar wa Man-Asharahum min Dzawi al-
Sulthan al-Akbar. Yang diterbitkan oleh penerbit Bulaq, Kairo tahun 1868 M (Ali
Abdulwahid wafi, 1985: 81). Kitab Muqqadimah ini telah banyak diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa antara lain bahasa Arab, bahasa Asing seperti Inggris, Perancis, Jerman, dan
lebih khususnya bahasa Indonesia yang telah diterjemahkan oleh Ismail Yakub, dan Ahmadie
Thoha.

Isi Muqaddimah:
Pembukaan yang disebut Khutbatu I-Kitab, dibajah, atau iftitahiah, terdiri dari sebelas
halaman. Setelah menyebutkan pujian kepada Allah, sholawat serta salam atas diri Rasulullah
SAW, Ibnu Khaldun menyinggung bahasan - bahasan ahli - ahli sejarah yang hidup
sebelumnya, seperti Ibnu Ishaq, at-Thabari, Muhammad Ibnu Umar Waqidi, al-Masudi, dan
sejarawan lain yang terkenal dan terkemuka. Selanjutnya Ibnu Khaldun menyebutkan pula
aliran - aliran, letak - letak kesalahan di dalam pembahasan - pembahasan, kekurang telitian

7
di dalam membahas dan mengambil kesimpulan dari peristiwa - peristiwa sejarah, yang telah
dibahas oleh ahli - ahli sejarah tersebut.
Di bagian pertama bagian pembukaan ini, Ibnu Khaldun menerangkan alasan -
alasannya mengarang kitab itu keseluruhannya (al-Ibar), sambil menerangkan metode
pembagian - pembagiannya. Pada bagian penutupnya, ditulisnya bahwa buku itu dihadiahkan
kepada Amirul Mukminin Abu Faris Abdul Aziz bin Abil Hasan al Marini (Sultan Maghribi
Jauh, tahun 796 H), Naskah yang dimaksud adalah naskah yang ditulis di Mesir, dan
diserahkan kepada Sultan tersebut pada tahun 779 H, Sedangkan naskah yang pertama, yang
ditulis pertama kali, Ibnu Khaldun hadiahkan kepada Sultan Abul Abbas Ahmad Ibnu Abi
Abdillah al-Hafsi, Sultan Tunisia.
Muqaddimah Ibn Khaldun ini ditulis berdasarkan pengalaman Ibnu Khaldun yang kaya
dan pemikirannya yang realistis, yang tampaknya menjadi bagaikan Injil atau Al-Qur‟an,
dimana setiap golongan yang mengalami konflik dapat menemukan sesuatu di dalamnya
untuk mencapai golongannya. Dengan menulis Muqaddimah, Ibnu Khaldun terutama
bermaksud mengembangkan suatu bentuk logika yang realistis. Hal ini menjelaskan mengapa
Ibnu Khaldun berusaha mencari hukum - hukum nyata yang menguasai proses
kemasyarakatan.

3. Kitab al-Ta ‘rif lbnu Khaldun wa Rihlatuhu Garban wa Syarqan.

Salah satu cabang ilmu sejarah yang ditekuni Ibnu Khaldun adalah Autobiografi
(riwayat hidup sendiri), yang diberi judul Al-Ta’arif bi Ibn Khaldun wa Rihlatuh Gharban wa
Syarqan, dengan kitabnya ini Ibnu Khaldun menjadi orang terkemuka dalam bidang ini di
antara ahli - ahli sejarah dari Arab, Karya ini dapat dipandang sebagai Autobiografi. Karya
dalam bentuk yang demikian ini sebelumnya telah disusun oleh para penyusun sebelum Ibnu
Khaldun, seperti Yaqut al-Hamawi dalam karyanya Mu’jam al-Udaba, dan Lisanuddin al-
Khatib, seorang ilmuwan se zaman dengan Ibnu Khaldun dan juga sahabatnya. Dalam
karyanya al-Ihathah bi Akbar Gharnatah. Namun Autobiografi yang disusun sebelum masa
Ibnu Khaldun tersebut sangat ringkas sekali, sementara Autobiografi Ibnu Khaldun sangat
rinci. Dalam karyanya tersebut Ibnu Khadun menguraikan sebagian besar peristiwa yang
dialami dalam kehidupannya. Dalam karyanya ini Ibnu Khaldun tidak segan - segan
menyingkapkan berbagai peristiwa - peristiwa, dimana Ibnu Khaldun ikut terlibat di
dalamnya. Misalnya saja keterlibatannya dalam persekongkolan menentang seorang Sultan
atau pangeran yang menjadi majikannya sebelumnya, atau pemberontakannya terhadap

8
seorang tokoh, guna memperoleh apa yang diinginkannya, dan apabila tujuannya tersebut
tercapai, Ibnu Khaldun tidak tanggung - tanggung memberontak kepada tokoh tersebut.
Ibnu Khaldun telah merampungkan karyanya At-Ta‟arif, pada permulaan tahun 797
H, memberinya judul dengan Al-Ta’arif bi Ibn Khaldun Mu’allif Hadza al-Kitab. Kemudian
karyanya ini direvisi kembali dan dilengkapi dengan hal - hal baru pada masa antara
permulaan tahun 798 H sampai dengan akhir tahun 808 H. Yakni beberapa bulan menjelang
kewafatannya. Sehingga karya ini pun menjadi lebih tebal dan diberi judul al-Ta’rif bi Ibn
Khaldun Mu’aliff Hadza al-kitab wa Rihlatuh Gharban wa Syarqan. Karyanya ini Ibnu
Khaldun jadikan sebagai lampiran dari al-Ibar, karya ini disunting dan diterbitkan oleh
Muhammad Ibn Tawit al-Thanji di Kairo pada tahun 1951 M.

C. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun


Menurut Spegler, pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun sangat penting tidak saja karena
telah banyak mendahului pemikiran ekonom barat, tetapi karena ia memiliki penguasaan ilmu
pengetahuan yang luas dan mendalam sehingga mampu menulis pemikiran ekonomi dalam
perspektif yang lengkap. Ibnu Khaldun mempunyai pandangan yang jelas dan komprehensif
bagaimana hubungan faktor-faktor dinamika sosial, moral, ekonomi dan politik yang berbeda
namun saling berhubungan satu sama lain berperan bagi kemajuan maupun kemunduran
sebuah lingkungan masyarakat.5
Selain sebagai tokoh utama dalam bidang sosiologi dari kalangan umat Islam, Ibnu
Khaldun juga membicarakan aspek-aspek ekonomi. Pengetahuan Ibnu Khaldun tentang
prinsip-prinsip ekonomi sangat dalam dan jauh ke depan sehingga sejumlah teori yang ia
gagas hampir enam abad yang lalu tanpa diragukan lagi dianggap sebagai pelopor bagi
formulasi teori yang lebih modern dan canggih. Bahkan banyak pemikirannya yang masih
relevan dan juga diadopsi oleh pemikir ekonomi modern Secara singkat akan dipaparkan
pemikiran-pemikiran Ibnu Khaldun tentang ekonomi antara lain:

1. Teori Produksi
Menurut Ibnu Khaldun, produksi adalah aktivitas manusia yang diorganisasikan secara
sosial dan internasional.
a. Tabiat Manusia dari Produksi.

5
L. M. Ikbal Patoni, “Kontribusi Pemikiran Ibnu Khaldun Terhadap Pemikiran Ekonomi Modern”, Jurnal
El-Qist, Vol.1 No. 2, 2021, hal. 38.

9
Menurutnya, pada satu sisi, manusia adalah binatang ekonomi. Tujuannya
jelas yaitu produksi, karena manusia dapat dibedakan dari makhluk hidup lainnya
dari segi upayanya mencari penghidupan dan perhatiannya pada berbagai jalan
untuk mencapai dan memperoleh sarana-sarana kehidupan. Sedangkan pada sisi
yang lain, faktor produksi yang utama adalah tenaga kerja manusia. Laba
produksi adalah nilai utama yang dicapai dari tenaga manusia. Manusia dapat
mencapai produksi dengan tanpa usahanya sendiri seperti melalui perantara hujan
yang menyuburkan ladang. Kendati demikian, hal ini sifatnya pendukung saja.
Karena itu, manusia harus melakukan produksi guna mencukupi kebutuhan
hidupnya dan produksi berasal dari tenaga manusia
b. Organisasi Sosial dan Produksi.
Melakukan produksi bagi manusia sangat penting. Jika manusia ingin hidup
dan mencari nafkah, maka ia harus makan. Ia juga harus memproduksi
makanannya, karena hanya dengan tenaganya ia tetap bisa mendapatkan
makanan. Namun manusia tidak dapat melakukannya sendiri dapat memproduksi
makanan yang cukup untuk kebutuhannya sehari-hari. Jika ia ingin bertahan,
maka ia harus mengorganisasikan tenaganya. Melalui modal atau keterampilan,
operasi produksi yang paling sederhana mensyaratkan kerja sama dari banyak
orang dan latar belakang teknis dari keseluruhan peradaban. Setiap makanan
memerlukan sejumlah kegiatan dan setiap kegiatan memerlukan sejumlah
peralatan dan keahlian. Organisasi sosial dari tenaga kerja ini harus dilakukan
melalui spesialisasi yang lebih tinggi dari pekerja. Hanya melalui spesialisasi dan
pengulangan operasi-operasi sederhanalah orang menjadi terampil dan dapat
memproduksi barang dan jasa yang bermutu baik dengan kecepatan yang baik
pula.
c. Organisasi Internasional dari Produksi.
Bagi Ibnu Khaldun, tenaga kerja adalah faktor produksi yang paling penting.
Semakin banyak populasi yang aktif, maka semakin banyak produksinya.
Sejumlah surplus barang yang dihasilkan dapat kiranya diekspor dan dengan
demikian akan meningkatkan kemakmuran daerah setempat. Pada bagian yang
lain, semakin tinggi tingkat kemakmuran, maka semakin tinggi pula permintaan
penduduk terhadap barang dan jasa. Kenaikan permintaan terhadap barang dan
jasa menyebabkan naiknya harga-harga barang dan jasa tersebut serta naiknya
gaji yang dibayarkan kepada pekerja-pekerja yang terampil. Dari sini dapat dilihat
10
uraian teori Ibnu Khaldun yang menunjukkan interaksi antara permintaan dan
penawaran. Permintaan akan menciptakan penawarannya sendiri yang pada
gilirannya akan menciptakan permintaan yang bertambah. Menurutnya, semakin
berkembang suatu negara, maka semakin banyak pula modal intelektualnya dan
organisasi infrastruktur intelektualnya. Bagi orang yang terampil akan ditarik
oleh infrastruktur ini dan datang untuk hidup di negeri itu, karena hal ini akan
meningkatkan modal dan infrastruktur intelektualnya. Dalam perspektif Ibnu
Khaldun, karena faktor produksi yang paling utama adalah tenaga kerja dan
hambatan satu-satunya bagi pembangunan adalah kurangnya persediaan tenaga
kerja yang terampil, proses kumulatif ini pada kenyataannya merupakan suatu
teori ekonomi tentang pembangunan.
Teori Ibnu Khaldun yang lain tentang organisasi internasional, merupakan
embrio teori perdagangan internasional, dengan analisis tenang syarat-syarat
pertukaran antara negara-negara kaya dengan negara-negara miskin, tentang
kecenderungan untuk mengekspor dan mengimpor, tentang pengaruh struktur
ekonomi terhadap perkembangan dan tentang pentingnya modal intelektual
dalam proses pertumbuhan.

2. Pembagian Kerja (Division of Labor)


Menurut Ibnu Khaldun, seorang individu tidak akan dapat memenuhi seluruh
kebutuhan ekonominya seorang diri, melainkan mereka harus bekerjasama dengan
pembagian kerja dan spesifikasi. Spengler meringkas pandangan Ibnu Khaldun pada subjek
ini, yakni: “Mungkin yang paling penting dari bentuk kerjasama atau organisasi dengan ada
laki-laki didalamnya adalah pembagian kerja (dengan kerajinan atau profesi daripada
dengan tugas) yang sangat meningkatkan output per pekerja, peningkatan kapasitas
masyarakat untuk menghasilkan produk yang diperlukan untuk memenuhi unsur kebutuhan,
dan memunculkan pertukaran dan perdagangan yang melibatkan produsen dan pedagang,
dengan jenis dan jumlah barang yang diproduksi tergantung pada tingkat permintaan dan
keuntungan realisasi”.6
Selanjutnya apa yang diperoleh melalui kerjasama akan saling menguntungkan
daripada apa yang dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Konsep pembagian kerja ini

6
Aan Jaelani, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Kontribusi Sarjana Muslim dalam Pemikiran dan
Analisis Ekonomi, (Cirebon: Aksarasatu, 2018), hal. 41

11
berimplikasi pada peningkatan hasil produksi. Ibnu Khaldun mencontohkan bagaimana
dalam memproduksi gandum, tidak hanya seorang pekerja saja yang berkecimpung di
dalamnya, tapi ada sekitar enam hingga sepuluh orang yang saling bekerjasama, mulai dari
pandai besi, tukang kayu untuk memperbaiki alatnya, orang yang menawarkan lembunya,
orang yang membajak sawah, orang yang menanam benihnya, dan seterusnya. Begitupula hal
ini terjadi pada jenis pekerjaan lainnya, dimana setiap orang secara khusus mengoperasikan
bagiannya. 7

3. Teori Nilai, Uang, Harga dan Pasar


1) Teori Nilai
Bagi Ibnu Khaldun, nilai suatu produk sama dengan jumlah tenaga kerja yang
dikandungnya. Demikian pula kekayaan suatu bangsa tidak ditentukan oleh
jumlah uang yanh dimiliki bangsa tersebut, akan tetapi ditentukan oleh produksi
barang dan jasanya dan oleh neraca pembayaran yang sehat. Kedua hal ini sangat
terkait satu sama lain. Neraca pembayaran yang sehat adalah konsekuensi alamiah
dari tingkat produksi yang tinggi.
2) Teori Uang
Ukuran ekonomis terhadap nilai barang dan jasa, perlu bagi manusia bila ia
ingin memperdagangkannya. Pengukuran nilai ini harus memiliki sejumlah
kualitas tertentu. Ukuran ini harus diterima oleh semua sebagai tender legal, dan
penerbitannya harus bebas dari semua pengaruh subjektif.
Bagi Ibnu Khaldun, dua logam yaitu emas dan perak, adalah ukuran nilai.
Logam-logam ini diterima secara alamiah sebagai uang dimana nilainya tidak
dipengaruhi oleh fluktuasi subjektif. “Allah menciptakan dua batuan logam
tersebut, emas dan perak,sebagai (ukuran) nilai semua akumulasi modal.
Selanjutnya emas dan peraklah yang dipilih untuk dianggap sebagai harta dan
kekayaan oleh penduduk dunia". Karena itu, Ibn Khaldun mendukung
penggunaan emas dan perak sebagai standar moneter. Baginya, pembuatan uang
logam hanyalah merupakan sebuah jaminan yang diberikan oleh penguasa bahwa
sekeping uang logam mengandung sejumlah kandungan emas dan perak tertentu.
Percetakannya adalah sebuah kantor religius, dan karenanya tidak tunduk kepada

7
Abdul Quyum, dkk, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta : Departemen Ekonomi dan Keuangan
Syariah, 2021), hal.98

12
aturan-aturan temporal. Jumlah emas dan perak yang dikandung dalam sekeping
koin tidak dapat diubah begitu koin tersebut sudah diterbitkan.
"Semua barang-barang lainnya terkena fluktuasi pasar, kecuali emas dan
perak". Ibnu Khaldun hidup didalam zaman yang kedua menurut teori ini, ialah
dizaman mata uang sudah menjadi alat suatu bangsa tidak ditentukan oleh jumlah
uang yanh dimiliki bangsa tersebut, akan tetapi ditentukan oleh produksi barang
dan jasanya dan oleh neraca pembayaran yang sehat. Kedua hal ini sangat terkait
satu sama lain. Neraca pembayaran yang sehat adalah konsekuensi alamiah dari
tingkat produksi yang tinggi.
3) Teori Harga
Ibnu Khaldun mengakui adanya pengaruh antara permintaan dengan
penawaran dalam membentuk harga. Untuk itu, dia menawarkan konsep harga
moderat, dimana harganya memang tidak memberatkan konsumen dan tidak
merugikan produsen. Harga yang moderat bisa mendorong kesejahteraan
bersama. Meski demikian, untuk rakyat miskin harus disubsidi dengan diberikan
harga yang lebih rendah dari harga pasar.
Menurut Ibnu Khaldun dalam menentukan harga di pasar atas sebuah
produksi, faktor yang sangat berpengaruh adalah permintaan dan penawaran.
Menurutnya apabila sebuah kota berkembang dengan pesat, mengalami kemajuan
dan penduduknya padat, maka persedian bahan makanan pokok melimpah. Hal
ini dapat diartikan bahwa penawaran yang meningkat mengakibatkan harga
bahan/barang pokok tersebut murah.
Seperti ditulis dalam The Muqaddimah: An introduction to History:
“When a city is highly developed and has many inhabitants, the prices of
necessary foodstuffs and corresponding items are low...”
Artinya : Ketika sebuah kota yang sangat maju dan memiliki banyak penduduk,
harga bahan makanan dan barang-barang yang diperlukan menjadi rendah/murah.
Ibnu Khaldun menekankan bahwa kenaikan penawaran atau penurunan
permintaan menyebabkan kenaikan harga, demikian pula sebaliknya kenaikan
permintaan atau penurunan penawaran akan menyebabkan penurunan harga.
Analisa supply and demand Ibnu Khaldun tersebut di dalam ilmu ekonomi
modern, diteorikan sebagai terjadinya peningkatan disposable income (kelebihan
pendapatan) dari penduduk kota. Naiknya hal tersebut dapat menyebabkan
naiknya marginal propersity to consume (kecenderungan marginal untuk
13
mengkonsumsi) dari setiap penduduk kota terhadap barang mewah. Hal ini
menciptakan kebutuhan baru atau peningkatan permintaan terhadap barang-
barang mewah. Akibatnya harga barang-barang mewah akan meningkat dengan
sendirinya. Adanya kecenderungan tersebut dikarenakan oleh terjadinya
disposable income penduduk kota seiring dengan berkembangnya kota itu.
4) Teori Pasar
Pasar adalah sebuah mekanisme pertukaran produk baik berupa barang
maupun jasa yang alamiah dan telah berlangsung sejak peradaban awal manusia.
Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam perekonomian.
Rasulullah sangat menghargai harga yang dibentuk oleh mekanisme pasar sebagai
harga yang adil. Beliau menolak adanya suatu intervensi harga seandainya
perubahan harga terjadi karena mekanisme pasar yang wajar yaitu hanya karena
pergeseran permintaan dan penawaran. Untuk lebih menjamin berjalannya
mekanisme pasar secara sempurna, peranan pemerintah sangat penting. Ibnu
Khaldun menjelaskan faktor lain yang dapat membentuk dan mempengaruhi harga
suatu komoditas atau barang yaitu pajak. Ibnu Khaldun berusaha menjelaskan
bahwasanya harga terbentuk melalui sebuah mekanisme alamiah. Harga bisa
terbentuk akibat dari adanya permintaan atas barang dan juga penawaran. Sehingga
pungutan dan pajak mempunyai peranan yang mampu menjadi pengatur stabilitas
harga. 8
Beberapa faktor menurut Ibnu Khaldun yang dijadikan indikator dalam
kegiatan suatu perekonomian di suatu pasar adalah : a) Kekuatan Permintaan dan
Penawaran; b) Tinggi rendahnya suatu pajak (bea cukai); c) Biaya Produksi; d
Perilaku penimbuan (Monopoli).

8
Iskandar Fauzi, dkk, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Masa Rasulullah sampai Masa Kontemporer,
(Yogyakarta: K-Media, 2019), hal. 160.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibnu Khaldun adalah Bapak Ekonomi yang sesungguhnya. Dia bukan hanya Bapak
Ekonomi Islam, tapi Bapak Ekonomi dunia. Dengan demikian, sesungguhnya beliau lah yang
lebih layak disebut Bapak ekonomi dibanding Adam Smith yang diklaim Barat sebagai Bapak
ekonomi. Karena itu sejarah ekonomi perlu diluruskan kembali agar ummat Islam tidak keliru
dalam memahami sejarah intelektual umat Islam. Ibnu Khaldun telah melakukan kajian
empiris tentang ekonomi Islam, karena ia menjelaskan fenomena ekonomi yang terjadi di
dalam masyarakat dan negara. Dari kajian makalah dapat disimpulkan bahwa secara historis,
pemikiran Ibnu Khaldun tentang ekonomi jauh mendahului para sarjana Barat modern.

Khusus berkaitan dengan tema ekonomi, Ibnu Khaldun telah memprediksikan banyak
hal yang akhirnya menjadi persoalan yang sampai pada dunia modern saat ini tetap
mengemuka sebagai wacana yang tidak akan berhenti untuk dibicarakan. Sebagai contoh
yang ia ajukan adalah kasus usaha pribadi dan usaha publik, perlakuan dunia atas mata uang
yang akhirnya mempunyai fungsi yang sangat fital dalam dunia ekonomi, dan lain-lain. Apa
yang dikemukakan tersebut, murni berasal dari pemikiran cerdas Ibnu Khaldun. Pemikiran
Ibnu Khaldun tentang pajak, perdagangan internasional, usaha membangun peradaban dan
politik sangat urgen untuk dipertimbangkan dalam konteks kekinian dalam rangka
mewujudkan masyarakat dan negara yang sejahtera. Baldatun Thayyibatun wa Rabbun
Ghafur

B. Saran

Penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi pembca dana apa yang telah
dijelaskan dalam makalah ini tentang pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun agar dapat diterapkan
dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari dan dalam masyarakat atau khalayak

15
DAFTAR PUSTAKA

Aryanti, Yosi. 2018 “Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun; Pendekatan Dinamika Sosial –
Ekonomi dan Politik”. Jurnal Imara. Vol. 2 No. 2.
Fauzi, Iskandar dkk. 2019. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Masa Rasulullah sampai Masa
Kontemporer. Yogyakarta: K-Media.
Fitriani, Revi. 2019. “Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun Islamic Economic Thought Of Ibnu
Khaldun”. Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis. Vol. 2 No. 2.
Huda, Choirul. 2013.” Pemikiran Ekonomi Bapak Ekonomi Islam;Ibnu Khaldun”. Jurnal
Conomica. Vol. IV Edisi 1.
Jaelani, Aan. 2018. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Kontribusi Sarjana Muslim dalam
Pemikiran dan Analisis Ekonomi. Cirebon: Aksarasatu.
Kasdi, Abdurrahman. 2014. “Pemikiran Ilmu Khaldun Dalam Perspektif Sosiologi dan
Filsafat Sejarah”. Fikrah. Vol. 2 No. 1.
Patoni, L. M. Ikbal. 2021. “Kontribusi Pemikiran Ibnu Khaldun Terhadap Pemikiran
Ekonomi Modern”.Jurnal El-Qist. Vol.1 No. 2.
Quyum Abdul, dkk. 2021 Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta : Departemen Ekonomi
dan Keuangan Syariah.

16

Anda mungkin juga menyukai