Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGERTIAN AL-UMRAN UMRAN

Disusun untuk memenuhi Tugas mata kuliah Filsafat Ekonomi Islam yang diampu oleh:

Burhanuddin, SM., E., Spd., ME.

Disusun Oleh :
Luthfiah Hanifah (0502192084)

AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Pengertian Al-
Umran Umran” dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ekonomi pada program studi S1 Akuntansi
Syariah di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Dalam penyusunan makalah, penulis
banyak mendapat pelajaran dan bantuan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat menerima
kritik dan saran yang membangun untuk hasil yang lebih baik. Besar harapan penulis,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak lain pada
umumnya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, 27 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH..........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.1 Pengertian Al-Umran.......................................................................................................3
2.2 Konsep Al-Umran Menurut Ibnu Khaldun.......................................................................4
2.3 Konsep Al-Umran dalam bidang ekonomi.......................................................................5
BAB III PENUTUP............................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................7
3.2 Saran.................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ibnu Khaldun memiliki nama lengkap Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin bin
Muhammad bin Muhammad bin Hasan bin Muhammad bin Jabir bin Muhammad bin
Ibrahim bin Abdirrahman bin khalid bin Utsman. Nama aslinya adalah Abdurrahman dan
nama keluarganya Abu Zaid, yang memiliki gelar Waliudin, namun beliau lebih dikenal
dengan nama Ibnu Khaldun (dalam Rizkayah, 2016). Ibnu Khaldun adalah salah satu
tokoh pemikir Arab-Islam terbaik sepanjang masa yang memiliki gelar Bapak Ilmu
Kemasyarakatan. Dalam perjalanan hidupnya, Ibnu Khaldun telah lama tertarik dan
mengabdikan dirinya dalam gemelut dunia intelektual. Beliau meninggalkan warisan
intelektual yang diakui oleh para sarjana dari berbagai disiplin ilmu di dunia. Salah satu
kitab karangannya yang amat terkenal yaitu berjudul Muqadimmah. Al-Muqadimmah
secara harfiah berarti “pembukaan” atau “introduksi”. Muqadimmah tidak hanya
berfokus pada ilmu pengetahuan sosiologi, melainkan juga merambah ke dalam variabel
ilmu pengetahuan lain seperti sejarah dan politik. Al-Muqaddimah juga berisi diskusi
ekonomi, sosiologi dan ilmu politik, yang merupakan kontribusi orisinil Ibnu Khaldun
untuk cabang-cabang ilmu tersebut.

Salah satu teori yang telah diwariskan dalam Muqadimmah oleh Ibnu Khaldun
sebagai salah satu ilmuwan muslim paling berpengaruh dalam ilmu sosiologi adalah teori
Al-Umran. Ibnu Khaldun menegaskan bahwa: “Al-‘Umran adalah ilmu yang mandiri
terpisah dari semua ilmu karena ia membahas mengenai sifat-sifat dasar kenyataan
alamiah yang nampak”. Dalam konsep Al-‘Umran, Ibnu Khaldun telah berhasil
mengungkap berbagai macam fenomena sosial-keagamaan yang terjadi pada masanya,
disertai dengan teori-teori baru untuk menjelaskan hukum-hukum universal-nya. Makna
yang tersurat dalam pengertian teori Al-Umran dalam kerangka pemikiran Ibnu Khaldun
adalah ilmu metodologi umum yang membahas tentang dasar-dasar peradaban, dan
dengannya, tercapai puncak peradaban bumi.

Melalui konsep umran, Ibnu Khaldun menganalisis prinsip sejarah yaitu perubahan
masyarakat, yang menerangkan bahawa sifat masyarakat itu tidak statik, tetapi bergerak
dan berkembang daripada kelompok yang kecil kepada kelompok yang lebih besar.
Konsep ini diaplikasikan dalam perubahan masyarakat yang dibahagikan kepada dua
iaitu masyarakat badawi dan masyarakat hadhari (dalam Kamaruzaman, 2021). Puncak

1
dari peradaban “umran” adalah hadlarah dan kemewahan Artinya, jika peradaban telah
mencapai puncak peradaban, ia akan berubah menjadi korupsi dan mulai menjadi tua,
seperti umur alami bagi makhluk hidup. Untuk mencapai umran al- ‘alam (kemakmuran
sejagat), Mahayudin (2011) berpendapat bahwa setidaknya ada 3 syarat yang harus
dipenuhi. Pertama, masyarakat beragama dan berakhlak mulia. Kedua, masyarakat
bekerjasama, bersatu padu dan serta mempunyai semangat setiakawan (‘asabiyyah).
Ketiga, pemerintahan yang adil dan seksama.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu :
a. Apa yang dimaksud dengan Al-Umran?
b. Bagaimana konsep Al-Umran menurut Ibnu Khaldun?
c. Bagaimana penerapan konsep Al-Umran dalam bidang ekonomi?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
a. Untuk mengetahui pengertian Al-Umran
b. Untuk mengetahui konsep Al-Umran menurut Ibnu Khaldun
c. Untuk mengetahui penerapan konsep Al-Umran dalam bidang ekonomi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Al-Umran


Kata umran berasal dari bahasa Arab ‘amara yang berarti mendiami, menghuni,
bertumbuh, meningkat, membangun, berkembang maju, dan makmur. Dalam konteks
Ibnu Khaldun, umran ini merupakan salah satu kajian yang diperkenalkan dalam
Muqadimmahnya. Salah satu penulis histografi, Jesteru, memberikan pendekatan analisis
dan tafsiran yang menghasilkan gagasan jelas tentang falsafah sejarah yang hanya
mampu dilakukan oleh Ibnu Khaldun dalam karyanya Muqaddimah. Gagasan tersebut
adalah umran atau kemakmuran sejagat yang boleh didefinisikan sebagai satu cetusan
signifikan dan genesis penting dalam kemunculan disiplin falsafah sejarah Islam
(Mahayudin 2011). Ibnu Khaldun menegaskan bahwa: Al-‘Umran adalah ilmu yang
mandiri terpisah dari semua ilmu karena ia membahas mengenai sifat-sifat dasar
kenyataan alamiah yang nampak. Menurut Ibnu Khaldun, Al-‘Umran sebagai gagasan
pokok ditopang oleh 6 gagasan pendukung yang terdiri dari :
a. Sifat dasar peradaban atau budaya manusia beserta 5 (lima) premis dasar
tentangnya;
b. Sifat peradaban dan budaya desa, kebiasaan kerja keras, dan konsep kesukuan;
c. Konsep negara, kerajaan, kekhalifahan, dan kesultanan;
d. Konsep bangsa dan kehidupan perkotaan;
e. Konsep kehidupan dan segala aktifitas yang ada di dalamnya terutama profesi
dan industri;
f. Konsep ilmu pengetahuan, pembagiannya, cara pengajarannya, dan segala hal
yang terkait dengannya

Salah satu pemikiran Ibnu Khaldun tentang negara dan masyarakat pada periode
sebelumnya, bahwa negara dan mulk (kekuasan, wibawa) mempunyai hubungan yang
sama terhadap umran peradaban sebagai hubungan bentuk dengan benda. Di mana secara
filosofis diterangkan, bahwa tidak bisa dibayangkan suatu daulah tanpa umran,
sedangkan satu umran tanpa daulah adalah tidak mungkin. Kepemimpinan politik yang
disarkan atas kekuasaan syari’at ataupun raja, adalah keharusan sebagai pemegang
wibawa sebagai daulah. Oleh karenanya, tidak bisa dipisahkan (Hasibuan, 2014).
Dalam konsep al-Umran menggambarkan bahwa suatu peradaban yang dinamis akan

3
selalu berkembang dan operasional sehingga konsep ini mewujudkan masyarakat madani
sebagai masyarakat muslin yang rahmatan lil-‘alamin.

Di dalam Muqaddimah, Ibnu Khaldun mengasaskan bahwa Umran disifatkan


sebagai ilmu tersendiri merupakan suatu asas yang berupaya mengungkapkan fenomena
kemanusiaan, sosial dan tamadun manusia. Pendapat ini turut didukung oleh Mahayudin
yang mengatakan bahawa umran merupakan satu gagasan falsafah sejarah yang diinovasi
oleh Ibn Khaldun bagi tujuan pembangunan ummah (Mahayudin 2013). Mengenai kuat
dan lemahnya suatu negara, banyaknya jumlah suatu bangsa atau generasi, ukuran kota
besar atau kota kecil, serta banyaknya kekayaan dan ketenteraman merupakan faktor-
faktor fundamental yang saling berhubungan, sebab negara dan kedaulatan merupakan
bentuk akan ciptaan dan peradaban (umran), di mana semuanya rakyat. Sementara, kota
menjadi materi bagi negara dan kedaulatannya (Khoiruddin, 2016).

2.2 Konsep Al-Umran Menurut Ibnu Khaldun


Menurut Ibnu Khaldun, hubungan antara pemerintah dan rakyatnya adalah hubungan
kepemilikan, Pemerintah adalah milik rakyat, begitu pula sebaliknya rakyat adalah milik
pemerintah. Oleh karena itu, kegiatan ekonomi yang terjadi dalam suatu masyarakat pada
hakikatnya merupakan rangkaian perbuatan hukum yang telah terorganisir dengan baik.
Dalam hal ini, Ibnu Khaldun berkenaan dengan ilmu Al-Umran menyatakan bahwa
organisasi sosial apapun harus memiliki seorang yang memiliki pengaruh kepada
mereka. Peraturan kadang didasarkan pada syariat. Mereka diwajibkan tunduk pada
hukum berdasarkan keyakinan si pengatur akan pahala dan dosa yang ditimpakan
kepada mereka di akhirat kelak. Ibnu Khaldun juga menegaskan bahwa al-‘umran adalah
ilmu yang mandiri terpisah dari semua ilmu karena ia membahas mengenai sifat-sifat
dasar kenyataan alamiah yang nampak. Jika ada bangsa lain selain Yunani, seperti
bangsa Persia, Chaldean, Syria, Babylonia, atau Mesir yang pernah melakukan kajian
seperti ini, maka kajian mereka tidak sampai pada telinga orang Islam (dalam Riyadi,
2018).

Melalui konsep umran, Ibnu Khaldun menganalisis prinsip sejarah yaitu perubahan
masyarakat, yang menerangkan bahawa sifat masyarakat itu tidak statik, tetapi bergerak
dan berkembang daripada kelompok yang kecil kepada kelompok yang lebih besar.
Pemikiran Ibnu Khaldun tentang ekonomi pembangunan Islam ditemukan dalam
karyanya yang berjudul Muqaddimah. Istilah pembangunan ini mengacu pada “umran

4
al-alam” atau memakmurkan dunia. Istilah “umran al-alam” dibentuk dari tiga
komponen yaitu sejarah (tarikh), kerjasama masyarakat (al-ijtima` al-insani) dan alam
semesta (Tohir, 2014). Kehidupan mengalami perputaran sejarah, termasuk peradaban.
Dimulai dari fase lahir, kemudian tumbuh, dewasa (mature), stagnan, menurun karena
tua, dan akhirnya mati (decline). Secara singkat dapat dikatakan bahwa al-Umran
mencakup dua hal, yaitu human association (asosiasi manusia) dan civilization
(kebudayaan).

Teori “umran al-‘alam” pada mulanya diperkenalkan oleh Ibnu Khaldun untuk
menangani krisis politik dan sosio-ekonomi yang melanda masyarakat Islam di wilayah
Asia Barat, khususnya Andalus dan Afrika Utara pada abad ke-14 M. Krisis ini terjadi
akibat dari keruntuhan agama dan akhlak serta pepecahan umat Islam dikarenakan
perbedaan mazhab dan pemikiran tradisional Islam antara satu sama lain. Konsep Al-
Umran akan hidup dalam masyarakat Islam yang sebenarnya yaitu masyarakat yang
keutamaan, kesejahteraan, dan kebahagiaannya luas-merata. Sebagai contoh nyata
pengimplementasian konsep al-Umran Ibnu Khaldun yaitu konsep ta’awun ‘Aisyiyah
dengan tiga pilar aktivitas yaitu pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan sosial.

2.3 Konsep Al-Umran dalam bidang ekonomi


Dalam dunia ekonomi, perniagaan, tanah perkebunan dan pertanian, kaum kapitalis
dari kalangan penduduk kota membutuhkan proteksi dan wibawa. Kebanyakan kebijakan
pemerintah tidak adil, karena keadilan yang murni hanya didapat dalam khilafah yang
legal, yaitu khilafah syari’ah, yang jarang diwujudkan. Ibnu Khaldun menulis bahwa
perdagangan raja akan merusak perdagangan rakyat dan akhirnya mengecilkan
pendapatan pajak. Adapun beberapa penyebabnya yaitu :
a. Pertama, kompetisi Raja dengan rakyat terjadi tidak seimbang karena perbedaan
modal antara raja dan rakyat yang berdagang.
b. Raja kadangkala memaksa para pedagang untuk menjual dagangannya dengan
harga murah atau dengan merampas tanpa imbalan apapun.
c. Produksi pertanian dan kerajinan seperti sutra, jagung, madu, gula dan lain-lain
dipaksakan untuk dibeli oleh rakyat karena desakan kebutuhan negara.
d. Barang dagangan raja bebas dari pajak dan bea-cukai. Maka pola bisnis negara
secara berlebihan, akan memberikan implikasi destruktif bagi peradaban (umran)
dan mengancam disintegrasi bangsa. Seharusnya raja meningkatkan
pendapatannya cukup dari pajak, bukan dengan melakukan perdagangan.

5
Ibnu Khaldun juga menegaskan bahwa umran, kesejahteraan, dan kemakmuran
perdagangan bergantung kepada produktifitas dan usaha manusia dalam semua arah.
Rakyat akan berpencar ke seluruh pelosok daerah untuk mencari penghidupan. Sehingga
ketidakteraturan status raja dalam sebuah negara muncul dan mengakibatkan disintegrasi.
Ketika pilar umran (peradaban) ini hancur juga, maka semua bangunan akan hancur
pula.
Dalam ranah ekonomi, negara seharusnya bisa memberikan motivasi kepada
individu untuk terus berusaha dalam lapangan ekonomi, dengan memberikan batasan dan
norma hukum tentang hal yang boleh datn tidak boleh dilakukan. Negara tidak
diperkenankan melakukan pembatasan terhadap usaha-usaha cultural atau swasta dengan
pembebanan pajak atau bea cukai. Dalam kaitannya dengan hal ini Ibnu Khaldun
menulis bahwa pajak pada era raja menjadi hal yang sepihak, tanpa ada persetujuan dari
rakyat. Karena fase kemewahan telah dicapai, maka pajak kemudian ditingkatkan dengan
kebutuhan negara yang semakin kompleks. Sehingga usaha-usaha kultural lenyap
sebagai pengganti pajak yang tidak seimbang dengan pendapatan rakyat. Akhirnya
peradaban (umran) hancur atas lenyapnya perangsang untuk melakukan aktifitas-aktifitas
kultural. Padahal pendorong paling kuat bagi aktifitas kultural atau swasta adalah
mengadakan pengurangan sebisa mungkin atas jumlah kewajiban yang dipungut dari
orang-orang yang andil dalam usaha-usaha kultural.
Ketegasan dalam wilayah hukum bagi Ibnu Khaldun akan mempengaruhi kondisi
perekonomian masyarakat. Oleh karena itu, bagi Ibnu Khaldun kearifan dan
kebijaksanaan dalam menjembatani ketegasan menjadi hal yang tepat demi terwujudnya
pembangunan ekonomi oleh negara dan masyarakat sebagai pilar utama umran. Tanpa
ini semua, maka kezaliman, baik yang dilakukan oleh negara maupun masyarakat akan
lahir, dan akan berujung pada hancurnya peradaban secara bersama-sama. Pemikiran
Ibnu Khaldun tentang hukum dalam pembangunan ekonomi negara diatas menemukan
relevansinya dengan konsep demokrasi ekonomi-politik yang harus dijalankan baik oleh
negara maupun masyarakat. Keterbukaan negara dan peran aktif masyarakat menjadi
titik tekannya. Di sisi lain, penegakan hukum juga bisa diarahkan dalam rangka
mewujudkan demokrasi ekonomi dan untuk memotivasi masyarakat agar tetap bekerja
dalam wilayah produksi masing-masing.

6
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ibnu Khaldun merupakan salah satu tokoh histografi Islam yang berjaya mengalihkan
dimensi kajian sejarah Islam atau historiografi yang bersifat naratif kepada pendekatan
sejarah bersifat falsafah dengan mentafsir dan menganalisis fakta sejarah. Beliau
menjadikan sejarah sebagai satu disiplin ilmu yang sentiasa hidup dan relevan dengan
membawa konsep ‘umran untuk tujuan memakmurkan kehidupan tamadun manusia.
Pencapaian umran al-`alam “kemakmuran sejagat” yang dihasratkan oleh Ibn Khaldun
itu mestilah memenuhi tiga syarat. Pertama, masyarakat beragama dan berakhlak mulia.
Kedua, masyarakat yang bekerjasama dan bersatu padu. Ketiga, pemerintahan yang adil
dan saksama. Ilmu`umran atau teori `umran mempunyai dimensi serta visi dan misi
yang sangat luas dan melihat jauh ke hadapan lebih jauh dari visi dan misi ilmu
sosiologi atau ilmu tamadun yang disampaikan oleh pengkaji-pengkaji Muqaddimah
Ibn Khaldun sebelum ini. Oleh itu maka wajarlah istilah “`umran” dijadikan wadah
pembangunan ummah.

3.2 Saran
Pengimplementasian teori ‘umran dalam kehidupan bermasyarakat perlu dilaksanakan
dan ditingkatkan. Hal ini dikarenakan keberadaan umran sebagai pilar utama dalam
mewujudkan pembangunan ekonomi. Mengingat saat ini maraknya kasus korupsi,
kolusi, dan nepotisme yang semakin menjadi karena tidak adanya aturan hukum yang
tegas. maka hendaklah segera melakukan sebuah penguatan kedalam dengan
mewujudkan tatanan hukum yang lebih bijak

8
DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, M. L. (2014). Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi Negara Menurut


Pandangan Ibnu Khaldun. In Al-Risalah: Forum Kajian Hukum dan Sosial
Kemasyarakatan (Vol. 14, No. 01, pp. 87-113).
Kamaruzaman, A. F., & AKRASHASURTAHMAN, N. (2021). Genesis Falsafah Sejarah
Islam dan Perkembangannya Pasca Ibn Khaldun. Islamiyyat: International Journal of
Islamic Studies, 43(1).
Khoiruddin, K. (2016). Analisis Teori Ashabiyah Ibn Khaldun Sebagai Model Pemberdayaan
Ekonomi Umat. ASAS, 8(1).
Mahayudin Hj Yahaya. 2011. ‘Umran al ‘Alam dari Perspektif Ibn Khaldun: Suatu anjakan
paradigma. International Journal of West Asian Studies 3(1): 1-27.
Mahayudin Hj Yahaya. 2013. ‘Umran dan Aplikasinya di Alam Melayu. Jurnal Antarabangsa
Dunia Melayu 6(1): 1-33
Riyadi, A. K. (2018). Kontroversi al Umran: ibn Khaldun dan perdebatan klaim
kebaruan. Wawasan-Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya, 3(1), 48-66.
Rizkayah, D. (2016). KONSEP KEADILAN MENURUT IBNU KHALDUN DAN
RELEVANSINYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL MODERN (Skripsi) (Doctoral
dissertation, UIN Raden Fatah Palembang).
Tohir, M. (2014). Rekonstruksi Pemikiran Pembangunan Ekonomi Islam menurut Pemikiran
Al-Ghazali, Ibn Khaldun dan M. Umer Chapra (Skripsi). UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta.
Yahaya, M. H., & Darussalam, N. B. (2011). ’Umran al-‘Alam dari Perspektif Ibn Khaldun:
Suatu Anjakan Paradigma. International Journal of West Asian Studies, 3(1), 1-28.

Anda mungkin juga menyukai