Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“MAZHAB MAZHAB DALAM EKONOMI ISLAM”

DOSEN PEMBIMBING :

Dra. REFNIDA M.E

DISUSUN OLEH :

Nama : Sylvia Romadona Daulay

Nim : A1A119017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas limpahan rahmat dan karunia-NYA serta nikmat kesehatan yang tak terhingga
sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah mazhab mazhab dalam
ekonomi islam.
Ucapan terima kasih Penulis hantarkan kepada Dra. Refnida M.E, selaku
dosen mata kuliah Pengantar ilmu ekonomi serta kepada teman-teman yang telah
memberikan motivasi dan sumbangan pemikiran.
Tujuan penulisan tugas ini adalah memenuhi tugas mata kuliah tersebut
yang telah kami kami pelajari. Akhirnya penulis ucapkan banyak terima kasih
pada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu dalam kesempatan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada karya manusia yang
sempurna.Dalam sifat khilap dan alpha manusia, karya ini memiliki berbagai
kekurangan. Untuk itu dengan rendah hati penulis berharap para pembaca
berkenan menyampaikan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Terimakasih.

Jambi, 22 November 2019

Hormat saya,
Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan Makalah............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 2
A. Pengertian mazhab........................................................................... 2
1. Mazhab Iqtishaduna (Baqir As Sadr).......................................... 2
2. Mazhab Mainstream.................................................................... 7
3. Mazhab Alternatif Kritis.............................................................. 8
BAB III KESIMPULAN......................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakag Masalah
Berbicara pemikiran ekonomi Islam, maka tidak terlepas dari mana Islam
tersebut lahir. Tanah Arab adalah cikal bakal tumbuh dan berkembangnya agama
Islam, sehingga untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pemikiran Islam,
maka perlu kiranya menelisik sumber aslinya hingga masa sekarang. Dalam
perkembangan pemikiran Islam terdapat hierarki dalam diri subjek yang
mengetahui.
Dari perkembangan pemikiran Islam kemasa inilah, muncul pemikiran
atau gerakan Islam yang sangat bervariatif, sehingga dierah modern ini Islam
memliki madzhab (Aliran) pemikiran yang banyak sekali. Sekalipun demikian,
terdapat beberapa catatan para cendekiawan muslim yang telah membahas
berbagai isu ekonomi tertentu secara panjang, bahkan di antaranya
memperhatikan sesuatu wawasan analisis ekonomi yang sangat menarik. Jadi
dalam makalah ini kami akan mencoba menguraikan pemikiran tentang ekonomi
islam, yaitu madzhab Baqir As-Sadr.
Sistem ekonomi dunia yang saat ini bersifat sekuler dimana terjadi dikotomi
antara agama dengan kehidupan duniawi termasuk didalamnya. aktivitas ekonomi
telah mulai terkikis. Distribusi pendapatan merupakan permasalahan yang sangat
rumit, hingga saat ini masih sering dijadikan bahan perdebatan antar ahli
ekonomi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengerrian dari mazhab ?
2. Bagaimana mazhab-mazhab dalam ekonomi islam ?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari mazhab.
2. Untuk Mengetahui mazhab-mazhab dalam ekonomi islam.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian mazhab
Secara mazhab, mazhab diartikan sebagai pendapat), view, opinoin),
kepercayaan, ideologi (belief, ideology), doktrin, ajaran, paham, dan aliran aliran
dalam hukum.1 Adapun defenisi mazhab ekonomi adalah serangkaian pemikiran
dari paar ahli tentang ekonomi yang memilki perbedaan antara satu mazhab
dengan lainnya. Mahzab ekonomi Dalam sejarah pemikiran ekonomi, Munculnya
aliran atau Mazhab ekonomi bertujuan untuk mengkritik, mengevaluasi atau arus
ekonomi yang benar sebelumnya dinilai tidak mampu menyelesaikan masalah-
masalah ekonomi. Dari sisi karakter dasar pemikiran ekonomi islam, secara garis
besar terdapat tiga mazhab (corak pemikiran) utama yaitu:
1. Mazhab Iqtishaduna (Baqir As Sadr)
Muhammad Baqir As-Sadr berasal dari keluarga shi’tie yang dilahirkan
pada tanggal 1 Maret 1935 M/25 Dzul Qa’dah 1353 H di Baghdad. Buku
Falsafatuna dan Iqtishaduna merupakan karya besar yang mengharumkan
namanya di kalangan cendekiawan muslim. Dari karyanya dalam aspak kehidupan
ekonomi, yakni Iqtishaduna melahirkan madzhab tersendiri. Menurut mazhab ini,
ilmu ekonomi tidak pernah bisa sejalan dengan Islam. Baginya ekonomi Islam
hanyalah mazhab, bukan ilmu.
Mazhab ini berpendapat bahwa ekonomi tidak pernah bisa sejalan dengan
dengan Islam. Ekonomi tetap ekonomi dan Islam tetap Islam. Ada perbedaan
dalam memandang masalah ekonomi (kelangkaan). Baqir menolak adanya
kelangkaan. Dengan alasan, Allah menciptakan bumi, langit dan segala isinya
adalah untuk manusia. Baqir menolak pandangan tidak terbatasnya keinginan
manusia, karena ada marginal utility, law of diminishing returns. Masalah muncul
karena distribusi yang tidak merata dan ketidak adilan.. Teori ekonomi seharusnya

1
Adiwarman A Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal. 125.

5
didesikasikan dari Al Qur’an. Salah satu tokoh mazhab adalah Muhammad Baqir
as Sadr.2
Menurut teori ekonomi, masalah ekonomi muncul karena adanya
keinginan manusia yang tidak terbatas sedangkan sumber daya yang tersedia
terbatas. Sedangkan sumber daya yang tersedia untuk menuasakan keinginan
manusia jumlahnya terbatas. Mazhab Iqtishaduna menolak hal ini karena dalam
Islam tidak pernah dikenal adanya sumber daya yang terbatas.
Sadr berpendapat bahwa permasalahan ekonomi muncul dikarenakan oleh
dua faktor. Pertama karena perilaku manusia yang melakukan kezaliman dan
kedua karena mengingkari nikmat Allah SWT . Yang dimaksud zhalim di sini
adalah proses kecurangan seperti penimbunan atau ikhtikar. Sedangkan yang
dimaksud ingkar adalah manusia cenderung menafikan nikmat Allah dengan
melakukan eksploitasi sumber daya alam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
permasalahan ekonomi bukan akibat dari keterbatasan alam dalam merespon
setiap dinamika kebutuhan manusia.
Lebih jauh, mazhab ini berpendapat bahwa masalah ekonomi muncul
karena adanya distribusi yang tidak merata dan adil sebagai akibat sistem ekonomi
yang membolehkan eksploitasi pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Yang
kuat memiliki akses terhadap sumber daya sehingga menjadi sangat kaya.
Sementara yang lemah tidak memiliki akses terhadap sumber daya sehingga
menjadi sangat miskin. Karena itu, masalah ekonomi muncul bukan karena
sumber daya yang terbatas, tetapi karena keserakahan manusia yang tidak
terbatas.
Hubungan Milik
Kepemilikan pribadi dalam pandangan Sadr hanya terbatas pada hak
memakai dan adanya prioritas untuk menggunakan serta hak untuk melarang
orang lain untuk menggunakan sesuatu yang telah menjadi miliknya. Dalam hal
ini Sadr menganggap bahwa kepemilikan yang dimiliki manusia hanya bersifat
sementara, sedangkan kepemilikan yang mutlak adalah milik Allah SWT.

2
Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqashid Al-Syari’ah, (Jakarta: Kencana, 2014), hal. 98.

6
Baqir As-Sadr memandang format kepemilikan bersama menjadi dua yakni:
Kepemilikan publik dan Milik Negara.
Perbedaan antara kepemilikan publik dan Negara terletak pada tata cara
pengelolaannya. Kepemilikan publik digunakan untuk seluruh kepentingan
masyarakat. Misalnya rumah sakit, sekolah, dan sebagainya. Sedangkan
kepemilikan negara dapat digunakan tidak hanya bagi kebaikan semua orang,
melainkan dapat pula digunakan untuk suatu bagian dari masyarakat, jika negara
memang menghendakinya. Misalnya ghanimah, jizyah, pajak, cukai, harta orang
yang tidak memiliki ahli waris, dsb.
Peran Negara dalam Perekonomian
Negara memiliki kekuasaan sehingga mempunyai tanggung jawab yang besar
untuk memastikan bahwasannya keadilan berlaku. Di antaranya ialah fungsi-
fungsi sebagai berikut:
1. Distribusi sumber daya alam kepada individu yang berdasarkan pada
keinginan dan kepastian untuk bekerja.
2. Pelaksanaan yang tepat sesuai dengan undang-undang yang sah pada
penggunaan sumber daya.
3. Memastikan keseimbangan sosial.
Intinya, Negara harus memenuhi standar kehidupan masyarakat yang
seimbang secara keseluruhan. Negara pun harus memberikan keamanan sosial
serta memastikan keseimbangan sosial dan keamanan secara keseluruhan.
Sehingga masyarakat percaya bahwa Negara yang menjalankan tugas sebagai
pengatur keseimbangan ekonomi masyarakat secara keseluruhan.
Larangan Riba dan Perintah Zakat Sadr tidak banyak membicarakan riba.
Penafsirannya pada riba terbatas pada uang modal. Sedangkan mengenai zakat, ia
memandang hal ini sebagai tugas Negara. Mengenai pemikiran ekonominya, ia
memisahkan antara produksi dan distribusi sebagai pusat di dalam ekonomi.
Menurutnya, produksi adalah suatu proses dinamis, mengubah dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan distribusi sebagai
bagian dari sistem sosial, yaitu total hubungan antar sistem sosial yang memancar
dari kebutuhan orang dan bukan dari gaya produksi.

7
Teori Produksi Islam Sadr mengklasifikasi dua aspek yang mendasari
terjadinya aktivitas produksi. Pertama adalah aspek obyektif atau aspek ilmiah
yang berhubungan dengan sisi teknis dan ekonomis yang terdiri atas sarana-sarana
yang digunakan, kekayaan alam yang diolah dan kerja yang dilakukan dalam
aktivitas produksi. Aspek ini berusaha untuk menjawab pertanyaan dasar
mengenai what, how, dan whom(The three fundamental economic problem).
Yang kedua yaitu aspek subyektif. Terdiri atas motif psikologis, tujuan yang
hendak dicapai lewat aktivitas produksi, dan evaluasi aktivitas produksi menurut
konsepsi keadilan yang dianut.
Selain itu menurut Sadr sumber asli produksi terdiri dari tiga kelompok yakni,
alam, modal, dan kerja. Adapun sumber alam yang digunakan untuk produksi
dibagi menjadi tanah, substansi-substansi primer, dan air. Strategi pertumbuhan
produksi:3
a. Strategi doctrinal/ intelectual
Strategi ini bertolak pada asumsi bahwa manusia termotivasi untuk
bekerja keras sebagai ibadah. Membiarkan sumber-sumber menganggur,
tindakan mubazir, dan juga produksi barang haram merupakan hal yang
dilarang di dalam Islam. Pemikiran inilah yang dikatakan sebagai landasan
doktrinal dalam mewujudkan produksi.
b. Strategi legislatif/ hukum
c. Untuk menjamin lancarnya strategi doktrinal tersebut, diperlukan aturan
hukum, antara lain:
1) Tanah yang menganggur dapat disita oleh negara untuk kemudian
didistribusikan kepada orang yang mampu menggarapnya.
2) Larangan memiliki tanah dengan jalan paksa
3) Larangan kegiatan yang tidak memiliki semangat produktif.
4) Pelarangan riba, ikhtikar, pemusatan kekayaan, dan juga tindakan
mubazir

3
Veithzal Rivai dan Andi Buchari, Islamic Economics: Ekonomi Syariah Bukan Opsi,
Tetapi Solusi!, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009, ) hal. 89.

8
5) Melakukan regulasi pasar dan juga pengawasan terhadapnya (pasar)
Pandangan Terhadap Kapitalisme Demokrat
Sistem kapitalisme demokrat mengakui hak individu secara penuh dan
meyakini bahwa kepentingan semua orang akan terjamin apabila kepentingan
pribadi setiap individu diperhatikan dari seluruh bidang. Menurut mereka, tujuan
pemerintah hanya melindungi kepentingan dan keuntungan pribadi individu.
Dalam sistem ekonomi kapitalis bahwa kemiskinan dapat diselesaikan dengan
cara menaikkan tingkat produksi dan meningkatkan pendapatan nasional (national
income) adalah teori yang tidak sepenuhnya benar, bahkan kemiskinan menjadi
salah satu produk dari sistem ekonomi kapitalistik yang melahirkan pola distribusi
kekayaan secara tidak adil. Fakta empiris menunjukkan bahwa bukan karena tidak
ada makanan yang membuat rakyat menderita kelaparan melainkan buruknya
distribusi makanan.
Dalam kaitan ini, Baqr As-Sadr, menolak asumsi ekonomi konvensional
bahwa masalah ekonomi muncul disebabkan oleh faktor kelangkaan. Menurut
Sadr masalah ekonomi muncul karena distribusi yang tidak merata dan tidak adil
sebagai akibat sistem ekonomi yang membolehkan eksploitasi pihak yang kuat
terhadap pihak yang lemah. Yang kuat memiliki akses terhadap sumber daya
sehingga menjadi kaya. Sementara yang miskin tidak memiliki akses terhadap
sumber daya sehingga menjadi sangat miskin. Berangkat dari pemikiran ini, Sadr
tidak setuju dengan pemikiran ekonomi yang ada, tetapi menggantinya dengan
istilah Iqtishad, yang bermakna seimbang, adil, pertengahan dan keadilan inilah
yang harus melandasi sistem ekonomi yang berkembang.
Kritik Terhadap Kapitalisme Sosialis
Pada dasarnya, sosialisme dilahirkan untuk memecahkan masalah sosial
yang terjadi pada masyarakat pada umumnya saat itu. Di mana sistem ini
berprinsip pada tiga hal, yakni: menghapus kepemilikan pribadi kepada
kepemilikan bersama, seluruh hasil produksi dibagikan secara merata sesuai
dengan yang dibutuhkan dan pemerintah harus memiliki regulasi yang matang
mengenai pengaturan kehidupan ekonomi masyarakat.

9
Namun pada kenyataannya, analisis ini kurang tepat untuk diterapkan pada
kehidupan masyarakat. Karena ternyata permasalahan baru justru timbul dari
penyelesaian yang tidak tepat. Di mana ketika kepemilikan pribadi dihapus dan
digantikan dengan kepemilikan bersama, justru bertentangan dengan karakter
manusia. Dan para penguasa komunis pun mengakui kegagalan mereka.

2. Mazhab Mainstream
Secara sederhana mainsteram diartikan sebagai sebuah pandangan ,
filosofis, atau lifestyle yang dijadikan kebiasaan yang sangat umum oleh
masyarakat. Sehingga mazhab ekonomi mainstream adalh mazhab yang umum
serta mempunyai pandangan dominan (umum) yang dikembangkan oleh
cendikiawan muslim saat ini. Disebut mainstream atau utama dalam pemikiran
ekonomi islam bukan saja dikarenakan pandangan ini dianut oleh mayoritas para
akademisi dan penggiat usaha ekonomi islam termasuk di dalamnya para praktisi
dan cendikiawan. Tetapi juga ada karakteristik khas yang dimilki oleh pemikiran
ini. Mengedapnakan dialog dan usaha peruasif yang moderat dalm membumikan
kembali ajaran ajaran ekonomi islam ke perbagai lingkup kehidupan ekonomi,
mazhab ini memberikan beberapa teori umum dari ekonomi konvensial selagi
tidak bertentangan dengan nilai qur’an dan sunnah.
Mazhab mainstream berbeda pendapat dengan mazhab baqir. Mazhab ini
setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber daya terbatas yang
dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak terbatas.4 Misalnya: total
permintaan dan penawaran beras diseluruh dunia berada pada titik equilibrium.
Akan tetapi, jika berbicara di tempat dan waktu tertentu, sangat mungkin terjadi
kelangkaan sumber daya. permintaan dan penawaran beras di seluruh dunia
berada pada titik equilibrium, dibandingkan dengan tempat dan waktu tertentu
terjadi kelangkaan sumber daya, contoh negara di Ethopia dan Bangladesh lebih
langka dibandingkan dengan Thailand dan negara penghasil beras lainnya. Jadi,

4
Mohammad Aslam Haneef, Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer, (Jakarta: Rajawali
Press, 2010), hal. 105.

10
keterbatasan sumber daya memang ada, bahkan diakui pula oleh islam, sedangkan
keinginan manusia yang tidak terbatas dianggap sebagai hal yang alamiah.
Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan bahwa manusia tidak akan
pernah puas. Apabila diberikan emas satu lembah, ia akan meminta emas dua
lembah. Apabila diberikan dua lembah, ia akan meminta tiga lembah, dan
seterusnya sampai ia masuk kubur.
Dalam pandangan ekonomi mazhab ini beranggapan bahwa masalah
ekonomi muncul karena sumber daya yang terbatas yang dihadapkan pada
keinginan manusia yang tidak terbatas (sama dengan konsep ekonomi
konvensional). Masalah scarcity merupakan masalah utama ekonomi yang harus
diatasi oleh semua orang dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup untuk
mempertahankan eksistensinya di muka bumi.
Pandangan mazhab ini dengan ekonomi konvensional hampir tidak adanya
bedanya, perbedaan mazhab mainstream dengan ekonomi konvensional adalah
cara menyelesaikan permasalahan ekonomi. Tokoh tokoh: M.Umar Chapra, M.
Abdul Manna,M. Nejatullah Sidiqi dll.5
M. Umar Chapra berpendapat bahwa usaha mengembangkan ekonomi
islami bukan berarti memusnahkan semua hasil analisis yang baik dan sangat
berharga yang telah dicapai oleh ekonomi konvensional selama lebih dari seratus
tahun terakhir. Mengambil hal hal yang baik dan bermanfaat yang dihasilkan oleh
bangsa dan budaya non islam sama sekali tidak diharamkan. Nabi bersabda bahwa
hikmah/ ilmu itu bagi umat islam adalah ibarat barang yang hilang (dimana saja
ditemukan, maka umat islamlah yang berhak mengambilnya).
3. Mazhab Alternatif Kritis
Pelopor mazhab ini adalah Timur Kuran (Ketua Jurusan Ekonomi
di University of Southern California), Jomo (Yale, Cambridge, Harvard, Malaya),
Muhammad Arif, dan lain-lain. Mazhab ini mengkritik kedua mazhab
sebelumnya. Mazhab Baqir dikritik sebagai mazhab yang berusaha untuk
menemukan sesuatu yang baru yang sebenarnya sudah ditemukan oleh orang lain.

5
Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), hal. 76.

11
Menghancurkan teori lama, kemudian menggantinya dengan teori baru.
Sementara itu, mazhab mainstream dikritiknya sebagai jiplakan dari ekonomi
neoklasik dengan menghilangkan variabel riba dan memasukkan variabel zakat
serta niat.6
Mazhab ini adalah sebuah mazhab yang kritis. Mereka berpendapat bahwa
analisis kritis bukan saja harus dilakukan terhadap sosialisme dan kapitalisme,
tetapi juga terhadap ekonomi Islam itu sendiri. Mereka yakin bahwa Islam pasti
benar, tetapi ekonomi Islami belum tentu benar karena ekonomi Islami adalah
hasil tafsiran manusia atas Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga nilai
kebenarannya tidak mutlak.7 Proposisi dan teori yang diajukan oleh ekonomi
Islami harus selalu diuji kebenarannya sebagaimana yang dilakukan terhadap
ekonomi konvensional.
Pemikiran tentang ekonomi Islam saat ini telah berkembang pesat, sejalan
dengan upaya untuk implementasinya. Zarqa (1992) telah mengklasifikasikan
kontribusi pemikiran ekonomi Islam yang berkembang saat ini ke dalam 4
kategori, yaitu:
1. Mereka banyak menyumbang pemikiran dalam aspek normatif sistem
ekonomi Islam, menemuka prinsip-prinsip baru dalam sistem tersebut, atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan modern mengenai sistem tersebut.
Termasuk dalam kategori ini yaitu para ahli syari’ah (fuqaha / juruts).
2. Penemuan asumsi-asumsi dan pernyataan-pernyataan positif dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah yang relevan bagi ilmu ekonomi. Contoh kategori ini yaitu
konsepsi ekonomi Islam mengenai pasar (yang diderivasi dari
konsep syari’ah), mengajukan asumsi adanya ketimpangan informasi antara
pembeli dan penjual. Konsep ini berbeda dengan model pasar persaingan
sempurna dalam ekonomi konvensional (klasik) yang
secara eksplisit mengasumsikan semua pelaku pasar memiliki informasi yang

6
M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, (Solo: Era Adicitra Intermedia,
2011), hal. 76.
7
Sumar’in, Ekonomi Islam, Sebuah Pendekatan Ekonomi Mikro Perspektif Islam,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 59-60.

12
sempurna, yaitu benar dan lengkap, yang tersedia secara bebas. Karya
Munawar Iqbal (1992) mengenai organisasi produksi dan teori perilaku
perusahaan dalam perspektif Islam merupakan contoh kategori ini.
3. Terdapatnya pernyataan ekonomi positif yang dibuat oleh para pemikir
ekonomi Islam, seperti banyak terdapat dalam karya Ibnu Khaldun. Ibnu
Khaldun telah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi jangka panjang dan menurunnya masyarakat dalam
bukunya muqadimah. Contoh lainnya adalah karya al-Maqrizi mengenai
penyebab dan dampak inflasi terhadap perekonomian.
4. Analisis ekonomi dalam bagian sistem ekonomi Islam dan analisis
konsekuensi pernyataan positif ekonomi Islam mengenai kehidupan
ekonomi. Kontributor utama kategori ini antara lain para ahli ekonomi
konvensional yang sekaligus menguasai ilmu syari’ah, dan umumnya mereka
banyak menggunakan perangkat analisis sebagaimana dalam ekonomi
konvensional. Bahkan pada akhir-akhir ini terdapat banyak ahli ekonomi non
Muslim yang mengkaji secara serius ekonomi Islam, misalnya Badal Mukerji
dalam karyanya A Micro model of the Islamic Tax System.
Sementara itu mazhab alternatif yang dimotori oleh Prof. Timur Kuran (Ketua
Jurusan Ekonomi di University of Southern California), Prof. Jomo dan
Muhammad Arif, memandang pemikiran mazhab Baqir Sadr berusaha menggali
dan menemukan paradigma ekonomi Islam yang baru dengan meninggalkan
paradigma ekonomi konvensional, tapi banyak kelemahannya, sedangkan
mazhab mainstream merupakan wajah baru dari pandangan Neo-Klasik dengan
menghilangkan unsur bunga dan menambahkan zakat. Selanjutnya mazhab ini
menawarkan suatu kontribusi dengan memberikan analisis kritis tentang ilmu
ekonomi bukan hanya pada pandangan kapitalisme dan sosialisme (yang
merupakan representasi wajah ekonomi konvensional), melainkan juga
melakukan kritik terhadap perkembangan wacana ekonomi Islam.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mazhab iqtishaduna dipelopori oleh Baqir As-Sadr dengan bukunya yang
fenomenal: Iqtishaduna (ekonomi kita). Mazhab ini berpendapat bahwa ilmu
ekonomi (economics) tidak pernah bisa sejalan dengan Islam. Ekonomi tetap
ekonomi, dan  Islam tetap Islam. Keduanya tidak akan pernah dapat disatukan
karena keduanya berasal dari filosofi yang saling kontradiktif. Yang satu anti-
Islam, yang lainnya Islam. Berpendapat bahwa permasalahan ekonomi muncul
dikarenakan oleh dua faktor. Pertama, karena perilaku manusia yang melakukan
kedzaliman dan kedua, karena mengingkari nikmat Allah SWT.
Mazhab mainstream berbeda pendapat dengan mazhab pertama. Mazhab
yang lebih dikenal dengan mazhab mainstream ini justru setuju bahwa masalah
ekonomi muncul karena sumber daya yang terbatas yang dihadapkan pada
keinginan manusia yang tidak terbatas. Tokoh-tokoh mazhab ini antara lain adalah
Umer Chapra, Metwally, MA Mannan, MN Siddiqi, dan lain-lain. Mayoritas
mereka adalah pakar ekonomi yang belajar serta mengajar di universitas-
universitas Barat, dan sebagian besar diantara mereka adalah ekonom Islamic
Development Bank(IDB). Dalam segala aspek kehidupan, mulai dari urusan
pribadi sampai budaya dan masalah sosial, islam menentukan landasan yang sama
untuk pedoman manusia.
Mazhab alternatif yang dimotori oleh Prof. Timur Kuran (Ketua Jurusan
Ekonomi di University of Southern California), Prof. Jomo dan Muhammad Arif,
memandang pemikiran mazhab Baqir Sadr berusaha menggali dan menemukan
paradigma ekonomi Islam yang baru dengan meninggalkan paradigma ekonomi
konvensional, tapi banyak kelemahannya, sedangkan mazhab mainstream
meruoakan wajah baru dari pandangan neo klasik dengan menghilangkan unsur
bunga dan menambahkan zakat. Ilmu ekonomi Islam merupakan ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang di
ilhami oleh nilai-nilai islam.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al-Arif, M. Nur Rianto. Dasar-Dasar Ekonomi Islam. Solo: Era Adicitra


Intermedia. 2011.
Chamid, Nur. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2010.
Chapra, M. Umer. Islam dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Gema Insani Press.
2000.
Fauzia, Ika Yunia dan Abdul Kadir Riyadi. Prinsip Dasar Ekonomi Islam
Perspektif Maqashid Al-Syari’ah. Jakarta: Kencana. 2014.
Haneef, Mohammad Aslam. Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer. Jakarta:
Rajawali Press. 2010.
Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: Rajawali Pers. 2012.
Rivai, Veithzal dan Andi Buchari. Islamic Economics: Ekonomi Syariah Bukan
Opsi, Tetapi Solusi!. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.
Sumar’in. Ekonomi Islam. Sebuah Pendekatan Ekonomi Mikro Perspektif Islam.
Yogyakarta: Graha Ilmu. 2013.

15

Anda mungkin juga menyukai