Di susun oleh:
1. Akbar tarihot Tampubolon
2. Najwa Adiba
3. Theresia Pasaribu
4. Leni Kurnia
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Hukum Acara Peradilan Agama
dengan judul “koperasi dalam analisis komparatif”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
PENDAHULUAN
Berdasarkan kewajiban tersebut maka hak keuangan anggota adalah sebagai berikut:
1. Hak untuk menggunakan dan menarik keuntungan dari fasilitas hadan usaha koperasi.
2. Hak untuk menerima kembali uang keanggotaan, keuntungan, bonus dan bunga
atas modal saham yang disetor.
3. Hak untuk menuntut pembayaran kembali kontribusi dana koperasi yang disetorkan
karena mengundurkan diri dari keanggotaan koperasi.
4. Hak untuk menerima kembali dana yang disetorkan karena koperasi dilikuidasi.
a. Hubungan Pelayanan
Bentuk hubungan pelayanan koperasi terhadap anggota dapat dilakukan melalui bisnis
antara usaha anggota dengan badan usaha koperasi. Hubungan bisnis ini dapat dikaji
secara mikro, di mana anggota dapat berfungsi sebagai produsen (penjual) tetapi juga
berfungsi sebagai konsumen (pemakai). Demikian juga koperasi, ia dapat berfungsi
sebagai produsen (penjual) tetapi juga dapat berfungsi sebagai konsumcn atau pedagang.
Ada dua faktor utama yang mengharuskan koperasi meningkatkan pelayanan kepada
anggotanya. Pertama adalah adanya tekanan persaingan dari organisasi lain (terutama
organisasi nonkoperasi), dan kedua adalah perubahan kebutuhan manusia sebagai akibat
perubahan waktu dan peradaban.
Menurut Burhan Arif (1990), masalah "membership commitment" akan selalu aktual
terutama ketika koperasi harus selalu bersaing dengan organisasi lain yang nonkoperasi.
Komitmen anggota terhadap koperasi tidak akan menjadi masalah sejauh pelayanan-
pelayanan yang dibutuhkan anggota dapat dipenuhi olch koperasi itu sendiri.
Mengingat koperasi adalah organisasi bisnis yang hertujuan meningkatkan taraf hidup
anggotanya dan ini merupakan tangungjawab dan tugas ekonomi, maka komitmen
anggota harus dilihat hanya dari aspek-aspek ekonomi.
Sejalan dengan pendapat Ropke (1985) dan Burhan Arif (1990), Yuyun Wirasasmita
(1991) berpendapat, bahwa anggota koperasi seharusnya mendapat manfaat khusus dari
koperasi karena sebagai pelanggan yang sekaligus sebagai pemilik anggota akan
mendapat promosi khusus. Selanjutnya manfaat yang diperoleh dari koperasi harus
senantiasa lebih besar dari pada manfaat yang dapat diperoleh dari perusahaan nonkoperasi.
Keadaan demikian menunjukkan koperasi telah lulus dari “cooperative test” hal ini
berarti pula bahwa koperasi telah lulus dari "market test", yakni koperasi dapat
menghasilkan manfaat- manfaat yang setidak-tidaknya sama dengan yang dihasilkan
oleh perusahaan nonkoperasi. Di samping itu koperasi juga harus memenuhi
"participation test", yakni manfaat itu harus NaL , 11 itu hares dapat direalisasikan
kepadadapat direalisasikan kepada anggotanya.
Namun seperti yang disinyalir oleh Yuyun Wirasasmita (1991), pada kehanyakan
koperasi saat ini masih menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
Fungsi dan tujuan koperasi tidak seperti yang diinginkan oleh anggota.
Struktur organisasi dan proses pengambilan keputusan sukar dimengerti dan
dikontrol Struktur organisasi dari sudut pandang anggota dianggap terlalu rumit.
Tujuan koperasi dari sudut pandang anggota sering dianggap terlalu luas atau terlalu sempit.
Perusahaan koperasi dengan Para manajernya sangat tanggap terhadap arahan
pengurus dan atau pemerintah tetapi tidak tanggap terhadap arahan anggota.
Fasilitas koperasi terbuka juga bagi nonanggota sehingga tidak ada perbedaan
manfaat yang diperoleh anggota dan nonanggota.
Volume usaha
Koperasi adalah organisasi ekonomi yang akan terus hidup dan berkembang
sepanjang ia dapat menghasilkan SHU. Semakin besar volume usaha yang ditangani
koperasi, semakin besar pula kemungkinan mencapai SHU yang tinggi sehingga koperasi
semakin mudah mengembangkan diri.
Pasar Keberhasilan koperasi tergantung pada bagaimana dan dalam keadaan apa
mereka dapat memasarkan komoditi atau mengembangkan pasarnya.