BAB I
PENDAHULUAN
Praktek riba sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Maka Allah mengutus para nabi, salah
satu tugasnya untuk memerangi riba. Dalam bermuamalah islam menerapkan kriteria yang
ketat, agar transaksi halal dan saling menguntungkan, tak ada yang teraniaya, atau maksiat.
Jujur dan amanah harus pula menjadi pondasi. Maka bila tawaran dari bermuamalah
dengan hukum islam lebih menggiurkan,mengapa kita masih tertarik dengan konsep
jahiliyah?
TINJAUAN TEORI
Koperasi syariah secara teknis bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip kegiatan, tujuan
dan kegiatan usahanya berdasarkan pada syariah islam yaitu Al-quran dan Assunah.
Pengertian umum dari koperasi syariah adalah badan usaha koperasi yang menjalankan
usahanya dengan prinsip-prinsip syariah. Berdasarkan hal tersebut, maka koperasi syariah
tidak diperkenankan berusaha dalam bidang-bidang yang didalamnya terdapat unsur-unsur
riba, maysir (spekulasi), dan gharar (manipulasi).
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, karena sesungguhnya syetan itu musuh
nyata bagimu”. (Q.S Al baqarah:168)
“Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah di muka bumi, dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (Q.S Al Jumu’ah :10)
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki serta seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha
mengenal”. (Q.S Al Hujarat (49) : 13)
PEMBAHASAN
Sesuai dengan sifat koperasi dan fungsinya, makan sumber dana yang diperoleh harus
disalurkan kepada anggota maupun calon anggota. Dengan menggunakan bagi hasil
(mudharabah atau musyarakah) dan juga dengan jual beli (piutang mudharabaah, piutang
salam, piutang istishna’ dan sejenisnya), bahkan ada juga yang bersifat jasa umum, misalnya
pengalihan piutang (Hiwalah), sewa menyewa barang (ijarah) atau pemberian manfaat
berupa pendidikan dan sebagainya.
3.2.1 Investasi/kerjasama
Dapat dilakukan didalam bentuk mudharabah dan musyaraakah. Dalam penyaluran dana
koperasi syariah berlaku sebagai pemilik dana (shahibul maal) sedangkan pengguna dana
adalah pengusaha (mudharib), kerja sama dapat dilakukan dengan menandai sebuah usaha
yang dinyatakan layak untuk diberi modal, contohnya : untuk pendirian klinik, kantin, dll.
3.2.3 Jasa-jasa
Disamping itu produk kerjasama dan jual beli koperasi syariah juga dapat melakukan
kegiatan jasa layanan antara lain :
a. Jasa Al Ijarah (sewa)
Adalah akad pemindahan hak guna atau manfaat barang atau jasa melalui pembayaran
upah sewa tanpa pemindahan hak milik atas barang itu sendiri, contoh : penyewaan tenda,
soundsistem, dan lain-lain.
b. Jasa Wadiah (titipan)
Dapat dilakukan pula dalam bentuk barang seperti jasa penitipan barang
dalam Locker karyawan atau penitipan sepeda motor, monbil dan lain-lain.
c. Hawalah (Anak piutang)
Pembiayaan ini ada karena adanya peralihan kewajiban dari seseorang terhadap pihak lain
dan dialihkan kewajibannya kepada koperasi syariah.
d. Rahn (Gadai)
Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagi jaminan atas pinjaman
yang diterimanya. Dalam koperasi syariah gadai ini tidak menggunakaan bunga akan tetapi
mengenakan tarif sewa penyimpanan barang yang digadaikan tersebut, seperti gadai emas.
e. Wakalah (Perwakilan)
Mewakilkan urusan yang dibutuhkan anggota kepada pihak koperasi seperti pengurusan
SIM, STNK. Wakalah juga berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat.
f. Kafalah (penjamin)
Kafalah adalah jaminan yang diberikan koperasi (penanggung) pada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban anggotanya. Kafalah ada karena adanya transaksi anggota dengan
pihak lain dan pihak lain tersebut membutuhkan jaminan dari koperasi yang anggotanya
berhubungan.
g. Qardh (pinjaman lunak)
Jasa ini termasuk kategori pinajaman lunak, dimana pinjaman yang harus dikembalikan
sejumlah dana yang diterima tanpa adanya tambahan. Kecuali anggota mengembalikan
lebih tanpa persyaratan dimuka maka kelebihan dana tersebut diperbolehkan diterima
koperasi dan dikelompokkan dalam Qardh (atau Baitulmaal). Umumnya dana ini diambil dari
simpanan pokok.
Dari aspek pemasaran,setiap koperasi syariah dalam hal mencari sumber dan maupun
penyalurannya, memiliki ciri khas tersendiri.hal ini dimungkinkan agar para anggota maupun
investor tertarik untuk bekerjasama dalam mengembangkan usaha koperasi. Karena itu
setiap koperasi syariah hendaknya memiliki fitur produk seperti berikut:
Pembagian pendapatan atas pengelolaan dana yang diterima koperasi syariah dibagi kepada
para anggota yang memiliki jenis simpanan atau kepada pemilik modal yang telah
memberikan kepada koperasi dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah. Sedangkan
pembagian yang bersifat tahunan maka distribusi tersebut termasuk kategori SHU dalam
aturan koperasi.
Untuk pembagian bagi hasil kepada anggota yang memiliki jenis simpanan ataau pemberi
pinjaman adalah didasarkan kepada hasil usaha yang riil yang diterima koperasi pada saat
bulan berjalan. Umumnya ditentukan berdasarkan nisbah yaitu rasio keuntungan antara
koperaasi syariah dan anggota atau pemberi pinjaman terhadap hasil riil usahannya.
Lain halnya dengan konvensional pendapatan dari jasa pijamann koperasi disebut jasa
pinjaman (bunga) tanpa melihat hasil keuntungan riil melainkan dari saldo jenis simpanan.
Maka dengan demikian pendapatan bagi hasil dari koperasi syariah bisa naik turun
sedangkan untuk konvensional bersifat stabil. Apabila koperasi syariah menerima pinjaman
khusus (restricted investment atau Mudharabaah Muqayyadah), maka pendapatan bagi
hasil usaha tersebut hanya dibagikan kepada pemberi pinjamann dan koperasi syariah.
Bagi koperasi pendapatan tersebut dianggap pendapatan jasa atas Mudharabah
Muqqayyadah.
Begitu pula dengan pendapatan yang bersumber dari jasa-jasa seperti wakalah, hawalah,
Kaafalah disebut Fee koperasi syariah dan pendapatan sewa (ijarah) disebut margin,
sedangkan pendapatan hasil investasi ataupun kerjasama (Mudharaabah dan Musyarakah)
disebut pendapatan bagi hasil.
Dalam rangka untuk menjaga liquiditas, koperasi diperbolehkan menempatkan dananya
kepada lembaga keuangan syariah diantaranya Bank Syariah, BPRS maupun koperasi syariah
lainnya. Dalam penempatan dana tersebut umumnya mendapatkan bagi hasil juga.
Untuk pembagian SHU tetap mengacu kepada peraturan koperasi yaitu diputuskan
oleh rapat anggota. Pembagian SHU tersebut telah dikurangi dana cadangan yang
dipergunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Diharapkan masyarakat indonesia pada umumnya dan umat muslim khususnya bisa lebih
bijak mengambil pilihan dalam bergabung atau ikut serta di keanggotaan koperasi. Karena
Allah SWT telah mengatur tata cara berniaga yang sesuai dengan Al-quran dan Assunah
sejak sebelum cara ini digunakan.
Oleh karena itu, mari kita gunakan sistem syariah yang lebih halal serta tidak ada
penzaliman antar kedua belah pihak, dan dengan tegas kita katakan untuk tidak
menggunakan sistem kapitalis yang telah menghancurkan dunia keuangan, baik lembaga
uang non bank, atau perbankan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA :
http://ajoagung.blogspot.co.id/2012/11/ini-contoh-makalah-koperasi-syariah.html
http://www.teksdrama.com/2013/04/contoh-daftar-isi-makalah-lengkap.html
PANDUAN PRAKTIS PENDIRIAN BMT
Panduan ini merupakan langkah awal untuk memberikan gambaran dan pemahaman praktis
dalam mendirikan suatu lembaga keuangan mikro (LKM) khususnya Koperasi Syariah atau
BMT. Pendirian BMT ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah.
BMT adalah ringkasan dari Baitul Mal wat Tamwil. Sebuah Lembaga Keuangan Mikro
(LKM) yang memadukan kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat setempat secara syariah.
Atau bisa juga disebut sebagai Balai usaha Mandiri Terpadu.
Menjadi lembaga keuangan yang mandiri, sehat dan kuat, yang kualitas ibadah anggotanya
meningkat sehingga mampu berperan untuk mensejahterakan kehidupan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
MISI BMT
UMUM
KHUSUS
1. Melembagakan secara formal ide Ta’awun Finance House sehingga lebih terarah
dalam pengembangan, profesional dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Pengejawantahan secara riil konsep ekonomi syariah di masyarakat sebagai
kontribusi nyata BMT dalam mengembangkan ekonomi syariah.
3. Media mensinergikan potensi anggota BMT yang memiliki berbagai macam
kompetensi sehingga mampu saling menguatkan para anggota dan hubungan
silaturahim.
4. Membangun sumber dana berkelanjutan bagi mendukung gerak dakwah BMT dan
mendukung proses kaderisasi dan dakwah ekonomi syariah yang dilaksanakan oleh
para anggota.
5. Menyediakan fasilitas investasi yang menarik dan pembiayaan kepada para anggota.
6. Menjadi salah satu alternatif tempat magang dan penelitian serta aktifitas lainnya
bagi anggota BMT.
Modal awal BMT berasal dari modal para pendiri. Namun sejak awal anggota pendiri BMT
bisa terdiri dari minimal 20 orang yang mereka secara riil memberikan peran partisipasinya.
Masyarakat yang bersedia menjadi anggota BMT harus menyetorkan Simpanan Pokok
sebesar Rp. 1.000.000,- /Anggota.
1. Perlu ada pemrakarsa, motivator yang telah mengetahui BMT. Pemrakarsa mencoba
meluaskan jaringan ke para sahabat dengan menjelaskan tentang BMT dan
peranannya dalam mengangkat harkat dan martabat masyarakat.
2. Diantara pemrakarsa membentuk Panitia Penyiapan Pendirian BMT (P3B) dilokasi
yang dimaksud.
3. P3B mencari modal awal atau modal perangsang sebesar Rp 10 juta – 30 juta, agar
BMT memulai operasi dengan syarat modal tsb. Modal dapat berasal dari
perorangan, lembaga , yayasan dan sumber lainnya.
4. P3B bisa juga mencari modal-modal pendiri (simpanan pokok khusus semacam
saham). Masing-masing para pendiri perlu membuat komitmen tentang peranan
masing-masing.
5. Jika calon pemodal-pemodal pendiri telah ada, maka dipilih pengurus yang ramping
(max 5 orang) yang akan mewakili pendiri dalam mengarahkan kebijakan BMT.
6. P3B atau pengurus jika telah ada mencari dan memilih calon pengelola BMT.
7. Mempersiapkan legalitas hukum dengan menghubungi kepala kantor/dinas koperasi
dan pembinaan usaha kecil di ibukota kabupaten atau kota.
8. Melatih calon pengelola sebaiknya juga diikuti oleh salah satu pengurus dengan
menghubungi PINBUK.
9. Melaksanakan persiapan-persiapan sarana kantor dan berkas administrasi yang
diperlukan.
PROSPEK BMT
Dari kiprah yang berusaha tumbuh dari bawah, tampak jelas peran BMT dalam membangun
ekonomi masyarakat. Secara ringkas tujuan dan dampak positif yang ditimbulkan antara
lain:
1. Menyalurkan dana untuk usaha bisnis dengan mudah, cepat, bersih dan bebas bunga
(riba).
2. Memperbaiki modal, artinya identik dengan upaya peningkatan taraf hidup.
3. Tempat berlatih manajemen ekonomi syariah.
4. Menjadi perantara antara pemodal dan penabung dengan pengusaha mikro.
5. Sangat mudah didirikan karena tanpa modal besar, peralatan dan kantor mewah.
6. Dapat mengembangkan jenis produk yang sesuai prinsip syariah dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat secara fleksibel.
7. Sebagai lembaga untuk memberdayakan ekonomi ummat.
Organisasi BMT yang paling sederhana harus terdiri dari rapat anggota, badan pengawas,
badan pengawas syariah , badan pengurus, badan pengelola. Pada banyak kasus dalam
prakteknya di BMT badan pengurus dan badan pengelola adalah sama.
Badan Pengawas
Adalah badan yang berwenang dalam menetapkan kebijakan operasional BMT. Yang masuk
dalam kebijakan operasional adalah antara lain memilih badan pengelola, menelaah dan
memeriksa pembukuan BMT dan memberikan saran kepada badan pengelola berkenaan
dengan operasional BMT.
Adalah badan yang dibentuk untuk melakukan fungsi pengawasan kesyariahan. Badan ini
bekerja sesuai dengan pedoman-pedoman yang telah ditentukan oleh Dewan Syrariah
Nasional (DSN).
Pengelola
Adalah sebuah badan yang mengelola BMT dan dipilih oleh badan pengawas.
Persyaratannya sebagai berikut:
1. Memiliki kemampuan manajerial yang baik.
2. Memiliki kemampuan kepemimpinan yang efektif.
3. Memiliki akhlak dan moral yang baik.
4. Memiliki kemampuan dan wawasan perkoperasian.
Semuanya memang harus peduli, semuanya harus ikhlas, modal tenaga keahlian kita rajut
sebagai mozaik utuh sembari diiringi do’a kepada-Nya. Insya Allah kita gugah kebersamaan
kita sebagai anak bangsa, yang selama ini sering alpa dan barangkali hanya melangkah
sendiri-sendiri. Mari kita padukan sebagai sebuah kekuatan yang menggelegak yang
getarannya harus terasa disetiap lapisan nafas umat. Getar-getar ukhuwah memang harus
terus menerus kita tebarkan. Silaturrahmi antara tangan di atas dan kaum dhuafa mesti
terus pula direnda dengan kasih sayang. Tentu, pijakan yang paling abadi adalah akhlakul
karimah. Ikatan kasih sayang dan mengorganisasikannya dengan rapi menjadi amalan
kesuksekan bersama. Usaha yang sehat, beradab akan menjadi pengawal keselamatan baik
yang kaya maupun yang miskin dari jurang kehancuran di dunia dan akhirat. Jembatan
kemiskinan dengan kekayaan adalah diri kita. Mari kita jadikan kecemburuan sosial dan
ketamakan hilang dan tenggelam di negeri ini dengan kerja mendirikan BMT. Akhirnya niat
baik dan ketulusan Anda untuk sekarang juga menjadi pemrakarsa dan pendukung aktif
menggulirkan ide pendirian BMT, dan kemudian melakukan sejumlah kegiatan sehingga
BMT benar-benar bisa lahir, berwujud dan beroperasi diridhai Allah SWT. Semoga kelak kita
dapat tersenyum menatap masyarakat yang sehat, lepas dari kemelaratan, jeratan rentenir,
kebodohan dan kesenjangan.
SISTEM BAGI HASIL PADA KOPERASI SYARIAH
Perekonomian Indonesia tumbuh dengan pesat dengan berbagai cara. Ada yang
berkembang dengan cara yang santun dan ada juga yang tumbuh dengan cara yang licik.
Berkembangnya perekenomian masyarakat sekarang ini, tidak terlepas banyaknya lembaga
keuangan yang bermunculan, yang menawarkan berbagai jasa.Lembaga keuangan itu ada
yang bank maupun lembaga keuangan non bank. Lembaga keuangan bank khususnya, telah
banyak sekali mengalami perkembangan. Baik itu dari sisi produk atau jasa dari bank itu
yang di tawarkan kepada masyarakat luas, ataupun dari sisi jendela usaha dari bank itu.
Dari segi produk atau jasa yang ditawarkan, sekarang banyak bank yang menawarkan
berbagai kemudahan bagi nasabahnya, seperti kartu kredit, kartu debit dan lain-lain.
Adapun dari segi jendela usaha, sekarang ini hampir semua perusahaan perbankan baik itu
milik pemerintah ataupun swasta telah banyak membuka jendela lain yaitu unit perbankan
syariah. Sama halnya dengan bank, koperasi juga memiliki peranan penting dalam
mensejahterakan masyarakatnya.
Koperasi merupakan lembaga penyimpan dan penyalur dana juga namun tidak
terlalu menonjol seperti bank yang lebih profit oriented, koperasi lebih menunjang
kemakmuran anggotanya. Koperasi cenderung berkembang bila di daerahdaerah seperti
pedesaan, keberadaan koperasi memicu masyarakat didaerah untuk menjadi anggotanya
karena memiliki asas kekeluargaan yang menunjang masyarakat daerah lebih
tertarik.Keberadaan koperasi hingga kini dirasa sangat membantu terlebih bagi kaum
masyarakat yang tinggal di pedesaan, sedangkan di kota-kota besar keberadaan koperasi
juga masih sangat membantu masyarakat hanya saja dijaman seperti ini bank jauh lebih
menonjol dalam penawaran jasa dengan berbagai macam yang mampu menimbulkan profit
lebih besar baik untuk bank itu sendiri atau untuk nasabahnya.
Perkembangan perbankan syariah yang sangat pesat tentunya juga akan berdampak
pada perkembangan lembaga keuangan yang lainnya, seperti koperasi syariah yang semakin
meluas, lembaga keuangn syariah yang didukung dengan gairah keagamaan di Indonesia
yang mengalami tren kenaikan sehingga berdampak pada melonjaknya demand terhadap
produk dal layanan yang bernuansa syariah.
Koperasi Syariah, Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah koperasi yang kegiatan
usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil
(Syariah). Perbedaan Koperasi dan Koperasi Syariah:
Pembagian pendapatan atas pengelolaan dana yang diterima kopeasi syariah dibagi
kepada para anggota yang memiliki jenis simpanan atau kepada pemilik modal yang telah
memberikan kepada koperasi dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah. Sedangkan
pembagian yang bersifat tahunan maka distribusi tersebut termasuk kategori SHU dalam
aturan koperasi.
Untuk pembagian bagi hasil kepada anggota yang memiliki jenis simpanan atau
pemberi pinjaman adalah didasarkan kepada hasil usaha yang riil yang diterima koperasi
pada saat bulan berjalan.umumnya ditentukan berdasarkan nisbah yaitu rasio keuntungan
antara koperaasi syariah dan anggota atau pemberi pinjaman terhadap hasil riil
usahannya.lain halnya dengan konvensional pendapatan dari jasa pijamann koperasi disebut
jasa pinjaman (bunga) tanpa melihat hasil keuntungan riil melainkan dari saldo jenis
simpanan.maka dengan demikian pendapatan bagi hasil dari koperasi syariah bisa niak
turun sedangkan untuk konvensional bersifat stabil.apabila koperasi syariah menerima
pinjaman khusus (restricted investment atau Mudharabaah Muqayyadah), maka
pendapatan bagi hasil usaha tersebut hanya dibagikaan kepada pemberi pinjamann dan
koperasi syariah.bagi koperasi pendapatan tersebut dianggap pendapatan jasa atas
Mudharabah Muqqayyadah.
Begitu pula dengan pendapatan yang bersumber dari jasa-jasa seperti wakalah,
hawalah,Kaafalah disebut Fee koperasi syariah dan pendapatan sewa (ijarah) disebut
margin, sedangkan pendapatan hasil investasi ataupun kerjasama (Mudharaabah dan
Musyarakah) disebut pendapatan bagi hasil. Dalam rangka untuk menjaga liquiditas,
koperasi diperbolehkan menempatkan dananya kepada lembaga keuangan syariah
diantaranya Bank Syariah, BPRS maupun koperasi syariah lainnya. Dalam penempatan dana
tersebut umumnya mendapatkan bagi hasil juga.
Dalam perhitungan bagi hasil antara penabung dengan pihak koperasi, ada 2 metode yang
dipakai lembaga keuangan syari’ah antara lain :
1. Metode profit share
2. Metode Gross profit share ( Revenue sharing )
Kedua metode bisa digunakan, walaupun jika dinilai dari prinsip keadilan, maka metode
gross profit share lebih adil dibanding profit share. Dalam metode profit share, nilai yang
dibagi sebagai hasil keuntungan koperasi adalah nilai nominal keuntungan ( dari berbagai
akad yang dijalankan koperasi kecuali akad hiwalah dan qord maupun biaya administrasi )
yang sudah dikurangi biaya-biaya operasional ( gaji, pembelian atk, biaya listrik dll )
sedangkan metode gross profit share, nilai nominal keuntungan yang akan dibagi ke
nasabah adalah seluruh keuntungan kecuali administrasi, akad hiwalah dan qord. Dengan
demikian, dalam penghitungan nilai bagi hasil ke nasabah pun akan berbeda nilainya. Jelas,
karena tidak ada pengurangan biaya operasional, maka metode gross profit share akan
memberikan nilai bagi hasil lebih besar kepada nasabah ( penabung/ deposan )
Contoh perbedaan perhitungan metode profit share dan gross profit share.
Bulan mei 2011, Dana total yang terkumpul di koperasi sebesar Rp. 500.000.000. dari hasil
perputaran dana, didapatkan keuntungan ( selain administrasi & infak hiwalan/ qord )
sebesar Rp. 7.000.000. Biaya operasional ( gaji pengelola, keb ATK dll ) sebesar
Rp.2.500.000. Berapa bagi hasil yang diterima deposan Rp.20.000.000 dengan nisbah 60 %
bulan mei 2011?
Jawab :
1. Metode profit share :
Keuntungan koperasi : laba kotor – BOP : 7.000.000 – 2.500.000 : 4.500.000
Bagi hasil deposan
= ( jml deposit/ jml total dana ) x keuntungan x nisbah
= ( 20.000.000/ 500.000.000 ) x 4.500.000 x 60 %
= 108.000 ( equivalent rate : 6.48 %/tahun )