Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


BERPAKAIAN SUSUAI SYAR’I

Disusun oleh:
Diva Ananda Silva
X Mipa IX

Jl. Ahmad Yani No.140, Sukamanah, Cipedes,


Tasikmalaya, Jawa Barat 4613
Daftar isi

BAB I ...................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 3
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 3
BAB II..................................................................................................................................................... 4
LANDASAN TEORI .............................................................................................................................. 4
A. Pengertian Akhlak Berpakaian....................................................................................................... 4
Tujuan berpakaian :......................................................................................................................... 4
B. Bentuk akhlak berpakaian .............................................................................................................. 4
C. Nilai positif Akhlak Berpakaian ..................................................................................................... 6
D. Membiasakan akhlak berpakaian ................................................................................................... 7
E .Hakikat menutup Aurat dalam berpakaian ..................................................................................... 7
A. Aurat wanita bersama wanita ..................................................................................................... 8
B. Aurat wanita di hadapan laki-laki .............................................................................................. 8
F. Etika Berpakaian Menurut Ajaran Islam ................................................................................... 10
G. Hikmah berpakaian Islami : ...................................................................................................... 12
BAB III ................................................................................................................................................. 13
P E N U T U P....................................................................................................................................... 13
KESIMPULAN : ............................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jamak dari yang diartikan dengan budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat.
Akhlak itu tersendiri terbagi atas 2, yaitu :
1. Akhlak Mahmuda ( akhlak terpuji )
Contoh : memberi sumbangan, sabar menghadapi masalah, rajin belajar dan bekerja,
berbuat baik kepada orang tua
2. Akhlak Mazmumah ( akhlak tercela )
Contoh : berdusta ketika berbicara, malas, dan apatis
Sebagai seorang yang beriman, kita harus membiasakan untuk berakhlak yang terpuji,
karena akhlah adlah buah dan merupakan hasil dari iman dan aqidah kita sendiri.
Akhlak menurut Imam Gazali adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran terlebih
dahulu. Akhlak menurut Ibrahim Anis adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa dan terdapat
macam-macam perbuatan tanpa membutuhkan pertimbangan terlebih dahulu.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian akhlak?
b. bagaimana cara berahklak dalam islam?
c. Bagaimanakah tata cara berpakaian yang benar menurut ajaran Islam ?
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Akhlak Berpakaian


Menurut bahasa, dalam bahasa Arab pakaian disebut dengan kata “Libaasun-
tsiyaabun” dan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pakaian diartikan sebagai “barang apa
yang biasa dipakai oleh seorang baik berupa jaket, celana, sarung, selendang, kerudung,
jubah, serban”
Menurut isltilah, pakaian adalah “segala sesuatu yang dikenakan seseorang dalam
berbagai ukuran dan modenya berupa baju, celana, sarung, jubah, ataupun yang lain,
sesuaikan dengan kebutuhan pemakainya untuk suatu tujuan yang bersifat khusus ataupun
umum.

Tujuan berpakaian :
1.Tujuan khusus, yaitu : “pakaian yang lebih berorientasi kepada nilai keindahan, sesuai
dengan situasi dan kondisi pemakaian”
2.Tujuan umum, yaitu : “pakaian yang lebih berorientasi kepada keperluan menutup atau
melindungi bagian tubuh yang perlu ditutup atau dilindungi, baik menurut kepatutan agama
ataupun adat”
Menurut kepatutan agama lebih mengarah kepada keperluan menutup aurat, sesuai
dengan ketentuan syara’ dengan tujuan beribadah. Sedangkan menurut kepatutan adat adalah
pakaian yang sesuai dengan mode atau batasan ukuran berpakaian yang berlaku dalam suatu
wilayah hukum ada.

B. Bentuk akhlak berpakaian


Dalam pandangan Islam, pakaian terbagi menjadi dua bentuk :
1. Pakaian untuk menutupi aurat tubuh yang dalam perkembangannya telah melahirkan
kebudayaan bersahaja. Hal ini sebagai realisasi dari perintah Allah, aurat wanita seluruh
tubuhnya kecuali wajah dan dua telapan tangan, sedangkan aurat pria menutup aurat di bawah
lutut dan di atas pusar. Batasan yang telah ditetapkan Allah ini melahirkan kebudayaan yang
sopan dan enak dipandang serta menciptakan rasa aman dan tenang, sebab telah memenuhi
kewajaran. Bepakaian menutup aurat juga menjadi bagian integral dalam menjalankan
ibadah, terutama shalat, haji dan umrah. Oleh sebab itu setiap orang beriman berkewajiban
untuk berpakaian yang menutup aurat.
2. Pakaian merupakan perhiasan yang menunjukkan identitas diri, sebagai konsekuensi
perkembangan peradaban manusia. Hal ini bertujuan untuk menjaga dan mengaktualisasikan
diri sesuai dengan tuntutan perkembangan mode dan zaman. Dalam kaitan dengan pakaian
sebagai perhiasan, maka setiap manusia memiliki kebebasan untuk mengekspresikan
keinginan mengembangkan berbagai mode pakaian, sesuai dengan fungsi dan mementumnya.
Walaupun demikian Allah memberikan batasan kebebasan itu dalam Firman-Nya :
‫ى ذَ ِلكَ َخ ْي ٌر ذَ ِلكَ ِم ْن‬ َ ‫اس الت َّ ْق َو‬ َ ‫علَ ْي ُك ْم ِلبَاسا ً يُ َو ِاري‬
ُ ‫س ْو َءاتِ ُك ْم َو ِريشا ً َو ِل َب‬ َ َ ‫يَا َبنِي آ َد َم قَ ْد أ‬
َ ‫نز ْلنَا‬
َ ‫ّللاِ لَ َعلَّ ُه ْم يَذَّك َُّر‬
.‫ون‬ ‫ت ه‬ ِ ‫آيَا‬
Artinya : Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk
menutupi auratmu dan untuk perhiasanmu. Tetapi pakaian takwa, itu yang lebih baik.
Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat. (al-A'raf
: 26)
Aurat secara bahasa berarti “hal yang jelek untuk dilihat” atau “sesuatu yang memalukan bila
dilihat”
Menurut syara’ aurat adalah “bagian tubuh yang diharamkan Allah untuk diperlihatkan
kepada orang lain”
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa garis panduan adab berpakaian (untuk lelaki dan
wanita) muslim dan muslimah haruslah mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Menutup aurat.
Aurat lelaki menurut ahli hukum ialah dari pusat hingga ke lutut. Aurat wanita ialah
seluruh anggota badan, kecuali wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Rasulullah Saw.
bersabda yang artinya : "Paha itu adalah aurat." (HR.Bukhari)
2. Tidak tembus pandang dan tidak ketat.
Pakaian yang tembus pandang dan ketat tidak memenuhi syarat menutup aurat.
Rasulullah Saw. bersabda yang artinya : "Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku
lihat ialah, satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan untuk
memukul manusia dan satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang dan
meliuk-liukkan badan juga kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk. Mereka tidak masuk
syurga dan tidak dapat mencium baunya walaupun bau syurga itu dapat dicium dari jarak
yang jauh." (HR.Muslim).
3. Tidak menimbulkan sifat riya. Rasulullah Saw. bersabda yang artinya : "Barang siapa yang
mengenakan pakaiannya kerana perasaan sombong, Allah Swt. tidak akan memandangnya
pada hari kiamat." Dalam hadis lain, Rasulullah Saw. bersabda yang artinya : "Barang siapa
yang memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian
kehinaan pada hari akhirat nanti." (HR.Ahmad, Abu Daud, an-Nasa'iy dan Ibnu Majah)
4. Wanita tidak menyerupai laki-laki dan laki-laki tidak menyerupai wanita. Maksudnya
pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh wanita, begitu juga sebaliknya.
Rasulullah Saw. mengingatkan hal ini dengan tegas dalam sabdanya : "Allah mengutuk
wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian dan sikap
perempuan." (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain Baginda Nabi Saw. juga bersabda
: "Allah melaknat lelaki berpakaian wanita dan wanita berpakaian lelaki." (HR. Abu Daud
dan Al-Hakim).
5. Menutup tubuh bagian atas dengan tudung kepala.
Contohnya seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak syarak yaitu
untuk menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada. Allah berfirman :
‫علَ ْي ِه َّن ِمن َج ََل ِبي ِب ِه َّن ذَ ِلكَ أ َ ْدنَى أَن‬
َ ‫ين‬ َ ِ‫ساء ا ْل ُم ْؤ ِمن‬
َ ِ‫ين يُ ْدن‬ ِ ‫يَا أَيُّ َها النَّ ِب ُّي قُل ِ هِل َ ْز َو‬
َ ‫اجكَ َوبَنَاتِكَ َو ِن‬
َ ُ‫ّللا‬
ً ‫غفُورا ً َّر ِحيما‬ َّ ‫َان‬ َ ‫يُ ْع َر ْف َن فَ ََل يُ ْؤذَ ْي َن َوك‬
Artinya : Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-
istri orang Mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.”
Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu.
Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (al-Ahzab:59). Jilbab ialah sejenis baju
kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, wajah dan dada.
6. Memilih warna sesuai.
Contohnya warna-warna lembut termasuk putih karena warna-warna seperti itu
kelihatan bersih dan sangat disenangi serta sering menjadi pilihan Rasulullah Saw. Beliau
bersabda : "Pakailah pakaian putih kerana ia lebih baik, dan kafankan mayat kamu dengannya
(kain putih)." (an-Nasa'ie dan al-Hakim).
7. Laki-laki dilarang memakai emas dan sutera.
Ini termasuk salah satu etika berpakaian di dalam Islam. Bentuk perhiasan seperti ini
umumnya dikaitkan dengan wanita, namun hari ini banyak di antara laki-laki cenderung
untuk berhias seperti wanita sehingga ada yang memakai anting, cincin dan gelang emas.
Semua ini sangat bertentangan dengan hukum Islam. Rasulullah s.a.w. bersabda : "Haram
kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan dihalalkan (memakainya) kepada wanita”. Dalam
hadits lain Rasulullah SAW bersabda : "Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya
orang yang memakainya di dunia tidak dapat memakainya di akhirat." (HR.Muttafaq
8. Dahulukan sebelah kanan.
Imam Muslim meriwayatkan dari Saidatina Aisyah : "Rasulullah suka sebelah kanan
dalam segala keadaan, seperti memakai baju, berjalan kaki dan bersuci". Apabila memakai
baju atau seumpamanya, dahulukan sebelah kanan dan apabila menanggalkannya, dahulukan
sebelah kiri. Rasulullah SAW bersabda : "Apabila seseorang memakai baju, dahulukanlah
sebelah kanan dan apabila menanggalkannya, dahulukanlah sebelah kiri supaya yang kanan
menjadi yang pertama memakai baju dan yang terakhir menanggalkannya." (HR. Muslim).
9. Memakai pakaian baru.
Apabila memakai pakaian yang baru dibeli, ucapkanlah seperti yang diriwayatkan
oleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang artinya : "Ya Allah, segala puji bagi-Mu, Engkau yang
memakainya kepadaku, aku memohon kebaikannya dan kebaikan apa-apa yang dibuat
baginya, aku mohon perlindungan kepada-Mu daripada kejahatannya dan kejahatan apa-apa
yang diperbuat untuknya. Demikian itu telah datang daripada Rasulullah".
10. Berdo’a.
Ketika menanggalkan pakaian, lafaz-kanlah: "Pujian kepada Allah yang
mengurniakan pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diri dalam
kehidupanku, dengan nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia."
Sebagai seorang muslim, sewajarnya memakai pakaian yang sesuai dengan tuntunan dan
tuntutan agama Islam itu sebdiri, karena sesungguhnya pakaian yang sopan dan menutup
aurat adalah cerminan kepribadian seorang Muslim yang sebenarnya.

C. Nilai positif Akhlak Berpakaian


Suruhan memakai pakaian tidak hanya berfungsi sebagai berhias untuk keindahan,
namun juga untuk menjaga kesehatan kulit, karena kulit berfungsi melindungi fisik dari
kerusakan-kerusakan, kumat, panas, zat kimia dan sinar ultra violet yang dapat menyebabkan
kulit terbakar serta penyakit kanker kulit. Dengan berpakaian yang baik, kesehatan akan
terpelihara dan suhu tubuh akan selalu normal.
Sementara dari segi syara’ di samping berhias untuk keindahan penampilan, pakaian
juga sebagai aplikasi dari perintah Allah untuk menutup aurat dan bernilai ibadah. Oleh sebab
itu pemilihan bahan dan mode pakaian, selain indah dan bersih haruslah sesuai dengan
ketentuan agama, sebagaimana Firman Allah :

ُّ ‫س ِرفُواْ ِإنَّهُ الَ يُ ِح‬


ْ ‫ب ا ْل ُم‬
َ‫س ِر ِفين‬ ْ ‫َيا َب ِني آ َد َم ُخذُواْ ِزينَت َ ُك ْم ِعن َد ُك ِ هل َم‬
ْ ُ ‫س ِج ٍد و ُكلُواْ َواش َْربُواْ َوالَ ت‬
Artinya : Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak Menyukai
orang yang berlebih- lebihan. (Al’araf:31)

D. Membiasakan akhlak berpakaian


Tidak dapat dipungkiri bahwa, manusia dalam berbagai level kehidupan mengenakan
pakaian sebagai kebutuhan melindungi diri dan memperindah penampilan, dengan jenis dan
bahan serta mode yang beragam sesuai dengan tingkat dan status sosial serta mengikuti
perkembangan zaman.

Namun, sebagaimana dijelaskan di atas, Islam telah mengatur sedemikian rupa


tentang tata dan krama berbusana. Seorang muslim tidak dibenarkan berpakaian berdasarkan
kesenangan, mode atau adat yang berlaku di suatu masyarakat dengan meninggalkan
ketentuan syara’. Hanya orang munafik yang meninggalkan ketentuan agama dalam
berpakaian, sebagai akibatnya tentu akan beroleh kemurkaan dari Allah Swt.

E.Hakikat menutup Aurat dalam berpakaian


Hakikat pakaian menurut Islam ialah untuk menutup aurat, yaitu menutup bagian
anggota tubuh yang tidak boleh dilihat oleh orang lain. Syariat Islam mengatur hendaknya
pakaian tersebut tidak terlalu sempit atau ketat, tidak terlalu tipis atau menerawang, warna
bahannya pun tidak boleh terlalu mencolok, dan model pakaian wanita dilarang menyerupai
pakaian laki-laki. Selanjutnya, baik kaum laki-laki maupun perempuan dilarang mengenakan
pakaian yang mendatangkan rasa berbangga-bangga, bermegah-megahan, takabur dan
menonjolkan kemewahan yang melampaui batas.
Yang menjadi dasar aurat wanita adalah:
1. Al-Qur’an
Allah SWT berfirman :
“Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya kecuali yang biasa nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan
khumur (jilbab)nya ke dadanya”. (QS. An-Nur : 30-31)
Ayat ini menegaskan empat hal :
a. Perintah untuk menahan pandangan dari yang diharamkan oleh Allah.
b. Perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram.
c. Larangan untuk menampakkan perhiasan kecuali yang biasa tampak.
d. Perintah untuk menutupkan khumur ke dada. Khumur adalah bentuk jamak dari khimar
yang berarti kain penutup kepala. Atau dalam bahasa kita disebut jilbab.
Allah SWT berfirman :
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-
orang mukmin : Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak
diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Qs. Al-Ahzab: 59).
Jilbab dalam bahasa Arab berarti pakaian yang menutupi seluruh tubuh (pakaian kurung),
bukan berarti jilbab dalam bahasa kita (lihat arti kata khimar di atas). Ayat ini menjelaskan
pada kita bahwa menutup seluruh tubuh adalah kewajiban setiap mukminah dan merupakan
tanda keimanan mereka.

2. Hadits Nabi SAW


Dalam riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai
Rasulullah dengan pakaian yang tipis, lantas Rasulullah berpaling darinya dan berkata : Hai
Asma, sesungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haidh (akil baligh) maka tak
ada yang layak terlihat kecuali ini, sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan. (HR.
Abu Daud dan Baihaqi).
Hadits ini menunjukkan dua hal:
1. Kewajiban menutup seluruh tubuh wanita kecuali wajah dan telapak tangan.
2. Pakaian yang tipis tidak memenuhi syarat untuk menutup aurat.
Dari kedua dalil di atas jelaslah batasan aurat bagi wanita, yaitu seluruh tubuh kecuali
wajah dan dua telapak tangan. Dari dalil tersebut pula kita memahami bahwa menutup aurat
adalah wajib. Berarti jika dilaksanakan akan menghasilkan pahala dan jika tidak dilakukan
maka akan menuai dosa.
Kewajiban menutup aurat ini tidak hanya berlaku pada saat shalat saja namun juga
pada semua tempat yang memungkinkan ada laki-laki lain bisa melihatnya.

A. Aurat wanita bersama wanita


Wanita bersama dengan kaum wanita, bagaikan laki-laki bersama dengan laki-laki,
diperbolehkan melihat seluruh badannya kecuali antara lutut dan pusarnya, kecuali
diindikasikan akan membawa fitnah, maka tidak boleh menampakkan bagian tubuh itu.
Hanya saja kepada wanita yang tidak seagama, wanita muslimah tidak boleh menampakkan
auratnya sebagaimana kepada sesama wanita muslimah. Karena wanita yang tidak seagama
berstatus orang lain bagi wanita muslimah. Allah berfirman :
Artinya: …atau wanita-wanita Islam…. (QS. An Nur/24:30)

B. Aurat wanita di hadapan laki-laki


Keberadaan wanita di hadapan lawan jenisnya memiliki rincian hukum yang berbeda-
beda, yaitu:
a. Di hadapan laki-laki lain, yang tidak ada hubungan mahram.
Maka seluruh badan wanita adalah aurat, kecuali wajah dan telapak tangan. Karena
keduanya diperlukan dalam bermuamalah, memberi dan menerima.
Pandangan laki-laki kepada wajah dan telapak tangan wanita bisa diklasifikasikan dalam tiga
kelompok, yaitu:
1. Tidak diperbolehkan dengan sengaja melihat wajah dan telapak tangan wanita lain tanpa
tujuan syar’i. Dan jika tanpa sengaja melihatnya maka segera harus memalingkan pandangan
seperti yang telah dijelaskan pada pandangan faj’ah (tanpa sengaja).
2. Melihat karena ada tujuan syar’i dan tidak ada fitnah, seperti melihat untuk melamar.
Rasulullah menyuruh Mughirah bin Syu’bah untuk melihat wanita yang hendak dinikahinya:
“Jika salah seorang di antaramu, meminang seorang wanita maka jika ia mampu melihat
bagian yang mendorongnya untuk menikahinya maka lakukanlah. (H.R. Ahmad, dan Abu
Daud)
Dan untuk semua tujuan itu, seseorang diperbolehkan melihat wajahnya, yang dengan
melihat wajah itu sudah cukup untuk mengenalinya.
3. Memandang dengan syahwat, inilah pandangan terlarang, seperti yang disebutkan dalam
hadits Nabi:
Nabi saw bersabda :
“Telah ditetapkan atas setiap anak Adam bagian dari zina, zina mata adalah pandangannya,
zina mulut adalah ucapannya, zina telinga adalah mendengarkannya, zina tangan adalah
memegangnya, zina kaki adalah melangkah menemuinya, nafsunya berharap dan berselera,
kemaluannya membenarkan atau mendustakannya. (H.R. Ibnu Majah)
Asbabun nuzul ayat 30 ini sangat memperjelas kewajiban menjaga pandangan, yaitu kisah
seorang laki-laki yang lewat di salah satu jalan di Madinah, ia memandangi seorang wanita.
Dan wanita itupun membalas memandanginya. Setan ikut bermain menggoda keduanya,
sehingga keduanya saling mengagumi. Sambil berjalan laki-laki itu terus memandangnya
hingga ia menabrak tembok dan berdarah hidungnya. Ia berkata:
“Demi Allah! Saya tidak akan membasuh darah ini sebelum saya menemui Rasulullah SAW
lalu saya ceritakan kejadian ini.”
Laki-laki itu segera menemui Nabi dan menceritakan kejadiannya. Nabi bersabda:
“Inilah hukuman dosamu”. Dan Allah menurunkan ayat 30 dan 31 ini.[1]
Pengecualian dalam hukum ini adalah jika berada dalam keadaan terpaksa, seperti
penglihatan dokter muslim yang terpercaya untuk pengobatan, khitan, atau penyelamatan dari
bahaya kebakaran, tenggelam, dsb.

b. Di hadapan laki-laki yang memiliki hubungan mahram


Ada ulama yang mengatakan bahwa dalam kondisi itu wanita hanya boleh
menampakkan bagian tubuh yang biasa terlihat sewaktu bekerja, yaitu: rambut, leher, lengan,
dan betis.
Allah berfirman :
“Dan hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan
perhiasan-nya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka,
atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki
mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan
mereka” ( QS. An Nur/24:31)

c. Di hadapan suami
Seorang wanita di hadapan suaminya boleh menampakkan seluruh anggota badannya. Karena
segala sesuatu yang boleh dinikmati, tentu boleh juga dilihat.
Allah berfirman :
“kecuali kepada suami mereka, …,
Ada sebagian ulama yang mengatakan makruh melihat kemaluan. Karena Aisyah RA
mengatakan tentang hubungannya dengan Nabi Muhammad SAW:
Artinya: “Saya tidak pernah melihat darinya dan ia tidak pernah melihat dariku. (H.R. At
Tirmidzi)

d. Budak wanita di hadapan orang yang tidak boleh menikmatinya


Aurat budak wanita di hadapan laki-laki yang tidak boleh menikmatinya adalah
seperti aurat laki-laki, yaitu antara lutut dan pusar. Dan jika di hadapan tuan yang boleh
menikmatinya maka kedudukannya bagaikan istri dengan suaminya.
Allah berfirman :
“atau budak-budak yang mereka miliki,….
Aurat Laki-laki dan Hukum Menutupnya
Aurat laki-laki yang harus ditutup saat menunaikan shalat adalah qubul (kemaluan bagian
depan) dan dubur (kemaluan bagian belakang), adapun di luar itu, mulai dari paha, pusar dan
lutut, para ulama berbeda pendapat; sebagian ulama menganggapnya sebagai aurat dan
sebagian lagi tidak menganggapnya sebagai aurat.
F. Etika Berpakaian Menurut Ajaran Islam
Surat Al a’raf ayat 26 menjelaskan bahwa Allah menurunkan pakaian yang baik untuk
menutup aurat dan menghindarkan Manusia dari zalim terhadap dirinya dan orang lain.
yang artinya : “Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya kami telah menyediakan
pakaian untuk menutup auratmu dan untuk perhiasan bagimu’tetapi pakaian takwa itulah
yang lebih baik demikianlah sebagai tanda-tanda Allah’mudah-mudahan ingat.”(al-A’raf:
26)
Di dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai adab berpakaian (untuk lelaki
dan wanita) yaitu:

1). Menutup aurat: aurat lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut. Aurat
wanita pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak tangan dan tapak kakinya.
Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Paha itu adalah aurat." (Bukhari)

2). Tidak menampakkan tubuh: pakaian yang jarang sehingga menampakkan aurat tidak
memenuhi syarat menutup aurat. Pakaian jarang bukan saja menampak warna kulit, malah
boleh merangsang nafsu orang yang melihatnya.

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Dua golongan ahli neraka yang belum pernah
aku lihat ialah, satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan bagi
memukul manusia dan satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang dan
meliuk-liukkan badan juga kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk. Mereka tidak masuk
syurga dan tidak dapat mencium baunya walaupun bau syurga itu dapat dicium daripada
jarak yang jauh." (Muslim).

3). Pakaian tidak ketat: tujuannya adalah supaya tidak kelihatan bentuk tubuh badan.

4). Tidak menimbulkan riak: Rasulullah saw bersabda bermaksud: "Sesiapa yang
melabuhkan pakaiannya kerana perasaan sombong, Allah SWT tidak akan memandangnya
pada hari kiamat." Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Sesiapa yang
memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan
pada hari akhirat nanti." (Ahmad, Abu Daud, an-Nasa'iy dan Ibnu Majah)
5). Lelaki, wanita berbeza: maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh
dipakai oleh wanita, begitu juga sebaliknya. Rasulullah SAW mengingatkan hal ini dengan
tegas menerusi sabdanya yang bermaksud:
"Allah mengutuk wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru
pakaian dan sikap perempuan." (Bukhari dan Muslim)
Baginda juga bersabda bermaksud:
"Allah melaknat lelaki berpakaian wanita dan wanita berpakaian lelaki." ?(Abu Daud dan
Al-Hakim).

6) Larangan pakai sutera: Islam mengharamkan kaum lelaki memakai sutera. Rasulullah
SAW bersabda bermaksud: "Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang
memakainya di dunia tidak dapat memakainya di akhirat." (Muttafaq 'alaih)

7) Melabuhkan pakaian: contohnya seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak
syarak iaitu bagi menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada. Allah
berfirman bermaksud:
"Wahai Nabi, katakanlah (suruhlah) isteri-isteri dan anak-anak perempuanmu serta
perempuan-perempuan beriman, supaya mereka melabuhkan pakaiannya bagi menutup
seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka
dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan
(ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang."
(al-Ahzab:59)

8). Memilih warna sesuai: contohnya warna-warna lembut termasuk putih kerana ia nampak
bersih dan warna ini sangat disenangi dan sering menjadi pilihan Rasulullah SAW. Baginda
bersabda bermaksud: "Pakailah pakaian putih kerana ia lebih baik, dan kafankan mayat kamu
dengannya (kain putih)." (an-Nasa'ie dan al-Hakim)

9) Larangan memakai emas: termasuk dalam etika berpakaian di dalam Islam ialah barang-
barang perhiasan emas seperti rantai, cincin dan sebagainya. Bentuk perhiasan seperti ini
umumnya dikaitkan dengan wanita namun pada hari ini ramai antara para lelaki cenderung
untuk berhias seperti wanita sehingga ada yang sanggup bersubang dan berantai. Semua ini
amat bertentangan dengan hukum Islam. Rasulullah s.a.w. bersabda bermaksud: "Haram
kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan dihalalkan (memakainya) kepada wanita.
10) Mulakan sebelah kanan: apabila memakai baju, seluar atau seumpamanya, mulakan
sebelah kanan. Imam Muslim meriwayatkan daripada Saidatina Aisyah bermaksud:
"Rasulullah suka sebelah kanan dalam segala keadaan, seperti memakai kasut, berjalan kaki
dan bersuci."Apabila memakai kasut atau seumpamanya, mulakan dengan sebelah kanan dan
apabila menanggalkannya, mulakan dengan sebelah kiri. Rasulullah SAW bersabda
bermaksud: "Apabila seseorang memakai kasut, mulakan dengan sebelah kanan, dan apabila
menanggalkannya, mulakan dengan sebelah kiri supaya yang kanan menjadi yang pertama
memakai kasut dan yang terakhir menanggalkannya." (Riwayat Muslim).

11). Selepas beli pakaian: apabila memakai pakaian baru dibeli, ucapkanlah seperti yang
diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang bermaksud:
"Ya Allah, segala puji bagi-Mu, Engkau yang memakainya kepadaku, aku memohon
kebaikannya dan kebaikan apa-apa yang dibuat baginya, aku mohon perlindungan kepada-
Mu daripada kejahatannya dan kejahatan apa-apa yang diperbuat untuknya. Demikian itu
telah datang daripada Rasulullah".

12) Berdoa: ketika menanggalkan pakaian, lafaz- kanlah: "Pujian kepada Allah yang
mengurniakan pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diri dalam
kehidupanku, dengan nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia”.
Sebagai seorang Islam, sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai menurut
tuntutan agamanya kerana sesungguhnya pakaian yang sopan dan menutup aurat adalah
cermin seorang Muslim yang sebenar.

G. Hikmah berpakaian Islami :


1) Seseorang yang berpakaian islami akan terjaga kehormatannya. Akhwat2 yang memakai
jilbab insyaAllah tidak akan diganggu oleh para ikhwan usil (Al Ahzab:59).

2) Terjaga dari perilaku yang menyimpang. Kalau di sekeliling kita masih banyak yang
membuka aurat, maka kita harus pandai2 mengalihkan pandangan. '' Katakanlah kepada laki-
laki yang beriman,hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya,
yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang mereka perbuat.'' (Q.S. An Nur: 30).
" Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya." (Q.S.
An Nur: 31)

3) Terhindar dari penyakit tertentu. Pakaian takwa adalah pakaian yang menutupi tubuh.
Artinya, secara otomatis kulit kita akan terlindungi dari bahaya sinar ultraviolet yang bisa
menyebabkan kanker kulit.

4) Terhindar dari azab Allah. Pernah ada kejadian, seorang wanita yang sedang hamil muda
pergi ke suatu tempat untuk melaksanakan tugar dari perusahaan tempat ia bekerja. Jaraknya
cukup jauh dari tempat tinggalnya. Tiba-tiba dalam perjalanan mobilnya bertabrakan dengan
mobil lain. Setelah diselidiki, tidak ada satu korban pun yang selamat dari kecelakaan itu.
Dan setelah diselidiki lebih jauh, tidak ada satu pun identitas korban yang diketahui.
Makanya mayat para korban dimakamkan oleh penduduk setempat termasuk wanita yang
hamil muda itu. Setelah beberapa hari ternyata sang suami dan keluarga korban menerima
berita tersebut dan langsung menuju pemakaman sang istri. Kemudian mayatnya dipindahkan
ke dekat tempat tinggalnya. Tapi ketika makamnya digali,mereka melihat mayat wanita itu
langsung pingsan karena tidak kuat melihat mayat. Ketika dimakamkan, mayat tersebut
diletakan dalam kondisi membujur sementara setelah digali kembali posisi mayat sudah
berubah menjadi jongkok dengan kedua tangan diletakan diatas kepala seperti menahan
siksaan sementara kepalanya ditumbuhi paku2 besi yang sangat banyak hampir memenuhi
semua bagian kepalanya. Setelah diselidiki, ternyata wanita tersebut belum berjilbab semasa
hidupnya. Itu siksaan di alam kubur belum lagi siksaan nanti di akhirat.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN :
Adapun menutup seluruh tubuh maka ini mencakup wajah dan kedua telapak tangan.
Ini ditunjukkan dalam surah An-Nur di atas dari beberapa sisi:
1. Allah memerintahkan untuk kaum mukminin untuk menundukkan pandangan mereka
dari yang bukan mahram mereka. Dan menundukkan pandangan tidak akan sempurna kecuali
jika wanita tersebut berhijab dengan hijab yang sempurna menutupi seluruh tubuhnya.
Sementara tidak diragukan lagi bahwa menyingkap wajah merupakan sebab terbesar untuk
memandang ke arahnya.
2. Allah Ta’ala melarang untuk memperlihatkan sedikitpun dari perhiasan luarnya kepada
non mahram, kecuali terlihat dalam keadaan terpaksa karena tidak bisa disembunyikan,
semisal pakaian terluarnya. Jika Allah Ta’ala melarang untuk memperlihatkan perhiasan luar
(selain tubuh), maka tentunya wajah dan telapak tangan yang merupakan perhiasan yang
melekat pada diri seorang wanita lebih wajib lagi untuk disembunyikan.
3. Allah Ta’ala memerintahkan untuk mengulurkan khimar mereka sampai ke dada-dada
mereka, sementara khimar adalah sesuatu yang digunakan wanita untuk menutup kepalanya.
Jika khimar diperintahkan untuk diulurkan sampai ke dada, maka tentunya secara otomatis
wajah tertutup oleh khimar tersebut.
Aisyah radhiallahu anha berkata, “Semoga Allah merahmati wanita-wanita Muhajirin
yang pertama. Tatkala Allah menurunkan, “Dan hendaklah mereka menutupkan khimar ke
dada-dada mereka,” mereka merobek kain-kain mereka.
DAFTAR PUSTAKA

http://makalahpintar86.blogspot.co.id/2014/04/adab-berpakaian-dalam-islam.html

Anda mungkin juga menyukai