Anda di halaman 1dari 9

Riksa Bahasa

Volume 2, Nomor 1, Maret 2016

KEDWIBAHASAAN ANAK SEKOLAH DASAR DAN IMPLIKASINYA


TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Ai Siti Zenab
STKIP Siliwangi Bandung
Pos-el: aizen998@gmail.com

ABSTRAK
Kedwibahasaan Anak Sekolah Dasar dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa
Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh mana kontak bahasa yang terjadi antara bahasa
Sunda dan bahasa Indonesia di kalangan anak-anak SD. Pemakaian lebih dari satu bahasa (dwibahasa)
di kalangan anak-anak ternyata tidak hanya terjadi dalam konteks nonformal, tetapi juga terbawa ke
dalam situasi formal. Dampak dari kebiasaan ini, anak-anak kebingungan dalam memilah bahasa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Permasalahan yang diteliti
meliputi, 1) Sejauh manakah anak-anak sekolah dasar menggunakan bahasa Sunda dan bahasa
Indonesia secara campur? 2) Apa implikasi kedwibahasaan terhadap pengajaran Bahasa Indonesia di
sekolah dasar? Tujuan penelitian ini meliputi, 1) mendeskripsikan fenomena kedwibahasaan yang
terjadi di kalangan siswa sekolah dasar, 2) mendeskripsikan implikasi kedwibahasaan di kalangan
siswa sekolah dasar. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Sunda dan Bahasa
Indonesia secara campur tidak hanya terjadi dalam ragam lisan dan nonformal, tetapi juga terjadi
dalam ranah tulis dan formal. Kebiasaan ini selain mengakibatkan siswa menjadi tidak konsisten
dalam penggunaan bahasa, juga mengakibatkan pengaburan bahasa antara bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda dalam pemahaman siswa.
Kata kunci: kedwibahasaan, anak sekolah dasar, pembelajaran

ABSTRACT
Bilingualism Primary School Children and Implications of Learning Indonesian. This study aims
to determine the extent of language contact that occurs between the Sundanese and Indonesian among
elementary school children. Use more than one language (bilingual) among children did not only occur
in the context of non-formal, but also carried over into formal situations. The impact of this habit,
children sort out the confusion in language. The method used in this research is qualitative descriptive.
Issues examined include, 1) To what extent are the children of primary school use of Sundanese and
Indonesian are mixed? 2) What are the implications to the teaching of Indonesian bilingualism in
primary schools? The purpose of this study include, 1) to describe the phenomenon of bilingualism are
common among elementary school students, 2) describe the implications of bilingualism among
elementary school students. The analysis showed that the use of Sundanese and Indonesian are mixed
not only occur in a variety of verbal and non-formal, but also occurs in the realm of writing and
formal. This habit in addition to lead students to become inconsistent in the use of language, also
resulted in the blurring of language between Indonesian and Sundanese in student understanding.
Keywords: bilingualism, elementary school children, learning

PENDAHULUAN tingkat inilah anak mulai diajari kaidah dan


Salah satu pemerolehan kemampuan aturan dalam berbahasa.
berbahasa pada anak ditentukan oleh proses Anak-anak Indonesia pada umumnya
pertumbuhan potensial mereka, yakni dalam mengalami pemerolehan lebih dari satu
kisaran usia 0 sampai mereka lulus sekolah bahasa. Selain bahasa Indonesia sebagai
dasar. Dalam tingkat formal, pemerolehan bahasa negara yang diajarkan secara formal
bahasa anak dimulai pada saat anak di sekolah, anak juga dihadapkan pada
memasuki jenjang sekolah dasar (SD). Pada bahasa daerah atau bahasa ibu yang datang
dari keluarga atau pun lingkungannya.

1
Ai Siti Zenab
Kedwibahasaan Anak Sekolah Dasar

Dalam konteks ini, anak-anak mengalami language acquisition) kedua (second


kedwibahasaan. Mereka menggunakan dua language acquisition), dan pemerolehan
buah bahasa, yaitu bahasa yang diajarkan di ulang (re-acquisition). Pemerolehan bahasa
lingkungan keluarganya, biasanya bahasa berdasarkan urutan adalah pemerolehan
daerah, dan pada waktu lain mereka bahasa pertama dan pemerolehan bahasa
menggunakan bahasa Indonesia. Jadi, kedua. Pemerolehan bahasa jika ditinjau dari
secara tidak langsung sejak kecil anak sudah segi jumlah meliputi pemerolehan satu
menjadi seorang dwibahasawan yang aktif. bahasa (monolingual acquisition) dan
Ada beberapa permasalahan yang pemerolehan dua bahasa (bilingual
timbul dengan adanya penggunaan dua atau acquisition). Pemerolehan bahasa dari segi
lebih bahasa ini. Salah satunya adalah media dilihat dari bahasa lisan dan tulis.
terjadinya kontak bahasa yang mengarah Peemerolehan bahasa dari segi keaslian
pada interferensi bahasa yang satu ke bahasa meliputi pemerolehan bahasa asli (native
yang lain. Baik interferensi dari bahasa language acquisition) dan bahasa asing
Indonesia ke bahasa daerah atau pun (foreign language acquisition).
sebaliknya. Rusyana (1984: 53) Mulyasari, (2010: 7) menyatakan
mengemukakan bahwa praktik penggunaan tentang hubungan pemerolehan bahasa jika
dua buah bahasa oleh seseorang dapat ditinjau dari segi kebutuhan anak dapat
menimbulkan penyimpangan dari norma diobservasi dari hal-hal berikut: 1)
masing-masing bahasa. Hal ini tentunya Kemampuan memeroleh sebuah bahasa
akan berpengaruh pula terhadap proses adalah kebutuhan dasar manusia. 2) Pada
pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya usia enam tahun, anak-anak sudah
pada jenjang sekolah dasar. memeroleh apa yang perlu mereka ketahui
Pemerolehan bahasa adalah proses mengenai bahasa mereka dan
ketika seseorang memeroleh bahasa. menggunakannya secara lancar. 3) Para ahli
Sebagaimana yang diungkapkan bahasa dan psikolog meyakinkan bahwa
Kridalaksana (dalam Huri, 2014: 61) bahasa tidak hanya diperoleh dengan imitasi
“Pemerolehan bahasa merupakan proses – tidak hanya semata-mata dan mungkin
pemahaman dan penghasilan bahasa pada tidak secara prinsip melalui imitasi –
manusia dengan beberapa tahap mulai dari meskipun rangsangan pada suatu bahasa
maraban sampai pada kefasihan penuh”. adalah sesuatu yang penting dalam proses
Tarigan (1985: 242) mengungkapkan bahwa pemerolehannya
Pemerolehan bahasa adalah suatu proses Pada dasarnya proses pembelajaran di
yang digunakan oleh anak-anak untuk Sekolah Dasar (SD) masih merujuk pada
menyesuaikan serangkaian hipotesis yang penggunaan bahasa pengantar pendidikan
mungkin bertambah rumit atau pun teori- (bahasa Indonesia) dan bahasa pendamping
teori yang masih terpendam atau (bahasa daerah). Di sekolah bahasa
tersembunyi yang mungkin sekali terjadi pengantar berfungsi untuk menerangkan dan
dengan ucapan-ucapan orang tuanya mengekspresikan serta memahami dan
sampai dia memilih berdasarkan suatu menghayati bahan pelajaran dalam rangka
ukuran atau takaran penilaian tata bahasa mencapai tujuan pendidikan. Adapun fungi
yang paling baik serta yang paling bahasa pengantar utama dan bahasa
sederhana dari tata bahasa tersebut. pendamping di sekolah dasar menurut
Huri (2014: 62) membagi Rusyana (1984: 116) adalah: 1)
pemerolehan bahasa berdasarkan bentuk, Menggunakan bahasa Indonesia sebagai
urutan, jumlah, media dan keaslian. bahasa pengantar sejak kelas 1 di SD yang
Pemerolehan bahasa berdasarkan bentuk murid-muridnya sudah dapat berbahasa
meliputi pemerolehan bahasa pertama (first Indonesia. 2) Menggunakan bahasa daerah

2
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 1, Maret 2016

sebagai bahasa pengantar di kelas-kelas 1) Interferensi


permulaan di SD yang murid-muridnya Rusyana (1984: 70) memberikan
belum dapat berbahasa Indonesia. batasan definisi interferensi ke dalam
Sementara itu setelah murid belajar bahasa beberapa bagian, di antaranya: a)
Indonesia, berangsur-angsur bahasa pengambilan suatu unsur dari suatu bahasa
Indonesia digunakan sebagai bahasa yang dipergunakan dalam hubungan dengan
pengantar, mungkin dengan dicampur bahasa lain, b) penerapan dua buah sistem
dengan penggunaan bahasa Indonesia untuk secara serempak kepada suatu unsur bahasa,
menjelaskan.. c) penyimpangan yang terjadi pada pada
Chaer (2004: 84) menyebut istilah tuturan seseorang akibat pengenalan akan
bilingualisme dalam bahasa Indonesia dua buah bahasa atau lebih, dll. Chaer
dengan kedwibahasaan. Weinrich (dalam (2010: 120) mengungkapkan bahwa dalam
Aslinda dkk., 2007: 23) menyebut peristiwa interferensi digunakan unsur-unsur
kedwibahasaan sebagai the practice of bahasa lain dalam menggunakan suatu
alternately using two language, yaitu bahasa yang dianggap sebagai suatu
kebiasaan menggunakan dua bahasa atau kesalahan karena menyimpang dari kaidah
lebih secara bergantian. Rusyana (1984: 51) atau aturan bahasa yang digunakan.
mengungkapkan “Kedwibahasaan adalah
penggunaan dua buah bahasa atau lebih oleh 2) Alih kode
seseorang”. Ketika seseorang mampu Alih kode adalah (code switching)
menggunakan lebih dari satu bahasa berarti adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke
orang tersebut sudah bisa dikatakan sebagai kode yang lain. Chaer (2010:. 107)
seorang dwibahasawan. Haugen (dalam mengungkapkan, “Alih kode adalah
Mar’at, 2005) mengungkapkan peristiwa pergantian suatu bahasa dari
“Bilingualism refers to ability to produce bahasa yang satu ke bahasa yang lain”.
complete and meaningful utterance in the Appel (Chaer, 2010:108) mengungkapkan
other language”. Diebold (dalam Rusyana, bahwa alih kode itu sebagai gejala peralihan
1984) mengungkapkan bahwa definisi pemakaian bahasa karena berubahnya
kedwibahasaan tidak normatif, dapat situasi. Berdasar pada kepustakaan
mencakup baik kemampuan baca tulis, linguistik secara umum Chaer juga
maupun kemampuan bicara dan menyebutkan beberapa penyebab terjadinya
mendengarkan. Sementara itu Beardsmore alih kode, di antaranya: a) pembicara atau
(1982: 13) memberikan batasan penutur, b) pendengar atau lawan tutur, c)
kedwibahasaan bukanlah gejala bahasa perubahasan situasi dengan hadirnya orang
sebagai sistem melainkan gejala perturutan, ketiga, d) perubahan dari formal ke informal
bukanlah ciri kode melainkan ciri atau sebaliknya, e) perubahan topik
pengungkapan, bukanlah bersifat sosial pembicaraan.
melainkan individual, dan merupakan
karakteristik penggunaan bahasa. Hal ini 3) Campur Kode
mengindikasikan bahwa kedwibahasaan “Campur kode adalah pemakaian dua
merupakan cara penutur menggunakan dua bahasa atau lebih atau dua varian dari
bahasa atau lebih secara bergantian yang sebuah bahasa dalam suatu masyarakat
turut pula dipengaruhi oleh situasi dan tutur, di mana salah satu merupakan kode
kondisi yang dihadapi penutur. utama atau kode dasar yang digunakan
Hal-hal yang sering terjadi dalam yang memiliki fungsi dan
peristiwa kedwibahasaan biasanya keotonomiannya, sedangkan kode-kode
menyangkut hal-hal berikut. lain yang terlibat dalam peristiwa tutur

3
Ai Siti Zenab
Kedwibahasaan Anak Sekolah Dasar

itu hanyalah berupa serpihan-serpihan bahasa Sunda tetap bisa terlihat dengan
saja” (Chaer dan Agustina, 1995: 114). jelas.
Campur kode biasanya Teknik pengolahan data dilakukan
berhubungan dengan karakteristk penutur, dengan cara menganalisis data yang sudah
seperti latar belakang sosil, tingkat terkumpul. Prosesnya dimulai dari mencari
pendidikan, rasa keagamaan. Ciri yang dan menyusun secara sistematis data yang
menonjol dari campur kode ini adalah dalam diperoleh dari hasil observasi, catatan
situasi santai atau informal. lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori,
METODE PENELITIAN menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
Metode penelitian yang digunakan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif mana yang penting dan yang akan dipelajari,
deskriptif. Metode ini digunakan untuk dan dibuat kesimpulan sehingga mudah
memecahkan masalah aktual dengan cara dipahami (Sugiyono, 2014: 335). Adapun
mengumpulkan data, menyusun, data yang terhimpun dalam penelitian ini
menglasifikasikan, menganalisis, serta selanjutnya dianalisis dengan langkah-langkah
menginterpreta-sikannya (Narbuko dan sebagai berikut: 1) peneliti mengelompokkan
Achmadi, 2002: 44). Instrumen yang data yang sudah terkumpul baik dari hasil
digunakan dalam penelitian ini adalah rekaman, catatan percakapan siswa ataupun
lembar observasi dan lembar catatan atau hasil tulisan siswa. 2) peneliti mempelajari
rekaman hasil percakapan siswa. data yang berhubungan dengan
Observasi dilakukan pada anak-anak kedwibahasaan khususnya yang berhubungan
sekolah dasar (SD) kelas empat yang berusia dengan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia.
sekitar 9-10 tahun. Observasi ini hanya 3) dari data yang sudah dianalisis peneliti
dilakukan pada saat proses pembelajaran membuat hipotesis dampak dan implikasi
bahasa sedang berlangsung, situasi kedwibhasaan terhadap pembelajaran bahasa
observasi berada dalam situasi formal. Indonesia.
Jumlah siswa yang di observasi sebanyak
104 anak yang terbagi ke dalam empat HASIL DAN PEMBAHASAN
kelas. Penelitian dilakukan selama kurang Peristiwa kedwibahasaan yang terjadi
lebih dua minggu dari tanggal 21 September di kalangan siswa sekolah dasar (SD)
sampai dengan tanggal 2 Oktober 2013. ternyata tidak hanya terjadi dalam ranah
Sekolah yang dijadikan tempat lisan tetapi juga terjadi dalam ranah tulisan.
penelitian adalah sekolah dasar (SD) Dalam keadaan formal seperti halnya dalam
Laboratorium UPI Kampus Cibiru yang proses pembelajaran, pengaruh bahasa ibu
terletak di Jalan Cibiru Hilir km. 15. tidak bisa lepas begitu saja dalam tuturan
Sekolah ini berada di lingkungan yang anak. Peristiwa yang paling banyak terjadi
mayoritas penduduknya berbahasa Sunda, pada siswa adalah adanya campur kode.
namun latar belakang siswanya beragam. Pengaruh bahasa ibu yang paling berperan
Ada yang berasal dari Bali, Jawa, dan adalah penyisipan kata anteran bahasa
Sumatera. Keadaan siswa yang beragam Sunda ke dalam bahasa Indonesia yang
menjadikan sekolah ini cukup istimewa. dipergunakannya.
Adanya keberagaman ini, secara tidak Contoh penyisipan kata “anteran”
langsung menjadikan bahasa Indonesia dalam ragam lisan sebagai berikut.
sebagai bahasa pengantar baik dalam proses
pembelajaran ataupun dalam pergaulan
sehari-hari antarsiswa. Karena sekolah ini
berada di wilayah Sunda, maka pengaruh

4
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 1, Maret 2016

Kata Contoh kalimat


The Ini teh dikerjain ya, Bu?
Mah Ibu mah pilih kasih, ah…!
Da Da aku mah gak main-main, Ibu…!
Ari Apa ari (ai) kamu?
Weh Biarin weh, emangnya itu urusan kamu gitu?
Atuh Jangan marah atuh… yah..
Ning Itu yang kita bicarain kemarin, ning...

Penyisipan kata-kata anteran di atas Selain penyisipan kata anteran,


sifatnya tidak disadari. Anak terbiasa dalam tuturan sehari-hari, anak-anak
menggunakan kata anteran di atas sebagai sekolah dasar juga terbiasa menyisipkan
penegasan dari tuturan yang diucapkannya. kata atau pun frasa bahasa Sunda ke dalam
Kebiasaan menggunakan kata anteran ini tuturan bahasa Indonesia mereka.
berpengaruh pula pada saat dia berbicara Contoh penyisipan kata bahasa
dengan menggunakan bahasa Indonesia. Sunda ke dalam tuturan bahasa Indonesia
adalah sebagai berikut.

Kata Makna Contoh kalimat


Nya Iya Nya, begitulah
Heula Duluan Aku heula, aku udah ngantri dari tadi ari kamu!
Naon Apa Naon ari kamu? Enak aja aku yang disalahin!
Geuleuh Jijik Kamu gak boleh gitu, geuleuh tauu…!!!!
Wungkul Hanya/cuma Iya Ibu, cuman kita wungkul da yang ngerjain
mah, yah??
Ngomong Bicara Kamu itu tidak sopan tau, ngomong aja dari tadi.
Cenah Katanya Dia mah nggak mau datang cenah, Bu…
Keukuh Dia mah orangnya keukeuh Ibu, susah
dibilangin…
Meuni Sangat Ari kamu meuni galak, biasa aja atuh
ngomongnya.
Deui Lagi Masa sih kamu deui- kamu deui, kan kamu udah
beberapa kali…!
Moal Tidak akan Moal ah, aku mah nggak ikut kayaknya.
Hayu ayo Hayu, kita pergi!
Ucing sumput Petak umpet Main ucing sumput, Yuk!
Kitu begitu Barki mah osok kitu ya, Bu, padahal itu nggak
bagus kan, Bu?
Lamun kalau Ibu, lamun kita ngerjainnya bareng, boleh?
Herang berkilau Bagus ya, Bu… herang…!
Ulah jangan Ulah ih, itu kan punya aku…!
Getek Geli Kamu nggak boleh ngomong jorok gitu tahu, getek
aku dengernya…
Urang Kita Urang mah da ngga tahu apa-apa ya…??
Nyeri sakit Nyeri ari kamu, da kamu mah ngga ngerasain.
Geus sudah Geus ah, beres. Kamu beres can?
Ceurik nangis Dari tadi teh ceurik wae… manja ya, Bu?

5
Ai Siti Zenab
Kedwibahasaan Anak Sekolah Dasar

Entong jangan Entong atuh, ibu. Iya, iya… mau dikerjain dulu.
Sok Silakan Iya sok atuh kamu duluan..
Geulis Cantik Iya, Bu.. Osan bilang Estu itu geulis… jadi Osan
suka.
Pisan sangat Iya, ya Bu, Rere itu cantik pisan hehe..
Cicing diam Cicing wae ih dari tadi teh, bantuin atuh, ini kan
tugas bareng-bareng.
Mbung Tidak mau Mbung, ah, kamu mah sok licik!
Ciganamah sepertinya Ciganamah mereka teh rebutan bola, Bu, jadi pada
berantem….
Kehel Kesal, jengkel Iya, Ibu, dia mah seneng banget bisa bikin kehel
orang teh.
Sanes bukan Sanes, bu ciganamah, tapi nggak tau ketang.
Acan belum Acan, Bu. Soalnya tadi kita olah raga dulu.

Ambek-ambekan Marah-marah Apa sih kamu itu ambek-ambekan wae dari tadi?
Mun kalau Mun aku ikut boleh tidak?
Nu punya Nu aku Ibu itu mah
Meren mungkin Iya meren, Bu. Tapi aku juga nggak tahu sih.
Geuleuh Jijik Geuleuh dia mah Ibu suka ngupil sembarangan....

Faktor lain yang cukup berpengaruh yang sulit ditemukan padanan katanya
dan menjadi penyebab tingginya dalam bahasa Indonesia ini bertujuan agar
penggunaan bahasa campur di kalangan komunikasi mereka (anak) bisa lebih efektif.
anak sekolah dasar adalah terdapat Contoh penyisipan kata bahasa
beberapa kosa kata bahasa Sunda yang sulit Sunda yang sulit ditemukan padanan
ditemukan padanan katanya dalam bahasa katanya dalam bahasa Indonesia adalah
Indonesia. Penggunaan kata bahasa Sunda sebagai berikut.

Kata Contoh kalimat


Nyamper Azka, nanti aku nyamper ke rumah kamu, ya?
Guguruntulan Bu, ko tanahnya guguruntulan begini, ya?
Ketang Iya Ibu… Ayahnya Azka itu kepala polisi loh… tapi ngga tau
ketang… hehe
Asa Iya Ibu, asa panas ya padahal hujan ya, Bu..
Amit-amit Ga mau Ibuu, amit-amit ih aku naksir sama dia…
Pundung Iya Ibu, Salsa mah orangnya pundungan.. sedikit-sedikit baeud
Keneh Citra belum selesai, Ibu, dia masih keneh ngerjain…
Rancung Osan, rambut kamu itu rancung, pakai minyak rambut coba kaya
ayah aku, jadi ntar ngga akan rancung kaya gitu.
Meni Ih meni kitu ari kamu… biasa aja kali ngomongnya…!
Ngalelewe Eh kamu kalau Bu Guru lagi bicara itu nggak boleh ngalelewe tau,
nggak sopan!
Kalepasan Barki, kamu jangan main-main kaya gitu gimana kalau ntar kalepasan
tau…!
Nundutan Ibuuu…, lihat ibu, Farhan nundutan!!
Baeud Hani, kenapa sih kamu itu baeud aja dari tadi?

6
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 1, Maret 2016

Urang Urang main ke rumah Sandi, Yuk?


Atuh Trus digimanain atuh, Bu?
ngelekeub Ibuuu... gerah banget ih, ngelekeub... kayanya mo hujan.
Rujit Iya Ibu kelasnya kotor, rujit lihatnya juga...

Kata guguruntulan, ketang dan namun dalam beberapa kalimat tertentu kata
rancung adalah contoh kata yang sulit kalepasan tidak bisa digantikan dengan kata
ditemukan padanan katanya dalam bahasa keterlaluan. Contohnya dalam kalimat
Indonesia. Namun untuk kata-kata “Barki, kamu jangan main-main kaya gitu
ngalelewe, nyamper, cenah, nundutan, meni, gimana kalau ntar kalepasan tau…!”
kalepasan, dan pundungan, adalah kata-kata kalepasan di sini bukan berarti keterlaluan
yang bisa ditemukan padanan katanya dalam seperti dalam bahasa Indonesia. Kalepasan
bahasa Indonesia. Kata-kata ini lebih dipilih memiliki makna keterlaluan yang tidak
anak untuk dipergunakan sebagai akibat disengaja dan bisa mengakibatkan hal yang
padanan kata dalam bahasa Indonesianya buruk terjadi. Untuk kata pundungan
tidak cukup mewakili makna yang hendak padanan kata yang terdekat adalah marah,
mereka ungkapkan pada lawan bicara namun, pundungan lebih merujuk kepada
mereka. Sebagai contoh, kata nyamper sifat marah yang sering muncul. Dalam
padanan kata dalam bahasa Indonesianya pundungan sifat marah yang ditunjukkan
adalah menjemput. Dalam kalimat “Azka, bukan dengan kata-kata tetapi lebih pada
nanti aku nyamper ke rumah kamu, ya?” sifat cepat marah dan tindakan konkret dari
kata nyamper di sini memiliki makna rasa marahnya ditunjukkan dengan cara
menjemput tapi tidak disengaja, kata menghindar dari orang-orang atau dari hal
“nyamper” lebih merujuk pada kegiatan yang telah membuatnya marah.
menjemput yang dilakukan sambil lewat. Dari penjelasan sebelumnya bisa
Dalam bahasa Sunda kata menjemput diringkaskan bahwa bagi anak SD yang
berpadanan dengan kata “mapageun”. Kata terpenting dalam penggunaan suatu bahasa
“mapageun” dan “nyamper” bukan kata adalah bisa terjalin komunikasi yang efektif
yang memiliki persamaan makna dalam antara dia dan lingkungannya. Terlepas dia
bahasa Sunda. Begitu juga dengan kata sedang berbicara dengan teman atau pun
ngalelewe, nundutan, kalepasan, dan dengan gurunya, dalam situasi resmi (proses
pundungan. pembelajaran) atau pun situasi tidak resmi,
Kata ngalelewe bisa dipadankan hal tersebut bukanlah menjadi sebuah
dengan kata meledek, nundutan dengan persoalan. Dalam tingkatan ini, belum ada
tidur, dan pundungan dengan marah. kesadaran yang cukup untuk anak bisa
Namun, jika digunakan dalam tuturan, menyadari dan memisahkan mana bahasa
padanan-padanan kata tersebut memiliki Indonesia dan mana bahasa daerah.
nilai rasa yang berbeda apabila digunakan. Sepanjang mereka tidak mengalami
Untuk kata ngalelewe maknanya tidak sama hambatan dalam berkomunikasi, tidak
persis dengen meledek dalam kata bahasa menjadi persoalan kedua bahasa ini
Indonesia. Kata nundutan meskipun bisa digunakan secara bersamaan.
dipadankan dengan kata tidur namun dalam Faktor-faktor penting yang bisa
bahasa Sunda nundutan adalah proses diambil dari kedwibahasaan anak yang akan
menuju tidur yang tidak disengaja. Orang berpengaruh terhadap proses pembelajaran
yang nundutan belum sepenuhnya tidur. Hal bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
yang sama juga terjadi dalam kata kalepasan 1. Bahasa Ibu (B1 khususnya bahasa Sunda)
dan pundungan. Kalepasan hampir mirip masih berpengaruh kuat dalam kegiatan
dengan keterlaluan dalam bahasa Indonesia, berbahasa anak.

7
Ai Siti Zenab
Kedwibahasaan Anak Sekolah Dasar

2. Pengetahuan kosa kata bahasa Indonesia bahasa Indonesia dan mana bahasa daerah.
siswa masih terbatas. 3) Anak sudah harus mulai diajari dan
3. Siswa masih kesulitan menemukan kata dibiasakan untuk menggunakan bahasa
yang pas dalam bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisi, hal ini
maknanya sepadan dengan bahasa Sunda. untuk membiasakan anak memilih bahasa
4. Siswa sudah terbiasa menggunakan yang tepat dan sesuai dengan keperluannya.
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda 4) untuk memperluas wawasan kebahasaan
secara campur sehingga mereka sulit anak, guru harus kreatif dalam meramu
membedakan mana bahasa Sunda dan proses pembelajaran sehingga pemahaman
bahasa Indonesia. dan pengetahuan kebahasaan anak bisa lebih
5. Siswa merasa bukan suatu kesalahan berkembang.
ketika menggunakan bahasa Sunda dan
bahasa Indonesia secara campur SIMPULAN
meskipun baik dalam situasi formal- Simpulan yang dapat diambil dari
nonformal ataupun dalam tataran lisan- penelitian ini adalah sebagai berikut.
tulis. 1. Dalam kegiatan berbahasa di kalangan
Faktor-faktor yang disebut di atas anak SD, bahasa Ibu khususnya bahasa
tentunya akan berpengaruh terhadap tujuan Sunda masih berpengaruh sangat kuat.
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Untuk menanggunalangi pengaruh ini
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di terhadap proses pembelajaran bahasa
sekolah secara umum adalah untuk Indonesia, guru harus memberi
membina siswa agar mampu berbahasa pengarahan dan batasan yang jelas mana
Indonesia yang baik secara benar. Untuk bahasa Indonesia dan mana bahasa
siswa sekolah dasar tujuan ini diselaraskan daerah terhadap siswa.
dengan tingkat pengalaman siswa. Adapun 2. Pengetahuan kosa kata bahasa Indonesia
hubungannya dengan kedwibahasaan anak siswa masih terbatas sehingga guru
yang masih kuat, pada tingkat ini sebagai media belajar anak harus kreatif
pembelajaran bahasa Indonesia harus lebih dalam meramu dan mendesain proses
berperan membina dan mengembangkan pembelajaran dengan harapan
kemampuan bahasa Indonesia anak. Hal ini pengetahuan dan pemahaman berbahaa
diperlukan agar pengetahuan dan wawasan anak bisa makin berkembang.
bahasa Indonesia siswa menjadi lebih 3. Siswa sudah terbiasa menggunakan
terarah. Selain itu, proses pembelajaran di bahasa Indonesia dan bahasa Sunda
SD merupakan bekal dasar yang akan secara campur sehingga mereka sulit
dibawa dan dipergunakannya di jenjang membedakan mana bahasa Sunda dan
pendidikan yang lebih tinggi. bahasa Indonesia. Untuk menanggulangi
Setidaknya ada beberapa hal yang hal ini guru sebagai media belajar anak
harus diperhatikan dalam proses harus menggunakan bahasa Indonesia
pembelajaran bahasa Indonesia, di yang baik dan benar secara konsisten, hal
antaranya: 1) Guru sebagai media belajar tersebut untuk menghilangkan
anak harus menggunakan bahasa Indonesia kebingungan anak ketika berbahasa
yang baik dan benar secara konsisten, hal 4. Siswa merasa bukan suatu kesalahan
tersebut untuk menghilangkan kebingungan ketika menggunakan bahasa Sunda dan
anak ketika berbahasa. 2) penggunaan bahasa Indonesia secara campur
bahasa daerah sebagai bahasa pendamping meskipun baik dalam situasi formal-
bahasa Indonesia bisa tetap digunakan nonformal ataupun dalam tataran lisan-
dengan catatan guru tetap memberi tulis. Hal ini bisa ditanggulangi dengan
pengarahan dan batasan yang jelas mana guru membiasakan anak berdisiplin

8
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 1, Maret 2016

dalam berbahasa, anak sudah harus mulai Mar’at, Samsunuwiyati. 2005.


diajari dan dibiasakan untuk Psikolinguistik Suatu Pengantar.
menggunakan bahasa sesuai dengan Bandung: Aditama.
situasi dan kondisi. Hal ini untuk Mulyasari, Effy. (2010) Kedwibahasaan
membiasakan anak memilih bahasa yang Anak Prasekolah. Makalah
tepat dan sesuai dengan keperluannya. dipresentasikan di Seminar
5. Siswa masih kesulitan menemukan kata Antarbangsa Pendidkian Bahasa
yang pas dalam bahasa Indonesia yang Melayu di Beijing Foreign Studies
maknanya sepadan dengan bahasa Sunda. Univercity. (Online). Tersedia di:
Untuk menanggulangi hal ini pengajaran http://www repository.upi.edu.
alternatif berbahasa sangat penting Diunduh 29 April 2016).
diberikan guru kepada siswa. Narbuko, A dan Achmadi, A. 2002.
Metodologi Penelitian. Jakarta:
DAFTAR RUJUKAN Bumi Aksara.
Aslinda dan Syafyahya, Leni. 2007. Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra
Kedwibahasaan, Dwibahasawan, dan dalam Gamitan Pendidikan.
Diglosia. Bandung: Refika Aditama. Bandung: Diponegoro.
Beardmore dan Baetens, Hugo. 1982. Rusyana, Yus. 1989. Perihal
Bilingualism: Basic Principles. Kedwibahasaan (Bilingualisme).
Brussel: Vrije Universiteit. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Chaer, Abdul. 2010. Sosiolinguistik kebudayaan Direktorat Jenderal
(Perkenalan Awal). Jakarta: Rineka Pendidikan Tinggi Proyek
Cipta. Pengembangan Lembaga Pendidikan
Chaer, Abdul dan Agustina, Leoni. 1995. Tenaga Kependidikan.
Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Jakarta: Rineka Cipta. Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Chaer, Abdul dan Agustina, Leoni. 2004. Kualitatif, dan R&D). Bandung:
Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Alfabeta.
Cipta. Sugono, Dendy. 2002. Mahir Berbahasa
Huri, Daman. 2014. Penguasaan Kosakata Indonesia dengan Benar. Jakarta:
Kedwibahasaan antara Bahasa Sunda Gramedia.
dan Bahasa Indonesia pada Anak-anak Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran
(Sebuah Analisis Komparartif). Jurnal Analisis Kesalahan Berbahasa.
Pendidikan Unsika. 2 (1), hlm 59-77. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai