ABSTRAK
Kedwibahasaan Anak Sekolah Dasar dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa
Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh mana kontak bahasa yang terjadi antara bahasa
Sunda dan bahasa Indonesia di kalangan anak-anak SD. Pemakaian lebih dari satu bahasa (dwibahasa)
di kalangan anak-anak ternyata tidak hanya terjadi dalam konteks nonformal, tetapi juga terbawa ke
dalam situasi formal. Dampak dari kebiasaan ini, anak-anak kebingungan dalam memilah bahasa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Permasalahan yang diteliti
meliputi, 1) Sejauh manakah anak-anak sekolah dasar menggunakan bahasa Sunda dan bahasa
Indonesia secara campur? 2) Apa implikasi kedwibahasaan terhadap pengajaran Bahasa Indonesia di
sekolah dasar? Tujuan penelitian ini meliputi, 1) mendeskripsikan fenomena kedwibahasaan yang
terjadi di kalangan siswa sekolah dasar, 2) mendeskripsikan implikasi kedwibahasaan di kalangan
siswa sekolah dasar. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Sunda dan Bahasa
Indonesia secara campur tidak hanya terjadi dalam ragam lisan dan nonformal, tetapi juga terjadi
dalam ranah tulis dan formal. Kebiasaan ini selain mengakibatkan siswa menjadi tidak konsisten
dalam penggunaan bahasa, juga mengakibatkan pengaburan bahasa antara bahasa Indonesia dan
bahasa Sunda dalam pemahaman siswa.
Kata kunci: kedwibahasaan, anak sekolah dasar, pembelajaran
ABSTRACT
Bilingualism Primary School Children and Implications of Learning Indonesian. This study aims
to determine the extent of language contact that occurs between the Sundanese and Indonesian among
elementary school children. Use more than one language (bilingual) among children did not only occur
in the context of non-formal, but also carried over into formal situations. The impact of this habit,
children sort out the confusion in language. The method used in this research is qualitative descriptive.
Issues examined include, 1) To what extent are the children of primary school use of Sundanese and
Indonesian are mixed? 2) What are the implications to the teaching of Indonesian bilingualism in
primary schools? The purpose of this study include, 1) to describe the phenomenon of bilingualism are
common among elementary school students, 2) describe the implications of bilingualism among
elementary school students. The analysis showed that the use of Sundanese and Indonesian are mixed
not only occur in a variety of verbal and non-formal, but also occurs in the realm of writing and
formal. This habit in addition to lead students to become inconsistent in the use of language, also
resulted in the blurring of language between Indonesian and Sundanese in student understanding.
Keywords: bilingualism, elementary school children, learning
1
Ai Siti Zenab
Kedwibahasaan Anak Sekolah Dasar
2
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 1, Maret 2016
3
Ai Siti Zenab
Kedwibahasaan Anak Sekolah Dasar
itu hanyalah berupa serpihan-serpihan bahasa Sunda tetap bisa terlihat dengan
saja” (Chaer dan Agustina, 1995: 114). jelas.
Campur kode biasanya Teknik pengolahan data dilakukan
berhubungan dengan karakteristk penutur, dengan cara menganalisis data yang sudah
seperti latar belakang sosil, tingkat terkumpul. Prosesnya dimulai dari mencari
pendidikan, rasa keagamaan. Ciri yang dan menyusun secara sistematis data yang
menonjol dari campur kode ini adalah dalam diperoleh dari hasil observasi, catatan
situasi santai atau informal. lapangan, dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori,
METODE PENELITIAN menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
Metode penelitian yang digunakan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif mana yang penting dan yang akan dipelajari,
deskriptif. Metode ini digunakan untuk dan dibuat kesimpulan sehingga mudah
memecahkan masalah aktual dengan cara dipahami (Sugiyono, 2014: 335). Adapun
mengumpulkan data, menyusun, data yang terhimpun dalam penelitian ini
menglasifikasikan, menganalisis, serta selanjutnya dianalisis dengan langkah-langkah
menginterpreta-sikannya (Narbuko dan sebagai berikut: 1) peneliti mengelompokkan
Achmadi, 2002: 44). Instrumen yang data yang sudah terkumpul baik dari hasil
digunakan dalam penelitian ini adalah rekaman, catatan percakapan siswa ataupun
lembar observasi dan lembar catatan atau hasil tulisan siswa. 2) peneliti mempelajari
rekaman hasil percakapan siswa. data yang berhubungan dengan
Observasi dilakukan pada anak-anak kedwibahasaan khususnya yang berhubungan
sekolah dasar (SD) kelas empat yang berusia dengan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia.
sekitar 9-10 tahun. Observasi ini hanya 3) dari data yang sudah dianalisis peneliti
dilakukan pada saat proses pembelajaran membuat hipotesis dampak dan implikasi
bahasa sedang berlangsung, situasi kedwibhasaan terhadap pembelajaran bahasa
observasi berada dalam situasi formal. Indonesia.
Jumlah siswa yang di observasi sebanyak
104 anak yang terbagi ke dalam empat HASIL DAN PEMBAHASAN
kelas. Penelitian dilakukan selama kurang Peristiwa kedwibahasaan yang terjadi
lebih dua minggu dari tanggal 21 September di kalangan siswa sekolah dasar (SD)
sampai dengan tanggal 2 Oktober 2013. ternyata tidak hanya terjadi dalam ranah
Sekolah yang dijadikan tempat lisan tetapi juga terjadi dalam ranah tulisan.
penelitian adalah sekolah dasar (SD) Dalam keadaan formal seperti halnya dalam
Laboratorium UPI Kampus Cibiru yang proses pembelajaran, pengaruh bahasa ibu
terletak di Jalan Cibiru Hilir km. 15. tidak bisa lepas begitu saja dalam tuturan
Sekolah ini berada di lingkungan yang anak. Peristiwa yang paling banyak terjadi
mayoritas penduduknya berbahasa Sunda, pada siswa adalah adanya campur kode.
namun latar belakang siswanya beragam. Pengaruh bahasa ibu yang paling berperan
Ada yang berasal dari Bali, Jawa, dan adalah penyisipan kata anteran bahasa
Sumatera. Keadaan siswa yang beragam Sunda ke dalam bahasa Indonesia yang
menjadikan sekolah ini cukup istimewa. dipergunakannya.
Adanya keberagaman ini, secara tidak Contoh penyisipan kata “anteran”
langsung menjadikan bahasa Indonesia dalam ragam lisan sebagai berikut.
sebagai bahasa pengantar baik dalam proses
pembelajaran ataupun dalam pergaulan
sehari-hari antarsiswa. Karena sekolah ini
berada di wilayah Sunda, maka pengaruh
4
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 1, Maret 2016
5
Ai Siti Zenab
Kedwibahasaan Anak Sekolah Dasar
Entong jangan Entong atuh, ibu. Iya, iya… mau dikerjain dulu.
Sok Silakan Iya sok atuh kamu duluan..
Geulis Cantik Iya, Bu.. Osan bilang Estu itu geulis… jadi Osan
suka.
Pisan sangat Iya, ya Bu, Rere itu cantik pisan hehe..
Cicing diam Cicing wae ih dari tadi teh, bantuin atuh, ini kan
tugas bareng-bareng.
Mbung Tidak mau Mbung, ah, kamu mah sok licik!
Ciganamah sepertinya Ciganamah mereka teh rebutan bola, Bu, jadi pada
berantem….
Kehel Kesal, jengkel Iya, Ibu, dia mah seneng banget bisa bikin kehel
orang teh.
Sanes bukan Sanes, bu ciganamah, tapi nggak tau ketang.
Acan belum Acan, Bu. Soalnya tadi kita olah raga dulu.
Ambek-ambekan Marah-marah Apa sih kamu itu ambek-ambekan wae dari tadi?
Mun kalau Mun aku ikut boleh tidak?
Nu punya Nu aku Ibu itu mah
Meren mungkin Iya meren, Bu. Tapi aku juga nggak tahu sih.
Geuleuh Jijik Geuleuh dia mah Ibu suka ngupil sembarangan....
Faktor lain yang cukup berpengaruh yang sulit ditemukan padanan katanya
dan menjadi penyebab tingginya dalam bahasa Indonesia ini bertujuan agar
penggunaan bahasa campur di kalangan komunikasi mereka (anak) bisa lebih efektif.
anak sekolah dasar adalah terdapat Contoh penyisipan kata bahasa
beberapa kosa kata bahasa Sunda yang sulit Sunda yang sulit ditemukan padanan
ditemukan padanan katanya dalam bahasa katanya dalam bahasa Indonesia adalah
Indonesia. Penggunaan kata bahasa Sunda sebagai berikut.
6
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 1, Maret 2016
Kata guguruntulan, ketang dan namun dalam beberapa kalimat tertentu kata
rancung adalah contoh kata yang sulit kalepasan tidak bisa digantikan dengan kata
ditemukan padanan katanya dalam bahasa keterlaluan. Contohnya dalam kalimat
Indonesia. Namun untuk kata-kata “Barki, kamu jangan main-main kaya gitu
ngalelewe, nyamper, cenah, nundutan, meni, gimana kalau ntar kalepasan tau…!”
kalepasan, dan pundungan, adalah kata-kata kalepasan di sini bukan berarti keterlaluan
yang bisa ditemukan padanan katanya dalam seperti dalam bahasa Indonesia. Kalepasan
bahasa Indonesia. Kata-kata ini lebih dipilih memiliki makna keterlaluan yang tidak
anak untuk dipergunakan sebagai akibat disengaja dan bisa mengakibatkan hal yang
padanan kata dalam bahasa Indonesianya buruk terjadi. Untuk kata pundungan
tidak cukup mewakili makna yang hendak padanan kata yang terdekat adalah marah,
mereka ungkapkan pada lawan bicara namun, pundungan lebih merujuk kepada
mereka. Sebagai contoh, kata nyamper sifat marah yang sering muncul. Dalam
padanan kata dalam bahasa Indonesianya pundungan sifat marah yang ditunjukkan
adalah menjemput. Dalam kalimat “Azka, bukan dengan kata-kata tetapi lebih pada
nanti aku nyamper ke rumah kamu, ya?” sifat cepat marah dan tindakan konkret dari
kata nyamper di sini memiliki makna rasa marahnya ditunjukkan dengan cara
menjemput tapi tidak disengaja, kata menghindar dari orang-orang atau dari hal
“nyamper” lebih merujuk pada kegiatan yang telah membuatnya marah.
menjemput yang dilakukan sambil lewat. Dari penjelasan sebelumnya bisa
Dalam bahasa Sunda kata menjemput diringkaskan bahwa bagi anak SD yang
berpadanan dengan kata “mapageun”. Kata terpenting dalam penggunaan suatu bahasa
“mapageun” dan “nyamper” bukan kata adalah bisa terjalin komunikasi yang efektif
yang memiliki persamaan makna dalam antara dia dan lingkungannya. Terlepas dia
bahasa Sunda. Begitu juga dengan kata sedang berbicara dengan teman atau pun
ngalelewe, nundutan, kalepasan, dan dengan gurunya, dalam situasi resmi (proses
pundungan. pembelajaran) atau pun situasi tidak resmi,
Kata ngalelewe bisa dipadankan hal tersebut bukanlah menjadi sebuah
dengan kata meledek, nundutan dengan persoalan. Dalam tingkatan ini, belum ada
tidur, dan pundungan dengan marah. kesadaran yang cukup untuk anak bisa
Namun, jika digunakan dalam tuturan, menyadari dan memisahkan mana bahasa
padanan-padanan kata tersebut memiliki Indonesia dan mana bahasa daerah.
nilai rasa yang berbeda apabila digunakan. Sepanjang mereka tidak mengalami
Untuk kata ngalelewe maknanya tidak sama hambatan dalam berkomunikasi, tidak
persis dengen meledek dalam kata bahasa menjadi persoalan kedua bahasa ini
Indonesia. Kata nundutan meskipun bisa digunakan secara bersamaan.
dipadankan dengan kata tidur namun dalam Faktor-faktor penting yang bisa
bahasa Sunda nundutan adalah proses diambil dari kedwibahasaan anak yang akan
menuju tidur yang tidak disengaja. Orang berpengaruh terhadap proses pembelajaran
yang nundutan belum sepenuhnya tidur. Hal bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
yang sama juga terjadi dalam kata kalepasan 1. Bahasa Ibu (B1 khususnya bahasa Sunda)
dan pundungan. Kalepasan hampir mirip masih berpengaruh kuat dalam kegiatan
dengan keterlaluan dalam bahasa Indonesia, berbahasa anak.
7
Ai Siti Zenab
Kedwibahasaan Anak Sekolah Dasar
2. Pengetahuan kosa kata bahasa Indonesia bahasa Indonesia dan mana bahasa daerah.
siswa masih terbatas. 3) Anak sudah harus mulai diajari dan
3. Siswa masih kesulitan menemukan kata dibiasakan untuk menggunakan bahasa
yang pas dalam bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisi, hal ini
maknanya sepadan dengan bahasa Sunda. untuk membiasakan anak memilih bahasa
4. Siswa sudah terbiasa menggunakan yang tepat dan sesuai dengan keperluannya.
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda 4) untuk memperluas wawasan kebahasaan
secara campur sehingga mereka sulit anak, guru harus kreatif dalam meramu
membedakan mana bahasa Sunda dan proses pembelajaran sehingga pemahaman
bahasa Indonesia. dan pengetahuan kebahasaan anak bisa lebih
5. Siswa merasa bukan suatu kesalahan berkembang.
ketika menggunakan bahasa Sunda dan
bahasa Indonesia secara campur SIMPULAN
meskipun baik dalam situasi formal- Simpulan yang dapat diambil dari
nonformal ataupun dalam tataran lisan- penelitian ini adalah sebagai berikut.
tulis. 1. Dalam kegiatan berbahasa di kalangan
Faktor-faktor yang disebut di atas anak SD, bahasa Ibu khususnya bahasa
tentunya akan berpengaruh terhadap tujuan Sunda masih berpengaruh sangat kuat.
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Untuk menanggunalangi pengaruh ini
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di terhadap proses pembelajaran bahasa
sekolah secara umum adalah untuk Indonesia, guru harus memberi
membina siswa agar mampu berbahasa pengarahan dan batasan yang jelas mana
Indonesia yang baik secara benar. Untuk bahasa Indonesia dan mana bahasa
siswa sekolah dasar tujuan ini diselaraskan daerah terhadap siswa.
dengan tingkat pengalaman siswa. Adapun 2. Pengetahuan kosa kata bahasa Indonesia
hubungannya dengan kedwibahasaan anak siswa masih terbatas sehingga guru
yang masih kuat, pada tingkat ini sebagai media belajar anak harus kreatif
pembelajaran bahasa Indonesia harus lebih dalam meramu dan mendesain proses
berperan membina dan mengembangkan pembelajaran dengan harapan
kemampuan bahasa Indonesia anak. Hal ini pengetahuan dan pemahaman berbahaa
diperlukan agar pengetahuan dan wawasan anak bisa makin berkembang.
bahasa Indonesia siswa menjadi lebih 3. Siswa sudah terbiasa menggunakan
terarah. Selain itu, proses pembelajaran di bahasa Indonesia dan bahasa Sunda
SD merupakan bekal dasar yang akan secara campur sehingga mereka sulit
dibawa dan dipergunakannya di jenjang membedakan mana bahasa Sunda dan
pendidikan yang lebih tinggi. bahasa Indonesia. Untuk menanggulangi
Setidaknya ada beberapa hal yang hal ini guru sebagai media belajar anak
harus diperhatikan dalam proses harus menggunakan bahasa Indonesia
pembelajaran bahasa Indonesia, di yang baik dan benar secara konsisten, hal
antaranya: 1) Guru sebagai media belajar tersebut untuk menghilangkan
anak harus menggunakan bahasa Indonesia kebingungan anak ketika berbahasa
yang baik dan benar secara konsisten, hal 4. Siswa merasa bukan suatu kesalahan
tersebut untuk menghilangkan kebingungan ketika menggunakan bahasa Sunda dan
anak ketika berbahasa. 2) penggunaan bahasa Indonesia secara campur
bahasa daerah sebagai bahasa pendamping meskipun baik dalam situasi formal-
bahasa Indonesia bisa tetap digunakan nonformal ataupun dalam tataran lisan-
dengan catatan guru tetap memberi tulis. Hal ini bisa ditanggulangi dengan
pengarahan dan batasan yang jelas mana guru membiasakan anak berdisiplin
8
Riksa Bahasa
Volume 2, Nomor 1, Maret 2016