Tentang
OBSERVASI
Oleh Kelompok I :
Dosen Pembimbing :
PISMAWENZI, M.Ag
1435 H / 2014 M
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat dan salam untuk
penghulu dari segala nabi, yaitu Nabi Muhammad Saw yang telah memotivasi
manusia agar menuntut dan menggembangkan ilmu pengetahuan dengan jalan
membaca sebagaimana yang terdapat pada surah al – ‘Alaq ayat 1 – 5.
Makalah yang berjudul “OBSERVASI” ini kami susun sebagai usaha untuk
memberikan informasi mengenai observasi sebagai salah satu metode yang dapat kita
gunakan sebagai alat pengumpul data dalam melakukan sebuah penelitian.
Akhir kata, tidak ada gading yang tak retak, tidak ada manusia yang sempurna.
Demikian juga dengan makalah ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini di
masa yang akan datang. Semoga makalah yang sederhana ini berguna bagi kita
semua. Amiiin.
Penyusun
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Metode observasi merupakan metode assesment yang tertua dalam psikologi. Metode
observasi telah digunakan untuk mengobservasi perilaku verbal maupun non - verbal. Begitu
pula halnya dengan ujian masuk perguruan tinggi. Metode observasi paling banyak digunakan
dalam mengkaji perkembangan dan pendidikan anak. Observasi langsung merupakan bagian
penting dari proses penemuan, dalam pengajaran maupun penelitian.
A. Sejarah Observasi
Pendapat Descartes mendapat tantangan yang kuat dari kubu ilmuwan yang
memiliki paradigma empiris seperti Jhon Locke, Francis Bacon, dan Rudolf Carnap.
Para ilmuwan tersebut menolak argumen ilmuwan rasionalis dengan alasan bahwa
ilmu pengetahuan seharusnya berasal dari sesuatu yang dapat langsung diobservasi
dan dapat dibuktikan secara konkret dan nyata melalui indrawi (bukan pembuktian
1
Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Group, (Jakarta : Grafindo, 2013), hal.124.
berdasarkan pemikiran). Inilah yang kemudia menjadi dasar bagi berkembangnya
metode observasi partisipan sekarang ini, di mana peneliti harus mengamati secara
langsung objek yang menjadi kajian observasinya. Dewasa ini, metode observasi
digunakan dalam riset – riset kualitatif maupun kuantitatif.
B. Definisi Observasi
2
Ibid, hal. 129.
Observasi didefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan
mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.
Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk
memberikan suatu kesipulan atau diagnosis (Herdiansyah, 2010).
Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya tujuan
yang ingin dicapai.
C. Tujuan Observasi
D. Manfaat Observasi
3
Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta : Kencana Media Group, 2006), hal. 83.
4
Herdiansyah, Opcit,hal 132.
1. Dapat dilihat. Perilaku tersebut dapat dilihat dan diamati. Pengamatan dapat
dilihat berdasarkan frekuensinya (seberapa banyak / sering perilaku tersebut
muncul), berdasarkan penyebab perilakunya, dan durasinya.
2. Dapat didengar. Walaupun perilaku tersebut tidak dapat terlihat langsung
oleh mata, namun jika masih dapat didengar, maka dapat diobservasi.
Misalnya sedang ingin mengobservasi adanya konflik dalam rumah tangga,
yang terjadi di sebuah keluarga. Tentu tidak mungkin perilaku konflik tersebut
dilakukan didepan umum atau didepan kita sebagai peneliti yang hendak
mengobservasi. Konflik yang terjadi dapat di observasi dari seberapa sering
suami istri dalam keluarga tersebut, terdengar bertengkar dan beradu mulut,
adanya barang-barang yang pecah, dan seberapa sering terdengar tangisan.
3. Dapat dihitung. Sesuatu yang dapat dihitung juga dapat dijadikan objek
observasi. Hal ini biasanya terkait dengan kuantitas dari sebuah perilaku yang
muncul. Misalnya mengobservasi perilaku menguap seorang mahasiswa
didalam kelas. Frekuensi kemunculan perilaku menguap tersebut dapat
dijadikan dasar interpretasi mengapa perilaku itu muncul.
4. Dapat diukur. Atribut yang diukur menjadi dasar yang menentukan
interpretasi dari sesuatu yang di observasi.
Dari keempat syarat perilaku tersebut, sebuah perilaku yang diobservasi dapat saja
meliputi keempat syaratnya, dua syarat, atau hanya satu syarat. Yang terpenting
adalah bagaimana operasionalisasi perilaku dapat disesuaikan dengan apa yang
hendak dijadikan objek untuk diobservasi.
Kelebihan observasi :
Kelemahan observasi :
1. Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga
akan melakukan pekerjaannya dengan tidak alamiah, maksudnya karena
diamati, maka perilakunya merupakan perilaku buatan yang tidak apa adanya.
Bisa saja dilebih-lebihkan (faking good), atau dikurang – kurangi (faking bad)
karena merasa diamati dan dinilai observer.
2. Terkadang perilaku yang akan di observasi tidak muncul, maksudnya peneliti
tidak melakukan treatment apapun terhadap setting sosial yang ada,
kadangkala ketika melakukan observasi perilaku yang diobservasi tidak
muncul.
3. Adanya bias peneliti seperti peneliti terlalu baik atau terlalu “pelit” dalam
memberikan penilaian terhadap perilaku yang muncul, dalam istilah psikologi
ini disebut dengan generousity effect, yaitu kecenderungan dari peneliti /
observer untuk memberikan penilaian yang baik atau buruk ketika kondisi
atau keadaannya meragukan.
5
Ibid, hal. 139
4. Orientasi peneliti, dalam istilah psikologi dinamakan hallp effect, artinya
adanya bias – bias dalam penelitian.
5. Adanya batasan tempat dan waktu, maksudnya observasi hanya dapat
dilakukan di satu tempat dan waktu saja (terlebih lagi pada observasi
partisipan).
G. Peran Observer
1. Participan Observer.
6
Ibid, hal. 145.
Sulitnya melakukan dua hal bersamaan dalam satu waktu yaitu
melakukan pencatatan hasil observasi ketika sedang beraktivitas
bersama dengan subjek penelitian. Namun cara ini dapat diatasi dengan
menunggu saat yang tepat untuk mencatat hasil observasi yaitu pada
saat setelah melakukan aktivitas.
Harus adanya izin dari subjek penelitian untuk ikut
2. Nonpartisipan Observer.
3. Changing-Role Observer.
Terdapat lima model observasi yang umum dikenal dan sering kali digunakan
dalam penelitian kualitatif. Kelima model observasi tersebut antara lain :
1) Anecdotal Record
a. Tipe Evaluasi : Yakni tipe yang berarti hasil akhir dari suatu perilaku yang
muncul.
b. Tipe Interpretatif : peneliti melakukan interprestasi suatu perilaku
berdasarkan kecenderungan – kecenderungan atau kemungkinan –
kemungkinan yang dapat dijadikan alasan atau sebab akibat yang cukup kuat.
c. Tipe Deskripsi Umum : tipe ini berisi tentang catatan perilaku subjek beserta
situasinya dalam bentuk pernytaan umum.
d. Tipe Deskripsi Khusus : berisi tentang catatan perilaku subjek beserta
situasinya dalam bentuk pernyataan khusus.
2) Behavioral checklist
Merupakan salah satu metode observasi yang hampir mirip dengan behavioral
chechklist, yaitu melakukan observasi, merekam atau mencatat perilaku yang
muncul atau tidak muncul dari subjek atau sejumlah subjek yang diobservasi
secara simultan dalam suatu kegiatan atau aktivitas tertentu.
4) Rating scale
Merupakan salah satu metode observasi yang pada intinya hampir sama
dengan model sebelumnya yang telah dibahas, yaitu behavioral checklist atau
participant chart, yaitu mencatat perilaku sasaran yang dimunculkan oleh subjek
atau observee. Perbedannya terletak pada kebutuhan untuk mengetahui kuantitas
dan kualitas dari perilaku yang diteliti.
a) Harus diketahui di mana observasi dapat dilakukan, apakah hanya terdapat pada
suatu tempat pada waktu tertentu saja, atau sering terjadi di berbagai lokasi ?
b) Harus ditentukan siapa – siapakah yang akan diobservasi.
c) Harus diketahui dengan jelas data apa yang harus dikumpulkan.
d) Harus diketahui bagaimana cara menggumpulkan data.
e) Harus mengetahui cara – cara mencatat hasil observasi7.
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR KEPUSTAKAAN
7
Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), hal. 112.