Anda di halaman 1dari 16

METODOLOGI PENELITIAN AKUNTANSI

“Observasi”

KELOMPOK IV

Nama Kelompok :
1. Putu Budhiyasa (1981621003)
2. Angga Sudiartama (1981621007)
3. I Putu Ari Darmawan (1981621008)
4. I Ketut Surya Negara (1981621013)

PROGRAM MAGISTER AKUNTASI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
PEMBAHASAN

A. Definisi Observasi

Matthew and Ross (2010) mendefinisikan observasi sebagai metode


pengumpulan data melalui indra manusia. Pendapat ini mengacu kepada kancah riset
kualitatif, yaitu proses mengamati subjek penelitian beserta lingkungannya dan
melakukan perekaman dan pemotretan atas perilaku yang diamati tanpa mengubah
kondisi alamiah subjek dengan lingkungan sosialnya.

John W. Creswell (2008) mendefiniskan observasi sebagai sebuah proses


penggalian data yang dilakukan langsung oleh peneliti sendiri (bukan oleh asisten
peneliti atau oleh orang lain) dngan cara melakukan pengamatan mendetail terhadap
manusia sebagai objek observasi dan lingkungannya dalam kancah riset. Creswell
menekankan bahwa observasi tidak dapat memisahkan objek manusia dengan
lingkungannya, karena menurut Creswell, manusia dengan lingkungan adalah satu
paket. Manusia adalah produk dari lingkungannya dimana terjadi proses saling
memengaruhi antara satu dengan lainnya.

Gordon E. Mills (2003) menyatakan bahwa obervasi adalah sebuah kegiatan


yang terencana dan terfokus untuk melihat dan mencatat serangkaian perilaku ataupun
jalannya sebuah sistem yang memiliki tujuan tertentu, serta mengungkap apa yang ada
di balik munculnya perilaku dan landasan suatu sistem tersebut. Definisi menurut Mills
di atas menyiratkan bahwa observasi pada dasarnya bukan hanya mencatat perilaku
yang dimunculkan oleh subjek penelitian semata, tetapi juga harus mampu
memprediksi apa yang menjadi latar belakang perilaku tersebut dimunculkan.

Berdasarkan beberapa definisi observasi yang dikemukakan oleh ketiga tokoh


iatas, maka dapat disimpulkan bahwa :

Observasi didefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan


mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.
Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan
suatu kesipulan atau diagnosis (Herdiansyah, 2010).
Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya tujuan yang
ingin dicapai.

B. Tujuan Observasi

Observasi memiliki beberapa tujuan, diantaranya :

1. Untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam


kenyataan.
2. Memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial, yang sukar
diperoleh metode lain.
3. Berfungsi sebagai Eksplorasi, artinya dapat memperoleh gambaran yang lebih
jelas tentang masalahnya dan memungkinkan petunjuk – petunjuk tentang cara
memecahkannya.

C. Manfaat Observasi

Observasi memiliki beberapa manfaat diantaranya :

1. Peneliti dapat mengetahui ada/tidaknya kenyataan atau fakta kehidupan yang


dicari dalam penelitian tersebut.
2. Peneliti dapat mengetahui kuantum kenyataan/fakta kehidupan tersebut.
3. Peneliti dapat membuktikan konsep teori yang dibuatnya.

D. Syarat Prilaku Observasi

Objek observasi adalah perilaku yang tampak, yang sengaja dimunculkan


(terencana) dan memiliki tujuan tertentu. Dari pernyataan di atas, ada beberapa syarat
perilaku yang dapat di observasi, antara lain :

1. Dapat dilihat. Perilaku tersebut dapat dilihat dan diamati. Pengamatan dapat
dilihat berdasarkan frekuensinya (seberapa banyak / sering perilaku tersebut
muncul), berdasarkan penyebab perilakunya, dan durasinya.
2. Dapat didengar. Walaupun perilaku tersebut tidak dapat terlihat langsung oleh
mata, namun jika masih dapat didengar, maka dapat diobservasi. Misalnya
sedang ingin mengobservasi adanya konflik dalam rumah tangga, yang terjadi
di sebuah keluarga. Tentu tidak mungkin perilaku konflik tersebut dilakukan
didepan umum atau didepan kita sebagai peneliti yang hendak mengobservasi.
Konflik yang terjadi dapat di observasi dari seberapa sering suami istri dalam
keluarga tersebut, terdengar bertengkar dan beradu mulut, adanya barang-
barang yang pecah, dan seberapa sering terdengar tangisan.
3. Dapat dihitung. Sesuatu yang dapat dihitung juga dapat dijadikan objek
observasi. Hal ini biasanya terkait dengan kuantitas dari sebuah perilaku yang
muncul. Misalnya mengobservasi perilaku menguap seorang mahasiswa
didalam kelas. Frekuensi kemunculan perilaku menguap tersebut dapat
dijadikan dasar interpretasi mengapa perilaku itu muncul.
4. Dapat diukur. Atribut yang diukur menjadi dasar yang menentukan interpretasi
dari sesuatu yang di observasi.

Dari keempat syarat perilaku tersebut, sebuah perilaku yang diobservasi dapat saja
meliputi keempat syaratnya, dua syarat, atau hanya satu syarat. Yang terpenting adalah
bagaimana operasionalisasi perilaku dapat disesuaikan dengan apa yang hendak
dijadikan objek untuk diobservasi.

E. Kelebihan dan Kekurangan Observasi

Kelebihan observasi :

1. Data yang di kumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan


yang tinggi karena peneliti sendiri yang mengamati secara seksama setiap
perilaku yang diobservasi, maksudnya peneliti adalah first-hand dari observasi
yang dilakukan, artinya peneliti sendiri yang turun ke lapangan dan melakukan
observasi.
2. Dapat dilihat langsung apa yang sedang dikerjakan oleh sabjek hingga kepada
hal yang ditail, maksudnya obervasi mampu merekam perilaku secara lebih
detail.
3. Dapat mencatat perilaku yang sulit di ungkapkan melalui bahasa verbal,
maksudnya obervasi memberikan penjelasan dan bantuan untuk mentafsirkan
apa saja gerakan atau kegiatan yang sulit diungkapkan melalui bahasa verbal.
4. Dapat menggambarkan lingkungan fisik dengan lebih ditail, misalnya letak-
letak ruang peralatan, maksudnya obsrevasi tidak hanya memotret perilaku
subjek penelitian semata, tetapi juga potret lingkungan fisiknya ketika subjek
sedang diobservasi.
5. Dapat durasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan
tertentu, maksudnya observasi dapat dijadikan tools untuk mengukur seberapa
lama durasi seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan tersebut. Dengan
mengetahui durasi, maka dapat dijadikan norma / pedoman dalam penyelesaian
suatu tugas tertentu atau dijadikan sebagai dasar menentukan sebuah keputusan.

Kelemahan observasi :

1. Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga
akan melakukan pekerjaannya dengan tidak alamiah, maksudnya karena
diamati, maka perilakunya merupakan perilaku buatan yang tidak apa adanya.
Bisa saja dilebih-lebihkan (faking good), atau dikurang – kurangi (faking bad)
karena merasa diamati dan dinilai observer.
2. Terkadang perilaku yang akan di observasi tidak muncul, maksudnya peneliti
tidak melakukan treatment apapun terhadap setting sosial yang ada, kadangkala
ketika melakukan observasi perilaku yang diobservasi tidak muncul.
3. Adanya bias peneliti seperti peneliti terlalu baik atau terlalu “pelit” dalam
memberikan penilaian terhadap perilaku yang muncul, dalam istilah psikologi
ini disebut dengan generousity effect, yaitu kecenderungan dari peneliti /
observer untuk memberikan penilaian yang baik atau buruk ketika kondisi atau
keadaannya meragukan.
4. Orientasi peneliti, dalam istilah psikologi dinamakan hallp effect, artinya
adanya bias – bias dalam penelitian.
5. Adanya batasan tempat dan waktu, maksudnya observasi hanya dapat dilakukan
di satu tempat dan waktu saja (terlebih lagi pada observasi partisipan).

F. Peran Observer

Teori observasi klasik mengatakan bahwa bentuk observasi secara umum terdiri
dari 2 bentuk, yaitu :

1. Observasi Partisipan. Yaitu observasi yang dilakukan di mana observer


melakukan pengamatan dalam suatu aktivitas bersama objek/observer.
2. Observasi Nonpartisipan. Yaitu observasi yang dilakukan di mana observer
melakukan pengamatan di luar aktivitas observer.

Creswell (2008). Mengemukakan 3 peran observer yang berbeda. Ketiga peran


observer tersebut antara lain :

1. Participan Observer.

Adalah peran dalam observasi yang di pilih oleh observer untuk


mengambil bagian dan terlibat secara langsung dengan aktifitas yang dilakukan
observiee / sabjek penelitian.

Keuntungan peran ini adalah :

a. Peneliti dapat mengamati secara langsung sesuai dengan sudut pandang


observee / subjek penelitian.
b. Peneliti dapat berperan ganda dalam satu waktu, yaitu berpartisipasi
dalam kegiatan yang dilakukan bersama dengan subjek penelitian,
sekaligus melakukan pengamatan terhadap subjek penelitian.

Kelemahan peran ini adalah :

a. Sulitnya melakukan dua hal bersamaan dalam satu waktu yaitu


melakukan pencatatan hasil observasi ketika sedang beraktivitas
bersama dengan subjek penelitian. Namun cara ini dapat diatasi dengan
menunggu saat yang tepat untuk mencatat hasil observasi yaitu pada saat
setelah melakukan aktivitas.
b. Harus adanya izin dari subjek penelitian untuk ikut

2. Nonpartisipan Observer.

Adalah peran dalam observasi yang di pilih di mana dalam melakukan


pengamatan, peneliti tidak harus mengambil peran dan terlibat dengan aktivitas
observer / sabjek penelitian.

Keuntungan peran ini :


a. Peneliti tidak perlu sulit melakukan pendekatan atau membina rapport
terhadap subjek yang diteliti.
b. Proses pencatatan hasil observasi dapat dengan mudah dilakukan.

Kelemahan peran ini :

a. Peneliti tidak mendapatkan sudut pandang subjek dengan baik.

3. Changing-Role Observer.

Adalah peran observer yang berganti dari observer partisipan menjadi


nonpertisipan, atau sebaliknya, yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian
maupun faktor situasional.

G. Langkah-Langkah Yang Dilakukan Ketika Melakukan Observasi

1. Memilih lokasi observasi yang tepat, yang memungkinkan peneliti dapat


memahami central phenomenon dengan optimal, dan dapat memperoleh data
dengan jelas ketika melakukan observasi pada lokasi tersebut.
2. Melakukan observasi sederhana sebelumnya dengan melekukan observasi
kancah. Yaitu peneliti melekukan perkenalan, membina repport dengan orang-
orang yang ada di lokasi tersebut dan menggali data sebanyak mungkin.
3. Tentukan siapa subjek yang akan diobservasi, kapan observasi dilakukan dan
berapa lama observasi dilakukan.
4. Menentukan peran observer dalam observasi yang akan dilakukan, yaitu
memprediksi kemungkinan, kelebihan dan kekurangan dari observasi yang
dilakukan.
5. Melakukan pengulangan observasi agar memperoleh validitas dan reliabilitas
hasil observasi yang didapat.
6. Membuat fieldnotes dari perilaku yang diobservasi untuk mencari keterkaitan
antara perilaku satu dengan perilaku yang lainnya agar dapat menarik benang
merah dari keterkaitan antara perilaku yang satu dengan yang lainnya.
7. Membuat gambaran apa saja yang akan diobservasi, kemudian melakukan
penggabungan antara perilaku, lingkungan dan informasi agar dapat
memperoleh hambaran secara lebih komprehensif.
8. Melakukan pencatatan deskriptif fieldnotes dan reflektif fieldnotes.
9. Dalam peran observer nonpartisipan, melakukan perkenalan dengan subjek
peneliti tidak boleh terlihat aktif dan interaktif agar kehadirannya tidak terlalu
menjadi sesuatu yang dipersepsi oleh subjek yang sedang melakukan sesuatu.
10. Setelah observasi selesai peneliti tidak boleh meninggalkan lokasi begitu saja.
Secara etika, kita sudah banyak dibantu oleh orang yang ada disekitar lokasi
penenlitian. Oleh sebab itu, izin untuk pamit dan terimakasih kepada orang –
orang yang telah membantu kita melakukan observasi.

H. Metode Dalam Observasi

Terdapat lima model observasi yang umum dikenal dan sering kali digunakan
dalam penelitian kualitatif. Kelima model observasi tersebut antara lain :

1) Anecdotal Record

Metode observasi, dimana ketika peneliti melakukan observasi, ia hanya


membawa kertas kosong saja untuk mencatat perilaku yang khas, unik dan penting
yang dilakukan subjek penelitian.

Kelebihan Metode Anecdotal Record :

a. Penggunaannya sangat sederhana karena hanya bermodalkan alat tulis yang


seerhana (kertas dan pulpen).
b. Ketika peneliti memilih anecdotal record, pemahaman yang lebih tepat dan
akurat dari tingkah laku unik dan spesifik lebih mudah didapatkan.
c. Dengan diperolehnya latar belakang munculnya perilaku unik dan khas
tersebut, akan memudahkan peneliti dalam menarik tema – tema dan
kesimpulan dari perilaku yang muncul.

Kelemahan Metode Anecdotal Record :

a. Waktu yang dibutuhkan sangat banyak.


b. Sulit diterapkan kepada subjek teliti yang banyak atau komunal.
c. Membutuhkan kecermatan dan kejelian yang tinggi dari peneliti.
d. Kecenderungan peneliti untuk memisahkan perilaku dari perilaku lainnya.
Tipe – Tipe Anecdotal Record :

a. Tipe Evaluasi : Yakni tipe yang berarti hasil akhir dari suatu perilaku yang
muncul.
b. Tipe Interpretatif : peneliti melakukan interprestasi suatu perilaku
berdasarkan kecenderungan – kecenderungan atau kemungkinan –
kemungkinan yang dapat dijadikan alasan atau sebab akibat yang cukup kuat.
c. Tipe Deskripsi Umum : tipe ini berisi tentang catatan perilaku subjek beserta
situasinya dalam bentuk pernytaan umum.
d. Tipe Deskripsi Khusus : berisi tentang catatan perilaku subjek beserta
situasinya dalam bentuk pernyataan khusus.

2) Behavioral checklist

Merupakan model dalam observasi yang mampu memberikan keterangan


mengenai muncul atau tidaknya perilaku yang diobservasi dengan memberikan
tanda check () jika erilaku yang diobservasi muncul.

3) Participation charts

Merupakan salah satu metode observasi yang hampir mirip dengan behavioral
chechklist, yaitu melakukan observasi, merekam atau mencatat perilaku yang
muncul atau tidak muncul dari subjek atau sejumlah subjek yang diobservasi secara
simultan dalam suatu kegiatan atau aktivitas tertentu.

4) Rating scale

Merupakan salah satu metode observasi yang pada intinya hampir sama dengan
model sebelumnya yang telah dibahas, yaitu behavioral checklist atau participant
chart, yaitu mencatat perilaku sasaran yang dimunculkan oleh subjek atau observee.
Perbedannya terletak pada kebutuhan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas dari
perilaku yang diteliti.

5) Behavioral tallying and charting

Kelebihan dari model behavioral tallying dan charting adalah :


1. bukan hanya mampu melakukan kuantifikasi atau perhitungan dari
perilaku yang diobservasi, tetapi juga mampu mengubah hasil
kuantifikasi tersebut menjadi bentuk grafik. Lebih spesifik lagi, metode
ini mampu mengkuantifikasikan perilaku yang muncul dalam suatu
rentang waktu yang ditentukan.
2. Model ini mampu mencatat perilaku yang batasannya tidak jelas dan
tumpang tindih dengan perilaku lainnya.

Tallying atau perhitungan, dapat dilakukan dengan syarat batasan perilaku yang
akan diobservasi harus jelas tiap unitnya dan tidak tumpang tindih dengan perilaku
lainnya yang menyebabkan sulitnya perilaku dihitung.

I. Cara Untuk Melakukan Observasi

Dalam melakukan observasi perlu diperhatikan hal – hal berikut, diantaranya :

a) Harus diketahui di mana observasi dapat dilakukan, apakah hanya terdapat pada
suatu tempat pada waktu tertentu saja, atau sering terjadi di berbagai lokasi ?
b) Harus ditentukan siapa – siapakah yang akan diobservasi.
c) Harus diketahui dengan jelas data apa yang harus dikumpulkan.
d) Harus diketahui bagaimana cara menggumpulkan data.
e) Harus mengetahui cara – cara mencatat hasil observasi.

Laporan Hasil Observasi

Laporan hasil observasi berisikan mengenai fakta-fakta yang dapat dibuktikan secara
ilmiah.

K. Tujuan Laporan Hasil Observasi

1. Mengatasi suatu persoalan.


2. Menemukan teknik atau cara terbaru.
3. Mengambil keputusan yang lebih efektif.
4. Melakukan pengawasan dan/atau perbaikan.
5. Mengetahui perkembangan suatu permasalahan.
L. Fungsi Laporan Hasil Observasi

1. Melaporkan tanggung jawab sebuah tugas dan kegiatan pengamatan.


2. Menjelaskan dasar penyusunan kebijaksanaan, keputusan dan/atau pemecahan
masalah dalam pengematan.
3. Sarana untuk pendokumentasian.
4. Sebagai sumber informasi terpercaya.

M. Ciri-Ciri Laporan Hasil Observasi

1. Bersifat objektif, global, universal.


2. Objek yang akan dibicarakan/dibahas ialah objek tunggal.
3. Ditulis secara lengkap dan sempurna.
4. Ditulis berdasarkan fakta sesuai dengan pengamatan yang telah dilakukan.
5. Informasi teks merupakan hasil penelitian terkini yang sudah terbukti
kebenarannya.
6. Tidak mengandung prasangka/dugaan/pemihakan yang menyimpang atau tidak
tepat.
7. Saling berkaitan dengan hubungan berjenjang antara kelas dan subkelas yang
terdapat di dalamnya.

N. Sifat Laporan Hasil Observasi

Hasil observasil memiliki 3 sifat, diantaranya adalah bersifat iformatif, komunikatif,


dan juga objektif. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat sebagai berikut.

1. Bersifat Informatif, artinya memberikan informasi yang berguna mengenai objek


yang diamati kepada pembaca.
2. Bersifat Komunikatif, artinya teks tersebut menggunakan bahasa yang seolah-olah
membuat kita sedang berkomunikasi dengan teks tersebut, tujuannya adalah agar
isi laporan dalam teks lebih mudah dimengerti.
3. Bersifat Objektif, berarti teks laporan tersebut harus faktual dan berpatokan pada
informasi yang sah tentang apa yang benar-benar terjadi.
Contoh Observasi dalam Akuntansi

Observasi dalam perencanaan Audit

Observasi merupakan hal yang strategis dan penting dalam perencanaan


audit (audit planning). Baik tidaknya perencanaan audit yang dibuat oleh auditor,
tergantung dari sukses atau tidaknya observasi yang efektif. Yang akan dibahas
adalah bagaimana melakukan proses observasi dalam perencanaan audit (audit
planning).
Perencanaan audit merupakan tahapan awal yang dilakukan dalam proses
audit. Proses audit (mulai dari perencanaan hingga pelaporan dan pemberian opini),
jika dipandang dari kacamata bisnis KAP, tiada lain adalah proses pembentukan
dan penyerahan jasa audit ke klien. Dibandingkan dengan perusahaan manufaktur,
proses audit setara dengan poses produksi dan pengiriman barang ke pelanggan.
a. Tahap Perencanaan
Setiap proses audit harus dikelola sedemikian rupa sehingga di satu sisi
menghasilkan laporan dan opini yang akuntabel dan independent, di lain sisinya
harus menguntungkan. Salah satu caranya adalah dengan membuat perencanaan
audit (audit planning).
Sehingga, esensi pekerjaan membuat perencanaan audit adalah aktivitas
mengalokasikan waktu, tenaga kerja dan overhead cost yang timbul dari proses
audit, sedemikian rupa, sehingga menghasilkan laporan dan opini yang
akuntabel dan independent di satu sisinya, dengan konsumsi waktu, tenaga kerja
dan biaya yang seminim mungkin, di sisi lainnya—sehingga overall
“menguntungkan.” Mirip seperti proses membuat production planning dalam
perusahaan manufaktur.
Dan tujuan utama perencanaan audit adalah menghemat waktu, tenaga dan
biaya yang dikeluarkan di satu sisinya, dengan tetap menjaga kualitas hasil audit
di sisi lainnya, dari suatu proses audit.Tercapai atau tidaknya tujuan tersebut
banyak dipengaruhi oleh bagus atau tidaknya perencanaan audit yang dibuat
oleh auditor.
b. Checklist
Para auditor berpengalaman selalu menyiapkan “checklist” untuk setiap
interview dan observasi pertama yang mereka lakukan, sehingga bisa
menjalankan tugas secara efektif. Berikut tahapan aktivitas yang perlu
dimasukan ke dalam checklist sebelum berangkat ke lokasi dan melakukan
observasi:
1) Berkenalan dengan wakil manajemen, internal auditor dan audit
committee nya perusahaan auditee.
2) Setelah perkenalan, sampaikan kepada mereka mengenai jadwal dan
tujuan dari perencanaan audit (audit planning).
3) Perkenalkan petugas yang akan terlibat dalam proses audit, termasuk
minta berkenalan dengan orang-orang dari pihak auditee yang
diharapkan akan banyak membantu dalam proses audit.
4) Jika klien baru (atau klien lama yang mengalami perubahaan lingkungan
usaha yang signifikan), mungkin perlu berkeliling melihat-lihat kondisi
operasional dan lingkungan perusahaan auditee—sehingga nantinya
sudah tahu bagaimana perusahaan beroperasi, dan di lingkungan seperti
apa audit akan dilaksanakan,
5) Jika auditee sudah pernah diperiksa oleh auditor lain sebelumnya
(predecessor auditor), periksa status temuan yang pernah terjadi
sebelumnya, apa opinini dan atau rekomendasinya, apakah perusahaan
auditee pernah mengalami perubahan system/prosedur/kebijakan
setelahnya.
6) Tuangkan dan susun perencanaan waktu untuk setiap tahapan/langkah
yang akan diambil dalam proses audit.
7) Meminta ijin/otorisasi untuk hal-hal berikut ini
a. Memasuki lokasi perusahaan auditee kapanpun diperlukan
b. Tag nama/kartu untuk melewati gerbang security (jika
diperlukan)
c. Tempat/ruang parkir kendaraan yang diperlukan
d. Ruangan untuk bekerja dan koneksi internet atau kabel data yang
diperlukan
e. Membuka file dan folder fisik tempat penyimpnanan
dokumen/data
f. Password temporal untuk mengakses data dalam file/folder dan
software akuntansidi dalam komputer
8) Jika auditee adalah klien rutin yang sudah pernah ditangani sebelumnya,
buat jadwal pertemuan berkala yang dibutuhkan untuk sesi audit kali ini.
9) Minta diberitahu (oleh pihak auditee) tentang dimana mencari informasi
rutin yang mungkin diperlukan selama proses audit—sehingga tidak
sering-sering mengganggu auditee.
10) Jelaskan kepada auditee mengenai proses audit yang akan dijalankan,
termasuk rencana draft laporan yang akan dikeluarkan, waktu yang
tersedia untuk menanggapi hasil temuan audit beserta tindak-lanjutnya,
dan jadwal penerbitan laporan final beserta opini yang akan diberikan.
11) Alokasikan waktu yang cukup untuk memberi pihak auditee kesempatan
untuk bertanya. Tanggapi pertanyaan auditee seperlunya.
c. Tahap Pembuatan Laporan Hasil Observasi
Untuk dapat mempertanggung jawabkan dari hasil observasi auditor harus
menyusun laporan atas apa saja yang telah diproleh pada saat melakukan
observasi, laporan ini juga akan dijadikan bahan dasar ketika proses audit
berjalan.
PENUTUP

KESIMPULAN

Observasi merupakan salah satu instrument pengumpulan data yang dapat melengkapi
kekurangan metode lain dalam pengumpulan data. Sebelum melakukan observasi, observer
sebaiknya menentukan tujuan khususnya agar observasi terfokus pada apa yang diinginkan.
Kemudian, Agar observasi dapat efektif dan efisien sebaiknya observer membuat pedoman
observasi terlebih dahulu, lalu kemudian melakukan observasi.

Dalam melakukan observasi ada baiknya memilih objek observasi yang baik , bukan
yang sembarangan agar hasil dari observasi dapat optimal, kemudian lakukan observasi
berkelanjutan agar lebih akurat. Dan dalam melakukan observasi buatlah suasana senarutal
mungkin agar tidak ada kebohongan dalam hasil yang observasi tersebut.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Herdiansyah, Wawancara, Observasi, dan Focus Group, Jakarta : Grafindo, 2013.

Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta : Bumi Aksara, 2003).

Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial, Jakarta : Kencana Media Group, 2006.

Anda mungkin juga menyukai