“Observasi”
KELOMPOK IV
Nama Kelompok :
1. Putu Budhiyasa (1981621003)
2. Angga Sudiartama (1981621007)
3. I Putu Ari Darmawan (1981621008)
4. I Ketut Surya Negara (1981621013)
A. Definisi Observasi
B. Tujuan Observasi
C. Manfaat Observasi
1. Dapat dilihat. Perilaku tersebut dapat dilihat dan diamati. Pengamatan dapat
dilihat berdasarkan frekuensinya (seberapa banyak / sering perilaku tersebut
muncul), berdasarkan penyebab perilakunya, dan durasinya.
2. Dapat didengar. Walaupun perilaku tersebut tidak dapat terlihat langsung oleh
mata, namun jika masih dapat didengar, maka dapat diobservasi. Misalnya
sedang ingin mengobservasi adanya konflik dalam rumah tangga, yang terjadi
di sebuah keluarga. Tentu tidak mungkin perilaku konflik tersebut dilakukan
didepan umum atau didepan kita sebagai peneliti yang hendak mengobservasi.
Konflik yang terjadi dapat di observasi dari seberapa sering suami istri dalam
keluarga tersebut, terdengar bertengkar dan beradu mulut, adanya barang-
barang yang pecah, dan seberapa sering terdengar tangisan.
3. Dapat dihitung. Sesuatu yang dapat dihitung juga dapat dijadikan objek
observasi. Hal ini biasanya terkait dengan kuantitas dari sebuah perilaku yang
muncul. Misalnya mengobservasi perilaku menguap seorang mahasiswa
didalam kelas. Frekuensi kemunculan perilaku menguap tersebut dapat
dijadikan dasar interpretasi mengapa perilaku itu muncul.
4. Dapat diukur. Atribut yang diukur menjadi dasar yang menentukan interpretasi
dari sesuatu yang di observasi.
Dari keempat syarat perilaku tersebut, sebuah perilaku yang diobservasi dapat saja
meliputi keempat syaratnya, dua syarat, atau hanya satu syarat. Yang terpenting adalah
bagaimana operasionalisasi perilaku dapat disesuaikan dengan apa yang hendak
dijadikan objek untuk diobservasi.
Kelebihan observasi :
Kelemahan observasi :
1. Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga
akan melakukan pekerjaannya dengan tidak alamiah, maksudnya karena
diamati, maka perilakunya merupakan perilaku buatan yang tidak apa adanya.
Bisa saja dilebih-lebihkan (faking good), atau dikurang – kurangi (faking bad)
karena merasa diamati dan dinilai observer.
2. Terkadang perilaku yang akan di observasi tidak muncul, maksudnya peneliti
tidak melakukan treatment apapun terhadap setting sosial yang ada, kadangkala
ketika melakukan observasi perilaku yang diobservasi tidak muncul.
3. Adanya bias peneliti seperti peneliti terlalu baik atau terlalu “pelit” dalam
memberikan penilaian terhadap perilaku yang muncul, dalam istilah psikologi
ini disebut dengan generousity effect, yaitu kecenderungan dari peneliti /
observer untuk memberikan penilaian yang baik atau buruk ketika kondisi atau
keadaannya meragukan.
4. Orientasi peneliti, dalam istilah psikologi dinamakan hallp effect, artinya
adanya bias – bias dalam penelitian.
5. Adanya batasan tempat dan waktu, maksudnya observasi hanya dapat dilakukan
di satu tempat dan waktu saja (terlebih lagi pada observasi partisipan).
F. Peran Observer
Teori observasi klasik mengatakan bahwa bentuk observasi secara umum terdiri
dari 2 bentuk, yaitu :
1. Participan Observer.
2. Nonpartisipan Observer.
3. Changing-Role Observer.
Terdapat lima model observasi yang umum dikenal dan sering kali digunakan
dalam penelitian kualitatif. Kelima model observasi tersebut antara lain :
1) Anecdotal Record
a. Tipe Evaluasi : Yakni tipe yang berarti hasil akhir dari suatu perilaku yang
muncul.
b. Tipe Interpretatif : peneliti melakukan interprestasi suatu perilaku
berdasarkan kecenderungan – kecenderungan atau kemungkinan –
kemungkinan yang dapat dijadikan alasan atau sebab akibat yang cukup kuat.
c. Tipe Deskripsi Umum : tipe ini berisi tentang catatan perilaku subjek beserta
situasinya dalam bentuk pernytaan umum.
d. Tipe Deskripsi Khusus : berisi tentang catatan perilaku subjek beserta
situasinya dalam bentuk pernyataan khusus.
2) Behavioral checklist
3) Participation charts
Merupakan salah satu metode observasi yang hampir mirip dengan behavioral
chechklist, yaitu melakukan observasi, merekam atau mencatat perilaku yang
muncul atau tidak muncul dari subjek atau sejumlah subjek yang diobservasi secara
simultan dalam suatu kegiatan atau aktivitas tertentu.
4) Rating scale
Merupakan salah satu metode observasi yang pada intinya hampir sama dengan
model sebelumnya yang telah dibahas, yaitu behavioral checklist atau participant
chart, yaitu mencatat perilaku sasaran yang dimunculkan oleh subjek atau observee.
Perbedannya terletak pada kebutuhan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas dari
perilaku yang diteliti.
Tallying atau perhitungan, dapat dilakukan dengan syarat batasan perilaku yang
akan diobservasi harus jelas tiap unitnya dan tidak tumpang tindih dengan perilaku
lainnya yang menyebabkan sulitnya perilaku dihitung.
a) Harus diketahui di mana observasi dapat dilakukan, apakah hanya terdapat pada
suatu tempat pada waktu tertentu saja, atau sering terjadi di berbagai lokasi ?
b) Harus ditentukan siapa – siapakah yang akan diobservasi.
c) Harus diketahui dengan jelas data apa yang harus dikumpulkan.
d) Harus diketahui bagaimana cara menggumpulkan data.
e) Harus mengetahui cara – cara mencatat hasil observasi.
Laporan hasil observasi berisikan mengenai fakta-fakta yang dapat dibuktikan secara
ilmiah.
KESIMPULAN
Observasi merupakan salah satu instrument pengumpulan data yang dapat melengkapi
kekurangan metode lain dalam pengumpulan data. Sebelum melakukan observasi, observer
sebaiknya menentukan tujuan khususnya agar observasi terfokus pada apa yang diinginkan.
Kemudian, Agar observasi dapat efektif dan efisien sebaiknya observer membuat pedoman
observasi terlebih dahulu, lalu kemudian melakukan observasi.
Dalam melakukan observasi ada baiknya memilih objek observasi yang baik , bukan
yang sembarangan agar hasil dari observasi dapat optimal, kemudian lakukan observasi
berkelanjutan agar lebih akurat. Dan dalam melakukan observasi buatlah suasana senarutal
mungkin agar tidak ada kebohongan dalam hasil yang observasi tersebut.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial, Jakarta : Kencana Media Group, 2006.