Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

A. Hakikat Penelitian (Riset)

penelitian merupakan usaha untuk memperoleh fakta atau prinsip (menemukan, mengembangkan,
menguji kebenaran) dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data (informasi) yang dilakukan
dengan teliti, jelas, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam proses
menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan melalui metode ilmiah
tidak bersifat final karena masih dapat disempurnakan.

B. Pengertian Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Penelitian dikatakan ilmiah jika suatu kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri
keilmuan secara umum yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional : kegiatan penelitian itu
dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal dan terjangkau oleh nalar manusia. Empiris : cara-cara
yang dilakukan dalam kegiatan penelitian dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain
dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis : proses yang digunakan
dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Riset Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang sistematik dan mempunyai tujuan dalam hal
pengindentifikasian masalah, peluang, pengumpulan data, pengolahan dan penganalisaan data,
penyebaran informasi yang bermanfaat untuk membantu manajemen dalam rangka pengambilan
keputusan identifikasi dan solusi yang efektif-efisien di bidang pemasaran perusahaan.

Menurut Maholtra (1996) dalam Bilson Simamora (2004:51) dikatakan bahwa riset pemasaran dibagi
ke dalam dua kategori yaitu riset identifikasi masalah (problem identification research) dan riset
mengatasi masalah (problem solving research).

BAB II KAraktetistik dan proses riset

Riset merupakan kegiatan yang dilakukan oleh periset (peneliti) baik secara perorangan, kelompok,
maupun institusi yang memiliki tujuan dan target tertentu. Agar dalam pelaksanaan penelitian yang
dilakukan dapat mencapai hasil sesuai tujuan dan target, maka perlu menentukan dahulu apa
langkah-langkah yang harus ditempuh selama melakukan riset tersebut. Tujuan dari penelitian yang
dituangkan memiliki maksud agar sesuatu yang akan dicapai menjadi jelas dan terbuka. Kegiatan
riset yang memiliki tujuan jelas, maka akan lebih memudahkan orang lain/pihak lain dalam
memanfaatkan hasil riset tersebut. Bahkan tujuan riset yang tidak tertulis secara jelas dan rinci akan
mengurangi tingkat akurasi dan bobot keilmiahan riset itu sendiri. Setidaknya ada 2 jenis penelitian
yang dapat diaplikasikan ke dalam kegiatan pemasaran dalam upaya memperoleh data dan
informasi serta mengolahnya sehingga dapat dijadikan sebagai alat mengantisipasi/ memecahkan
masalah pemasaran, masing-masing sebagai berikut:

1. Penelitian Eksplorasi Penelitian eksplorasi bertujuan untuk menjawab pertanyaan apa (what)
terhadap suatu objek atau masalah, sehingga akan muncul pemahaman dan pengertian
yangmendalam atas fenomena yang ada.

2. Penelitian Konklusi Penelitian yang bertujuan untuk mencari kesimpulan tentang suatu masalah,
yang masih dibedakan lagi menjadi dua yaitu (1) untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang
menjadi latar belakang penelitian (descriptive research) dan (2) untuk mencari hubungan antar
fenomena (causal research).

Penelitian yang baik sedikitnya harus memenuhi dua kriteria, masing-masing sebagai berikut: Dalam
hal bahasa harus konsistens (consistency) ejaan, kalimat, huruf, angka, data, teori, dan metode yang
digunakan. Dalam hal judul harus ada coherency antara latar belakang penelitian, rumusan masalah,
hipotesis, tujuan, teori, teknik pengumpulan dan metode analisis data, pembuatan kesimpulan, dan
saran merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan.

BAB III peranan riset pemasaran

Pasar dan Konsumen merupakan dua hal yang memiliki kemiripan, dimana keduanya menjadi target
dari perusahaan dalam pemasaran produk atau jasanya. Perusahaan sangat dituntut untuk
mengetahui pasar dan konsumennya melalui alat dari pemasaran. Pasar adalah konsumen akhir /
organisasional yang memiliki kebutuhan dan keinginan yang berwujud sebagai permintaan terhadap
produk tertentu. Konsumen akhir terdiri atas individual dan rumah tangga yang melakukan
pembelian produk untuk dikonsumsi bukan bisnis. Konsumen organisasional disebut konsumen
bisnis, industrial, dan antara konsumen bisnis dengan industri terdapat perbedaan skala. Persyaratan
Riset Pemasaran: 1. Relevan: hasil penelitian akan dapat menghasilkan informasi yang dibutuhkan
untuk merespon tantangan/menyelesaikan masalah pemasaran yang dihadapi perusahaan.

2. Tepat waktu: hasil penelitian diharapkan sesuai dengan waktunya, tidak terlambat atau terlalu
cepat. 3. Efisien: tidak terlalu banyak biaya dan diharapkan memberikan nilai tambah yang lebih
besar dari pada biaya yang dikeluarkan. 4. Akurat (obyektif): penelitian hendaknya teliti, cermat,
obyektif, dan dapat dipercaya kebenarannya.

Riset pemasaran pada prinsipnya dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kelompok, berikut klasifikasi
dari riset pemasaran:

1. Riset Identifikasi Masalah Riset ini membantu mengidentifikasi masalah yang mungkin
tidak/belum muncul ke permukaan namun telah atau bakal terjadi di masa depan. Contoh: riset
potensi pasar, riset pangsa pasar, riset citra merek, citra perusahaan, riset karakteristik pasar, riset
analisis penjualan, riset trend bisnis, riset peramalan.

2. Riset Pemecahan Masalah Riset ini dilakukan agar diperoleh solusi tertentu yang dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah secara spesifik.

Dalam memasarkan produk atau jasa pada pasar dan konsumen, perusahaan menawarkan banyak
macam produk atau jasa. Beberapa diantaranya adalah:

1. Berupa barang misalnya handphone, komputer, mobil, sepeda motor, kosmetik, kemeja, sepatu,
dll.

2. Jasa misalnya asuransi, bank, konsultan, kursus, salon, penerbangan, dll.

3. Pengalaman misalnya wahana bermain, tour and travel, disneyland, dll.

4. Organisasi misalnya partai, ikatan akuntansi Indonesia, dll. Produk atau jasa tersebut ditawarkan
kepada pasar dan konsumen guna pemenuhan kebutuhan dari konsumen akhirnya.
BAB IV proses riset pemasaran

Tahapan riset pemasaran dapat dijelaskan sebagai beriku

1. Perumusan Masalah Salah satu peranan riset pemasaran adalah membantu merumuskan
masalah yang harus diatasi dengan perancangan secara sistematis, jelas, dan akurat sesuai
dengan tujuan riset.

2. Penentuan Desain Riset Sumber informasi & desain riset harus selaras yang bergantung pada
sejauh mana masalah diketahui Jika hanya sedikit yang diketahui maka dipilih riset eksploratoris
(telaah pada data yang sudah dipublikasikan, mewawancarai pakar, menelaah literatur dengan kasus
yang serupa). Dan jika masalah telah dirumuskan dengan jelas dan akurat, maka riset
deskriptif/kausal yang dilakukan.

3. Perancangan Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan bisa data primer atau
data sekunder sesuai dengan kebutuhan dalam memecahkan masalah.

4. Perancangan Sampel dan Pengumpulan Data Peneliti harus menspesifikasikan: a. Kerangka


sampling (daftar unsur populasi yang harus diambil sampelnya).

b. Proses pemilihan sampel, didasarkan pada berbagai metode sampling, baik

5. Analisis dan Interpretasi Data Temuan penelitian tidak akan ada nilainya jika tidak dianalisis dan
diinterpretasikan. Analisi data terdiri dari beberapa langkah: editing, koding, tabulasi, analisi (uji
statistik) dan interpretasi data.

6. Penyusunan Laporan riset Laporan riset merupakan rangkuman hasil, kesimpulan, dan
rekomendasi penelitian yang diserahkan kepada pihak manajemen untuk mendukung pengambilan
keputusan.

Bab V perumusan masalah riset pemasaran

Perumusan masalah merupakan pernyataan masalah umum dan identifikasi komponen spesifik dari
masalah riset pemasaran. Perumusan masalah dibuat di awal sebelum memulai melakukan
penelitian, tujuannya agar penelitian yang dilakukan dapat lebih terarah. Untuk memecahkan
masalah penelitian, pada umumnya dilakukan berbagai tahapan seperti identifikasi masalah,
merumuskan masalah, membuat hipotesis (jawaban sementara) atas masalah tersebut dan
kemudian membuat kesimpulan (generalisasi hasil) penelitian. Namun sebelum sampai pada
tahapan penarikan kesimpulan atau generalisasi hasil penelitian, seorang peneliti harus memperoleh
data (informasi) tentang berbagai hal guna memecahkan masalah tersebut.

Masalah yang baik menurut Fraenkel dan Wallen (1990) dikatakan bahwa:

1. Masalah harus jelas, artinya tidak boleh menimbulkan interpretasi/persepsi yang mendua
(ambigu).

2. Masalah harus fisibel, artinya masalah yang diajukan harus dapat dicarikan jalan keluarnya, baik
dilihat dari aspek teori pendekatan yang digunakan maupun dari aspek pendanaan,

waktu, dan tenaga yang dibutuhkan.


2. Masalah bersifat etis, artinya masalah riset tidak boleh bersinggungan dengan hal-hal yang
bersifat etika, moral, kesukuan, agama, keyakinan, dan nilai-nilai adat suatu komunitas
tertentu.

Setiap penelitian dilakukan karena adanya masalah, dimana masalah tersebut perlu diketahui
jawabannya dalam sebuah penelitian. Dalam riset pemasaran diperlukan sumber masalah atau yang
disebut dengan peluang riset pemasaran. Karena adanya persaingan (kompetisi), lingkungan industri
sekarang ini dihadapkan pada situasi yang sangat keras dan kejam dalam persaingan bisnis. Jika pada
masa lalu perusahaan dapat meraup keuntungan besar karena belum ada pesaing, maka kondisi
sekarang jauh berbeda. Sebagi contoh, perusahaan yang memproduksi produk musik, jika ingin
memenangkan persaingan harus terus melakukan inovasi-inovasi produknya dengan selalu
mengikuti perkembangan teknologi agar tidak ditinggal oleh konsumennya. Banyaknya tuntutan
pasar dan munculnya pesaing baru di satu sisi akan mengakibatkan ketatnya persaingan yang harus
disikapi secara cerdas, namun realita demikian akan semakin memanjakan konsumen dalam
menentukan pilihannya atas barang dan jasa yang diinginkannya. Berikut beberapa sumber masalah
yang dapat ditemukan dalam riset pemasaran:

1. Perubahan yang tidak terantisipasi Berbagai faktor lingkungan eksternal organisasi dapat
menciptakan masalah atau peluang, diantaranya perubahan lingkungan demografis, ekonomi,
teknologi, persaingan, politik dan hukum, produk baru yang ditawarkan pesaing, perubahan gaya
hidup, dll. Perubahan tersebut menjadi masalah/peluang maka diperlukan riset.

2. Perubahan yang terencana Perubahan terencana berorientasi pada masa depan. Peranan riset
berupa pengkajian kelayakan setiap alternatif yang dipertimbangkan.

3. Kemampuan mengidentifikasi gagasan baru. Gagasan baru dapat bersumber dari pelanggan
dalam bentuk komplain dan saran, distributor, konsultan. Riset ini berperan untuk pengembangan
produk baru.

Tidak sedikit dijumpai seorang peneliti sering melakukan kesalahan yang disebabkan karena
beberapa sebab antara lain, karena empat alasan:

1. Rumusan masalah dipaksa mengikuti data yang telah dimiliki sebelumnya.

2. Masalah bersifat umum dan ambigu (mendua).

3. Sebelum merumuskan masalah tidak dilakukan telaah mendasar mengenai hasil penelitian sejenis.

4. Peneliti tidak tepat memilih masalah, sehingga kontribusi pengembangan teori dan sebagai usaha
untuk menyelesaikan masalah (problem solving) sangat kecil.

Bab IV jenis riset dan kerangka berfikir teori

Riset penelitian yang dilakukan pada dasarnya memiliki tujuan, dan jenis riset yang dilakukan akan
disesuaikan dengan tujuan dari riset itu sendiri. Jenis riset terdiri dari penelitian kualitatif dan
penelitian kuantitatif. Perbedaanya sebagai berikut:

1. Kriteria Kualitas

Penelitian kuantitatif adalah rigor artinya menetapkan tingkat kesahihan atau validitas, keandalan
atau reliabilitas, serta objektivitas. Penelitian Kualitatif menggunakan kriteria relevansi artinya
signifikasi dari pribadi terhadap lingkungan.
2. Sumber Teori

Penelitian kuantitatif untuk perilaku sosial diarahkan pada verifikasi hipotesis, yang dirumuskan dari
teori a priori artinya teori disusun berdasarkan proses deduksi yang bisa diverifikasi dari dunia nyata
berdasarkan asumsi a priori.

Penelitian kualitatif yang berupaya menemukan teori dengan cara menariknya sejak awal dari data
yang berasal dari dunia nyata, data dikumpulkan secara sistematis dan teorinya disusun mulai dari
dasar untuk memprediksi, menerangkan dan menafsirkan keadaan dalam latar yang sama.

3. Pertanyaan Kausalitas

Penelitian kualitatif dan kuntitatif bertumpu pada pertanyaan sebab akibat (kausal) tetapi ada
tekanan yang berbeda. Contoh Kuantitatif seberapa besar pengaruh penurunan harga terhadap
peningkatan volume penjualan? Kualitatif, lebih menekankan pada kejadian tanpa menekankan apa
yang menjadi penyebab dan akibat. Contoh: pengamatan tentang perilaku konsumen terhadap
produk tertentu.

4. Tipe Pengetahuan yang Digunakan

Kuantitatif mendasarkan pada pengetahuan “proposional” artinya pengetahuan dapat dinyatakan


dalam bentuk bahasa. Pengetahuan disusun secara eksplisit dalam bentuk hipotesis yang diuji untuk
menentukan validitas.

Kualitatif: “pengetahuan yang diketahui bersama” guna memunculkan teori atau dimaksudkan untuk
memperbaiki komunikasi antara peneliti dengan sumber yang diteliti.

5. Pendirian

Kuantitatif berpendirian “reduksionis”, peneliti menyempitkan penelitiannya pada fokus yang


terbatas dan tajam, dengan merumuskan pertanyaan/hipotesis kemudian menguji hipotesis secara
empirik dan lebih terstruktur, terarah, dan tunggal.

Kualitatif: “ekspansionis” peneliti berusaha mencari prespektif yang mengarahkan pada deskripsi
fenomena yang ditemui di lapangan, lebih terbuka dan kompleks sesuai pengamatan di lapangan.

6. Maksud

Kuantitatif: untuk menemukan pengetahuan melalui usaha verifikasi/menguji hipotesis yang


dirumuskan secara a priori.

kualitatif: untuk menemukan unsur-unsur atau pengetahuan yang belum ada.

Manfaat kerangka berpikir: dapat menjabarkan secara jelas konsepsi hipotetik kerumitan hubungan
antara variabel-variabel sehingga dapat dijadikan pemandu (road map) / pembuktian secara empiris.
Dalam kerangka berfikir teoritikal terdapat variabel. Variabel merupakan konsep yang memiliki
bermacam-macam nilai, contoh barang adalah konsep, dan jumlah barang, harga barang, tingkat
kualitas barang menunjukan nilai sehingga termasuk variabel.

Bab VII kriteria riset ilmiah

Riset ilmiah adala penelitian yang memiliki fenomena masalah penelitian yang dijawab melalui
metode tertentu untuk mencari jawabannya. Langkah-langkah Riset Pemasaran

1. Menemukan & Mendefinisikan Masalah


Penelitian diupayakan dalam mencari atau menemukan masalah yang akan dikaji sehingga
memerlukan penelitian eksploratif artinya mengungkapkan masalah secara jelas dan tegas
selanjutnya mendefinisikan masalah (memberikan batasan dengan jelas).

2 Merumuskan Kerangka Berfikir Teoritikal

Kerangka berfikir teoritikal adalah pondasi dan road map riset yang akan dilakukan. Kekokohan
rumusan menjadi keajekan penelitian. Pada tahap akhir dari kerangka berfikir teoritikal umumnya
diakhiri oleh rumusan model atau dalam bentuk paradigma penelitian.

3. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan sementara yang diajukan untuk kemudian diuji
kebenarannya. Hipotesis Berdasarkan masalahnya dibagi menjadi 3:

a. Hipotesis deskriptif proposisi yang berisikan suatu pernyataan tentang eksistensi, ukuran, bentuk,
atau distribusi dari suatu variabel mandiri.

b. Hipotesis relasional yang meliputi hipotesis korelasi

dan hipotesis kausal.

c. Hipotesis komparatif (disesuaikan dengan desain penelitian).

Perumusan hipotesis merupakan serangkaian langkah dalam penelitian. Perumusan hipotesis hanya
ada dalam penelitian kuantitatif, sedangkan dalam penelitian kualitatif (deskriptif dan eksploratif)
tidak perlu merumuskan hipotesis

4. Mendesain Riset Ilmiah

Mendesain riset merupakan langkah yang sangat menentukan dalam sebuah riset. Penelitian harus
memilih desain penelitian yang mencakup:

a. Menentukan jenis studi. Apakah jenis eksploratori, deskriptif, atau kausal

b. Menentukan unit analisis (populasi yang dikaji). Apakah unit analisis individu, kelompok,
organisasi, atau alat, benda.

c. Desain sampling. Apakah probabilitas atau non probabilitas, dan berapa ukuran sample yang akan
diambil

d. Inferensi riset. Apakah mempelajari objek atau kejadian sebagaimana adanya atau melalui proses
manipulasi.

e. Rentang waktu. Apakah hanya satu saat saja (one shot), lintas waktu (cross sectional) atau
longitudinal.

f. Menentukan studi. Apakah studi dilakukan dalam sebuah buatan (contrived) misalnya
dilaboratorium atau di alam sebagaimana adanya (noncontrived).

5. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Sumber Data primer: sumber yang
asli dan dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian. Contoh data yang
diperoleh melalui survey, sensus, data langsung dari pemerintah. Sumber data sekunder: data yang
diperoleh dari studi pihak lain misalkan buku teks, majalah, artikel, dll.
6. Menganalisis Data dan Intepretasi Hasil

Menganalisis data dan intrepretasi hasil. Tahapan analisis data sebagai berikut:

a. Editing

b. Coding

c. Data entry

d. Data analisis yang dapat dipilih adalah descriptive analysis, univariat analysis, bivariat analysis,

multivariate analysis.

7. Menyusun Laporan

Tahap terakhir adalah penyusunan laporan. Laporan dibuat berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan setelah mengolah data yang terkumpul.

Bba VIII penentuan desain riset

Kerangka dalam melaksanakan desain riset memiliki tugas pokok utama, diantaranya sebagai
berikut:

1. Menentukan jenis desain riset pemasaran (eksploratoris, deskriptif, kausal)

2. Menentukan informasi yang dibutuhkan

3. Menetapkan prosedur pengukuran dan skala

4. Menyusun dan melakukan pre-test terhadap kuesioner/pengumpulan data lainnya

5. Menetapkan proses sampling dan jumlah sampel

6. Menyusun rencana analisis data

Tujuan utama dari riset eksploratoris adalah memberikan gagasan, wawasan, dan pemahaman atas
situasi permasalahan yang dihadapi peneliti. Penelitian riset eksploratoris bermanfaat dalam situasi
dimana peneliti tidak memiliki pemahaman yang memadai mengenai masalah yang menjadi fokus
utama dalam proyek riset pemasaran. Kemudahan dari riset eksploratoris adalah bercirikan fleksibel
karena prosedur riset formal tidak digunakan. Jarang memakai kuesioner terstruktur, sampel besar
dan sampel probabilitas. Serta fokus penelitian dapat berubah ketika memiliki gagasan atau
wawasan baru. Penelitian riset konklusif merupakan penelitian yang menguji hipotesis, sehingga
penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis dan hubungan spesifik tertentu Pada riset konklusif
terdiri atas:

1. Riset Deskriptif Riset deskriptif merupakan riset yang bertujuan mendeskripsikan karakteristik /
fungsi pasar

Riset kausal adalah tipe riset konklusif yang bertujuan untuk menentukan hubungan sebab-akibat
(hubungan kausal) dari suatu fenomena. Peneliti sering kali mengambil keputusan berdasarkan
asumsi terhadap hubungan kausalitas tertentu, dibutuhkan riset formal untuk menilai validitasnya.
Penelitian riset kausal memiliki tujuan, diantaranya:
a. Memahami variabel yang menjadi penyebab (variabel independen) dan variabel yang menjadi
akibat (variabel dependen) dari suatu fenomena.

b. Menentukan karakteristik hubungan antar variabel kausal dan dampak yang diprediksi.

Bab IX perancangan sampel dan pengumpulan data

Sampling merupakan salah satu alat yang penting dalam melakukan riset pemasaran yang berkaitan
dengan pengumpulan, analisis, intrepretasi data yang akan dikumpulkan untuk penelitian. Sampling
menyangkut studi yang dilakukan secara rinci terhadap sejumlah informasi yang relatif kecil (sampel)
yang diambil dari suatu kelompok

yang lebih besar (populasi). Populasi merujuk pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki
kesamaan dalam satu atau beberapa hal, dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset
khusus. Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian dilakukan.
Populasi dapat terbatas (sudah terukur) dan tidak terbatas (tak terhingga). Populasi adalah “wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakterisitk tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi dapat berupa orang
(subjek), berupa barang (objek), dan dapat pula berupa suasana lingkungan suatu organisasi. Ada 5
kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kerangka sampling, yaitu

1. Kecukupan: sebuah kerangka sampling harus meliputi populasi yang akan diteliti dan harus
memenuhi tujuan penelitian.

2. Kelengkapan: jika kerangka sampling tidak mencakup unit-unit populasi yang seharusnya
dimasukkan, maka unsur yang terlewatkan tersebut akan kehilangan kesempatan untuk dipilih dan
sampelnya akan menjadi bias bagi penelitian.

3. Tidak ada pengulangan: sampel dalam pengambilan data yang lebih dari satu kali, maka data akan
menjadi bias.

4. Ketelitian: banyak daftar sampling yang kurang sesuai dengan sifat dinamis populasinya, untuk itu
peneliti perlu berusaha mencari informasi yang up to date, sehingga hasil penelitian tidak menjadi
bias.

5. Kenyamanan: penomoran data yang akan digunakan dalam penelitian akan membantu dalam
memilih unit sampling.

Metode sampling dapat dibedakan menjadi 2 jenis:

1. Propability sampling Probability Sampling adalah metode sampling yang setiap anggota
populasinya memiliki peluang spesifik dan bukan nol untuk terpilih sebagai sampel. Peluangnya
tersebut dapat sama, dapat pula tidak sama besarnya dengan anggota populasi lainnya.

2. Non Propability sampling Setiap unsur unsur dalam populasi tidak memiliki kesempatan atau
peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan anggota probabilitas anggota populasi
tertentu untuk terpilih tidak diketahui. Pemilihan uni sampling didasarkan pada pertimbangan atau
penilaian subjektif.

Bab X pengukuran variabel


Pengertian pengukuran: esensi pengukuran adalah untuk mempelajari suatu objek tertentu. Tujuan
pengukuran adalah untuk menterjemahkan karakteristik suatu objek atau kejadian ke dalam suatu
bentuk agar peneliti dapat menganalisa secara empiric. Pengukuran dapat didefinisikan sebagai
penetapan atau pemberian angka pada suatu objek menurut aturan tertentu. Komponen
pengukuran: memilih objek, mengembangkan suatu set aturan pemetaan, mengaplikasikan
pemetaan.

Variabel penelitian dapat diukur, dan berikut merupakan proses dari pengukuran variabel penelitian:

1. Menentukan kejadian atau objek empirik

2. Mengembangkan konsep yang menjadi perhatian

3. Merumuskan definisi konstitutif & operasional

4. Mengembangkan skala pengukuran

5. Mengevaluasi skala berdasarkan validitas dan

reliabilitas

6. Memanfaatkan skala

Skala adalah suatu alat atau mekanisme dalam membedakan suatu variabel yang menjadi perhatian
ke dalam suatu bentuk tertentu. 4 jenis skala adalah sebagai berikut:

1. Nominal Skala nominal adalah suatu skala yang menggunakan angka atau huruf untuk suatu objek
yang hanya menunjukan label saja tidak mencerminkan tingkatan atau nilai.

2. Ordinal Skala ordinal adalah pemberian angka pada suatu objek yang menunjukan
tingkatan/peringkat. Pada skala ini urutan angka dimulai dari tingkat terendah hingga tertinggi.

3. Interval Skala interval adalah skala yang menggunakan angka untuk set objek dengan jarak yang
sama antara satu ciri/sifat objek maupun kejadian yang diukur

4. Rasio

Skala rasio adalah skala yang menggunakan angka pada objek yang memiliki nilai
absolut/mutlak/nilai yang tanpa diragukan

Instrumen merupakan alat untuk memperoleh atau menjaring data yang berujud angket yang
berfungsi untuk menyelidiki pendapat subjek mengenai sesuatu hal/untuk mengungkapkan keadaan
pribadi responden. Disamping itu instrumen juga dapat berwujud skala nilai, yakni untuk menilai
pribadi orang lain atau mengenai suatu hal tertentu seperti test untuk mengungkapkan keadaan
pribadi seseorang (seperti bakat, minat, kepribadian, sikap, kemampuan dll).Ada tiga kriteria
pengukuran yang baik:

1. Validitas(validity)

Sebagai alat ukur. Alat ukur yang baik adalah dapat mengukur dengan benar dan tepat, jika tidak
baik akan menghasilkan pengukuran data yang meleset. Suatu pengukuran dikatakan valid atau
sahih, jika alat ukur yang digunakan benar- benar dapat mengukur apa yang kita ukur.

2. Reliabilitas (reliability)
Alat ukur yang baik adalah yang memiliki tingkat keandalan yang tinggi. Suatu alat ukur andal jika
alat ukur tersebut mampu menghasilkan pengukuran keadaan/kejadian yang konsisten meskipun
digunakan berulang-ulang pada waktu yang berbeda, instrumen yang andal adalah alat yang kuat,
sebaliknya alat ukur yang tidak andal menghasilkan pengukuran yang tidak stabil.

3. Kepraktisan (practicality) Berkaitan dengan kehematan, kemudahan, dan dapat dimengerti.

Bab XI Desain Kuesioner

Kuesioner atau angket merupakan serangkaian pertanyaan tertulis yang kemudian disampaikan
kepada sejumlah responden. Melalui kuesioner, peneliti telah terlebih dahulu mendefinisikan
pertanyaan serta jawaban, karena itu umumnya kuesioner telah menyediakan jawaban yang hendak
dipilih responden Beberapa hal yang mempengaruhi penampilan umum (general setup) kuesioner
dalam menciptakan daya tarik kuesioner bagi responden:

1. Introduksi kuesioner

Introduksi menyampaikan materi yang akan disampaikan. Umumnya berisikan judul penelitian,
tujuan utama penelitian, manfaat penelitian, dan harapan agar responden dapat menjawab dengan
benar.

2. Intruksi pengisian

Intruksi harus disajikan dengan singkat dan jelas. Intruksi yang kurang jelas akan menyebabkan
sebagian responden tidak mengisi kuesioner dengan benar.

3. Tata letak tulisan

Letak tulisan yang menarik dipandang dan dipilih huruf yang jelas. Kertas berwarna akan lebih
menarik.

4. Tata warna tampilan

Metode Pengumpulan Data dan Analisis

1. Sumber data

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya. Contoh: berupa data lisan,
data tertulis, dan data dalam bentuk ekspresi

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui perantara.

Contoh: berupa bukti catatan/laporan historis

2. Tipe data

a. Data internal, yaitu data yang berasal dari dalam perusahaan/ organisasi Contoh: biasanya berupa
faktur, jurnal, notulen

rapat, dan memo

b. Data eksternal, yaitu data yang berasal dari luar perusahaan/ organisasi Contoh: buku, majalah,
dan bulletin

3. Jenis data
a. Data kuantitatif: realita yang disimbolkan secara numerik/angka-angka

b. Data kualitatif: realita yang disimbolkan deskriptif/kata-kata

4. Sifat data

a. Data crosssection/diskrit: data dalam kurun waktu tertentu saja

b. Data time series/kontinyu: data deret waktu –mingguan, bulanan, tahunan

6. Tahap analisis data

a. Editing: melihat kejelasan, konsistensi instrument

b. Koding: mengklasifikasi jawaban menurut macamnya dengan kode/angka

c. Tabulasi: menghitung frekuensi pada masing-masing kategori kedalam bentuk tampilan tabel

7. Teknik analisis statistik deskriptif, yakni teknik analisis data dengan cara mendeskripsikan data
yang terkumpul seperti apa adanya. Bentuk tampilan statistik deskriptif berupa persentase, tabel,
grafik, diagram, piktogram, mean, median, dan modus

8. Statistik Inferensial (Statistik Induktif/ Probability), yaitu Teknik statistik untuk menganalisis data
sampel yang hasilnya diperlakukan sebagai populasi untuk generalisasi hasil.

9. Statistik Parametris (cirinya: data berdistribusi normal, homogin, data rasio/interval, dan alat
analisis yang digunakan adalah regresi - uji linieritas).

10. Statistik Non Parametris (cirinya: data tidak harus berdistribusi normal dan jenis datanya
nominal/ordinal).

Bab XII penyusunan laporan penelitian

Judul yang diangkat sebagai objek/subjek Penelitian harus bisa mencerminkan seluruh isi penelitian.
Judul penelitian juga harus berangkat dari masalah yang sedang diteliti, karena kualitas penelitian
tercermin dari judul yang diajukan. Judul yang baik harus mencakup elemen variabel utama yang
sedang diteliti walaupun boleh jadi ada variabel lain seperti variabel intervening, moderating,
maupun extranous yang hanya sebagai variabel pengganggu sehingga tidak perlu dimasukkan
kedalam judul utama. Elemen kedua dalam pembuatan/penulisan judul penelitian adalah bagaimana
bisa menjelaskan bentuk hubungan (jika variabelnya lebih dari satu) sehingga akan terlihat apa
bentuk hubungan antara variabel satu dengan yang lain. Apakah bentuk hubungannya komparatif,
korelasional, ataukah bentuk kausal. Abstrak hasil penelitian merupakan hal penting yang tidak
boleh dilupakan oleh seorang peneliti dalam poses pembuatan laporan penelitian. Pada dasarnya
abstrak berisi rangkuman singkat/intisari dari semua isi laporan yang dibuat oleh seorang periset.
Alur penulisan abstrak dimulai dari apa judul penelitian, tujuan/manfaat penelitian, lokasi/populasi
penelitian, dan waktu penelitian. Selanjutnya pada paragrap berikutnya berisi informasi tentang
jenis penelitian, metode pengumpulan data, teknik analisis data, dan hasil penelitian secara kualitatif
maupun kuantitatif sesuai dengan jenis penelitiannya. Jumlah kata sebaiknya tidak lebih dari 200
kata sehingga bisa singkat, padat, dan berisi. Abstrak dapat ditulis dalam dua bahasa (Inggris-
Indonesia) tergantung kebutuhan, jarak 1 (satu) spasi, pada akhir paragrap harus dicantumkan kata
kunci (key word) untuk membantu menjelaskan isi abstrak. Batang Tubuh Laporan

1. BAB I Pendahuluan berisi:


a) Latar Belakang Masalah

b) Identifikasi Masalah

c) Batasan Masalah

d) Rumusan Masalah

e) Tujuan Penelitian

f) Manfaat Penelitian

2. BAB II Kajian Teori/Studi Pustaka berisi:

a) Hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan

b) Penelitian yang sedang dilakukan

3. BAB III Metodologi Penelitian berisi:

a) Jenis Penelitian (kuantitatif atau kualitatif)

b) Lingkup/populasi Penelitian

c) Waktu Pelaksanaan Penelitian

d) Metode Pengumpulan Data

e) Teknik Analisis Data

4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi:

a) Proses Pelaksanaan Penelitian

b) Hasil Penelitian yang diperoleh

c) Pembahasan Hasil Penelitian

d) Interpretasi Hasil Penelitian

5. BAB V Kesimpulan berisi:

a) Kesimpulan

b) Saran

c) Rekomendasi

Menulis atau mencantumkan daftar pustaka sebagai referensi sumber kutipan dalam sebuah tulisan,
baik yang berbentuk Laporan Hasil Penelitian, Penulisan Tugas Akhir (Skripsi, Tesis, Disertasi), Jurnal
Ilmiah, maupun Buku-buku ilmiah lainnya merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang
penulis/pembuat laporan. Banyak sekali model atau gaya penulisan pustaka dalam suatu karya tulis,
hal ini sangat tergantung kepada masing-masing institusi dalam memberlakukan gaya atau model
yang disepakati bersama. Pada dasarnya tidak ada gaya penulisan pustaka yang salah dan benar,
baik dan tidak baik, yang paling penting dalam penulisannya harus berisi berbagai informasi yang
berkenaan dengan sumber pustaka yang dicantumkan dalam tulisannya.

Anda mungkin juga menyukai