Mengevaluasi bukti audit adalah bagian dari proses audit tahap ketiga
(pelaporan).
Sebelum mengevaluasi dampak salah saji yang tidak dikoreksi, auditor wajib
menilai kembali materialitas seperti ditetapkan dalam ISA 320, untuk
memastikan apakah materialitas itu masih tepat dalam konteks hasil keuangan
entitas yang sebenarnya
Angka materialitas pada awal audit tidak lagi tepat karena hasil keuangan
entitas yang sesungguhnya berbeda dari estimasi yang dipergunakan.
Ada informasi baru, seperti ekspektasi pemakai laporan, yang membuat
auditor memutuskan untuk menggunakan angka materialitas yang berbeda
dari apa yang ditetapkan pada awal audit
Salah saji yang tidak terduga yang menyebabkan angka materialitas untuk
jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan tertentu terlampaui.
BUTIR PERTIMBANGAN
Jika angka materialitas harus direvisi, jangan tunda sampai akhir audit. Jika
angka materialitas harus diturunkan, revisi ini sangat mungkin memerlukan
perubahan dalam penilaian risiko dan pelaksanaan prosedur audit tambahan
ISA 330.25 membahas kewajiban auditor untuk memastikan apakah perlu ada
perubahan terhadap penilaian risiko semula, sebagai berikut:
Berdasarkan prosedur audit yang dilaksanakan dan bukti audit yang diperoleh,
auditor wajib mengevaluasi, sebelum berakhirnya audit, apakah penilaian risiko
salah saji yang material pada tingkat asersi masih tepat?
Beberapa hal yang perlu dilihat lebih jauh ketika akan menentukan apakah
penilaian risiko semula harus diubah atau tidak. Jika penilaian risiko semula
sudah berubah, rincian perubahan ini harus di dokumentasi. Lihat apa hasil dari
penilaian risiko yang sudah direvisi. Juga harus ada rincian mengenai bagaimana
rencana audit terinci yang baru diubah. Perubahan ini bisa berupa modifikasi
terhadap sifat, waktu, atau luasnya prosedur audit yang direncanakan atau
modifikasi dalam pelaksanaan prosedur audit lanjutan.
BUTIR PERTIMBANGAN
Dalam membuat anggaran waktu untuk suatu audit, alokasikan waktu bagi tim
audit untuk membahas temuan mereka langsung sesudah tugas dilaksanakan.
Hal-hal yang dicantumkan dalam tampilan terdahulu, dapat dijadikan agenda
pembahasan. Ingat, deteksi atas kecurangan seringkali terjadi dengan
mengumpulkan dan merangkai “serpihan-serpihan” informasi mengenai hal-hal
yang kelihatannya “sepele”.
BUTIR PERTIMBANGAN
Ingat, Selalu akan ada risiko tidak terdeteksinya salah saji dalam laporan
keuangan. Hal ini disebabkan karena kendala bawaan (inherent limitations)
dalam setiap audit.
BAB 38
260.1 Komunikasi
Auditor wajib mengomunikasikan dengan TCWG,
5 mengenai
tinjauan umum mengenai lingkup audit yang
lingkup dan
direncanakan dan waktu pelaksanaan audit yang
waktu audit
direncanakan.
260.1 Komunikasi Auditor wajib mengomunikasikan dengan TCWG:
6 mengenai hal
a) pandangan auditor mengenai aspek
tertentu
kualitatif yang signifikan dari praktik-praktik
akuntansi pada entitas tersebut, termasuk
kebijakan akuntansi, estimasi akuntansi dan
disclosures dalam laporan keuangan.
Dalam hal berlaku dalam entitas itu, auditor
wajib menjelaskan kepada TCWG
mengenai auditor menganggap praktik
akuntansi yang signifikan, yang diterima
dalam kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku, (sebenarnya) bukanlah yang paling
tepat dalam situasi di entitas tersebut;
Selayang Pandang
Komunikasi dua arah yang efektif antara auditor dan TCWG merupakan
unsur penting dalam setiap audit. Hal ini memungkinkan:
1. Auditor mengomunikasikan hal-hal yang wajib dilkomunikasikan dan hal-hal
lain; dan
2. TCWG memberi kepada auditor informasi yang (tanpa komunikasi ini) tidak
akan tersedia. Informasi ini dapat bermanfaat bagi auditor dalam
merencanakan audit dan mengevaluasi hasilnya.
Governance
Struktur Governance (govenance structures) berbeda antara satu wilayah
hukum yang lain dan antara satu entitas dengan entitas yang lain. Perbedaan ini
mencerminkan perbedaan budaya, latar belakang hukum dan perundang-
undangan, serta ukuran dan ciri-ciri kepemilkan. Dalam kebanyakan entitas,
governance merupakan tanggung jawab kolektif dari suatu governing body atau
badan yang mengurus/mengatur/memimpin, seperti board of directors (dalam
jurisdiksi tertentu ini merupakan gabungan antara Direksi dan Dewan Komisaris),
suatu badan pengawas atau supervisary board (seperti Dewan Komisaris di
lndonesia), partners, proprietors, komite manajemen (committee of
management), dewan gubernur (council of governors), wali amanah (trustees),
atau yang ekuivalen dengan yang disebutkan tadi.
Dalam entitas yang lebih kecil satu orang dapat dibebani tugas
governance-contoh pemilik yang juga menjadi pengelola (owner manager) di
mana tidak ada pemilik lain, atau seorang sole trustee. Dalam kasus-kasus ini
jika ada hal-hal yang diwajibkan untuk dlikomunikasikan dengan manajemen, hal-
hal tersebut tidak perlu dikomunikasikan lagi dengan orang yang sama dalam
peran governance. Namun, jika ada orang-orang lain yang memainkan peran
governance dalam entitas tersebut auditor harus memastikan setiap orang
dinformasikan.
Tanggung jawab dan kewajiban kedua belah pihak (auditor di satu pihak
dan manajemen serta TCWG di pihak lain) sering kali dapat dikomunikasikan
kepada TCWG dengan memberikan Salinan surat penugasan audit (audit
engagement letter). Surat penugasan audit menegaskan hal-hal berikut yang
perlu diketahui TCWG.
Rencana Audit
Kecuali jika ada hal yang berkenaan dengan kompetensi dan integritas
manajemen, auditor memulai pembahasan mengenai masalah audit berkenaan
dengan governance (audit matters of governance interest) terlebih dahulu
dengan manajemen. Pembahasan awal ini bertujuan untuk mengklarifikasi fakta
dan masalah, dan untuk memberikan kesempatan kepada manajemen
menyampaikan informasi lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA