Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

AUDIT KECURANGAN

Mata Kuliah:

Auditing I

Dosen Pengampu:

Drs.Ec. H. Akhmad Sayudi Ak., M.Si.

Dra. Rasidah M.Si, Ak, CA.

Disusun Oleh:

Kelompok 11

Aldila Tiana 1810313220062

Meilida Indah Pratiwi 1810313320057

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

S1 AKUNTANSI

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Auditing I dengan judul “Audit Kecurangan”.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Pengampu Auditing I kami, Bapak Drs.Ec. H. Akhmad Sayudi Ak., M.Si. dan Dra. Rasidah
M.Si, Ak, CA. yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Sekian dan terima
kasih.

Banjarmasin, 25 Februari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman

Cover............................................................................................................................................. 1

Kata Pengantar.............................................................................................................................. 2

Daftar Isi....................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Makalah................................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................. 5

2.1 Jenis-Jenis Kecurangan..................................................................................................... 5


...........................................................................................................................................
2.2 Kondisi-Kondisi Penyebab Kecurangan........................................................................... 6
2.3 Menilai Risiko Kecurangan...............................................................................................11
2.4 Merespon Risiko Kecurangan...........................................................................................19
...........................................................................................................................................
2.5 Memutahirkan Proses Penilaian Risiko............................................................................24
2.6 Area Risiko Kecurangan Spesifik.....................................................................................28

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................33

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................33

Daftar Pustaka.............................................................................................................................34

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah


Auditing atau pemeriksaan merupakan langkah yang sangat penting untuk menguji laporan
keuangan suatu perusahaan. Auditing dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan
tidak memihak yang disebut auditor. Auditor akan memberikan pendapat atas kebenaran
penyajian laporan keuangan perusahaan yang menjadi salah satu factor dalam pengambilan
keputusan.
Kecurangan adalah semua ketidakjujuran yang disengaja untuk merampas milik atau hak
orang atau pihak lain. Audit kecurangan sendiri merupakan upaya untuk mendeteksi dan
mencegah kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Dalam hal ini, biasanya kecurangan
yang terjadi dalam laporan keuangan menggunakan kesalahan penyajian yang disengaja dengan
beberapa akun fiktif didalamnya.
Auditor bertanggung jawab untuk mendapatkan keyakinan memadai bahwa kesalahan
penyajian material terdeteksi baik dan harus mengumpulkan bukti tambahan dengan cara
meminta keterangan kepada seluruh anggota yang terlibat dalam pembuatan laporan keuangan.
Apabila auditor mencurigai adanya kecurangan, auditor dapat mempertimbangkan ketentuan
hukum dan mencari advis hukum guna menentukan putusan yang tepat dalam kasus tersebut
1.2Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis kecurangan?
2. Apa kondisi-kondisi penyebab kecurangan?
3. Bagaimana cara menilai risiko kecurangan?
4. Bagaimana auditor merespon risiko kecurangan?
5. Bagaimana memutahirkan proses penilaian risiko?
6. Apa saja area risiko kecurangan spesifik?
1.3Tujuan Makalah
1. Merumuskan kecurangan dan dapat membedakan kecurangan pelaporan keuangan
dengan penyalahgunaan aset.
2. Memahami tanggungjawab auditor untuk menilai risiko kecurangan dan mendeteksi
kesalahan-penyajian material yang disebabkan kecurangan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis-Jenis Kecurangan


Kecurangan adalah semua ketidakjujuran yang disengaja untuk merampas milik atau hak
orang atau pihak lain. Dalam konteks pengauditan laporan keuangan, kecuali kecurangan
didefinisikan sebagai laporan keuangan yang disengaja mengandung kesalahan penyajian. Ada
dua jenis kecurangan yang utama, yaitu: pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan dan
perlakuan tidak semestinya terhadap aset.

Pelaporan Keuangan yang Mengandung Kecurangan


Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan adalah suatu kesalahan penyajian
atau penghilangan suatu jumlah atau pengungkapan secara disengaja dengan tujuan untuk
menipu pengguna laporan keuangan. Biasanya dalam banyak kasus, kebanyakan berupa
pelaporan kesalahan penyajian jumlah secara sengaja dibandingkan dengan kesalahan dalam
pengungkapan. Seperti salah satu contohnya, sebuah perusahaan yang mengkapitalisasi sebagai
aset tetap dalam jumlah miliaran dolar yang seharusnya dilaporkan sebagai beban. Penghilangan
jumlah juga agak jarang tetapi entitas dapat melaporkan lebih saji pendapatan yaitu dengan cara
menghilangkan utang usaha atau liabilitas lainnya.
Dalam kasus pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan biasanya terjadi ketika
sebuah perusahaan melaporkan lebih tinggi dari yang sebenarnya terhadap asset atau
pendapatannya (overstatement), atau ketika perusahaan melaporkan lebih rendah dari yang
sebenarnya terhadap kewajiban dan suatu beban yang dikeluarkan (understatement). Oleh karena
itu, kecurangan laporan keuangan dapat dilakukan oleh siapa saja dan pada level apa pun yang
memiliki kesempatan, hal semacam ini biasanya dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi
pajak penghasilan. Entitas bisa juga secara sengaja melaporkan laba dengan jumlah lebih rendah
ketika laba tinggi sebagai cadangan laba atau “cookie jar reserves” yang bisa digunakan untuk
menaikkan laba pada periode yang akan dating. Praktik semacam itu sering disebut sebagai
perataan laba dan manajemen laba. Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan sengaja
oleh manajemen untuk memenuhi tujuan laba. Dan Perataan laba adalah suatu bentuk
manajemen laba yang dilakukan dengan cara menggeser periode pendapatan dan beban untuk

5
mengurangi terjadinya fluktuasi dalam laba. Salah satu teknik untuk meratakan laba adalah
dengan menurunkan nilai persediaan serta aset lainnya kepada perusahaan yang diakuisisi ketika
akuisisi terjadi, yang berakibat laba yang tinggi kemudian aset tersebut akan dijual. Entitas bisa
juga secara sengaja membuat lebih tinggi dari sebenarnya cadangan penurunan nilai persediaan
dan cadangan kerugian piutang untuk menghadapi laba yang tinggi.

Perlakuan Tidak Semestinya Terhadap Aset


Perlakuan tidak semestinya terhadap aset adalah kecurangan yang menyangkut pencurian
aset entitas. Dalam banyak kasus, tapi tidak selalu, jumlah yang terlibat didalam material
terhadap laporan keuangan. Namun demikian pencurian aset entitas seringkali memperhatinkan
manajemen walaupun jumlahnya tidak material karena pencurian yang berjumlah kecil bisa
dengan mudah berkembang menjadi besar sepanjang waktu.
Istilah perlakuan tidak semestinya terhadap asset, pada umumnya digunakan untuk
pencurian yang melibatkan pegawai dan pihak internal lain dalam organisasi entitas. Menurut
perkiraan Association of Certified Examiners di Amerika Serikat rata-rata perusahaan menderita
rugi 5% dari pendapatan nya sebagai akibat kecurangan, meskipun banyak juga dari kecurangan
ini melibatkan pihak eksternal, seperti misalnya pencurian oleh konsumen atau penipuan oleh
pemasok.
Perlakuan tidak semestinya terhadap aset biasanya dilakukan pada tingkat hirarki
organisasi yang lebih rendah. Karena manajemen memiliki otoritas dan pengendalian yang lebih
besar terhadap aset entitas, penggelapan yang melibatkan manajemen puncak bisa mencakup
jumlah yang signifikan salah satu contoh ekstrem adalah mantan CEO Tyco Internasional
mendapat sanksi dari SEC karena pencurian aset yang dilakukannya sebesar lebih dari 100 juta
dolar. Survei tentang kecurangan yang dilakukan oleh Association of Certified Examiner di
Amerika Serikat menemukan bahwa perlakuan tidak semestinya terhadap aset merupakan skema
kecurangan yang paling umum, namun demikian besarnya kecurangan jauh lebih besar berupa
pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan.

2.2 Kondisi-Kondisi Penyebab Kecurangan


Menurut standar audit, ada tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya pelaporan
keuangan yang mengandung kecurangan dan perlakuan tidak semestinya terhadap aset. Seperti

6
terlihat dalam gambar di bawah ini ketiga kondisi tersebut membentuk Apa yang disebut
Segitiga kecurangan (Fraud Triangle).

1. Insentif/Tekanan: Manajemen dan karyawan lain mendapat insentif atau tekanan


untuk melakukan kecurangan.
2. Peluang: Keadaan yang memberi peluang atau kesempatan bagi manajemen atau
karyawan untuk melakukan kecurangan.
3. Perilaku/Pembenaran: suatu perilaku atau karakter atau seperangkat nilai etis yang
ada yang mengizinkan manajemen dan atau karyawan untuk melakukan tindakan
tidak jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup memberi tekanan yang
menyebabkan mereka membenarkan tindakan tidak jujur tersebut.

Pertimbangan penting oleh auditor dalam mengungkap kecurangan adalah


mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya kecurangan. Dalam gambar
di atas memberi contoh faktor-faktor risiko audit untuk setiap kondisi penyebab kecurangan
untuk laporan keuangan yang mengandung kecurangan. Dalam segitiga kecurangan pelaporan
keuangan yang mengandung kecurangan dan perlakuan tidak semestinya terhadap aset sama-
sama dipengaruhi oleh ketiga kondisi di atas, namun faktor risikonya berbeda-beda.

7
Faktor-Faktor Risiko untuk Pelaporan Keuangan yang Mengandung Kecurangan
1. Insentif/Tekanan
Insentif bagi entitas untuk memanipulasi laporan keuangan terjadi ketika terdapat penurunan
dalam prospek keuangan entitas. Sebagai contoh, suatu penurunan laba bisa mengancam
kemampuan entitas untuk mendapatkan pinjaman. Entitas bisa juga memanipulasi laba untuk
memenuhi peramalan analisis atau ukuran kinerja seperti laba tahun lalu, atau harga saham
artifisial yang tinggi. Dalam keadaan tertentu, manajemen bisa memanipulasi laba untuk
menjaga reputasi mereka.
Tabel Contoh Faktor-Faktor Risiko untuk Pelaporan Keuangan yang Mengandung
Kecurangan.
TIGA KONDISI KECURANGAN
Insentif/Tekanan Peluang Perilaku/Pembenaran
Suatu perilaku, karakter, atau
ada perangkat nilai etis yang
memungkinkan manajemen
Manajemen atau karyawan yang
Keadaan menciptakan suatu atau karyawan dengan sengaja
lain memiliki insentif atau
peluang bagi manajemen atau melakukan perbuatan tidak
tekanan untuk melakukan
karyawan untuk membuat jujur, atau mereka berada
pelaporan keuangan yang
laporan keuangan yang dalam lingkungan yang memberi
mengandung kecurangan secara
mengandung kecurangan cukup tekanan sehingga akan
material.
menyebabkan mereka untuk
membenarkan tindakan tidak
jujur.
Contoh Faktor Risiko Contoh Faktor Risiko Contoh Faktor Risiko
Kestabilan atau profitabilitas
keuangan terancam oleh kondisi
ekonomi, industri, atau operasi
entitas. Sebagai contoh: terjadi Estimasi akuntansi signifikan
penurunan permintaan dari Komunikasi yang tidak efektif
yang menyangkut pertimbangan
pelanggan dan meningkatnya atau tidak tepat dan dukungan
dan ketidakpastian yang sulit di
kegagalan bisnis baik dalam nilai entitas.
verifikasi.
lingkup industri maupun
ekonomi secara keseluruhan.

Tekanan yang besar terhadap Tidak efektifnya dewan Mengetahui sejarah


manajemen untuk melunasi komisaris dan komite audit pelanggaran atas undang-
hutang atau untuk memenuhi mengawasi pelaporan undang sekuritas atau undang-
persyaratan pinjaman lainnya. keuangan. undang dan peraturan lainnya.

8
Turnover yang tinggi atau tidak Manajemen melakukan
Kesejahteraan pribadi
efektifnya staf akuntansi audit peramalan sangat agresif atau
manajemen atau Dewan
internal atau teknologi tidak realistis kepada analisis,
Komisaris terancam secara
informasi. kreditur, dan pihak ketiga
material dan kinerja keuangan
entitas lainnya.
  Pengendalian internal lemah.  
Transaksi dengan pihak berelasi
  yang signifikan.  

Peluang
Meskipun laporan keuangan dari semua entitas berpotensi bisa dimanipulasi, risikonya
lebih besar untuk perusahaan-perusahaan yang melibatkan banyak pertimbangan dan estimasi.
Sebagai contoh, penilaian persediaan memiliki risiko tertinggi untuk kesalahan penyajian
pada perusahaan-perusahaan yang memiliki persediaan beraneka ragam di banyak lokasi.
Risiko kesalahan penyajian persediaan kemudian akan meningkat bilamana persediaan
tersebut berisiko menjadi using.
Perputaran personel di bagian akuntansi atau defisiensi lain di bagian akuntansi dan
pengolahan informasi bisa menciptakan peluang untuk terjadinya kesalahan penyajian.
Banyak kasus pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan tidak terdeteksi oleh komite
audit dan dewan komisaris yang tidak efektif selaku pengawas pelaporan keuangan.
Perilaku/Kebenaran
Perilaku manajemen puncak berkaitan dengan pelaporan keuangan adalah faktor kritis
dalam penilaian kemudinan terjadinya pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan.
Apabila CEO dan manajer Puncak lain yang bersikap Acuh Tak Acuh atau tidak peduli dalam
proses penyusunan laporan keuangan, seperti misalnya membuat peramalan-peramalan
optimis secara konsisten atau apabila mereka sangat khawatir dalam upaya memenuhi
ramalan laba yang dibuat analisis maka pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan
sangat mungkin terjadi. Karakter manajemen atau nilai etis tertentu bisa memudahkan mereka
untuk membenarkan kecurangan.

Faktor-Faktor Risiko Untuk Perlakuan Tidak Semestinya Terhadap Aset


Ketiga kondisi yang sama berlaku bagi perlakuan tidak semestinya terhadap asset. Namun
demikian, dalam menilai faktor risiko lebih ditekankan pada tekanan dan peluang individual

9
untuk melakukan pencurian. Tabel berikut ini berisi contoh faktor risiko kecurangan untuk setiap
kondisi terjadinya perlakuan tidak semestinya terhadap aset.

Tabel untuk Contoh Faktor-Faktor Risiko Untuk Perlakuan Tidak Semestinya


Terhadap Aset

TIGA KONDISI KECURANGAN


Insentif/Tekanan Peluang Perilaku/Pembenaran
Suatu perilaku, karakter, atau ada
perangkat nilai etis yang
memungkinkan manajemen atau
karyawan dengan sengaja
Manajemen atau karyawan yang
Keadaan menciptakan suatu peluang melakukan perbuatan tidak jujur,
lain memiliki insiatif atau tekanan
bagi manajemen atau karyawan untuk atau mereka berada dalam
untuk memperlakukan aset tidak
memperlakukan aset tidak Semestinya lingkungan yang memberi cukup
Semestinya
tekanan yang menyebabkan
mereka membenarkan tindakan
tidak jujur.

Contoh Faktor Risiko Contoh Faktor Risiko Contoh Faktor Risiko


Kewajiban keuangan pribadi Kebutuhan untuk memonitor
menciptakan tekanan kepada Adanya kas dalam jumlah besar atau atau mengurangi risiko pencurian
mereka yang memiliki akses atas persediaan yang kecil bentuknya tapi aset.
aset yang rentan terhadap mahal harganya atau banyak diminta
pencurian. lemahnya Pengendalian internal atas
aset karena adanya kelemahan dalam
hal-hal berikut:
Hubungan yang tidak harmonis Pemisahan tugas atau pemeriksaan Tidak peduli dengan
antara manajemen dan karyawan - Pengendalian internal dengan
independen
yang memiliki akses atas aset melanggar pengendalian yang
yang rentan memotivasi Daftar pemasok untuk mendeteksi ada atau gagal untuk
karyawan untuk menggerakkan - memperbaiki defisiensi
pemasok yang tidak terotorisasi
aset tersebut. Pengendalian internal yang telah
Sebagai contoh: promosi, diketahui.
kompensasi, atau penghargaan Penyaringan calon pegawai yang
-
lain yang tidak sesuai dengan memiliki akses terhadap aset
harapan.
Wajib cuti bagi pegawai yang
-
  memiliki akses terhadap aset

Insentif/Tekanan
Tekanan kesulitan keuangan adalah insentif yang paling umum bagi karyawan yang
memperlakukan aset dengan tidak semestinya. Pegawai yang memiliki banyak utang, atau
10
memiliki ketergantungan pada narkoba atau gemar berjudi lebih berpotensi melakukan pencurian
untuk memenuhi keinginannya. Dalam kasus lain karyawan yang tidak puas bisa melakukan
pencurian karena mereka merasa berhak atau sebagai suatu bentuk perlawanan terhadap
majikannya.

Peluang
Peluang untuk terjadinya pencurian, ada pada semua entitas. Namun demikian,
peluangnya akan lebih besar pada entitas yang memiliki atau menyimpan banyak uang/kas atau
memiliki banyak persediaan atau aset berharga lainnya, terutama bila bentuknya kecil dan mudah
dipindahkan. Sebagai contoh, Kasino menangani uang dalam jumlah besar dengan hanya sedikit
catatan formal untuk kas yang diterimanya. Demikian pula pencurian komputer laptop lebih
sering terjadi dimana dalam pencurian komputer dengan sistem desktop.
kelemahan Pengendalian internal menciptakan peluang untuk terjadinya pencurian.
Kurangnya pembagian tugas biasanya memberi kesempatan pada karyawan untuk melakukan
pencurian. Manakala karyawan menyimpan aset atau bahkan jika hanya sementara memiliki
akses terhadap aset dan penyelenggarakan pencatataan atas aset tersebut, timbullah potensi
terjadinya pencurian. Sebagai contoh, apabila pegawai gudang persediaan juga melakukan
pencatatan atas persediaan tersebut mereka akan dengan mudah mengambil persediaan dan
menutupi pencurian tersebut dengan menyesuaikan catatan akuntansinya. Kurangnya
pengawasan untuk pembayaran ke pemasok atau dalam sistem penggajian, dapat memberi
peluang kepada karyawan untuk menciptakan pemasok-pemasok fiktif atau karyawan fiktif dan
perusahaan harus membayar untuk kepalsuan tersebut.
Kecurangan lebih umum terjadi dalam perusahaan kecil dan dalam organisasi nirlaba,
karena sulit bagian kita semacam itu untuk melakukan pemisahan tugas secara memadai.

Perilaku/Pembenaran
Perilaku manajemen terhadap pengendalian dan tindakan etis bisa menyebabkan karyawan dan
manajer untuk membenarkan pencurian yang mereka lakukan. Apabila manajemen menipu
konsumen dengan memungut bayaran yang lebih besar dari seharusnya atau melakukan taktik
penjualan yang sangat membebani, karyawan bisa merasa bahwa dia bisa diterima apabila
mereka bertindak serupa terhadap perusahaan dengan mudah laporan jam kerja yang tidak benar
atau hal-hal lain semacam itu.
11
2.3 Menilai Risiko Kecurangan
Standar audit (SA 240) memberi pedoman bagi auditor untuk menilai risiko kecurangan. Auditor
harus menjaga tingkat skeptisisme profesional, ketika ia mempertimbangkan sejumlah informasi
termasuk faktor-faktor risiko kecurangan, untuk mengidentifikasi dan merespon risiko
kecurangan. Auditor bertanggung jawab untuk merespon risiko kecurangan dengan
merencanakan dan melaksanakan audit untuk mendapatkan keyakinan memadai bahwa
kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan, bisa
terdeteksi.

Skeptisisme Profesional
Berdasarkan SA 200, auditor harus mempertahankan skeptisisme profesional sepanjang
audit, menyadari kemungkinan bahwa kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh
kecurangan dapat terjadi, walaupun pengalaman masa lalu itu menunjukkan adanya kejujuran
dan integritas manajemen entitas dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
Untuk mempertahankan skeptisisme profesional diperlukan pengajuan pertanyaan secara
berkelanjutan tentang apakah informasi dan bukti audit yang telah diperoleh memberi petunjuk
bahwa kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan mungkin terjadi. Hal
tersebut meliputi mempertimbangkan keandalan informasi yang akan digunakan sebagai bukti
audit dan pengendalian atas penyiapan dan pemeliharaannya, jika relevan. Oleh karena itu
karakteristik kecurangan tersebut, sikap skeptisme profesional auditor menjadi penting terutama
ketika mempertimbangkan risiko dalam penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan.
Auditor tidak dapat diharapkan untuk mengabaikan pengalaman masa lalu tentang
kejujuran dan integritas manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,
skeptisisme profesional auditor penting terutama dalam mempertimbangkan resiko kesalahan
penyajian materi yang diakibatkan oleh kekurangan, karena kondisi mungkin sudah berubah.

Penilaian Kritis atas Bukti Audit

12
Saat menemukan informasi atau kondisi lain yang mengindikasikan adanya kesalahan
penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan, auditor harus dengan cermat menanggapi
permasalahannya, meminta tambahan bukti yang diperlukan dan berkonsultasi dengan anggota
tim yang lain. Auditor harus berhati-hati untuk tidak membenarkan ataupun berasumsi bahwa
suatu kesalahan penyajian adalah suatu kejadian yang terisolasi. Sebagai contoh, misalkan
seorang auditor menemukan suatu penjualan tahun ini yang harusnya mencerminkan suatu
penjualan di tahun yang akan datang auditor harus mengevaluasi alasan kesalahan penyajian,
menentukan apakah hal itu terjadi karena disengaja atau kah merupakan suatu kecurangan, dan
dipertimbangkan pula apakah terjadi juga kesalahan penyajian lain semacam itu.
Suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan Standar Audit jarang mencakup pembuktian
keaslian dokumen, karena auditor tidak terlatih atau diharapkan dapat menjadi ahli dalam
pembuktian keaslian seperti itu (lihat SA 200 paragraf A47).
Standar Audit paragraf A47:
Terdapat keterbatasan, hak secara praktik, maupun legal, atas kemampuan auditor untuk
mendapat bukti audit, sebagai contoh:
- Terdapat kemungkinan bahwa manajemen atau pihak lain tidak memberikan, baik
disengaja maupun tidak disengaja, informasi yang lengkap yang relevan dengan
penyusun laporan keuangan atau yang telah diminta oleh auditor. Oleh karena itu, auditor
tidak dapat memastikan kelengkapan informasi, meskipun auditor telah melakukan
prosedur audit untuk memperoleh keyakinan bahwa semua informasi yang relevan telah
diperoleh.
- Terorganisasi dengan rapi yang dirancang untuk menutupi kekurangan tersebut. Oleh
karena itu, prosedur audit yang digunakan untuk mengumpulkan bukti audit mungkin
tidak efektif untuk mendeteksi kesalahan penyajian yang diakibatkan oleh kekurangan
tersebut, sebagai contoh: kolusi untuk memanipulasi dokumentasi yang dapat
mengakibatkan auditor yakin bahwa bukti audit adalah sah, padahal kenyataannya tidak.
Auditor tidak terlatih atau tidak diharapkan untuk menjadi pakar dalam pembuktian
keaslian dokumen.
- Audit bukan merupakan suatu investigasi resmi atas dugaan suatu perbuatan yang salah.
Oleh karena itu, auditor tidak diberi kekuasaan hukum khusus seperti kekuasaan untuk
melakukan penggeledahan yang mungkin diperlukan untuk suatu investigasi.

13
Namun, ketika auditor mengidentifikasi kondisi yang menyebabkan auditor percaya
bahwa sebuah dokumen mungkin tidak asli atau hal-hal lain dalam dokumen tersebut telah
dimodifikasi tetapi tidak diungkapkan kepada auditor maka prosedur yang mungkin dilaksanakan
untuk menginvestigasi lebih lanjut hal tersebut dapat meliputi:
- mengonfirmasi secara langsung kepada pihak ketiga.
- menggunakan tenaga ahli untuk menilai keaslian dokumen.

Sumber Informasi untuk Menilai Risiko Kecurangan

Identifikasi Risiko Kesalahan Penyajian Material yang Diakibatkan oleh Kecurangan

Gambar di atas meringkas informasi yang dibutuhkan untuk menilai risiko kecurangan. Lima
sumber informasi untuk menilai risiko kecurangan pada bagian atas gambar tersebut akan
dibahas satu per satu dibawah ini.
Pembahasan di antara Tim Perikatan (Tim Audit)
Mendiskusikan kerentanan adanya kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh
kecurangan dalam laporan keuangan entitas dengan tim perikatan:
- Memberikan kesempatan bagi anggota tim perikatan yang lebih berpengalaman untuk
berbagi wawasan mereka tentang bagaimana dan di area mana laporan keuangan
mungkin rentan terjadi kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kekurangan.
- Memungkinkan auditor untuk mempertimbangkan Respon yang tepat terhadap
kerentanan tersebut dan untuk menentukan anggota tim perikatan yang akan
melaksanakan Prosedur audit tertentu.

14
- Memperkenankan auditor untuk menentukan Bagaimana hasil Prosedur audit akan dibagi
di antara tim perikatan dan bagian yang merespon dugaan kecurangan yang mungkin
menjadi perhatian auditor.

Adapun diskusi yang dapat meliputi hal-hal sebagai berikut:


1. Bagaimana mereka meyakini bahwa laporan keuangan yang tidak rentan terhadap
kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan. Hal tersebut mencakup
pertimbangan-pertimbangan tentang faktor-faktor eksternal maupun internal yang
diketahui mempengaruhi kita sehingga bisa:
- Menciptakan suatu insentif atau tekanan bagi manajemen untuk melakukan
kecurangan.
- Memberi peluang untuk melakukan kecurangan.
- Mengindikasikan suatu kultur atau lingkungan yang memungkinkan manajemen
membenarkan kecurangan.
2. Bagaimana manajemen bisa melakukan dan menyembunyikan pelaporan keuangan yang
mengandung kecurangan.
3. Bagaimana seseorang bisa memperlakukan tidak semestinya terhadap aset entitas.
4. Bagaimana bisa merespon terhadap kerentanan kesalahan penyajian material yang
diakibatkan kecurangan.

Meminta Keterangan dari Pihak-Pihak Lain dalam Entitas


Standar Audit (SA 240. 17) mewajibkan auditoruntuk meminta keterangan secara khusus
tentang kecurangan pada setiap audit, yang meliputi:
(a) Penilaian manajemen tentang risiko bahwa kemungkinan terjadi kesalahan penyajian
material dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh kecurangan, termasuk sifat, saat,
luas, dan frekuensi dari penilaian risiko tersebut.
(b) Proses yang dilakukan oleh manajemen untuk entitas, termasuk setiap risiko spesifik atas
kecurangan yang telah diidentifikasi oleh manajemen atau yang telah menjadi
perhatiannya, atau golongan transaksi, saldo akun, dan pengungkapan yang untuknya
mungkin terjadi risiko kecurangan.
(c) Komunikasi manajemen, jika ada kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
tentang proses untuk mengidentifikasi dan merespon risiko kecurangan dalam entitas.
15
(d) Komunikasi manajemen, jika ada, kepada karyawan tentang pandangan manajemen
terhadap praktik bisnis dan perilaku etika.

Meminta Keterangan dari Pihak-Pihak Lain dalam Entitas


Auditor juga harus meminta keterangan dari manajemen, dan pihak lain dalam entitas
jika dipandang tepat, untuk menentukan apakah mereka memiliki pengetahuan mengenai setiap
kecurangan yang aktual, diduga, atau dicurigai yang berdampak pada entitas.
Permintaan keterangan oleh auditor kepada manajemen dapat menyediakan informasi
yang berguna mengenai risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang
diakibatkan oleh kecurangan yang dilakukan oleh karyawan. Namun, permintaan keterangan
semacam itu tidak dapat menyediakan informasi yang berguna mengenai risiko kesalahan
penyajian material dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh kecurangan yang dilakukan
oleh manajemen. Permintaan keterangan kepada pihak-pihak lain dalam entitas dapat
memberikan kesempatan kepada individu-individu untuk menyampaikan informasi kepada
auditor yang mungkin tidak dapat dilakukan dengan cara yang lain.
Beberapa contoh pihak-pihak lain dalam entitas yang dapat dimulai keterangan secara
langsung oleh auditor mengenai keberadaan atau adanya dugaan kecurangan mencakup:
- Personal operasi yang tidak terlibat secara langsung dalam proses pelaporan keuangan.
- Karyawan dengan tingkat wewenang yang berbeda.
- Karyawan yang terlibat dalam inisiasi pemrosesan atau pencatatan transaksi yang rumit
atau tidak biasa dan pihak lain mengawasi atau memantau karyawan tersebut.
- Penasehat hukum internal entitas.
- Direktur etika dan pihak yang setara.
- Pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam menghadapi dugaan kecurangan.

Meminta Keterangan dari Auditor Internal


Untuk entitas yang memiliki fungsi audit internal, auditor harus meminta keterangan dari
bagian audit internal untuk meminta keterangan apakah mereka memiliki pengetahuan mengenai
setiap kecurangan yang aktual, diduga, atau dicurigai yang berdampak pada entitas, dan untuk
memperoleh pandangan mereka tentang risiko kecurangan.
SA 315 dan SA 610 menetapkan ketentuan dan menyediakan panduan dalam mengaudit
entitas-entitas yang memiliki fungsi audit internal. Dalam melaksanakan ketentuan tersebut,
16
dalam konteks kecurangan auditor dapat meminta keterangan tentang aktivitas spesifik audit
internal yang mencakup, sebagai contoh:
- Prosedur yang dilakukan, jika ada, oleh Auditor internal sepanjang tahun untuk
mendeteksi kecurangan,
- Apakah manajemen telah merespon secara memuaskan atas temuan-temuan dari prosedur
tersebut.
Pemahaman tentang Pihak yang Bertanggungjawab atas Tata Kelola
Auditor harus memperoleh pemahaman tentang bagaimana pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola melakukan pengawasan terhadap proses yang diterapkan manajemen
dalam mengidentifikasi dan merespon risiko kecurangan dalam entitas dan Pengendalian internal
yang telah ditetapkan oleh manajemen untuk mengurangi risiko tersebut.
Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola bertugas mengawasi sistem entitas untuk
memantau risiko mengendalikan keuangan dan kepatuhan terhadap hukum. Di beberapa entitas,
praktik tata kelola telah dikembangkan dengan baik dan pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola dan berperan aktif dalam mengawasi penilaian risiko kecurangan serta pengendalian
internal yang relevan oleh entitas. Oleh karena itu, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
dan manajemen mungkin berbeda di antara entitas, maka auditor harus untuk memahami
tanggung jawab mereka masing-masing agar auditor memperoleh pemahaman tentang apa yang
dilakukan oleh individu masing-masing.
Adapun berbagai cara untuk dapat memperoleh pemahaman tentang pengawasan yang
dilakukan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola bagi auditor, yaitu seperti
menghadiri rapat yang membahas kecurangan, membaca ringkasan hasil rapat yang
bersangkutan, atau mewawancarai pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.

Risiko Kecurangan
Auditor harus mengevaluasi apakah informasi yang diperoleh dari prosedur penilaian
risiko lain dan aktivitas terkait yang telah dilaksanakan mengindikasikan bahwa terdapat satu
atau lebih faktor risiko kecurangan. Meskipun faktor risiko kecurangan belum tentu
mengindikasikan adanya kecurangan, faktor tersebut sering ada dalam kondisi yang didalamnya
telah terjadi kecurangan dan oleh karena itu dapat mengindikasikan adanya risiko kesalahan
penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan.

17
Fakta bahwa kecurangan biasanya disembunyikan dapat membuat hal ini makin sulit
untuk dideteksi. Meskipun demikian, auditor dapat mengidentifikasi peristiwa atau kondisi-
kondisi yang dapat menunjukkan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan atau
kondisi yang memberikan peluang untuk melakukan kecurangan (faktor risiko kecurangan).
Sebagai contoh:
- Kebutuhan untuk memenuhi harapan pihak ketiga untuk mendapatkan tambahan ekuitas
dapat menimbulkan tekanan untuk melakukan kecurangan.
- Pemberian bonus signifikan jika target laba yang tidak realistis dapat dipenuhi akan
mendorong terjadinya kecurangan; dan
- Lingkungan pengendalian yang tidak efektif dapat menciptakan peluang untuk
melakukan kecurangan.
Ukuran, kerumitan, dan karakteristik kepemilikan entitas berdampak signifikan terhadap
pertimbangan atas faktor-faktor risiko kecurangan relevan. Sebagai contoh, dalam kasus di
entitas besar mungkin terdapat faktor-faktor yang secara umum membatasi manajemen untuk
berlaku tidak semestinya, seperti:
- Pengawasan yang efektif oleh pihak yang berwenang dalam tata kelola.
- Suatu audit internal yang efektif.
- Adanya dan penegakan kode etik tertulis.

Prosedur Analitis
Menurut PSA 22 (SA 329) prosedur analitis didefinisikan sebagai evaluasi atas informasi
keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan
nonkeuangan, meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor.
Definisi ini menekankan pada ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitis
dapat dilakukan dalam tiga kesempatan selama penugasan audit berlangsung yakni saat
perencanaan, pengujian dan penyelesaian audit.

Informasi Lain
Auditor harus mempertimbangkan apakah informasi lain yang diperoleh auditor
mengindikasikan adanya risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan.
Sebagai tambahan dari informasi yang diperoleh dalam melakukan prosedur analitis,
informasi lain yang diperoleh mengenai entitas dan lingkungannya dapat membantu untuk
18
mengindikasikan risiko-risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan.
Diskusi di antara anggota tim mungkin menyediakan informasi yang dapat membantu
mengidentifikasi risiko-risiko tersebut.

2.4 Merespons Risiko Kecurangan


Standar Audit (SA 330) menetapkan sebagai berikut:
“Auditor harus menentukan respon keseluruhan terhadap hasil penilaian risiko kesalahan
penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat laporan keuangan”.
Apabila risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan teridentifikasi,
auditor pertama-tama harus mendiskusikan temuan tersebut dengan manajemen dan meminta
pandangan manajemen tentang potensi kecurangan dan adanya rancangan pengendalian untuk
mencegah dan mendeteksi kesalahan penyajian material.
Adapun respon auditor terhadap risiko kecurangan meliputi hal-hal berikut:
1. Menentukan respon keseluruhan.
2. Merancang dan melaksanakan prosedur audit yang responsif terhadap penilaian risiko
kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan.
3. Merancang dan melaksanakan prosedur audit yang responsif terhadap risiko yang
terkait dengan pengabaian pengendalian dan oleh manajemen
Menentukan Respons Keseluruhan
Dalam menentukan respon keseluruhan untuk menanggapi hasil penilaian risiko
kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat laporan keuangan,
auditor dapat memilih diantara respon-respon berikut:
(a) Apabila risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan
meningkat, auditor harus menugasi dan mengawasi personil dengan
mempertimbangkan pengetahuan, keahlian dan kemampuan individual mereka untuk
perikatan tersebut. Dalam kasus tertentu, spesialis kecurangan bisa dilibatkan menjadi
anggota tim audit.
(b) Pelaku kecurangan seringkali individu yang mengerti tentang prosedur audit. Oleh
karena itu, standar audit mengharuskan auditor untuk memasukkan unsur tidak dapat
diprediksi dalam pemilihan sifat, saat, dan luas prosedur audit yang akan dilakukan
merupakan hal penting karena individu-individu dalam entitas yang terbiasa dengan

19
prosedur audit yang umumnya dilakukan dalam suatu perikatan. Sebagai contoh, hal
ini dapat diperoleh dari: m
- Melaksanakan prosedur substantif terhadap saldo akun dan asersi-asersi yang
tidak terpilih untuk dilakukan pengujian berdasarkan materialitas atau risiko.
- Melakukan perubahan waktu pelaksanaan prosedur audit dari yang diperkirakan.
- Menggunakan metode sampling yang berbeda.
- Melakukan prosedur audit di lokasi berbeda atau pada lokasi yang tidak
diberitahukan sebelumnya.

Merancang dan Melaksanakan Prosedur Audit yang Responsid Terhadap Penilaian Risiko
Kesalahan Penyajian Material yang Diakibatkan oleh Kecurangan pada Tingkat Asersi
Sesuai dengan SA 330, auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit
lanjutan yang sifat, taat, dan luasnya responsif terhadap penilaian risiko kesalahan penyajian
material yang diakibatkan oleh kekurangan pada tingkat asersi.
Respon auditor terhadap hasil penilaian risiko terhadap kesalahan penyajian material
yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat asersi mencakup perubahan sifat, saat, dan luas
prosedur dalam beberapa cara di bawah ini:
- Sifat prosedur audit yang dilakukan mungkin membutuhkan perubahan dalam
memperoleh bukti audit yang lebih dapat diandalkan dan relevan atau untuk memperoleh
informasi tambahan yang dapat menguatkan. Hal ini dapat berdampak pada tipe prosedur
audit yang akan dilakukan dan kombinasi di antara keduanya.
- Waktu pelaksanaan prosedur substantif mungkin perlu dimodifikasi. Auditor dapat
menyimpulkan bahwa pelaksanaan pengujian substantif di akhir periode atau mendekati
akhir periode lebih baik dalam menanggapi hasil penilaian risiko atas kesalahan
penyajian material karena kecurangan.
- Luasnya prosedur yang diterapkan mencerminkan penilaian risiko kesalahan penyajian
material yang diakibatkan oleh kecurangan. Sebagai contoh, peningkatan ukuran sampel
atau melakukan prosedur analitis secara lebih rinci dan lebih tepat.

Merancang dan Melaksanakan Prosedur Audit yang Responsid Terhadap Risiko yang
Terkait dengan Pengabaian Pengendalian oleh Manajemen

20
Risiko manajemen melakukan pengabaian pengendalian ada hampir pada setiap audit.
Manajemen berada pada posisi yang unik untuk melakukan kecurangan karena kemampuan
manajemen untuk memanipulasi catatan akuntansi dan menyusun laporan keuangan yang
mengandung kecurangan melalui pengabaian pengendalian yang harusnya berjalan secara
efektif. Tingkat risiko pengabaian pengendalian oleh manajemen berbeda antara entitas yang satu
dengan entitas yang lain, dan risiko tersebut akan selalu ada pada semua entitas.
Ada tiga prosedur yang harus dilakukan pada setiap audit seperti diuraikan di bawah ini.
Menguji Ketepatan Entri Jurnal yang Tercatat dalam Buku Besar dan Penyesuaian Lain
yang Dibuat dalam Penyusunan Laporan Keuangan

Dalam merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk menguji tersebut, auditor harus:

A. Mewawancarai individu yang terlibat dalam proses pelaporan keuangan mengenai


aktivitas yang tidak semestinya atau tidak biasa yang terkait dengan pemrosesan entri
jurnal dan penyesuaian dan reklasifikasi konsolidasi.
B. Memilih entri jurnal dan penyesuaian lain yang dibuat pada akhir periode pelaporan
sangat penting, sebab proses dan pengendalian otomatis dapat mengurangi resiko
kekeliruan yang tidak disengaja tapi tidak dapat mengatasi risiko bahwa individu dapat
mengabaikan proses otomatis tersebut dengan tidak semestinya, sebagai contoh, melalui
perubahan jumlah secara otomatis dibukukan ke buku besar atau ke sistem pelaporan
keuangan.
C. Mempertimbangkan apakah perlu dilakukan pengujian terhadap entri jurnal dan
penyesuaian lain sepanjang periode pelaporan laporan keuangan. Untuk menguji dan
menentukan metode yang tepat atas pengujian pendukung yang mendasari entri yang
dipilih hal-hal berikut ini relevan:
 Penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan yaitu
mengidentifikasi kelompok spesifik dari entri jurnal dan penyesuaian lain untuk
dilakukan pengujian.
 Pengendalian yang telah diimplementasikan terhadap entri jurnal dan penyesuaian
lainnya dapat mengurangi luas pengujian substantif yang diperlukan selama auditor telah
menguji efektivitas operasi pengendalian tersebut.
 Proses pelaporan keuangan entitas dan sifat bukti yang dapat diperoleh dapat berupa data
manual dan otomatis.
21
 Karakteristik entri jurnal dan penyesuaian lainnya yang mengandung kecurangan dapat
berupa:
a) Dibuat ke akun yang tidak terkait tidak biasa atau jarang digunakan.
b) Dibuat oleh individu yang umumnya tidak melakukan entri jurnal.
c) Dicatat pada akhir periode atau sebagai entri pasca penutupan yang memiliki sedikit atau
tanpa penjelasan atau uraian.
d) Dibuat baik sebelum atau selama penyiapan laporan keuangan yang tidak memiliki
nomor akun, atau
e) Mengandung jumlah yang bulat atau angka akhir yang konsisten
D. Sifat dan kompleksitas akun: entri jurnal atau penyesuaian lainnya yang tidak semestinya
mungkin diterapkan pada akun lainnya
a) Mengandung transaksi yang bersifat kompleks atau tidak biasa sifatnya
b) Mengandung estimasi signifikan dan penyesuaian akhir periode
c) Telah terbukti terjadi kesalahan penyajian di masa lalu
d) Belum di rekonsiliasi secara tepat waktu atau mengandung perbedaan yang tidak
terekonsiliasi
e) Mengandung transaksi antar perusahaan yang berelasi atau
f) Terkait dengan resiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kekurangan
E. Entri jurnal atau penyesuaian yang lainnya yang diproses di luar kegiatan bisnis normal

Menelaah Estimasi Akuntansi Untuk Menemukan Hal Bias dan Mengevaluasi Apakah
Kondisi yang Menyebabkan Hal Bias Tersebut Merupakan Kesalahan Penyajian Material
yang Diakibatkan Kekurangan

Dalam melaksanakan penelaahan tersebut, auditor harus:

a. Mengevaluasi pertimbangan dan keputusan yang dibuat oleh manajemen dalam


memasukkan estimasi akuntansi tersebut dalam laporan keuangan. Meskipun jika
estimasi akuntansi tersebut masuk akal secara individu, mengindikasikan suatu hal bias
yang mungkin terjadi pada manajemen adalah kecurangan. Laporan keuangan yang
mengandung kecurangan sering dicapai melalui kesalahan penyajian estimasi akuntansi
yang disengaja, sebagai contoh dapat disajikan secara lebih rendah atau lebih tinggi
seluruh provinsi atau cadangan yang dirancang untuk baik pemerataan pendapatan selama

22
dua atau lebih periode akuntansi atau untuk mencapai suatu tingkat pendapatan yang
ditargetkan untuk menyesatkan pengguna laporan keuangan dengan cara mempengaruhi
persepsi mereka atas kinerja dan profitabilitas entitas.
b. Melakukan penelaahan retrospektif atas pertimbangan dan asumsi manajemen yang
terkait dengan estimasi akuntansi signifikan yang tercermin dalam laporan keuangan
tahun lalu untuk menentukan apakah terdapat indikasi terjadinya kemungkinan
penyimpangan yang dilakukan oleh manajemen. Hal ini tidak dimaksudkan untuk
mempertanyakan pertimbangan profesional auditor pada tahun lalu yang dibuat
Berdasarkan informasi yang tersedia pada saat itu.

Mengevaluasi Dasar Bisnis Untuk Transaksi Signifikan yang Tidak Biasa

Auditor harus mengevaluasi apakah dasar bisnis yang ada atau yang kurang atau tidak
ada atas transaksi tersebut menunjukkan bahwa transaksi tersebut mungkin telah dilakukan
dengan tujuan untuk melaksanakan kecurangan dalam pelaporan keuangan atau untuk
menyembunyikan terjadinya penyalahgunaan aset mencakup:

 Bentuk transaksi yang terlihat terlalu kompleks, sebagai contoh, transaksi yang
melibatkan berbagai entitas dalam suatu kelompok yang dikonsolidasi atau berbagai
pihak ketiga yang tidak terkait.
 Manajemen belum mendiskusikan sifat dan perlakuan akuntansi untuk transaksi tersebut
dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas dan tidak terdapat
pendokumentasian yang memadai
 Manajemen lebih menekankan pada kebutuhan perlakuan akuntansi tertentu daripada
substansi ekonomi yang mendasari transaksi tersebut.
 Transaksi yang melibatkan pihak berelasi yang tidak dikonsolidasi termasuk entitas
bertujuan khusus belum ditelaah atau disetujui secara tepat oleh pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola entitas
Transaksi yang melibatkan pihak berelasi yang tidak teridentifikasi sebelumnya atau
pihak yang tidak memiliki substansi atau kekuatan keuangan untuk mendukung transaksi
tersebut tanpa bantuan dari entitas yang sedang diaudit

2.5 Memutakhirkan Proses Penilaian Resiko


23
Mengevaluasi prosedur analitis dilaksanakan berdekatan dengan akhir audit ketika
membentuk kesimpulan secara keseluruhan tentang konsisten atau tidaknya laporan keuangan
dan pemahaman auditor atas entitas mengindikasikan resiko kesalahan penyajian material yang
diakibatkan oleh kekurangan yang tidak disadari sebelumnya.

Hubungan yang tidak biasa terkait dengan pendapatan dan penghasilan khususnya pada
akhir tahun adalah relevan. Sebagai contoh, penghasilan dalam jumlah besar yang tidak biasa
yang dilaporkan dalam beberapa minggu terakhir periode pelaporan atau transaksi tidak biasa
atau pendapatan yang tidak konsisten dengan kecenderungan arus kas operasi.
Auditor mengevaluasi dampak kesalahan penyajian tersebut dengan aspek aspek audit
lainnya terutama terhadap keandalan representasi dengan menyadari bahwa kecurangan tidaklah
mungkin merupakan suatu kejadian yang berdiri sendiri karena kecurangan melibatkan insentif
atau tekanan. Dengan demikian kesalahan penyajian seperti sejumlah kesalahan penyajian pada
suatu lokasi tertentu walaupun efek komulatif nya tidak material, dapat merupakan indikasi
risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan.
Auditor harus mengevaluasi ulang penilaian resiko kesalahan penyajian material yang
diakibatkan oleh kekurangan dan dampaknya terhadap sifa, saat, dan luas prosedur audit untuk
merespons resiko yang telah ditentukan. Adanya kemungkinan kolusi yang melibatkan
karyawan, manajemen, atau pihak ketiga ketika mempertimbangkan kembali keandalan bukti
yang sebelumnya diperoleh.
Jika auditor menginformasikan bahwa tidak dapat menyimpulkan tentang laporan
keuangan tersebut apakah memiliki kesalahan penyajian secara material atau tidak yang
diakibatkan oleh kecurangan, maka auditor harus mengevaluasi dampaknya terhadap audit. SA
450 dan SA 700 menetapkan ketentuan dan menyediakan panduan atas evaluasi dan tindak lanjut
(disposition) kesalahan penyajian, serta dampaknya terhadap opini auditor dalam laporan auditor.

Auditor Tidak Dapat Melanjutkan Perikatan

Auditor menghadapi keadaan luar biasa yang menyebabkan kemampuan auditor untuk
melanjutkan pelaksanaan audit dipertanyakan, maka auditor harus:

a. Menentukan tanggung jawab profesional dan hukum yang dapat berlaku dalam kondisi
tersebut termasuk Apakah ada ketentuan bagi auditor untuk melapor kepada individu atau
24
kelompok individu yang membuat perjanjian audit atau dalam beberapa kasus kepada
badan pengatur.
b. Mempertimbangkan apakah sudah tepat menarik diri dari perikatan, jika penarikan diri
dimungkinkan oleh perundang-undangan yang berlaku.
c. Jika auditor menarik diri dari perikatan, auditor harus:
i. Membahas dengan tingkat manajemen yang tepat dan pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola tentang penarikan diri auditor dari perikatan dan alasannya.
ii. Menentukan apakah ada ketentuan profesional atau hukum untuk melapor kepada
individu atau kelompok individu yang membuat perjanjian audit atau, dalam beberapa
kasus kepada badan pengatur tentang penarikan diri auditor dari perikatan dan
alasannya.

Contoh kondisi penyimpangan yang dapat terjadi dan dapat mempertanyakan kemampuan
auditor untuk mewujudkan pelaksanaan audit mencakup:

 Entitas tidak melakukan tindakan yang tepat atas kecurangan yang dipandang perlu oleh
auditor dalam kondisi tersebut bahkan ketika kecurangan tersebut tidak material terhadap
laporan keuangan.
 Pertimbangan auditor atas risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh
kecurangan dan Hasil pengujian audit mengindikasikan risiko signifikan atas kecurangan
yang bersifat material dan berdampak luas
 Auditor memiliki kepedulian signifikan atas kompetensi atau integritas manajemen atau
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola

Faktor yang mempengaruhi kesimpulan auditor mencakup implikasi dari keterlibatan


anggota manajemen atau yang bertanggung jawab atas tata kelola dan dampak berkelanjutan
hubungan entitas bagi auditor. Audit memiliki tanggung jawab profesional dan hukum dalam
kondisi tersebut dan tanggung jawab tersebut dapat bervariasi menurut yurisdiksi.

Mengingat sifat kondisi yang menyimpang dan kebutuhan untuk mempertimbangkan


ketentuan hukum, auditor dapat mempertimbangkan bahwa mencari advis hukum merupakan hal
yang tepat ketika memutuskan apakah akan menarik diri dari perikatan dan dalam menentukan
tindakan yang tepat, termasuk kemungkinan untuk melaporkannya kepada pemegang saham
regulator atau pihak lainnya.
25
Representasi Tertulis

Penting bagi auditor untuk mendapatkan representasi tertulis dari manajemen dan jika
relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, yang menyatakan bahwa mereka telah
mengungkapkan kepada auditor hal-hal sebagai berikut:

A. Hasil penilaian manajemen tentang risiko bahwa terdapat kesalahan penyajian material
dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh kecurangan.
B. Pengetahuan mereka tentang kecurangan yang aktual diduga atau dicurigai yang
mempengaruhi entitas
Standar audit (SA 230. 39) menegaskan secara lebih rinci bahwa auditor harus memperoleh
representasi tertulis dari manajemen dan jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola bahwa:
A. Menyatakan tanggung jawab mereka untuk merancang mengimplementasikan dan
memelihara Pengendalian internal untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan.
B. Mereka telah mengungkapkan kepada auditor hasil penilaian manajemen atas risiko
dalam laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material yang diakibatkan
oleh kecurangan
C. Mereka telah mengungkapkan kepada auditor pengetahuan mereka mengenai kecurangan
atau dugaan kecurangan yang mempengaruhi entitas, yang melibatkan:
i. Manajeman,
ii. Karyawan yang memiliki peran signifikan dalam pengendalian internal atau
iii. Karyawan lainnya yang bisa membuat kecurangan mungkin berdampak material
terhadap laporan keuangan
D. Mereka telah mengungkapkan kepada auditor pengetahuan mereka mengenai adanya
dugaan kecurangan yang berdampak terhadap laporan keuangan entitas yang
dikomunikasikan oleh karyawan mantan karyawan analis badan pengatur atau pihak-
pihak lainnya.

Komunikasi Kepada Manajemen dan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola
Komunikasi kepada manajemen, auditor harus mengkomunikasikan dengan segera
kemungkinan kecurangan kepada tingkat manajemen yang tepat dengan tujuan untuk

26
menginformasikan kepada pihak yang memiliki tanggung jawab utama untuk mencegah dan
mendeteksi kecurangan tentang hal-hal yang relevan dengan tanggung jawab mereka.
Penentuan atas tingkatan manajemen yang tepat merupakan pertimbangan profesional dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti kemungkinan kolusi serta sifat dan besaran kecurangan
yang diduga, umumnya tingkatan manajemen yang paling tepat setidaknya adalah satu tingkat
diatas individu yang tampaknya terlibat dalam kecurangan yang diduga.

Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola

Kecuali semua pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola terlibat dalam pengelolaan
entitas dalam auditor telah mengidentifikasi atau menduga adanya kecurangan yang melibatkan:

i. Manajeman,
ii. aryawan yang memiliki peran signifikan dalam pengendalian internal atau
iii. Karyawan lainnya yang bisa membuat kecurangan mungkin berdampak material terhadap
laporan keuangan

Maka auditor harus mengkomunikasikan secara tepat waktu hal tersebut kepada pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola dan membahas dengan mereka tentang sifat, saat, dan luas
prosedur audit yang diperlukan untuk menyelesaikan audit.

Dalam kondisi luar biasa, auditor memiliki keraguan atas integritas atau kejujuran
manajemen, atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, auditor dapat menganggap tepat
untuk meminta advis hukum untuk membantunya dalam menentukan tindakan yang tepat.

Komunikasi Kepada Badan Pengatur dan Penegak Hukum

Meskipun tugas profesional auditor untuk menjaga kerahasiaan informasi klien mungkin
menghalangi pelaporan tersebut, tanggung jawab hukum auditor dapat mengabaikan tugas
menjaga kerahasiaan tersebut dalam beberapa kondisi seperti ketika manajemen dan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola gagal untuk melakukan tindak perbaikan.

Dokumentasi

Standar audit SA 240. Para. 44-47 mengatur tentang dokumentasi yang harus dilakukan
dengan auditor sehubungan dengan kecurangan.

27
1. Berkaitan dengan pemahaman auditor atas entitas dan lingkungannya sesuai SA 315:
 Keputusan signifikan yang dicapai selama pembahasan di antara tim perikatan terkait
dengan dugaan kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan entitas yang
diakibatkan oleh kekurangan, dan
 Resiko kesalahan penyajian material yang telah diidentifikasi dan ditentukan sebagai
akibat oleh kecurangan pada tingkat laporan keuangan dan asersi.
2. Berkaitan dengan respon auditor atas resiko sesuai dengan SA 330:
 Respons keseluruhan terhadap resiko kesalahan penyajian material yang telah
ditentukan yang diakibatkan oleh kekurangan pada tingkat laporan keuangan dan sifat
saat dan luas prosedur audit serta asersi.
 Hasil pelaksanaan Prosedur audit tersebut termasuk Prosedur audit yang dirancang
untuk merespons resiko pengabaian pengendalian oleh manajemen.
3. Berkaitan dengan pengomunikasian kecurangan, auditor harus memasukkan dalam
dokumentasi audit komunikasi tentang kecurangan yang telah dilakukan dengan
manajemen pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola badan pengatur dan pihak-
pihak lainnya.

2.6 Area Risiko Kecurangan Spesifik


Risiko Kecurangan Pendapatan dan Piutang Usaha
Akun pendapatan dan piutang usaha yang bersangkutan serta kas sangat rentan terhadap
manipulasi dan pencurian. Karena penjualan seringkali dilakukan secara tunai atau segera bisa
dikonversikan ke kas, maka kas juga sangat rentan terhadap pencurian.
Pelaporan Keuangan yang Mengandung Kecurangan untuk Pendapatan
IFRS menerbitkan pedoman untuk pengakuan pendapatan. Alasan yang membuat
pendapatan rentan terhadap manipulasi adalah karena pendapatan merupakan akun terbesar
dalam laporan laba rugi, sehingga oleh karenanya suatu persentase yang kecil dalam kesalahan
penyajian pendapatan masih dapat berpengaruh besar terhadap laba. Suatu pelaporan lebih saji
pendapatan seringkali meningkatkan laba bersih dengan jumlah yang sama karena harga pokok
penjualan yang bersangkutan biasanya tidak diakui dalam pengakuan pendapatan fiktif atau
prematur.

28
Perkembangan pendapatan seringkali merupakan indikator kunci kinerja bagi para analis
dan investor sehingga menjadi pendorong yang besar untuk menggelembungkan pendapatan.
Alasan lainnya adalah karena dalam banyak situasi terdapat kesulitan dalam penentuan saat yang
tepat untuk mengakui pendapatan.

Ada tiga tipe utama manipulasi pendapatan yaitu

1. Pendapatan fiktif
2. engakuan pendapatan prematur
3. Manipulasi penyesuaian terhadaap pendapatan

Pendapatan Fiktif, dengan menciptakan transaksi pendapatan yg sebenarnya tidak ada.

Pengakuan Pendapatan Prematur

Perusahaan sering mempercepat saat pengakuan pendapatan untuk memenuhi tujuan


pencapaian laba atau memenuhi peramalan penjualan. Seperti penjualan yang seharusnya dicatat
tahun depan tetapi dicatat sebagai penjualan periode kini. Salah satu metode kecurangan melalui
percepatan pendapatan adalah dengan melanggar aturan akuntansi dengan cara yang disebut
penjualan Bill-and-hold, yaitu penjualan akan diakui pada saat barang dikirim. Selain itu, metode
lain kecurangan adalah dengan cara menerbitkan perjanjian tambahan untuk memodifikasi syarat
dalam transaksi penjualan.

Manipulasi Penyesuaian atas Pendapatan

Penyesuaian yang paling sering dilakukan terhadap pendapatan adalah yang berkaitan
dengan retur dan pengurangan harga penjualan, menyembunyikan data penjualan dari auditor
sehingga dapat menaikkan penjualan bersih dan laba. Dalam hal ini dikarenakan aset diakui
namun penurunan dalam akun piutang usaha tidak dilakukan. Perusahaan bisa juga mengecilkan
jumlah beban kerugian piutang karena diperlukan pertimbangan yang signifikan untuk
menentukan jumlah yang benar yang biasanya tergantung pada umur dan kualitas piutang usaha
sehingga banyak perusahaan yang mengubah umur piutang usaha seperti tampak lebih pendek
dari sesungguhnya.
Tanda peringatan untuk kecurangan pendapatan 2 diantaranya yang paling berguna adalah
prosedur analitis dan ketidakcocokan dokumen. Prosedur analitis memberi peringatan tentang
adanya kecurangan pendapatan terutama analisis persentase laba kotor dan kecepatan perputaran
29
piutang usaha. Dalam kecurangan tertentu, manajemen membuat pendapatan fiktif agar hasil
prosedur analitis misalnya besarnya laba kotor sama dengan tahun sebelumnya.
Ketidakcocokan dokumen transaksi fiktif jarak memiliki bukti dokumen dengan tingkat
keabsahan yang sama dengan transaksi yang sah. Auditor harus waspada dengan tanda-tanda
tidak lazim dan perubahan dalam dokumen dan sebaiknya mengandalkan pada dokumen asli
bukan pada dokumen duplikat.

Penggelapan Penerimaan Menyangkut Pendapatan

Tidak mencatat penjualan dan penerimaan kas dari penjualan kemudian dicuri. kecurangan
semacam ini akan lebih mudah dideteksi apabila barang dijual kepada konsumen secara kredit.

Pencurian penerimaan kas setelah penjualan dicatat

Untuk kasus ini, apabila pembayaran dari konsumen dicuri, bagian penagihan akan dengan
cepat menemukan adanya kecurangan, untuk itu biasanya pelaku menyembunyikan pencurian
dengan menurunkan jumlah dalam akun pelanggan dengan salah satu dari tiga cara berikut:
1. Mencatat suatu retur atau pengurangan harga penjualan
2. Menghapus akun pada pelanggan
3. Menerapkan pembayaran dari pelanggan yang satu ke akun pelanggan yang lain yang
biasa disebut lapping.

Tanda peringatan penggelapan pendapatan dan penerimaan kas

Untuk mendeteksi kecurangan yang lebih besar prosedur analitis dan pembandingan
lainnya dapat digunakan.

Resiko Kekurangan Persediaan

Persediaan seringkali merupakan akun terbesar dan auditor sering menghadapi masalah
dalam memeriksa keberadaan dan penilaian persediaan.

Resiko Pelaporan Keuangan Mengandung Kecurangan untuk Persediaan

Persediaan fiktif, perusahaan besar memiliki aneka ragam persediaan yang berada di lokasi
yang tersebar sehingga membuat perusahaan seperti itu menjadi mudah untuk menambahkan
persediaan fiktif pada catatan akuntansi nya.

30
Dalam beberapa kasus yang melibatkan presiden fiktif, auditor memberikan informasi di
muka kepada klien tentang lokasi persediaan yang akan diuji sehingga mudah bagi klien untuk
memindahkan barang ke lokasi yang akan diuji.

Tanda peringatan untuk kecurangan persediaan

Prosedur analitis adalah salah satu teknik yang berguna untuk mendeteksi kecurangan
persediaan. Prosedur analitis terutama persentase laba kotor dan kecepatan perputaran persediaan
sering membantu dalam mengungkapkan kekurangan persediaan. Persediaan fiktif membuat
harga pokok penjualan menjadi lebih rendah dan akibatnya membuat laba kotor menjadi lebih
tinggi presiden fiktif juga membuat kecepatan perputaran menjadi lebih rendah.

Risiko Kecurangan Pembelian dan Utang Usaha

Pelaporan kurang saji utang usaha biasanya mengakibatkan pembelian dan harga pokok
penjualan menjadi lebih rendah dan laba bersih menjadi lebih tinggi. Resiko pelaporan keuangan
yang mengandung kecurangan yaitu tidak mencatat utang usaha hingga periode berikutnya atau
dengan mencatat pengurangan fiktif atas utang usaha. Hal ini relatif mudah untuk diperiksa
apabila perusahaan memeriksa penggunaan laporan penerimaan barang yang bernomor urut
tercetak.

Dalam situasi semacam itu bukti analitis seperti misalnya perubahan rasio yang tidak biasa
bisa menjadi petunjuk bahwa utang usaha dilaporkan lebih rendah. Perusahaan sering memiliki
kesepakatan yang kompleks dengan pemasok yang mengakibatkan pengurangan utang usaha
untuk pemasangan advertensi yang telah dilakukan perusahaan dan pengurangan pengurangan
harga lainnya. Seumlah perusahaan menggunakan pengurangan fiktif atas utang usaha untuk
membuat laba bersih menjadi lebih tinggi. Kecurangan dalam siklus pembelian dan pembayaran
dilakukan dengan pembayaran kepada pemasok fiktif dan menyetorkan kas ke akun fiktif.

Area Lain Risiko Kecurangan

Aset tetap perusahaan bisa mengkapitalisasi beban reparasi atau beban operasi lainnya
sebagai aset tetap juga karena nilainya yang tinggi dan kemudahan untuk dijual aset tetap sering
menjadi target pencurian.

31
Beban gaji perusahaan bisa melaporkan persediaan dan laba bersih dengan jumlah yang
lebih tinggi dengan cara menambahkan beban gaji pada persediaan pegawai perusahaan kadang-
kadang juga digunakan untuk mengkonstruksi aset tetap. Dua area kecurangan yang sering
dijumpai adalah menciptakan karya karyawan fiktif dan menggelembungkan jam kerja
karyawan.

32
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dua jenis kecurangan yang harus dipertimbangkan auditor ketika audit laporan keuangan,
yaitu pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan dan perlakuan tidak semestinya
terhadap aset. Auditor bertanggung jawab untuk mendapatkan keyakinan memadai bahwa
kesalahan penyajian material terdeteksi baik yang diakibatkan oleh kesalahan maupun
kecurangan dengan mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan pada setiap audit
dan mengembangkan respons yang tepat untuk mengidentifikasi risiko kecurangan. Apabila
auditor mencurigai adanya kecurangan maka auditor harus mengumpulkan bukti tambahan
dengan cara meminta keterangan dan bertanggung jawab untuk melakukan sejumlah komunikasi
tentang kecurangan yang dicurigai dengan manajemen senior dan pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola dengan memperhatikan beberapa akun yang rentan dengan pencurian dan
kecurangan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. (2011). Auditing Ed. II. Jakarta: Salemba Empat.

Standar Audit 200. Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit
Berdasarkan Standar Audit. Retrieved Februari 24, 2020. From https://iapi.or.id/Iapi/detail/362

34

Anda mungkin juga menyukai