SOAL:
1. Menurut Saudara dalam mata kuliah ini, apa hubungan ilmu akuntansi, hukum dan audit?,
berikan pendapat dan kaitannya untuk membedah kasus Fraud (bobot 20).
2. Sebagian syarat auditor forensik adalah rasa ingin tahu yg lebih (profesional skepticism)
dan sifat pantang menyerah (persistent), apakah itu cukup?, bila tidak syarat apalagi yang
diperlukan?, berikan penjelasan masing-masing syarat itu. (bobot 20).
3. Dalam konsep Triangle Fraud, terdapat motif-motif yang mendasar orang melakukan
kecurangan, sebut dan jelaskan morif tersebut dan bagaimana cara mencegah
(meminimalisir) motif tersebut. (bobot 20)
4. Farud seperti gunung es, yang kelihatan seolah-olah besar tetapi sesungguhnya dibawah
permukaan gunung es tersebut lebih besar lagi kasusnya, hanya menunggu bom waktu
saja, setuju?, kasus di atas sesungguhnya erat hubungannya dengan pengendalian intern,
menurut COSO, dalam pengendalian intern, syarat dan ketentuan yang berlaku harus
dipenuhi apabila fraud ingin diminimalisir, sebut dan jelaskan syarat tersebut. (bobot 20)
Jawab :
1. Akuntansi forensic merupakan ilmu yang menghubungkan antara ilmu akuntansi, hukum,
dan audit.
Akuntan forensik membantu para ahli dan praktisi hukum dalam mengumpulkan bukti
dan barang bukti untuk menentukan hubungan kausalitas tersebut.Segitiga akuntansi
forensik, selain menjelaskan hubungan kausalitas antara kerugian dengan perbuatan
melawan hukum, juga menjelaskan hubungan antara ilmu akuntansi, hukum, dan
auditing.
. Seorang akuntan forensik atau yang disebut juga auditor forensik akan menggunakan
keahliannya dalam ilmu akuntansi dan auditing untuk memeriksa catatan dan akan
melakukan pemeriksaan sebagaimana tugas seorang auditor pada umumnya. Tugas
seorang akuntan forensik sangat penting guna mencari bukti akurat tentang kebenaran
terjadinya suatu fraud, motif fraud, skema fraud, dan kemana saja dana hasil fraud
1
mengalir. Bukti tersebut digunakan sebagai alat bagi akuntan forensik dalam melakukan
2
a. Pelaksanaan SOP yang ketat.
b. Melakukan audit secara teratur.
c. Memperbaiki kultur perusahaan.
d. Pemakaian software yang accountable.
e. Menggunakan sistem pengendalian internal yang baik.
3
Kita dapat ilustrasikan dalam kasus pengadaan barang dan jasa:
Apabila suatu kasus yaitu kasus tentang pengadaan barang dan jasa maka modus
operandi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Menyuap
Menggabungkan paket pekerjaan/pengadaan (seharusnya dilakukan oleh usaha
mikro dan usaha kecil/korporasi)
Memecah paket pekerjaan/pengadaan (untuk menghindari pelelangan)
Penunjukkan langsung
Merekayasa tender
Memalsukkan dokumen
Menggelembungkan harga
Mensubkontrakkan seluruh pekerjaan
Membuat spek yang mengarah kepada rekanan tertentu
Membuat syarat tender untuk membatasi peserta lelang
Mengurangi kuantitas dan kualitas barang/jasa
Pengadaan fiktif
Salah merancang kontrak (seharusnya dengan kontrak unit price/untuk
pekerjaan yang kuantitasnya tidak dapat diperkirakan secara akurat tapi
dilaksanakan dengan kontrak lumpsum)
Kontrak tanpa tersedia anggaran
HPS terlalu tinggi