Anda di halaman 1dari 4

Universitas Budi Luhur

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) GANJIL


TAHUN AJARAN 2021/2022

Mata Ujian : Aktuntansi Forensik dan Kelompok : EA – 0921


Audit Investigasi
Hari/Tanggal : Kamis, 25 Nopember 2021 Waktu :-
Dosen : Isa Ansori, SE, Ak, M.Akt, CA Metode :-

Nama : Rafli Al Fayyad


NIM : 1832500506

SOAL:

1. Menurut Saudara dalam mata kuliah ini, apa hubungan ilmu akuntansi, hukum dan audit?,
berikan pendapat dan kaitannya untuk membedah kasus Fraud (bobot 20).

2. Sebagian syarat auditor forensik adalah rasa ingin tahu yg lebih (profesional skepticism)
dan sifat pantang menyerah (persistent), apakah itu cukup?, bila tidak syarat apalagi yang
diperlukan?, berikan penjelasan masing-masing syarat itu. (bobot 20).

3. Dalam konsep Triangle Fraud, terdapat motif-motif yang mendasar orang melakukan
kecurangan, sebut dan jelaskan morif tersebut dan bagaimana cara mencegah
(meminimalisir) motif tersebut. (bobot 20)

4. Farud seperti gunung es, yang kelihatan seolah-olah besar tetapi sesungguhnya dibawah
permukaan gunung es tersebut lebih besar lagi kasusnya, hanya menunggu bom waktu
saja, setuju?, kasus di atas sesungguhnya erat hubungannya dengan pengendalian intern,
menurut COSO, dalam pengendalian intern, syarat dan ketentuan yang berlaku harus
dipenuhi apabila fraud ingin diminimalisir, sebut dan jelaskan syarat tersebut. (bobot 20)

5. Sesungguhnya metodologi audit investigasi sama dengan metodologi skripsi yaitu


menjelaskan modus (pokok bahasan) yang menjadi niat si pelaku tindak kejahatan, sebut
dan berikan penjelasan serta contoh sederhana untuk kasus tersebut atau boleh juga pokok
bahasan contoh skripsi Saudara. (bobot 20)

Jawab :
1. Akuntansi forensic merupakan ilmu yang menghubungkan antara ilmu akuntansi, hukum,
dan audit.
Akuntan forensik membantu para ahli dan praktisi hukum dalam mengumpulkan bukti
dan barang bukti untuk menentukan hubungan kausalitas tersebut.Segitiga akuntansi
forensik, selain menjelaskan hubungan kausalitas antara kerugian dengan perbuatan
melawan hukum, juga menjelaskan hubungan antara ilmu akuntansi, hukum, dan
auditing.
. Seorang akuntan forensik atau yang disebut juga auditor forensik akan menggunakan
keahliannya dalam ilmu akuntansi dan auditing untuk memeriksa catatan dan akan
melakukan pemeriksaan sebagaimana tugas seorang auditor pada umumnya. Tugas
seorang akuntan forensik sangat penting guna mencari bukti akurat tentang kebenaran
terjadinya suatu fraud, motif fraud, skema fraud, dan kemana saja dana hasil fraud

1
mengalir. Bukti tersebut digunakan sebagai alat bagi akuntan forensik dalam melakukan

pembuktian fraud di pengadilan.


.
2. Rasa ingin tahu yg lebih (profesional skepticism) dan sifat pantang menyerah
(persistent), tidak cukup sebagai syarat menjadi auditor forensik. Syarat lain
yang dibutuhkan adalah :
a. Kreatif: kemampuan untuk melihat sesuatu yang orang lain menganggap
situasi bisnis normal dan mempertimbangkan interpretasi lain, yakni bahwa
itu tidak perlu merupakan situasi bisnis yang normal.
b. Akal sehat: kemampuan untuk mempertahankan perspektif dunia nyata. Ada
yang menyebutnya perspektif anak jalanan yng mengerti betul kerasnya
kehidupan.
c. Business sense: kemampuan untuk memahami bagaimana bisnis
sesungguhnya berjalan, dan bukan sekedar memahami bagaimana
transaksi dicatat
d. Percaya diri: kemampuan untuk mempercayai diri dan temuan kita sehingga
kita dapat bertahan di bawah cross examination (pertanyaan silang dari
jaksa penuntut umum dan pembela).

3. Fraud Triangle menunjukkan bahwa seseorang melakukan kecurangan


didasarkan atas 3 faktor tersebut, yaitu:
1) Pressure (tekanan). Cressey mempercayai bahwa pelaku kecurangan
bermula dari suatu tekanan yang menghimpitnya. Pelaku mempunyai
kebutuhan keuangan yang mendesak, yang tidak diceritakan kepada orang
lain. Konsep yang penting disini adalah tekanan yang menghimpit hidupnya
(kebutuhan akan uang), padahal ia tidak bisa berbagi dengan orang lain.
2) Opportunity (Kesempatan). Pelaku kecurangan memiliki persepsi bahwa ada
peluang baginya untuk melakukan kejahatan tanpa diketahui orang lain.
Cressey berpendapat bahwa ada dua komponen dari persepsi tentang
peuang. Yang pertama, general information, yang merupakan pengetahuan
bahwa kedudukan yang mengandung trust atau kepercayaan, dapat
dilanggar tanpa konsekuensi. Pengetahuan ini dapat diperoleh dari apa yang
ia dengar atau yang ia lihat. Kedua adalah technical skill atau
keahlian/keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kecurangan
tersebut.
3) Razionalization atau mencari pembenaran sebelum melakukan kecurangan
bukan sesudah. Pembenaran merupakan bagian yang harus ada di dalam
tindakan kejahatan itu sendir, bahkan merupakan bagian dari motivasi
pelaku.
Sebagai bentuk pencegahan, berikut ini 5 cara mencegahfraud dalam
perusahaan :

2
a. Pelaksanaan SOP yang ketat.
b. Melakukan audit secara teratur.
c. Memperbaiki kultur perusahaan.
d. Pemakaian software yang accountable.
e. Menggunakan sistem pengendalian internal yang baik.

4. Sistem pengendalian internal merupakan suatu proses yang melibatkan dewan


komisaris, manajemen, dan personil lain, yang dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai tentang pencapaian tiga tujuan berikut ini:
 Efektivitas dan efisiensi operasi
 Keandalan pelaporan keuangan
 Kepetuhan kerhadap hukum dan peraturan yang berlaku).
Komponen-komponen pengendalian internal menurut COSO antara lain:
1) A control environment (lingkungan pengendalian). 
Merupakan tanggung jawab manajemen puncak untuk menyatakan dengan
jelas nilai-nilai integritas dan kegiatan tidak etis yang tidak dapat ditoleransi.
2) Risk assessment (penaksiran resiko).
Perusahaan harus mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang
menciptakan resiko bisnis dan harus menentukan bagaimana caranya
mengelola resiko tersebut.
3) Control activities (kegiatan pengendalian).
Untuk mengurangi terjadinya kecurangan, manajemen harus merancang
kebijakan dan prosedur untuk mengidentifikasi resiko tertentu yang dihadapi
perusahaan.
4) Information and  communication (informasi dan komunikasi).
Sistem pengendalian internal harus dikomunikasikan dan diinfokan kepada
seluruh karyawan perusahaan dari atas hingga bawah.
5) Monitoring (pemantauan).
Sistem pengendalian internal harus dipantau secara berkala. Apabila terjadi
kekurangan yang signifikan, harus segera dilaporkan kepada manajemen
puncak and ke dewan komisaris.

5. Audit investigatif merupakan metodologi atau teknik menjelaskan modus yang


menjadi niat si pelaku fraud/kecurangan. Seorang akuntan forensik pada
umumnya dalam investigasi akan melakukan mapping, hal ini guna menjawab
pertanyaan mengenai fraud serta dapat membantu memberikan jawaban.
Mapping menyajikan secara sistematis yaitu 5W + 1H:
a. Apa sebenarnya yang terjadi, siapa pelakunya, bagaimana modusnya.
b. Berapa kerugian yang diderita, faktor apa saja yang mendorong terjadinya
kasus, faktor penyebab pokok apa saja serta penjelasan lain yang dapat
lebih menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi.

3
Kita dapat ilustrasikan dalam kasus pengadaan barang dan jasa:
Apabila suatu kasus yaitu kasus tentang pengadaan barang dan jasa maka modus
operandi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
 Menyuap
 Menggabungkan paket pekerjaan/pengadaan (seharusnya dilakukan oleh usaha
mikro dan usaha kecil/korporasi)
 Memecah paket pekerjaan/pengadaan (untuk menghindari pelelangan)
 Penunjukkan langsung
 Merekayasa tender
 Memalsukkan dokumen
 Menggelembungkan harga
 Mensubkontrakkan seluruh pekerjaan
 Membuat spek yang mengarah kepada rekanan tertentu
 Membuat syarat tender untuk membatasi peserta lelang
 Mengurangi kuantitas dan kualitas barang/jasa
 Pengadaan fiktif
 Salah merancang kontrak (seharusnya dengan kontrak unit price/untuk
pekerjaan yang kuantitasnya tidak dapat diperkirakan secara akurat tapi
dilaksanakan dengan kontrak lumpsum)
 Kontrak tanpa tersedia anggaran
 HPS terlalu tinggi

Anda mungkin juga menyukai