Anda di halaman 1dari 11

1 Bacalah teks berikut untuk mengerjakan soal nomor 1-7 Jawaban: B.

Penduduk B
kota
Surabaya mengeluarkan
rata-rata Rp277 ribu per
bulan untuk ART.
Pembahasan:
Berdasarkan teks
tersebut, pernyataan yang
seharusnya benar adalah
Penduduk kota
Surabaya mengeluarkan
rata-rata Rp180 ribu per
bulan untuk ART

Mobilitas tinggi membuat masyarakat di kota-kota besar


butuh tangan ekstra. Asisten Rumah Tangga (ART) jadi solusi untuk
urusan logistik di hunian. Mulai bersih-bersih hingga
memasak. Lokadata.id mengolah data pengeluaran untuk ART dari
Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2019. Sesuai metode
hitung Badan Pusat Statistik, total pengeluaran rumah tangga untuk
ART dibagi dengan populasi rumah tangga, baik yang mempekerjakan
ART maupun tidak.
Hasil olah data menunjukkan, rumah tangga di Jakarta
Selatan dalam sebulan rata-rata merogoh kocek sebesar Rp277 ribu.
Bergeser ke Jawa Timur tepatnya di Kota yang
sebagian penduduknya berjuluk crazy rich Surabayan ini rata-rata
mengeluarkan Rp180 ribu tiap bulan untuk ART. Tidak setiap rumah
mempekerjakan ART. Bisa karena persoalan biaya atau karena
kebiasaan. Pada keluarga milenial, mengurus rumah beserta isinya
bukan hanya tanggung jawab gender tertentu, melainkan bersama.

Berdasarkan pemahaman kamu terhadap bacaan tersebut.


Manakah pernyataan yang tidak tepat?

A. Kebutuhan ART tinggi di kota-kota besar.


B. Penduduk Kota Surabaya mengeluarkan rata-rata Rp277
ribu per bulan untuk ART.

C. Tidak semua rumah mempekerjakan ART karena persoalan


biaya maupun kebiasaan.

D. Penduduk Kota Surabaya dijuluki sebagai crazy rich


Surabayan.

E. Tugas ART cukup beragam mulai dari bersih-bersih hingga


memasak.
2 Bacalah teks berikut untuk mengerjakan soal nomor 1-7 Jawaban: B. Kota B
Surabaya akan turun satu
peringkat sebagai wilayah
dengan rata-rata biaya
pengeluaran untuk ART
tertinggi di Indonesia.
Berdasarkan grafik
tersebut, jika jumlah rata-
rata biaya untuk ART di
Kota Sukabumi bertambah
sebesar Rp50 ribu, maka
Kota Sukabumi akan naik
ke peringkat ke-2 dan
menyebabkan Kota
Surabaya turun satu
peringkat ke peringkat 4.

Mobilitas tinggi membuat masyarakat di kota-kota besar


butuh tangan ekstra. Asisten Rumah Tangga (ART) jadi solusi untuk
urusan logistik di hunian. Mulai bersih-bersih hingga
memasak. Lokadata.id mengolah data pengeluaran untuk ART dari
Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2019. Sesuai metode
hitung Badan Pusat Statistik, total pengeluaran rumah tangga untuk
ART dibagi dengan populasi rumah tangga, baik yang mempekerjakan
ART maupun tidak.
Hasil olah data menunjukkan, rumah tangga di Jakarta
Selatan dalam sebulan rata-rata merogoh kocek sebesar Rp277 ribu.
Bergeser ke Jawa Timur tepatnya di Kota yang
sebagian penduduknya berjuluk crazy rich Surabayan ini rata-rata
mengeluarkan Rp180 ribu tiap bulan untuk ART. Tidak setiap rumah
mempekerjakan ART. Bisa karena persoalan biaya atau karena
kebiasaan. Pada keluarga milenial, mengurus rumah beserta isinya
bukan hanya tanggung jawab gender tertentu, melainkan bersama.

Berdasarkan grafik di atas, berikut adalah kemungkinan jika jumlah


rata-rata biaya untuk ART di Kota Sukabumi bertambah sebesar Rp50
ribu ...

A. Kota Tangerang Selatan akan tetap menempati posisi ke-5


sebagai wilayah dengan rata-rata biaya pengeluaran untuk
ART tertinggi di Indonesia.

B. Kota Surabaya akan turun satu peringkat sebagai wilayah


dengan rata-rata biaya pengeluaran untuk ART tertinggi di
Indonesia.
C. Kota Bekasi akan menempati posisi ke-5 sebagai wilayah
dengan rata-rata biaya pengeluaran untuk ART tertinggi di
Indonesia.

D. Kota Sukabumi akan naik empat peringkat sebagai wilayah


dengan rata-rata biaya pengeluaran untuk ART tertinggi di
Indonesia.

E. Kota Surakarta akan menempati posisi ke-9 sebagai wilayah


dengan rata-rata biaya pengeluaran untuk ART tertinggi di
Indonesia.

3 Bacalah teks berikut untuk mengerjakan soal nomor 1-7 Jawaban: A. Rata-rata A
pengeluaran untuk ART
Kota Bogor naik sebesar
Rp41 ribu.
Pembahasan:
Berdasarkan grafik
tersebut Kota Bogor akan
berada di urutan ketiga
setelah mengalami
kenaikan rata-rata
pengeluaran untuk ART
sebesar Rp41 ribu menjadi
Rp181 ribu

Mobilitas tinggi membuat masyarakat di kota-kota besar


butuh tangan ekstra. Asisten Rumah Tangga (ART) jadi solusi untuk
urusan logistik di hunian. Mulai bersih-bersih hingga
memasak. Lokadata.id mengolah data pengeluaran untuk ART dari
Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2019. Sesuai metode
hitung Badan Pusat Statistik, total pengeluaran rumah tangga untuk
ART dibagi dengan populasi rumah tangga, baik yang mempekerjakan
ART maupun tidak.
Hasil olah data menunjukkan, rumah tangga di Jakarta
Selatan dalam sebulan rata-rata merogoh kocek sebesar Rp277 ribu.
Bergeser ke Jawa Timur tepatnya di Kota yang
sebagian penduduknya berjuluk crazy rich Surabayan ini rata-rata
mengeluarkan Rp180 ribu tiap bulan untuk ART. Tidak setiap rumah
mempekerjakan ART. Bisa karena persoalan biaya atau karena
kebiasaan. Pada keluarga milenial, mengurus rumah beserta isinya
bukan hanya tanggung jawab gender tertentu, melainkan bersama.

Berdasarkan grafik di atas, Kota Bogor akan menempati posisi ketiga


jika ...

A. Rata-rata pengeluaran untuk ART Kota Bogor naik sebesar


Rp41 ribu.
B. Rata-rata pengeluaran untuk ART Kota Surabaya turun
sebesar Rp41 ribu.

C. Kota Bekasi dan Sukabumi mengalami penurunan masing-


masing sebesar Rp20 ribu

D. Kota Bogor dan Depok mengalami kenaikan masing-masing


sebesar Rp20 ribu

E. Kota Jakarta Pusat dan Tangerang Selatan mengalami


penurunan masing-masing sebesar Rp20 ribu

4 Bacalah teks berikut untuk mengerjakan soal nomor 1-7 Jawaban: D. Kota Depok D
akan menjadi peringkat
ke-10 sebagai wilayah
dengan rata-rata biaya
pengeluaran untuk ART
tertinggi di Indonesia.
Pembahasan:
Jika Kota Surakarta
mengeluarkan rata-rata
biaya untuk ART sebesar
Rp155 ribu, maka Kota
Surakarta akan
menempati posisi ke-5
sebagai wilayah dengan
rata-rata biaya
pengeluaran untuk ART
tertinggi di Indonesia dan
Kota Tangerang Selatan
sampai Kota Depok akan
mengalami penurunan 1
tingkat. Sehingga Kota
Depok akan menempati
Mobilitas tinggi membuat masyarakat di kota-kota besar
posisi ke-10.
butuh tangan ekstra. Asisten Rumah Tangga (ART) jadi solusi untuk
urusan logistik di hunian. Mulai bersih-bersih hingga
memasak. Lokadata.id mengolah data pengeluaran untuk ART dari
Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2019. Sesuai metode
hitung Badan Pusat Statistik, total pengeluaran rumah tangga untuk
ART dibagi dengan populasi rumah tangga, baik yang mempekerjakan
ART maupun tidak.
Hasil olah data menunjukkan, rumah tangga di Jakarta
Selatan dalam sebulan rata-rata merogoh kocek sebesar Rp277 ribu.
Bergeser ke Jawa Timur tepatnya di Kota yang
sebagian penduduknya berjuluk crazy rich Surabayan ini rata-rata
mengeluarkan Rp180 ribu tiap bulan untuk ART. Tidak setiap rumah
mempekerjakan ART. Bisa karena persoalan biaya atau karena
kebiasaan. Pada keluarga milenial, mengurus rumah beserta isinya
bukan hanya tanggung jawab gender tertentu, melainkan bersama.

Berdasarkan grafik di atas, jika Kota Surakarta mengeluarkan rata-


rata biaya untuk ART sebesar Rp155 ribu, maka ...
A. Kota Surabaya akan menjadi peringkat ke-4 sebagai wilayah
dengan rata-rata biaya pengeluaran untuk ART tertinggi di
Indonesia.

B. Kota Bekasi akan menjadi peringkat ke-5 sebagai wilayah


dengan rata-rata biaya pengeluaran untuk ART tertinggi di
Indonesia.

C. Kota Depok akan tetap menjadi peringkat ke-9 sebagai


wilayah dengan rata-rata biaya pengeluaran untuk ART
tertinggi di Indonesia.

D. Kota Depok akan menjadi peringkat ke-10 sebagai wilayah


dengan rata-rata biaya pengeluaran untuk ART tertinggi di
Indonesia.

E. Kota Jakarta Barat akan menjadi peringkat ke-1 sebagai


wilayah dengan rata-rata biaya pengeluaran untuk ART
tertinggi di Indonesia.

5 Bacalah teks berikut untuk mengerjakan soal nomor 1-7 Jawaban: D. 48 ribu D
Pembahasan:
Jawa Timur: 180 ribu
Jawa Tengah: 132 ribu
Selisih: 48 ribu

Mobilitas tinggi membuat masyarakat di kota-kota besar


butuh tangan ekstra. Asisten Rumah Tangga (ART) jadi solusi untuk
urusan logistik di hunian. Mulai bersih-bersih hingga
memasak. Lokadata.id mengolah data pengeluaran untuk ART dari
Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2019. Sesuai metode
hitung Badan Pusat Statistik, total pengeluaran rumah tangga untuk
ART dibagi dengan populasi rumah tangga, baik yang mempekerjakan
ART maupun tidak.
Hasil olah data menunjukkan, rumah tangga di Jakarta
Selatan dalam sebulan rata-rata merogoh kocek sebesar Rp277 ribu.
Bergeser ke Jawa Timur tepatnya di Kota yang
Sebagian penduduknya berjuluk crazy rich Surabayan ini rata-rata
mengeluarkan Rp180 ribu tiap bulan untuk ART. Tidak setiap rumah
mempekerjakan ART. Bisa karena persoalan biaya atau karena
kebiasaan. Pada keluarga milenial, mengurus rumah beserta isinya
bukan hanya tanggung jawab gender tertentu, melainkan bersama.

Berdasarkan pemahaman kamu terhadap bacaan tersebut.


Manakah pernyataan yang tepat ?

A. 58 ribu
B. 50 ribu
C. 52 ribu
D. 48 ribu
E. 42 ribu
6 Bacalah teks berikut untuk mengerjakan soal nomor 8-14 Jawaban: C. Daya tarik C
nasi putih menyusut saat
momen Lebaran.
Pembahasan:
Berdasarkan teks
tersebut, daya tarik nasi
putih menyusut saat
Lebaran karena kalah
glamor oleh ketupat dan
lontong.

Daya tarik nasi putih seperti menyusut saat Lebaran. Seolah


kalah glamor dengan berbagai aneka penganan, kue, opor ayam, dan
pendamping lain, juga kalah bentuk dari ketupat dan lontong. Saat
Lebaran, cukup mudah menemukan ketupat dan lontong, dari rumah
hingga pasar. Pengganti nasi yang dipadu padankan dengan berbagai
jenis lauk dan kudapan sesuai selera. Dalam
pantauan Lokadata.id dari data Susenas 2019 (Survei Sosial Ekonomi
Nasional), BPS (Badan Pusat Statistik), konsumsi ketupat dan lontong
merata di semua wilayah Indonesia. Juga tidak hanya dikonsumsi saat
Lebaran saja, juga hari biasa lain.
Setahun terakhir rata-rata konsumsi ketupat dan lontong
untuk rumah tangga tertinggi adalah provinsi Sumatra Barat, yakni
sekitar sebesar 19,6 porsi setiap bulan. Sedangkan yang terendah
konsumsinya di NTT (Nusa Tenggara Timur) yakni 0,03 Porsi sebulan.
Sedangkan DKI Jakarta berada di peringkat tujuh dengan tingkat
konsumsi mencapai 5,2 porsi per bulan.

Manakah pernyataan yang tepat berdasarkan teks tersebut?

A. Ketupat dan lontong sulit ditemukan saat momen Lebaran.


B. Ketupat dan lontong jarang dikonsumsi saat hari biasa.
C. Daya tarik nasi putih menyusut saat momen Lebaran.
D. Konsumsi ketupat dan lontong tidak merata saat Lebaran.
E. Wilayah dengan rata-rata konsumsi ketupat dan lontong
tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur.

7 Bacalah teks berikut untuk mengerjakan soal nomor 8-14 Jawaban: A. Maluku A
Utara menjadi provinsi
terendah dalam hal
konsumsi ketupat dan
lontong.
Pembahasan:
Berdasarkan data grafik di
atas, provinsi terendah
dalam hal konsumsi
ketupat dan lontong
adalah Nusa Tenggara
Timur.

Daya tarik nasi putih seperti menyusut saat Lebaran. Seolah


kalah glamor dengan berbagai aneka penganan, kue, opor ayam, dan
pendamping lain, juga kalah bentuk dari ketupat dan lontong. Saat
Lebaran, cukup mudah menemukan ketupat dan lontong, dari rumah
hingga pasar. Pengganti nasi yang dipadu padankan dengan berbagai
jenis lauk dan kudapan sesuai selera. Dalam
pantauan Lokadata.id dari data Susenas 2019 (Survei Sosial Ekonomi
Nasional), BPS (Badan Pusat Statistik), konsumsi ketupat dan lontong
merata di semua wilayah Indonesia. Juga tidak hanya dikonsumsi saat
Lebaran saja, juga hari biasa lain.
Setahun terakhir rata-rata konsumsi ketupat dan lontong
untuk rumah tangga tertinggi adalah provinsi Sumatra Barat, yakni
sekitar sebesar 19,6 porsi setiap bulan. Sedangkan yang terendah
konsumsinya di NTT (Nusa Tenggara Timur) yakni 0,03 Porsi sebulan.
Sedangkan DKI Jakarta berada di peringkat tujuh dengan tingkat
konsumsi mencapai 5,2 porsi per bulan.
Pernyataan yang salah berdasarkan data grafik di atas adalah...

A. Maluku Utara menjadi provinsi terendah dalam hal


konsumsi ketupat dan lontong.

B. Rata-rata konsumsi ketupat dan lontong di Sulawesi Utara


sebesar 0,07 porsi per bulan.

C. Sumatera Barat menjadi provinsi tertinggi dalam hal


konsumsi ketupat dan lontong.

D. Rata-rata konsumsi ketupat dan lontong di Riau sebesar


11,2 porsi per bulan.

E. Sumatera Utara menjadi provinsi ketiga tertinggi dalam hal


konsumsi ketupat dan lontong.

8 Bacalah teks berikut untuk mengerjakan soal nomor 8-14 Jawaban: E. Sumatera E
Barat akan tetap
menempati posisi
tertinggi dalam hal
konsumsi ketupat dan
lontong per bulan.
Pembahasan: Jika
konsumsi ketupat dan
lontong di wilayah
Sumatera barat berkurang
5 porsi per bulan, maka
rata-rata konsumsi
ketupat dan lontong di
wilayah tersebut menjadi
14,6 porsi per bulan dan
akan tetap menjadi yang
tertinggi di Indonesia
karena posisi kedua
ditempati oleh Riau
Daya tarik nasi putih seperti menyusut saat Lebaran. Seolah dengan rata-rata konsumsi
kalah glamor dengan berbagai aneka penganan, kue, opor ayam, dan ketupat dan lontong
pendamping lain, juga kalah bentuk dari ketupat dan lontong. Saat sebesar 11,2 porsi per
Lebaran, cukup mudah menemukan ketupat dan lontong, dari rumah bulan.
hingga pasar. Pengganti nasi yang dipadu padankan dengan berbagai
jenis lauk dan kudapan sesuai selera. Dalam
pantauan Lokadata.id dari data Susenas 2019 (Survei Sosial Ekonomi
Nasional), BPS (Badan Pusat Statistik), konsumsi ketupat dan lontong
merata di semua wilayah Indonesia. Juga tidak hanya dikonsumsi saat
Lebaran saja, juga hari biasa lain.
Setahun terakhir rata-rata konsumsi ketupat dan lontong
untuk rumah tangga tertinggi adalah provinsi Sumatra Barat, yakni
sekitar sebesar 19,6 porsi setiap bulan. Sedangkan yang terendah
konsumsinya di NTT (Nusa Tenggara Timur) yakni 0,03 Porsi sebulan.
Sedangkan DKI Jakarta berada di peringkat tujuh dengan tingkat
konsumsi mencapai 5,2 porsi per bulan.

Berdasarkan grafik di atas, jika konsumsi ketupat dan lontong di


wilayah Sumatra barat berkurang 5 porsi per bulan, maka ...
A. Riau akan menempati posisi tertinggi ketiga dalam hal
konsumsi ketupat dan lontong per bulan.

B. NTT akan menempati posisi terendah kedua dalam hal


konsumsi ketupat dan lontong per bulan.

C. Sulawesi Utara akan menjadi wilayah kategori tertinggi


dengan konsumsi ketupat dan lontong per bulan.

D. Riau akan menempati posisi tertinggi dalam hal konsumsi


ketupat dan lontong per bulan.

E. Sumatera Barat akan tetap menempati posisi tertinggi dalam


hal konsumsi ketupat dan lontong per bulan.

9 Bacalah teks berikut untuk mengerjakan soal nomor 8-14 Jawaban: E. Saat Lebaran, E
cukup sulit menemukan
ketupat dan lontong, dari
rumah hingga pasar
karena sebagai pengganti
nasi yang dipadu
padankan dengan
berbagai jenis lauk dan
kudapan sesuai selera.

Pembahasan:
Seharusnya, Saat Lebaran,
cukup mudah menemukan
ketupat dan lontong, dari
rumah hingga pasar
karena sebagai pengganti
nasi yang dipadu
padankan dengan
Daya tarik nasi putih seperti menyusut saat Lebaran. Seolah berbagai jenis lauk dan
kalah glamor dengan berbagai aneka penganan, kue, opor ayam, dan kudapan sesuai selera.
pendamping lain, juga kalah bentuk dari ketupat dan lontong. Saat
Lebaran, cukup mudah menemukan ketupat dan lontong, dari rumah
hingga pasar. Pengganti nasi yang dipadu padankan dengan berbagai
jenis lauk dan kudapan sesuai selera. Dalam
pantauan Lokadata.id dari data Susenas 2019 (Survei Sosial Ekonomi
Nasional), BPS (Badan Pusat Statistik), konsumsi ketupat dan lontong
merata di semua wilayah Indonesia. Juga tidak hanya dikonsumsi saat
Lebaran saja, juga hari biasa lain.
Setahun terakhir rata-rata konsumsi ketupat dan lontong
untuk rumah tangga tertinggi adalah provinsi Sumatra Barat, yakni
sekitar sebesar 19,6 porsi setiap bulan. Sedangkan yang terendah
konsumsinya di NTT (Nusa Tenggara Timur) yakni 0,03 Porsi sebulan.
Sedangkan DKI Jakarta berada di peringkat tujuh dengan tingkat
konsumsi mencapai 5,2 porsi per bulan.

Berdasarkan pemahaman kamu terhadap bacaan tersebut.


Manakah pernyataan yang tidak tepat?
A. DKI Jakarta berada di peringkat tujuh dengan tingkat
konsumsi mencapai 5,2 porsi per bulan.

B. Konsumsi ketupat dan lontong untuk rumah tangga terendah


di NTT (Nusa Tenggara Timur) yakni 0,03 Porsi sebulan.

C. Dalam pantauan Lokadata.id dari data Susenas 2019 (Survei


Sosial Ekonomi Nasional), BPS (Badan Pusat Statistik),
konsumsi ketupat dan lontong merata di semua wilayah
Indonesia.

D. Setahun terakhir rata-rata konsumsi ketupat dan lontong


untuk rumah tangga tertinggi adalah
provinsi Sumatera Barat, yakni sekitar sebesar 19,6 porsi
setiap bulan.

E. Saat Lebaran, cukup sulit menemukan ketupat dan lontong,


dari rumah hingga pasar karena sebagai pengganti nasi yang
dipadu padankan dengan berbagai jenis lauk dan kudapan
sesuai selera.

10 Bacalah teks berikut untuk mengerjakan soal nomor 8-14 Jawaban: D. 8,4 porsi D
Pembahasan:
Sumatera Barat: 19,6
Riau: 11,2
Selisih: 8,4

Daya tarik nasi putih seperti menyusut saat Lebaran. Seolah


kalah glamor dengan berbagai aneka penganan, kue, opor ayam, dan
pendamping lain, juga kalah bentuk dari ketupat dan lontong. Saat
Lebaran, cukup mudah menemukan ketupat dan lontong, dari rumah
hingga pasar. Pengganti nasi yang dipadupadankan dengan berbagai
jenis lauk dan kudapan sesuai selera. Dalam
pantauan Lokadata.id dari data Susenas 2019 (Survei Sosial Ekonomi
Nasional), BPS (Badan Pusat Statistik), konsumsi ketupat dan lontong
merata di semua wilayah Indonesia. Juga tidak hanya dikonsumsi saat
Lebaran saja, juga hari biasa lain.
Setahun terakhir rata-rata konsumsi ketupat dan lontong
untuk rumah tangga tertinggi adalah provinsi Sumatra Barat, yakni
sekitar sebesar 19,6 porsi setiap bulan. Sedangkan yang terendah
konsumsinya di NTT (Nusa Tenggara Timur) yakni 0,03 Porsi sebulan.
Sedangkan DKI Jakarta berada di peringkat tujuh dengan tingkat
konsumsi mencapai 5,2 porsi per bulan.

Selisih porsi di Sumatera Barat dengan Riau adalah ….

A. 9,4 porsi
B. 9 porsi
C. 8,8 porsi
D. 8,4 porsi
E. 7,8 porsi

Anda mungkin juga menyukai