TUJUAN MATERI
URAIAN MATERI
1
1. Menjelaskan berita dan akibatnya kepada masyarakat
2. Mempersiapkan masyarakat akan kemungkinan yang terjadi
3. Mengisi latar belakang dari isu dengan kenyataan sosial dan faktor
yang mempengaruhinya.
4. Meneruskan penilaian moral tentang isu tersebut.
1. Fakta adalah hal, keadaan, peristiwa yang merupakan kenyataan atau sesuatu
yang benar-benar terjadi. Fakta sulit terbantahkan karena dapat dilihat,
didengar, atau diketahui oleh banyak pihak. Fakta yang disajikan dalam teks
editorial berupa peristiwa dan data-data terkait dengan peristiwa yang dibahas.
2. Opini merupakan tanggapan redaksi untuk mendukung pandangan atau sikap
terhadap peristiwa yang sedang dibahas. Opini masih bisa diperdebatkan.
Dalam menanggapi satu objek atau peristiwa yang sama, akan timbul berbagai
pendapat yang sifatnya beragam. Opini dalam teks editorial dapat berupa
penilaian, kritik, prediksi (dugaan berdasarkan fakta empiris), harapan, dan
saran penyelesaian masalah.
Dilihat dari isinya, editorial yang bersifat ekspositoris berisi tesis (pernyataan umum),
diikuti oleh argumentasi-argumentasi secukupnya, dan diakhiri dengan penegasan
ulang atas argumentasi-argumentasi tersebut. Ketiga unsur tersebut wajib hadir dalam
teks editorial. Dengan demikian, struktur umum dari teks editorial meliputi
pengenalan isu (tesis), argumentasi, dan penegasan.
Penyampaian pendapat/Argumentasi
Argumentasi dalam teks editorial disebut juga sebagai penyampaian pendapat. Bagian
ini merupakan bagian pembahasan yang berisi tanggapan redaksi terhadap isu yang
sudah diperkenalkan sebelumnya.
2
Penegasan
Kaidah kebahasaan teks editorial tergolong ke dalam kebahasaan yang berciri bahasa
jurnalistik. Berikut ciri-ciri dari bahasa jurnalistik teks editorial.
Benarkah pemerintah tidak tahu atau tidak diberi tahu mengenai rencana
Pertamina menaikkan elpiji?
Contoh:
3
b. Malah boleh jadi ada politisi yang mengkategorikannya sebagai reaksi
yang cenderung bersifat pencitraan sehingga terbangun kesan bahwa
pemerintah memperhatikan kesulitan sekaligus melindungi kebutuhan
rakyat.
I. Langkah-Langkah Membuat Teks Editorial
1. Memilih topik
Pemilihan topik menjadi langkah pertama dalam penulisan teks editorial.
Pemilihan topik berkaitan dengan isu yang akan menjadi dasar
penulisan editorial.
Isu yang akan diangkat perlu dipertimbangkan dan hal ini sesuai
dengan kebijakan kita sebagai penulis dan pihak redaksi media.
Selain itu, pilihlah isu dengan topik yang menarik minat baca masyarakat dan
berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas seperti tentang kekeringan
yang dialami oleh berbagai daerah di Indonesia, kenaikan harga BBM,
pembentukan kabinet dalam pemerintahan, dan sebagainya.
2. Mengumpulkan data
Opini yang ditulis dalam editorial perlu disertai dengan data
pendukung berupa fakta yang berkaitan dengan isu yang ditulis
dalam editorial.
Data pendukung tersebut dapat menjadi penguat opini dan
memberikan penilaian yang objektif terhadap editorial yang kita tulis.
Jadi, isi tulisan tidak hanya sekadar opini saja.
Selain itu, teori dan pendapat ahli pun perlu dipaparkan agar pendapat
yang kita tulis lebih berbobot.
3. Mengaitkan bagian-bagian editorial dan mengembangkannya
Penyusunan editorial dapat didiskusikan dengan anggota redaksi.
Diskusi tersebut perlu dilakukan agar dapat menghubungkan antara isu
atau topik yang ditulis dengan sikap media.
Tidak hanya isu yang perlu disepakati bersama tetapi juga detail dan
contoh yang akan diungkapkan dalam editorial tersebut.
Setelah itu, didiskusikan pula tentang opini yang akan disampaikan dan
solusi yang akan diberikan dalam editorial.
Lalu dikembangkanlah teks editorial dengan memperhatikan hal-hal
yang sudah didiskusikan tersebut.
4. Memperbaiki isi teks editorial termasuk isi dan kaidah kebahasaannya
Editorial harus berisi kejelasan dan disampaikan dengan akurat serta
tidak menyerang pihak lain.
Selain itu, penyampaian opini dalam editorial tidak terkesan mengajari
kepada pembaca.
Paragraf disusun dengan menggunakan kalimat yang efektif dan kata-kata
yang lugas.
Penggunaan contoh dan ilustrasi akan sangat bermanfaat.
Apalagi jika tulisan disertai dengan kutipan yang memiliki nilai
untuk menguatkan opini yang akan ditulis dan hal yang penting
4
adalah menyampaikan opini dengan jujur dan akurat.
Pengenalan Isu/Tesis
Sebagai konsekuensi dari pembatasan penyaluran bahan bakar minyak bersubsidi,
kelangkaan solar, dan premium mulai dirasakan di sejumlah daerah. Belum jelas
tindakan apa yang akan ditempuh pemerintah agar kelangkaan yang kian meluas ini
tak sampai memunculkan keresahan dan gejolak di masyarakat. Yang pasti, tidak bisa
dengan dalih kuota tak boleh dilanggar, barang yang begitu vital bagi masyarakat
dibiarkan menghilang dari pasaran.
Argumentasi
Tanggung jawab pemerintah untuk menjamin BBM tetap ada di pasar. Kita juga
mempertanyakan pernyataan pihak Pertamina yang menyebutkan, karena pembatasan
dilakukan dalam rangka mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi agar tak melebihi
kuota, ada kemungkinan kondisi ini diperkirakan berlangsung hingga akhir tahun.
Kita memahami Pertamina dihadapkan pada dilema pelik menjaga BBM bersubdi
agar cukup hingga Desember 2014. Sebagai bagian upaya dari menekan defisit
APBN, kuota BBM bersubsidi dipangkas dari 48 juta kl menjadi 46 juta kl pada
APBN Perubahan 2014.
Untuk penyaluran BBM bersubsidi di atas angka itu, pemerintah tak akan
membayarkan subsudinya kepada Pertamina. Maka yang coba dilakukan Pertamina
adalah membatasi penyaluran BBM bersubsidi secara prorata dengan menetapkan
kuota harian dan mengurangi jatah SPBU.
Persoalannya, dampak yang diakibatkan oleh pembatasan ini dirasakan bukan hanya
oleh pihak pemilik kendaraan pribadi. Warga kesulitan mendapatkan BBM. Aktivitas
ekonomi, termasuk distribusi logistik, juga lumpuh atau terganggu. Petani dan
nelayan kecil yang perlu solar serta premium untuk irigasi dan melaut juga terkena
imbasnya.
Di sejumlah daerah, kelangkaan bahkan bukan hanya terjadi pada BBM bersubsidi,
melainkan juga nonsubsidi. Artinya, langkah pembatasan kembali membebani secara
tak adil pada masyarakat kecil yang bukan hanya dihadapkan pada kenaikan BBM,
melainkan juga kelangkaan. Aktivitas ekonomi, temasuk distribusi logistik, juga
lumpuh atau terganggu, Petani dan nelayan kecil yang perlu solar serta premium untuk
irigasi dan melaut juga terkena imbasnya.
Penegasan
Pengalaman selama ini, pembatasan yang mekanismenya tak disiapkan dengan baik
hanya memunculkan persoalan baru. Akrobat pemerintah dengan subsidi energi
mencapai Rp300 triliun lebih tahun 2014 dan diperkirakan Rp500 triliun tahun 2015
tak semestinya terjadi seandanya pemerintah dari awal tak menunda menempuh
langkah berani untuk memangkas ke depan opsi pembatasan saja tak cukup. Bangsa
kita harus disadarkan, era minyak murah telah lama berlalu dan kita tak mau terus
5
tersandera subsidi.
RANGKUMAN
1. Editorial adalah artikel utama yang ditulis oleh redaktur koran yang merupakan
pandangan redaksi terhadap suatu peristiwa (berita) aktual (sedang menjadi
sorotan), fenomenal, dan kontroversial (menimbulkan perbedaan pendapat).
2. Isi teks editorial adalah (a) fakta atau peristiwa aktual, fenomenal, dan kontroversial;
(b) pendapat atau opini redaksi terhadap peristiwa tersebut.
3. Opini dalam editorial dapat berupa kritik, penilaian, prediksi, harapan, maupun saran.
4. Perbedaan fakta dengan opini adalah fakta tidak dapat terbantahkan, opini
sebaliknya justru masih bisa diperdebatkan. Dalam menanggapi satu objek atau
peristiwa yang sama, akan timbul berbagai pendapat yang sifatnya subjektif.
5. Struktur teks editorial meliputi pernyataan umum (tesis), argumentasi, dan
penegasan.
6. Ciri-ciri kaidah kebahasaan teks editorial yaitu (a) menggunakan kalimat retoris,
(b) menggunakan kata-kata populer, (c) menggunakan kata ganti penunjuk yang
merujuk pada waktu, tempat, peristiwa, atau hal lainnya yang menjadi fokus
ulasan, (d) menggunakan konjungsi kausalitas.
7. Syarat saran/rekomendasi yang baik yaitu (a) benar-benar bisa menjadi solusi
bagi penerima saran untuk memecahkan masalahnya, dan (b) praktis, dapat
dipraktikkan.
6
TUGAS
Banjir yang selalu melanda Ibu Kota Jakarta sudah tidak bisa ditoleransi dan
dimaklumi. Harus ada solusi yang cepat dan tepat untuk mengatasinya sebelum Jakarta
benar-benar tenggelam. Salah satu solusi yang diusung Pemkot DKI Jakarta adalah
program normalisasi sungai. Program tersebut berupa pengosongan lahan di sekitar
sungai-sungai yang ada di Jakarta.
Pengosongan lahan pun akan berimbas pada seluruh warga yang tinggal di
permukiman sekitar sungai. Dengan demikian, akan banyak relokasi yang dilakukan
Pemkot DKI. Namun, relokasi ke rusunawa ternyata bukanlah kabar gembira bagi
warga sekitar bantaran sungai sebab itu artinya mereka harus menata kembali hidup
mereka dari awal sehingga tidak sedikit warga yang melakukan aksi menolak
penggusuran.
Masih segar dalam ingatan kita semua tragedi Kampung Pulo pada 20 Agustus
2015 kemarin. Tiga hari setelah rakyat Indonesia merayakan kemerdekaan yang ke-
70 ternyata menjadi momen mengerikan bagi warga Kampung Pulo. Mereka harus
bersitegang dengan petugas yang hendak menggusur permukiman mereka. Bahkan,
bentrokan fisik yang memakan korban luka pun tak terelakan dalam kejadian nahas
itu. Hal ini sebenarnya membuat dilema sekaligus kesal karena dalang dari semua
keributan ini bukanlah pemerintah bukan juga rakyat di sekitar bantaran Sungai
Ciliwung. Lalu siapakah yang sebenarnya salah?
Jika kita telusuri, akar permasalahan ini adalah pihak yang mengizinkan orang-
orang untuk membuat perkemahan di bantaran sungai. Menurut masyarakat sekitar,
mereka telah membayar uang sewa kepada sejumlah oknum. Entah kita harus
menyebut mereka apa? Entah preman, entah yang lainnya. Yang pasti mereka itulah
yang mengaku bahwa daerah tersebut, yang berplang milik pemerintah, merupakan
wilayah kekuasaannya sehingga mereka yang ingin membuat bangunan harus
meminta izin dan menyerahkan sejumlah uang untuk dapat memiliki lahan di tempat
tersebut.
Sayangnya, oknum tersebut tidak pernah muncul setiap pemerintah melakukan
penggusuran. Mereka (oknum) tidak pernah bertanggung jawab, dan mereka pun
tidak pernah ditindak tegas oleh pemerintah bahkan aparat keamanan.
Keberadaannya
hanya muncul ketika hendak menerima keuntungan, sedangkan selanjutnya
mereka tak mau menanggung kerugian yang diterima warga bantaran sungai.
Dengan demikian, jelaslah siapa otak yang seharusnya digusur dan dibasmi.
Para oknum tak bertanggung jawab yang mengaku sebagai penguasa, sebab rakyat
bantaran sungai tentu tidak akan mendirikan bangunan jika tidak ada yang memberi
izin sebab mereka pasti mengerti maksud plang yang dipasang di sepanjang bantaran
sungai.
Pemerintah pun tidak akan melakukan penggusuran jika tidak ada bangunan yang
didirikan di pinggir sungai yang menyebabkan penyempitan area sungai sehingga
banjir selalu menimpa Jakarta yang notabene ibu kota negara. Jika normalisasi
sungai tidak dilakukan, seluruh penduduk Jakartalah yang rugi. Oleh karena itu,
marilah kita sama-sama pahami maksud pemerintah yang hendak merelokasi
semua penghuni bantaran ke rusunawa yang pemerintah siapkan. Tujuannya tiada
lain agar tidak ada pihak yang kembali dirugikan.
Banjir yang selalu melanda Ibu Kota Jakarta sudah tidak bisa ditoleransi dan
dimaklumi. Begitu pun pihak-pihak yang mendatangkan orang-orang yang
menyebabkan kebanjiran tersebut harus ditindak tegas oleh seluruh aparat.
Pernyataan berikut yang merupakan pendapat penulisan dalam tajuk rencana yaitu ...
A. Sejumlah anggota masyarakat semena-mena menggunakan air bersih.
B. PDAM harus terus berjuang untuk meningkatkan suplai air bersihnya.
C. Kesulitan air yang menimpa sebagian besar penduduk hendaknya dapat
ditarik maknanya.
D. Sebaiknya penduduk menggunakan air sumur dengan
memperhatikan peruntukannya.
E. Masyarakat harus berdisiplin dalam penggunaan air bersih karena hal ini
dapat mencerminkan kesetiakawanan sosial.
Kalimat yang mengandung kata ganti penunjuk terdapat pada kalimat ...
A. nomor 1
B. nomor 2
C. nomor 3
D. nomor 4
E. nomor 5
15. Kalimat berikut yang merupakan kalimat kritik dan saran yang tepat yaitu ...
A. Hasil kerja karyawan baru itu masih sangat jauh dari standar
operasional perusahaan.
B. Keputusan pemerintah menghentikan impor daging mungkin akan
berdampak negatif bagi pasar.
C. Karyawan baru seharusnya lebih memperhatikan dan memahami
standar operasional perusahaan dalam bekerja.
D. Pemerintah seharusnya tetap melakukan impor daging tetapi dalam jumlah
kecil, hal ini ditujukan untuk mencukupi kebutuhan daging di pasar.
E. Pemerintah salah langkah dalam memutuskan kenaikan harga BBM,
akan lebih baik jika pemerintah lebih memperhatikan
konsekuensinya bagi rakyat kecil.