Anda di halaman 1dari 32

Pesan – Pesan Kemanusiaan dan Nilai Pendidikan Dalam Cerpen

Maling Kampungan
Karya Afrizal

Oleh :
Annisa Aurellia Ismiandini
Calista Azanniyah
Devi Megawati
Renny Rochimawati Busyaeri
Kelas : XII IIS 2

SMA NEGERI 12 TANGERANG


KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr.Wb.,

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,


hidayah serta karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini. Salawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi Muhammad saw.,beserta keluarga, sahabat dan tentunya kita
selaku umatnya.
Makalah ini disusun dengan judul “Pesan – Pesan Kemanusiaan
Nilai Pendidikan Dalam Cerpen “ Maling Kampungan “. Makalah ini dibuat
bertujuan untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia menganalisis isi
cerpen. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sosok “ aku “
dalam cerpern maling kampungan. Bagaimana kalau kita menjadi sosok
itu, dan apa yang harus kita lakukan. Serta apa saja nilai kemanusiaan,
pendidikan, serta moral yang dapat kita ambil.
Penyusun juga mengetahui bahwa dalam menyusun makalah ini
banyak terjadi kesalahan. Sehingga penyusun berharap mendapat kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk penulisan berikutnya dan
semoga makalah ini bermanfaat.

WassalamualaikumWr.Wb.,

Tangerang, 20 Oktober 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................

1.3 Tujuan.................................................................................................................

BAB II KERANGKA TEORI...........................................................................................

2.1 Pesan Kemanusiaan...........................................................................................

2.2 Nilai Pendidikan................................................................................................

2.3 Cerpen..............................................................................................................

2.3.1 Pengertian Cerpen....................................................................................

2.3.2 Syarat Cerpen..........................................................................................

BAB III PEMBAHASAN............................................................................................

3.1 Cerpan.............................................................................................................

3.1.1 Unsur Instrinsik........................................................................................

3.1.2 Unsur Ekstrinsik.......................................................................................

3.2 Pesan Kemanusiaan................................................................................

BAB IVPENUTUP..................................................................................................

4.1 Kesimpulan Cerpen.................................................................................

DAFTAR PUSAKA..................................................................................................
ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Cerpen adalah cerita pendek, jenis karya sastra yang


memaparkan kisah ataupun cerita tentang manusia beserta seluk
beluknya lewat tulisan pendek. Atau definisi cerpen yang lainnya
yaitu merupakan karangan fiktif yang isinya sebagian kehidupan
seseorang atau juga kehidupan yang diceritakan secara ringkas
yang berfokus pada suatu tokoh sja. Maksud dari cerita pendek disini
ialah ceritanya kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) kata atau kurang
dari 10 (sepuluh) halaman. Selain itu, cerpen hanya memberikan
kesan tunggal yang demikian dan memusatkan diri pada satu tokoh
dan satu situasi saja.

Cerpen “ Maling Kampungan “ memperlihatkan bagaimana latar


aspek sosial budaya dan adat istiadat yang sangat luat biasa. Latar
dalam cerpen ini sangat kuat melukiskan suasana lingkungan sosial
dan adat istiadat masyarakat Neroktog. Alasan kami mengangkat
cerpen ini karena cerpen ini sangat seru jika di analisis dan juga di
cerpen ini banyak nilai-nilai sosialnya yang patut di contoh. Dan juga
budaya mereka yang masih kental akan mistis.

Maling Kampungan ini menceritakan dimana sebuah kampung


yang dihantu hantui oleh seorang penculik yang konon berasal dari
roh jahat yang berada di lambah selatan kampung. Konon dahulu
adalah tempat pembuangan iblis. Warga kampung yang mulai
keresahan akan maling itu jika korban-korban selanjutnya ialah
keluarga mereka. Sudah banyak sekali korban-korban yang
ditemukan warga kampung dari gadis , istri-istri , serta janda. Kepala
kampung sudah berusaha membuat Tim yang dipimpin oleh Yek
Damang untuk mengatasi masalah ini. Tetapi apalah daya sudah
sebulan masalah ini tak terpecahkan. Ada yang mengganjal dalam
masa pecarian, sudah semua warga dan orang yang lalu lalang di
kampung ini diperiksa tetapi tak ditemukan tanda tanda khas maling
itu. Dan Yek Damang mencurigai Kepala Kampung, hanya ia
seorang yang belum diperiksa. Warga-warga tak begitu mengerti apa
yang disampaikan oleh Yek Damang. Apakah benar yang
disampaikan Yek Damang dan apakah harus warga kampung
periksa kepala kampungnya itu.

Dari cerita novel di atas akan dicari peristiwa-peristiwa yang


berhubungan langsung dengan konflik batin yang dialami oleh tokoh
utama dalam novel ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana unsur intrinsik dalam cerpen Maling


Kampung karya Afrizal ?
2. Bagaimana konflik sosial yang dialami tokoh utama
dalam cerpen Maling Kampung karya Afrizal ?
3. Apakah pesan-pesan pendidikan yang terkandung
dalam cerpen tersebut ?
4. Adakah pesan moral yang terdapat dalam cerpen
tersebut ?

ii
1.3. Tujuan

1. Tujuan dari analisis cerpen ini untuk mengetahui nilai-nilai


pendidikan dan pesan moral cerpen tersebut.
2. Mendeskripsikan unsur intrinsik dalam cerpen Maling
Kampung karya Afrizal.
3. Mendeskripsikan konflik batin yang dialami tokoh utama
dalam cerpen Maling Kampung karya Afrizal.
BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Pesan Kemanusiaan

Pesan kemanusiaan yang dapat diambil dalam cerpen tersebut


ialah sikap gotong royong sesame warga, untuk melindungi kampung
dalam bahaya maling itu. Juga kepartisipasinya dalam memperketat
keamanan kampung agar tak makan korban banyak. Mereka yang
langsung bergegas mengambil tindakan.

2.2 Nilai Pendidikan

Nilai pendidikan yang bias diambil dalam cerpen tersebut, kita bisa
mencontoh gadis itu yang rajin, bergaul yang baik, selalu menjadi
perwakilan kampung dalam lomba baca al-quran. Dari situlah kita
dapat mempelajari bagaimana bergaul yang baik.

2.3 Cerpen

Cerpen atau cerita pendek adalah sebuah karangan fiksi


berbentuk prosa yang singkat dan pendek yang unsur ceritanya
berpusat pada suatu peristiwa pokok. Dinamakan cerita pendek
karena ceritanya kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) yang memberikan
kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu karakter
tokoh dalam situasi atau suatu ketika.

ii
Cerita pendek bermula pada tradisi penceritaan yang menghasilkan
kisah-kisah terkenal, misalnya Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-
kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama, dan
irama yang berfungsi sebagai alat untuk mendorong orang utnuk
mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini
dipusatkan pada naratif-naratif individu yang dapat disampaikan pada
satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila
keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan. Cerita-cerita
pendek modern sebagai genrenya sendiri pada awal abad ke-19.
Contoh awal dari kumpulan cerita pendek termasuk dongeng-dongeng
Grimm Bersaudara (1824-1826), Evenings on a Farm Near Dikanka
(1831-1832) karya Nikolai Gogol, Tales of the Grotesque and
Arabesque (1836), karya Edgar Allan Poe dan Twice Told Tales (1842)
karya Nathaniel Hawthome. Penerbitan cerpen di Malaysia
sebagaimana yang dikatakan oleh Othman Puteh lebih banyak
terdapat dalam surat kabar dan majalah. Oleh karena itu, wajarlah jika
dikatakan sebagai sastra kesuratkabaran bahwa majalah dan surat
kabar punya andilbesar dalam mempublikasikan cerpenhal itu tidak
terlepas dari peranan yang dimainkan sastrawan Asas 50. Peta cerpen
Malaysia tahun 1950-an ditandai dengan miskinnya penerbitan
antologi cerpen. Safian Husain, dkk, mencatat bahwa antolopgi cerpen
yang terbit pada dasawarsa itu berjumlah sembilan buah. Tujuh di
antaranya terbit selepas 1955. Jadi, sebelum tahun 1955 antologi
cerpen hanya terbit dua buku, itupun berisi cerpen-cerpen hasil
lombayaitu cerpen pemenang Peraduan Pengarang cerita yang
diselenggarakan Jabatan Pelajaran persekutuan masalah Melayu
pada 1953 dan 1951. Kesemarakan cerpen Malaysia masa itu justru
terjadi diberbagai majalah dan surat kabar. Keadaan itou tak dapat
dilepaskan dari turadisi yang melatar belakangi penulisan cerpen.
Otman Puiteh mengatakan “Cerpen-cerpen melayu selepas perang
Dunia II masih tetap dan terus populer hingga saat ini sebagai
sastera persuratkabaran”. Tahap-tahap perkembangan itu mulai
diperkenalkan pada tahun 1920, dan tumbuh dengan pesat hingga
tahun 1941. Agak tercatat perkembangannya sewaktu perkembangan
fasis Jepang di Semenangjung Tanah Melayu dari tahun 1942-1945.
Kembali berkembang setelah perang Dunia II pada tahun 1949 dan
dari tahun 1950 hingga ke pertengahan tahun 1955 mulai mendapat
defenisi bentuk yang agak jelas dan konkrit. Cerpen juga digemari dan
dimantapkan pada tahun-tahun sebelum dan sesudah kemerdekaan
malaysia 1955-1959.

2.3.1 Pengertian cerpen

Pendapat KBBI, cerpen awalnya dari dua buah kata,


yakni cerita yang memiliki arti tuturan mengenai bagaimana
terjadinya suatu hal dan pendek. Pendek disini maksudnya
tidak terlalu panjang ceritanya, kurang lebih hanya kisaran 1000
kata yang mengesankan dominan dan berpusat hanya terhadap
satu tokoh dalam ceritanya. Menurut KBBI bukan cerpen kalau
halamannya ada 100.

Nugroho Notosusanto berpendapat bahwa cerpen adalah


cerita yang memiliki panjang sekitar 5000 kata atau sekitar 17
halaman kuarto spasi rangkap dan berpusat terhadap dirinya
sendiri.

Hendy, Cerpen yaitu sebuah kisah pendek yang di dalamnya


mengandung kisah tunggal.

ii
Aoh. K.H, cerpen adalah suatu karangan yang tidak benar atau
fiksi yang dinamakan kisahan prosa yang pendek.

J.S. Badudu berpendapat bahwa cerpen memiliki arti cerita


yang menjurus dan berfokus terhadap satu peristiwa.

H. B. Jassin berkata bahwa cerpen ialah cerita singkat yang


harus mempunyai bagian paling penting, yaitu perkenalan,
pertikaian dan penyelesaian.

Wikipedia Cerita pendek adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif

Edgar Allan Poe dalam Burhan Nurgiyantoro (2002) Cerpen


atau cerita pendek adalah sebuah cerita yang selesai dibaca
dalam sekali duduk, kira kira selama 30 menit hingga 2 jam-
atau suatu hal yang sekiranya waktu membaca tidak mungkin
dilakukan untuk novel. Lucu bukan. Tapi bila anda sering
membaca novel dan cerpen yang berkualitas, anda pasti
merenungkan pengertian cerpen diatas bahwa pengertian
tersebut benar adanya. Memang, cerpen itu hanya
membutuhkan waktu yang sedikit untuk menyelesaikan dan
memahami unsur unsur cerpen tersebut. Dalam buku Drs. Joko
Untoro bahwa pengertian cerpen atau cerita pendek adalah
karangan pendek berbebentuk prosa yang membatas diri dalam
membahas salah satu unsur fiksi dalam aspek yang terkecil.
Pendeknya atau singkatnya cerita pendek (cerpen) bukan
utamanya karena bentuknya yang pendek akan tetapi karena
aspek masalah yang diangkat dalam cerpen yang memang
terbatas dan dibatasi. Sifat umum cerpen adalah pemusatan
perhatian atau fokus pada satu tokoh saja yang ditempatkan
pada suatu situasi sehari hari, tetapi yang ternyata menentukan
(perubahan dalam perspektif kesadaran baru keputusan yang
menentukan). Berakhirnya atau tamatnya (the end) seringkali
tiba tiba dan bersifat terbuka (open ending). Beberapa cara
bercerita seperti dialog, impian, flash-back (alur maju mundur)
dan sebagainya sering digunakan dalam cerpen. Bahasa dalam
cerpen biasanya sederhana dan sugestif.

Susanto dalam Tarigan (1984) Cerpen ialah cerita yang


penjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto
spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.

Kosasih, Dkk, 2014 Cerpen adalah karangan pendek yang


berbentuk prosa. Dalam cerpen dipisahkan sepenggal
kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa yang
mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan
yang tidak mudah dilupakan.

Menurut Andri Wicaksono bahwa pengertian cerpen adalah


suatu cerita fiksi yang berbentuk prosa yang singkat dan
pendek (a fiction in the form of brief and short prose) yang unsur
ceritanya terpusat pada suatu peristiwa pokok. Dalam cerpen,
jumlah dan pengembangan pelaku terbatas dan keseluruhan
cerita memberikan kesan tunggal. Dari pengertian cerpen dari
Andri Wicaksono dan pengertian cerpen dari ahli lainnya
sebelumnya saya yakin anda telah dapat memahami apa itu
cerpen sebenarnya.

ii
2.3.2 Syarat Cerpen

Menurut Surana (2001:45), ciri-ciri cerpen ialah sebagai


berikut:

1. Pada umumnya cerita itu pendek

2. Yang ditampilkan dalam cerpen hanya hal-hal yang penting


benar dan berarti

3. Isinya singkat lagi padat

4. Menggambarkan tokoh cerita menghadapi suatu pertikaian


(konflik) dan untuk menyelesaikannya

5. Sanggup meninggalkan suatu kesan dalam hati pembaca

Dari ciri-ciri yang sebutkan oleh Surana di atas, penulis dapat


mengulas pendapatnya mengenai ciri-ciri cerpen bahwa cerpen
pada umumnya memiliki cerita yang pendek yaitu cerita yang
tidak bertele-tele atau cerita yang terlalu banyak penjabaran
yang tidak penting untuk dituliskan. Cerpen menampilkan hal-
hal yag sangat penting dan ada artinya, tidak terbuat dari
kalimat-kalimat yang tidak menimbulkan kesan pada pembaca.
Isi dari cerpen pun singkat dan paadat. Dalam cerpen hanya
menggambarkan tokoh cerita yang menghaadapi peristiwa
pertikaian dan di sanalah tokoh berusaha menyelesaikan
pertikaiannya. Cerpen juga mampu meninggalkan kesan yang
mendalam pada hati pembacanya.
Menurut Lubis (dalam Tarigan, 1985:177), diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. Cerita pendek harus berisi interpretasip pengarang tentang


konsepsinya mengenai kehidupan baik secara langsung
maupun tidak langsung

2. Dalam sebuah cerpen, seorang insiden harus menguasai


jalan cerita

3. Cerpen harus memiliki seorang yang harus menjadi pelaku


atau tokoh utama

4. Cerpen harus mempunyai satu efek atauu kesan yang


menarik

Dari pendapat Lubis di atas, tidak terdapat perbedaan yang


mendalam terhadap pendapat Suroto. Dengan hal ini penulis
dapat mengulas pendapat Lubis mengenai ciri-ciri cerpen
bahwa dalam sebuah cerpen harus berisi interpretasi tentang
konsepsinya mengenai kehidupan cecara langsung atau tidak
langsung. Di sini pengarang dapat menuliskan pengalamannya
menjadi sebuag cerpen, baik yang pernah ia lihat, yang ia
alami, dan yang ia angankan atau khayalkan. Dalam sebuah
cerpen pengarang juga harus menguasai jalan cerita. Karena
jika tidak, maka karya yang ia ciptakan kuranglah baik dan tidak
tersusun sesuai dengan alurnya. Cerpen juga harus memiliki
tokoh untuk pelaku utamanya, yang akan menjadi orang akan
selalu diceritakan dalam cerita, serta cerpen harus memiliki
kesan pada pembacanya.

ii
Menurut pendapat Sumarjo dan Saini (1997 : 36) ciri-ciri
cerpen adalah sebagai berikut.
· Ceritanya pendek ;
· Bersifat rekaan (fiction) ;
· Bersifat naratif ; dan
· Memiliki kesan tunggal. Dari pendapat ahli di atas, dijelaskan
bahwa siri-ciri cerita pendek ialah memiliki cerita yang pendek,
memiliki sifat rekaan atau tidak benar-benar ada, memiliki sifat
naratif dan memiliki kesan yang tunggal.

Menurut Morris dalam Tarigan (1985 : 177), ciri-ciri cerita


pendek adalah sebagai berikut.
1. Ciri-ciri utama cerita pendek adalah singkat, padu, dan
intensif (brevity, unity, and intensity).
2. Unsur-unsur cerita pendeknya adalah adegan, toko, dan
gerak (scena, character, and action).
3. Bahasa cerita pendek harus tajam, sugestif, dan menarik
perhatian (incicive, suggestive, and alert). Dari ciri-ciri cerpen
menurut Morris di atas, penulis dapat mengulas mengenai ciri-
ciri cerpen yaitu, pada cerpen memiliki cerita yang singkat, padu
atau berkesinambungan, dan intensif atau secara terus-
menerus. Pada cerpen memiliki sebuah adegan, tokoh dan
gerak dari pada sebuah ceritanya tersebut. Dalam cerpen juga
memiliki bahasa yang tajam dan menarik perhatian para
pembacanya. Hingga pembaca tertarik membaca hingga
selesai.
Jadi, dari beberapa pendapaat ahli di atas, pembaca dapat
menyimpulkan ciri-ciri cerpen yaitu:
1. Pada cerpen terdapat cerita yang benar-benar pendek
2. Hal-hal yang disampaikan pengarang singkat dan padat.
3. Terdapat tokoh yang menjadi pelaku utama
4. Mampu menciptakan kesan yang mendalam bagi pembaca

Unsur-unsur dalam Cerpen


Cerita fiksi seperti cerpen dan novel dapat kita analisis
dengan dua segi, yaitu unsur yang meleklat paada tubuh karya
sastra itu sendiri (unsur intrinsik) dan unsur yang ada di luar
tubuh sastra itu sendiri (unsur ekstrinsik). Unsur insur intrinsik
sebuah cerita fiksi mencakup tema, latar, cara bercerita,
alur, penokohan, suasana, dan gaya bahasa. Sedangkan unsur
ekstrinsik yaitu nilai-nilai yang terdapat dalam cerita itu sendiri.

Unsur intrinsik cerpen

Tema
Pengertian tema menuru ialah permasalahan sebuah cerita
yang terus menerus dibicarakan sepanjang cerita. Seorang
pengarang tidak menyebutkan apa yang menjadi tema dalam
cerita, tapi hal itu dapat kita ketahui setelah membaca cerita itu
secara keseluruan. Dengaan kata lain, tema sebuah cerita
biasanya merupakan sesuatu yang tersirat bukan tersurat, yaitu
tema dalam cerpen tidak dituliskan namun hanya tersirat oleh
pengarang dan kemusia dipahami oleh pembaca setelah
membaca cerita tersebut.

ii
Dari pernyataan di atas, penulis dapat mengulas pernyataan
tersebut yang membahas tentang tema, yaitu tem merupakan
sebuah cerita yang dibicarakan secara terus menerus. Namun
dalam tema tidak tidak dituliskan secara langsung apa yang
menjadi tema pada cerpen tersebut, melainkan tema hanya
dapat diketahui setelah pembaca membaca secara keseluruhan
isi ceritanya. Tidak jauh berbeda dengan pendapat menurut ahli
lain seperti berikut. Tema adalah gagasan pertama atau pikiran
pokok. Tema suatu karya imajinatif merupakan sebuah pikiran
yang akan ditemui oleh setiap pembaca karya sastra tersebut.
Tema juga biasanya merupakan komentar mengenai kehidupan
atau orang-orang (H.G. Tarigan, 1982:160).

Dari pernyataan Tarigan di atas, penulis dapat mengulas


mengenai pernyataan tentang tema, yaitu tema merupakan
sebuah karya imajinatif yang akan ditemui oleh pembaca dalam
membaca karya sastra, yang biasanya berupa komentar
mengenai suatu kehidupan atau orang yang menjadi tokohnya.

Menurut Sumardjo dan Saini K.M (1991:57), dalam cerpen


yang berhasil, tema justru tersamar dalam seluruh elemen.
Pengarang memakai dialog para tokohnya, jalan
pikirannya, perasaan, kejadian, setting cerita utnuk
mempertegas atau menyamarkan isi temanya. Pengarang
biasanya menyatakan tema secara senbunyi-sembunyi dalam
suatu potongan dialogtokohnya atau dalam suatu adegan
cerita. Dari pernyatan ahli di atas, penulis dapat mengulas
pendapat tersebut bahwa, tema dalam cerpen sengaja untuk
disamarkan. Pengarang dapat menjelaskan tema hanya melalui
dialog tokohnya, jalan pikirannya, perasaan, kejadian, setting
cerita untuk mempertegas atau menyamarkan isi temanya. Jadi,
dari beberapa pendapat mengenai tema penulis dapat
membuat kesimpulan mengenai tema, yaitu tema merupakan
suatu yang menjadi ide pokok dalam suatu cerita. Namun,
tema tidak dituliskan secara jelas dan terang-terangan,
melainkan tema hanya bisa diketahui setelah pembaca
membaca keseluruhan isi ceritanya.

Latar/setting
Latar atau setting adalah tempat dan waktu serta keadaan
yang menimbulkan suatu peristiwa dalam sebuah cerita.
Sebuah cerita itu harus jelas di mana berlangsungnya dan
kapan peristiwa itu terjadi. Guna untuk memperjelas jalan cerita.
1. Latar Tempat. Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya
peristiwa. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa
tempat-tempat dengan nama tertentu.
2. Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan "kapan"
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
3. Latar suasana Latar suasana adalah salah satu unsur
intrinsik yang berkaitan dengan keadaan psikologis yang timbul
dengan sendirinya bersamaan dengan jalan cerita. Suatu cerita
menjadi menarik karena berlangsung dalam suasana tertentu.

Dari pernyataan di atas, penulis dapat mengulas, bahwa latar


atau setting meupakan tempat dan waktu serta keadaan yang
ada dalam sebuah cerita. Dengan adanya latar atau setting
akan mempermudah pembaca memahami cerita tersebut.
Sedangkan latar atau setting menurut pendapat ahli lain adalah

ii
sebagai berikut. Saat membicarakan latar, perlu diketahui
bahwa latar dapat dibedakan atas dua bagian, latar sosial dan
latar fisik. Latar sosial dapat dinyatakan meliputi
penggambaran, cara hidup, bahsa, dll yang melatari peristiwa-
peristiwa tersebut.dan latar fisik merupakan ltempat di dalam
wujud fisiknya, sperti bangunan daerah dan sebagainya
(Hudson dalam Sudjiman, 1991:44). Dari pendapat di atas
dapat diulas, bahwa latar hanya dibedakan menjaadi dua
macam yaitu latar sosial dan latar fisik. Dalam di dalam kedua
letar tersebut terbagi lagi menjadi beberapa latar. Di antaranya
meliputi penggambaran, cara hidup, dll.

Alur atau plot


Alur atau plot adalah susunan peristiwa-peristiwa yang telah
membentuk sebuah cerita. Alur cerita sangatlah penting bagi
sebuah cerpen dan merupakan sebuah kerangka karangan.
Secara sederhana plot terdiri atas tiga tahap yaitu thap
perkenalan, tahap pertikaian dan tahap penyelesaian.

Menurut O. Setiawan Djuharie dan Suherli (2005:64), alur


yang terdapaat dalam cerpen atau fiksi ialah sebagai berikut: ·
Alur maju Alur maju adalah jalan cerita yang mengungkapkan
peristiwa dari awal hungga akhir secara berurutan. · Alur
mundur Alur mundur adalah jalan cerita dari bagian akhir
peristiwa kebagian awalnya. · Alur keras Alur keras adalah jalan
cerita pada akhir dari akhir bagian peristiwa
mengejutkan pembacanya atau melenceng dari tebakan
pembaca. · Alur lembut Alur lembut adalah alur cerita yang
pada begian akhirnya mengecoh pembaca secara perlahan. ·
Alut terbuka Alur terbuka adalah jalan cerita yang menuntut
pembaca ultnuk memngembangkan atau meneruskan cerita
berikutnya

Karakteristik menurut Djuharie (2005:65), ialah watak atau


sikap setiap tokoh di dalam karangan tersebut. Perwatakan ini
dapat diungkapkan secara eksplisit oleh pengarang melalui
pendeskripsian setiap tokohnya, namun dapat juga
diungkapkan secara implisit, melalui sikap tokoh-tokohnya
terhadap suatu konsep atau pandangan yang terdapat dalam
suatu cerita. Sikap tokohnya ditampil’kan dalam dialog-dialog
atau melaui tindakannya. Dari pemaparan pakar di atas, dapat
penulis ulas, bahwa karakteristik ialah sikap atau tingkah laku
setiap tokoh yang terlibat di dalam cerita dan biasanya
dinamakan sebagai perwatakan tokoh. Dalam perwatakan ini,
pengarang dapat menguraikan watak tokoh dengan cara implisit
atau eksplisit. Implisit yaitu pengarang tidak memaparkan watak
tokoh secara jelas atau secara langsung, melainkan dengan
cara yang tersimpul dan halus. Sedangkan eksplisit yaitu
pengarang memaparkan watak tokohnya secara langsung,
tegas dan tidak berbelit-belit. Ada dua macam cara untuk
memperkenalkan tokoh dan karakteristik tokoh dalam fiksi, yaitu
sebagai berikut:
1. Secara analitik (langsung) Pengarang langsung
memaparkan tentang watak atau karakter tokoh,
pengarang menyebutkan bahwa seorang tokoh keras
hati, keras kepala, penyayang, dan sebagainya.

ii
2. Secara dramatik (tidak langsung) Penggambaran
perwatakan yang tidak diceritakan langsung, tetapi
disampaikan melalui; pilihan nama tokoh, penggambaran
fisik atau postur tubuh, cara berpakaian, tingkah laku
tokoh, keadaan lingkungannya, dialog tokohdengan
dirinya atau dengan tokoh lainnya, dan pola pikir saat
menghadapi masalah.
3. Ditinjau dari cara dan hasil penggambarannya, ada
empat

macam perwatakan, yaitu sebagai berikut:


1. Perwatakan statis, yaitu pelukisan watak sang tokoh
tetap tidak berubah-ubah dari awal sampai akhir cerita.
2. Perwatakan dinamis, yaitu watak snag tokoh berubah
atau berkembang dari waktu ke waktu dan dari tempat ke
tempat sesuai dengan situasi yang dimasukinya.
3. Perwatakan datar, yaitu watak sang tokoh disoroti hanya
dari satu unsure atau satu dimensi saja.
4. Perwatakan bulat, yaitu watak sang tokoh dilukiskan dari
segala aspek dan meliputi semua dimensi, yaitu dimensi
fisiologis, psikologis, dan sosial seperti yang terdapat
pada tokoh nyata dalam hidup sehari-hari.

Keempat perwatakan di atas, dapat diulas bahwa macam-maca


perwatakan itu terdiri dari empat macam, yaitu perwatakan yang
statis, dinamis, dan bulat.
Gaya bahasa
Gaya bahasa menciptakan suatu nada atau suasana
persuasif serta merumuskan dialog yang mampu
memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh.
Gaya bahasa yang cermat dapat menciptakan suasana yang
berterus terang atau satiris, simpatik, menjengkelkan atau
emosional. Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi
adegan seram, adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain.
Bahasanya segar, komunikatif, mudah dipahami atau tidak
berbelit-belit. Seorang pengarang biasaya mempunyai gaya
bahasa yang khas sehingga menghasilkan karyakarya yang
khas pula. Artinya, bagaimana cara seorang pengarang memilih
tema, persoalan dan menceritakanya dalam sebuah cerpen
(Sudjiman dan Saini, 1991:92) Dari pendapat ahli di atas dapat
diulan, bahwa gaya bahasa merupakan cara pengarang
memaparkan suatu tema dalam cerita, yang dapat
menghasilkan karya yang khas.

U n s u r e ks t r i ns i k c e r pe n
Unsur ekstrinsi cerpen merupakan unsur yang
melatarbelakangi diluar cerita misalnya yaitu yang berhubungan
dengan Unsur-Unsur Kehidupan. Misalnya Unsur Sosial,
dimana unsur sosial melatar belakangi cerita tersebut dimana
dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari misalnya
kerjasama. Unsur-unsur tersebut bisa anda tuliskan setelah

ii
anda membaca cerita tersebut. Tidak hanya unsur sosial tetapi
ada juga unsur agama, atau yang melatar belakangi kehidupan
pengarang sehingga ia ceritakan lewat sebuah tulisan. Unsur
ekstrinsik Cerpen adalah unsur-unsur yang berada di luar karya
sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan
atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik
meliputi: Nilai-nilai ekstrinsik dalam cerita yaitu (agama,
budaya, sosial, moral)

Nilai Agama
Nilai agama yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan
dengan aturan/ajaran yang bersumber dari agama tertentu.
Sastra pada umumnya bertalian dengan religiusitas manusia
dan humanisme. Manusia alam dan religiusitas membentuk
sistem kehidupan. Dalam teori klasik, alamlah yang
memberikan inspirasi menggerakkan hati dan tangan manusia
dalam penciptaan sesuatu seperti halnya menciptakan suatu
karya yang bisa disebut karya sastra (Jarkasi, 2002:1). Dari
pengertian di atas dapat penulis ulas, bahwa nilai religius itu
tidak pernah terlepas dari manusia dan masyarakat yang
membentuk seuatu kehidupan. Juga yang berisi inspirasi
menggerakkan hati dan tangan manusia utnuk menciptakan
sesuatu jalan yang lebih baik.

Nilai Moral
Nilai moral yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan
akhlak/perangai atau etika. Nilai moral dalam cerita bisa jadi
nilai moral yang baik, bisa pula nilai moral yang buruk/jelek.
Wujud moral dalam karya fiksi dapat berupa hal-hal berikut:
1. hubungan manusia dengan dirinya sendiri;
2. hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup
sosial.
3. hubungan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya;
4. hubungan manusia dengan Tuhannya.

Pesan moral yang sampai kepada pembaca dapat ditafsirkan


berbeda- beda oleh pembaca.
Hal ini berhubungan dengan cara pembaca
mengapresiasi isi cerita. Pesan moral tersebut dapat berupa
cinta kasih, persahabatan, kesetiakawanan sosial, sampai rasa
takjub kepada Tuhan. Untuk melatih Anda mengenal unsur
moral dalam cerita fiksi,

Nilai Budaya
Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan
kebiasaan/tradisi/adat-istiadat yang berlaku pada suatu daerah.
Dari pengertian di atas, penulis dapat mengulas bahwa nilai
budaya itu merupakan nilai kebiasaan, tradisi atau adat istiadat
yang ada dalam suatu masyarakat.

Nilai Sosial
Nilai sosial yaitu nilai-nilai yang berkenaan dengan tata
pergaulan antara individu dalam masyarakat. Latar belakang
kehidupan pengarang dan situasi sosial ketika cerita itu
diciptakan. Dari pengertian di atas, penulis dapat mengulas
bahwa nilai sosial adalah nilai-nilai yang berhubungan dalam
kehidupan bermasyarakat atau sebuah latar belakang
pengarang ketika cerita itu diciptakan.

ii
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Cerpen
3.3.1 unsur intrinsik

no Isi Pembuktian
Unsur intrinsik

1 Tema Keresahan warga kampung


akan maling yang misterius.

 Tema Maling yang misterius.


tambahan

2 Alur Maju , Mundur Roh jahat itu se-lalu


berawal dari selatan
kampung kita. Lupakah
kita bahwa lambah yang
ada di sana pada awal
pendirian kampung ini
pernah dijadikan tempat
pembuangan iblis?
Pakiah Yunuih tahu
persis hal itu! Sebuah
kecerobohan kalau tidak
melibatkan beliau.
Paragraf ke- 7

3 Penokohan  Anak gadis 1. Rubiah adalah


( Protagonis ) gadis baik, sopan
 Yek damang dan pintar.
( Antagonis, Beberapa kali ia
sombong ) tercatat mewakili
 Kepala kampung kampung mengik
( Antagonis ) uti lomba baca
 Warga kampung Qur’an. Ia
( Netral / harapan keluarga
untuk
Tritagonis ) memberikan
contoh kepada
adik-adiknya.
Bahkan teladan
bagi para wanita
dalam sopan
santun pergaulan
di kampung itu.
Banyak anak
muda yang
berharap kelak
bisa
mempersunting
gadis ini.
Paragraf ke- 4
2. “Lihat saja nanti,
kalau kasus ini
tuntas, potong
kuping saya,”
kata Yek Damang
sambil
memegang daun
kupingnya yang
sebelah kiri
kepada teman-
teman seper-
jalanannya.
Paragraf ke – 9
3. Alaa, kita jangan
bersandi pada satu
orang!” dengan
nada agak kesal
kepala kampung
menanggapi
pertanyaan Yek
Damang.
Paragraf ke – 6
4. Warga sangat
penasaran kira-
kira kepu-tusan
penting apa yang
akan diambil oleh
kepala kampung

ii
kali ini. Apakah
masih tidak me-
ngindahkan
pendapat dan
suara warga
dalam proses
pengambilan
keputusan.
Paragraf ke -2
dari akhir

4 Latar
 Tempat Kampung.
 Waktu Pagi buta.
 Sosial Masih percaya adanya hal
hal mistis.

5. Sudut pandang Orang ke 3

3.3.2 Unsur Ekstrinsik

No Unsur Ekstrinsik Isi Pembuktian

1. Nilai kemanusiaan Masyarakat yang saling Kepala kampung yang


bergotong – royong untuk terkenal reaktif itu pun
menjaga kampungnya dari bertindak. Keamanan
maling misterius itu. kampung segera
ditugaskan untuk men-
cari siapa si pelaku.
Sementara itu, supaya
warga kampung tidak
dicekam ketakutan,
melalui corong surau,
juru penerang kampung
memberikan pengertian
kepada masyarakat.
Keama-nan diperketat.
Jaga malam kembali
dihidupkan.
Paragraf ke – 2
2. Nilai pendidikan Mengajarkan kita bahwa
dengan saling bekerja sama
membantu kita mengurangi
beban masalah. Tetapi
jangan lah sekali-kali
menuduh seseorang tanpa
bukti apapun yang dimiliki, itu
tidak baik

3.3.3 Sinopsis Cerpen

Pagi buta, beberapa orang warga menemukan seorang anak gadis


tergeletak di bawah po-hon di pinggir hutan di batas kampung. Wajahnya
kuyu dan pakaiannya acak-acakkan. Dan, gadis itu tidak mampu menjawab
tanya orang-orang mengapa dia berada di sana sepagi itu. Mulut gadis itu
terkunci rapat. Tampaknya telah terjadi sesuatu yang buruk pada gadis ini.
Peristiwa ini dengan cepat tersiar ke seluruh kampung. Kampung pun
seketika heboh.

Kepala kampung yang sangat gesit langsung mengambil tindakan, dengan


melalukan pengamanan kampung diperketat. Semua warga juga ikut
membantu. Tetapi hal itu tidak efektif karna yang namanya maling juga akan
mempunyai celan dimana pun itu walupun sudah dijaga seketat mungkin.

Di hari berikutnya mulai banyak yang menjadi korban. Dari gadis, istri-istri
yang sudah memiliki suami, bahkan janda-janda pun ikut menjadi korban.
Tindakan ini sudah keterlaluan. Semua warga kampung semakin resah akan
keberadaan maling tersebut. Mereka takut jika korban selanjutnya ialah
keluarga mereka.

ii
Tim dibentuk oleh kepala kampung untuk membantu memecahkan masalah
ini. Tapi apa boleh buat, sebulan kemudian masalah ini tak kunjung
dipecahkan, malah yang terjadi ialah penuduhan oleh Yek Damang kepada
Kepala kampung.

3.2 Pesan Kemanusiaan

No Pesan Kemanusiaan Kalimat dan Paragraf


1. Masyarakat yang saling bergotong – Kepala kampung yang
terkenal reaktif itu pun
royong untuk menjaga kampungnya dari
bertindak. Keamanan
maling misterius itu. kampung segera ditugaskan
untuk men-cari siapa si
pelaku. Sementara itu,
supaya warga kampung tidak
dicekam ketakutan, melalui
corong surau, juru penerang
kampung memberikan
pengertian kepada
masyarakat. Keama-nan
diperketat. Jaga malam
kembali dihidupkan.
Paragraf ke – 2
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan Cerpen


Unsur intrinsik dalam cerpen tersebut ialah dari tema yang sangat
menunjukan bahwa adanya keresahan pada masyarakat akan maling
misterius itu. Alur yang maju mundur, di dalam cerpen di beritahu
bahwa masih meceritakan adanya roh jahat di bukit. Tokoh yang
sangat beragam dari antagonis, protagonist, dan tritagonis.latar dari
cerpen itu di kampung , pagi buta , dan adat istidat yang masih
sangat kental. Sudut pandang dari cerpen itu ialah Rubiah dan Maling.
Konflik sosial yang dialami oleh tokoh utama yaitu si Rubiah ialah
trauma yang mendalam. Menjadi sosok yang pendiam , jarang
bergaul. Akibat kejadian penculikan itu.
Nilai pendidikan yang dapat diambil ialah Mengajarkan kita bahwa
dengan saling bekerja sama membantu kita mengurangi beban
masalh. Tetapi jangan lah sekali-kali menuduh seseorang tanpa bukti
apapun yang dimiliki, itu tidak baik.
Pesan moral yang terkandung dalam cerpen ialah, Dalam hal
apapun sebisa mungkin memang harus saling bergotong-royong agar
mengurangi beban pihak yang berwajib, saling membantu, menjaga ,
melindungi, dan juga bila tidak ada bukti yang ditemukan janganlah
kita menduh orang sembarangan.

ii
DAFTAR PUSAKA

http://maltabahasa-senja.blogspot.co.id/2013/09/maling-
kampungan.html
http://www.academia.edu/5160511/MAKALAH_CERPEN
ii

Anda mungkin juga menyukai