Anda di halaman 1dari 7

BAHAN BACAAN CERPEN SMA

1. Pengertian Cerita Pendek

Cerita pendek atau yang lebih dikenal dengan cerpen merupakan salah satu karya
sastra berbentuk prosa. Penulis cerpen dituntut untuk bisa mengemukakan secara
runtut jalan sebuah cerita sehingga dapat menggambarkan kisah yang diuraikan
terkonsep dengan jelas dalam imajinasi pembaca serta bisa mengalami benar peristiwa
dalam kisah tersebut.

Di antara teks sastra yang ada, cerita pendek (cerpen) hadir sebagai cerita yang
imajinatif, edukatif, dan meskipun fiktif mampu menyajikannya berdasarkan realitas
atau kenyataan yang terjadi di dalam kehidupan atau masyarakat. Selain itu,
keunggulan cerita pendek terdapat pada jumlah kata lebih sedikit dibandingkan novel,
waktu pembacaannya pun lebih singkat, serta dapat diselesaikan dalam sekali waktu

Pratt (1994: 82) menjelaskan bahwa cerita pendek dan novel memiliki perbedaan lebih
mendasar yaitu (1) novel menceritakan kehidupan, cerita pendek menceritakan bagian
dalam kehidupan; (2) cerita pendek membahas satu hal saja, novel membahas banyak
hal; (3) cerita pendek merupakan sebuah contoh, sedangkan novel merupakan
keseluruhan; dan (4) novel adalah teks yang menyeluruh, sedangkan cerita pendek
bukan. Cerita pendek jika dibandingkan dengan novel tentu memiliki perbedaan yang
lebih detail, terutama dari bentuk yang disajikan kepada pembaca.

Sementara itu, Abbasi & Al-Sharqi (2006; 3) mengemukakan bahwa cerpen selalu
berkaitan dengan satu tokoh, satu peristiwa, dan satu kesatuan emosi yang muncul dari
situasi. Pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa dalam cerita pendek tokoh
merupakan hal utama dalam mengenalkan peristiwa kepada pembaca sehingga ragam
peristiwa yang muncul mampu membuat pembaca mengungkapkan emosinya.

Berdasarkan pernyataan di atas, meskipun cerpen tidak lebih panjang dibandingkan


novel berdasarkan jumlah kata tetap mampu menunjukkan keunggulannya. Perbedaan
keunggulan cerpen dengan teks sastra lain salah satunya dari jumlah. Namun, sedikit
atau banyaknya jumlah kata cerpen tetap sejumlah peristiwa yang mampu menambah
wawasan dan pengalaman pembaca tentang persoalan kehidupan.
2. Nilai-nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek

Setiap cerita pendek yang dibaca tentu memiliki sesuatu hal yang penting yang dapat
bermanfaat bagi pembaca sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Jika
pembaca menemukan cerita pendek yang di dalamnya melibatkan hubungan individu
dengan masyarakat atau dengan sesama individu maka hal tersebut termasuk ke dalam
nilai-nilai sosial begitupun hal- hal penting lain yang dapat ditemukan yang
berhubungan dengan agama, moral, atau budaya.

Adapun penjelasannya sebagai berikut.


a. Nilai Pendidikan
Nilai yang dilihat dari sudut pandang mengani persoalan latar belakang pendidikan
atau pelajaran hidup (pengubahan tingkah laku dari butuk menjadi baik)
b. Nilai Sosial
Nilai yang dilihat dari sudut pandang m.engenai hubungan dengan manusia atau
masyarakat (interaksi sosial antarmanusia). Nilai ini dapat diketahui melalui
penggambaran antartokoh.
c. Nilai Religius
Nilai yang dilihat dari sudut pandang seseorang berdasarkan hubungannya
dengan kepercayaan atau ajaran agama tertentu. Nilai ini dapat diketahui melalui
simbol agama tertentu, kutipan atau dalil dari suatu kitab suci.
d. Nilai Moral
Nilai yang dilihat dari sudut pandang kepribadian atau sikap seseorang dalam
menyikapi suatu masalah seperti perangai, budi pekerti, atau tingkah laku. Nilai
ini buasanya dapat diketahui melalui deskripsi tokoh.
e. Nilai Budaya
Nilai yang dilihat dari sudut pandang kebiasaan, adat-istiadat, kepercayaan oleh
masyarakat setempat. Nilai ini dapat diketahui melalui penggambaran adat istiadat,
bahasa dan gaya bicara tokoh yang mencerminkan bahasa tertentu dan kebiasaan
yang berlaku pada tempat para tokoh.

Berikut adalah contoh nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek.


a. Nilai Pendidikan
Berikut adalah kutipan dari cerpen Jakarta 3030 karya Martin Aleia

“Jakarta terkurung dalam kutukan karena kejahatan kemanusiaan yang


didewakannya selama lebih dari tiga dasawarsa menjelang akhir abad keduapuluh.
Ingatan kolektif penduduknya bisa lenyap. Tetapi, zaman tak pernah akan lupa
bahwa pada waktu itu ratusan ribu orang dibunuh seperti tikus comberan. Anak-
anak muda yang ganteng dan manis-manis, yang bercita-cita sangat sederhana,
hanya sekedar untuk bisa meludah karena tak tahan mencium bau amis para
penguasa yang durjana, diculik dan dilenyapkan rezim bersenjata.”

Pada kutipan cerpen di atas, terdapat nilai pendidikan ialah pada zaman penjajahan,
para pemuda benar-benar bersemangat melawan para penjajah. Hal tersebut
merupakan nilai pendidikan yang perlu diteladani. Sebagai para pemuda yang kini telah
bebas dari penjajahan, harus lebih bersemangat dari para pemuda yang dulu berjuang
keras memperoleh untuk kemerdekaan.

b. Nilai Sosial
Berikut adalah kutipan dari cerpen berjudul Cincin Bernama karya Rini T.S.

“Maka, begitu ia turun dari tempatnya, aku ikutan menghambur untuk


menyalaminya, mengucapkan selamat atas kesuksesannya sebagai pembicara, dan
yang paling penting adalah memuaskan diri, menghisap aroma keringatnya yang
tak jadi soal lagi walau berbaur dengan bau kerak nikotin yang sangat menyengat
itu.”

Pada kutipan cerpen di atas, nilai sosial yang terdapat ialah mengucapkan selamat
atas keberhasilan orang lain dalam meraih prestasi. Hal ini merupakan nilai sosial
antara hubungan individu dengan individu.

c. Nilai Religius
Berikut adalah kutipan dari cerpen berjudul Apa Arti Jilbab Bagimu Karya Lamia NS.

“Sebenarnya sangat banyak kejadian seperti itu yang terjadi kepadaku, sangat
sering. Terkadang aku bingung dengan orang-orang yang tak peduli untuk menutup
aurat mereka. Sungguh sebenarnya apa arti jilbab bagi mereka?”
Pada kutipan cerpen di atas, terdapat nilai religius yang diambil. Nilai religius tersebut
meliputi jilbab yang merupakan penutup aurat yang dipakai perempuan muslimah
untuk menutupi kepala dan leher sampai ke dada.

d. Nilai Moral
Berikut adalah kutipan dari cerpen berjudul Percayalah Pada Niat Baikmu, Martini
karya Kurniawan Lastanto.

“Dengan cermat Martini memperhatikan sekeliling, akan tetapi ia tidak melihat


seorang saudara atau kerabatpun yang ia kenal. Sempat terbersit rasa iri dan
kecewa ketika ia menyaksikan beberapa rekanannya yang dijemput dan disambut
kedatangannya oleh orang tua, anak atau suami mereka. Namun dengan segera ia
membuang jauh – jauh pikiran tersebut. Ia tidak ingin suuz.

Pada kutipan cerpen di atas, nilai moral yang terdapat ialah ketika Martini
membuang jauh-jauh prasangka buruk terhadap suaminya. Ia tidak ingin suuzon
pada suaminya karena suuzon merupakan perbuatan tidak baik. Suuzon merupakan
istilah dalam bahasa Arab yang memiliki arti prasangka buruk.

e. Nilai Budaya
Berikut adalah kutipan dari cerpen berjudul Bulan Setengah Karya Eve
“Malam itu warga Ibu Kota digemparkan oleh tidak bundarnya lagi Bulan di atas
langit Jakarta. ‘Pasti aksi teoris!’ kata seorang bapak RT. ‘Kali ntu ade
ubungannye ama tukang nasgor nyang ilang di depan rume Pondok Indah!’ kata
abang ojek.”

Pada kutipan cerpen di atas, terdapat nilai budaya melalui perkataan seorang tukang
ojek yaitu apa yang dikatakannya menggunakan bahasa Betawi yang merupakan ciri
khas dari budaya Jakarta.

3. Unsur-unsur Pembangun Cerita Pendek

Cerpen sebagai salah satu karya sastra yang menyajikan “isi” dan “bentuk”. Isi cerpen
dapat ditemukan pada nilai-nilai yang terkandung di dalamnya seperti nilai sosial,
budaya, agama, dan moral, sedangkan bentuk karya sastra dapat diamati melalui unsur-
unsur pembangunnya seperti tema, latar, alur, sudut pandang, gaya bahasa,
tokoh/penokohan, dan amanat.

Tema dapat diistilahkan sebagai jiwa dari sebuah tulisan. Tema tentu berbeda dengan
judul yang dikatakan sebagai kepala sebuah tulisan. Pengarang sebagai aktor utama
dalam menciptakan karya memiliki peran penting dalam menyajikan nuansa imajinasi
dan realitas kepada pembaca sehingga dapat memaknai persoalan kehidupan dalam
berbagai cerita. Oleh karena itu, McCarty (1997: 179) menyebutkan tema adalah
gagasan utama mengenai makna kehidupan yang dipresentasikan pengarang ke dalam
sebuah cerita.

Latar dalam cerita pendek mendeskripsikan tentang tempat, suasana, dan waktu. Latar
tempat berhubungan dengan lokasi yang ditempati oleh tokoh dalam cerita atau lokasi
di mana peristiwa itu terjadi seperti di rumah, di perpustakaan, di Jakarta, dan lain-lain.
Latar suasana berhubungan dengan keadaan suatu peristiwa yang dialami oleh tokoh
dalam cerita seperti suasana yang membahagiakan, menegangkan, mengecewakan, dan
lain sebagainya serta latar waktu berhubungan dengan peristiwa terjadi pada saat itu
seperti siang hari, sore hari, malam hari, atau pagi hari.

Alur atau plot dalam cerita pendek mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang


diceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu. Alur dibedakan
menjadi alur maju, mundur, dan alur campuran. (1) alur maju adalah cerpen dengan
peristiwa yang dimulai dari awal sampai akhir; (2) alur mundur adalah cerpen dengan
peristiwa yang dimulai dari akhir cerita ke awal cerita. Alur mundur disebut juga dengan
istilah kilas balik; dan (3) alur campuran adalah alur cerpen yang merupakan gabungan
antara alur maju dan alur mundur. Berikut ini merupakan skema alur.

Skema Alur
Penjelasan skema dia atas yaitu (1) orientasi ialah penentuan peristiwa, menciptakan
gambaran visual latar, suasana perasaan, waktu cerita, pengenalan karakter, dan arah
menuju komplikasi; (2) rangkaian peristiwa yaitu kisah berlanjut menuju peristiwa; (3)
komplikasi yaitu cerita bergerak menuju konflik atau puncak masalah yang
mempengaruhi latar waktu dan karakter; dan (4) resolusi yaitu solusi masalah
bagaimana pengarang mengakhiri cerita.

Sudut pandang dalam cerita pendek mendeskripsikan posisi pengarang dalam bercerita,
Pengarang menjadi orang pertama atau orang ketiga. Adapun sudut pandang keduanya
yaitu (1) sudut pandang orang pertama adalah pengarang terlibat langsung atau orang
pertama dalam cerita yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang aku, saya, dan
sebagainya; dan (2) sudut pandang orang ketiga adalah pengarang tidak terlibat
langsung dalam cerita yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang seperti dia,
mereka, dan sebagainya atau menggunakan nama tokoh. Sudut pandang orang ketiga
terbagi atas orang ketiga terarah dan orang ketiga serba tahu.

Gaya bahasa dalam cerita pendek mendeskripsikan penggunaan atau pemilihan kata
yang diugunakan dalam penulisan cerita fiksi. Pemakaian gaya bahasa untuk
memperoleh efek-efek tertentu sehingga menjadi pembeda dengan tulisan nonfiksi.
Adapun gaya bahasa biasanya menggunakan bahasa yang bermajas metafora,
personifikasi, perumpamaan (asosiasi), perbandingan (alegori). Contohnya sebagai
berikut.
a. Majas Metafora
- Dia dianggap anak emas majikannya.
- Perahu itu menggergaji ombak.
- Perpustakaan adalah gudang ilmu.
b. Majas Personifikasi
- Ombak berkejar-kejaran ke tepi pantai.
- Awan menari-nari di angkasa.
- Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk.
c. Majas Perumpamaan (asosiasi)
- Bagaikan harimau kelaparan.
- Semangatnya keras bagaikan baja.
- Seperti menyulam di kain yang lapuk.
d. Majas Perbandingan (alegori)
- Perasaan wanita sangatlah rapuh bagaikan jendela kaca yang tipis.
- Lidah manusia bagaikan sebuah pedang yang sangat tajam.
- Mencari orang jujur bagaikan mencari jarum dalam tumpukan jerami
Penokohan dalam cerita pendek mendeskripsikan bagaimana pengarang menampilkan
tokoh-tokoh berikut wataknya. Penokohan merupakan watak atau karakter tokoh yang
terdapat dalam sebuah cerita. Oleh sebab itu, dalam penokohan dituliskan tokoh dan
watak dari tokoh. Tokoh merupakan pelaku dalam sebuah cerita. Tokoh terbagi atas
tokoh utama dan tokoh tambahan.

a. Tokoh utama merupakan tokoh yang melakukan interaksi secara langsung atau
terlibat dalam konflik.
b. Tokoh tambahan merupakan tokoh yang hanya diungkapkan dalam cerpen tanpa
adanya interaksi yang dilakukan tokoh atau tokoh yang tidak terlibat dalam
konflik.

Amanat dalam cerita pendek mendeskripsikan pesan yang disampaikan oleh pengarang
kepada pembaca terhadap isi cerita melalui tokoh-tokoh. Forster (1967: 224)
menyatakan bahwa tokoh cerita menempati posisi yang strategis sebagai pembawa dan
penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca melalui tokoh-tokoh. Dengan demikian, kehadiran tokoh
dengan ragam karakter yang dimunculkan pengarang menjadi penentu dalam
menghidupkan rangkaian cerita.

Anda mungkin juga menyukai