Dosen Pengampu:
Oleh:
AULIA RAHMANIA
22020144110
KELAS 2022 C
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Dr. Titik Indarti, M.Hum.
sebagai dosen pengampu mata kuliah sejarah sastra yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Aulia Rahamania
2
DAFTAR ISI
Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Fenomena………………………………………………………………..
1.3 Rumusan Masalah ………………………………………………………
1.4 Tujuan Penulisan …………………………………………………..........
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Tokoh Sang Penguasa………...................................................................
2.2 Sifat Diktator Sang Penguasa……………………………………………
2.3 Maksud dan Tujuan Penulis……………..………………………….......
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 Rumusan Masalah
a. Siapakah tokoh sang penguasa dan apa saja peran tokoh tersebut dalam
cerita ?
b. Apa saja sifat diktator yang dilakukan oleh sang penguasa dalam menjalankan
pemerintahannya?
c. Apakah maksud dan tujuan Seno Gumira Ajidarma menerbitkan novel bertema
kekuasaan?
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pada hakikatnya keberlangsungan cerita tidak dapat dilepaskan dari kehadiran tokoh.
Cerita dapat berjalan karena adanya tokoh-tokoh yang berlakuan di dalamnya. Melalui
perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan karakterisasinya, tokoh-tokoh dalam cerita memiliki
andil yang besar untuk membawa/mengarahkan cerita. Mustahil suatu cerita dapat mengalir
lancar tanpa adanya tokoh.
“…aku tidak pernah tahu, yang mana di antara cerita-cerita yang beredar tentang
Tirana bisa diakui kesahihannya. Pertama, bahwa Tirana adalah perempuan terindah
yang pernah diperkosa dan wajahnya telah disayat-sayat Komplotan Pisau Belati di
kamar penginapanku 500 tahun yang lalu; ataukah kedua, bahwa Tirana ternyata
seorang pria yang telah berkasih-kasihan dengan Guru Besar dan lantas merana
ketika Guru Besar saling jatuh cinta dengan seorang perempuan yang akhirnya
merebut kekuasaan.” (hlm. 224)
Tetapi terdapat kutipan yang memberikan spekulasi bahwa tirani adalah seorang wanita
cantik yang pernah diperkosa oleh Komplotan Pisau Belati. Bagian ini mengisahkan tempat
menginap “aku” yang ternyata dulunya pernah digunakan oleh para pelajar Negeri Senja.
Melalui keterangan pemilik penginapan, “aku” memperoleh informasi bahwa dulu pernah
ada seorang gadis cerdas yang menjadi pujaan setiap orang Negeri Senja, tak peduli
lelaki atau perempuan. Sementara itu, dalam kesehariannya, gadis cantik sekaligus cerdas
6
ini senantiasa mengenakan busana pria.
“Ia (gadis cerdas itu, pen) tidak pernah menutupi kenyataan bahwa dirinya adalah
seorang perempuan. Usianya baru 20, semangatnya tinggi, dan ia berbusana seperti
seorang pria. Ia tampak begitu menggetarkan, apabila melangkah di jalanan Negeri
Senja bahkan kaum pria merasa gentar, dan kaum perempuan merasa terpesona.
Padahal sudah jelas ia seorang gadis meski berbusana pria.” (hlm. 29)
Tokoh Tirana adalah penguasa Negeri Senja yang telah bertahta selama dua ratus
tahun dengan segala kekejaman dan kebengisannya. Siapa pun dan bagaimana pun bentuk
ketidaktakziman penduduk Negeri Senja terhadap Tirana, sudah pasti mendapat ganjaran
semestinya—tak peduli anak atau dewasa, lelaki atau perempuan! Seperti dalam kutipan
berikut ini.
“…jangan dikira bahwa anak kecil dan orang dewasa dibedakan oleh pemerintahan
Puan Tirana Sang Pengusa yang Buta….pemandangan anak kecil terkapar sambil
memegang bendera dengan pisau terbang di jantungnya adalah biasa di Negeri
Senja.” (hlm. 184)
Kekejaman tirana juga terjadi pada pengikutnya sendiri, Tirana bahkan tega untuk
menggantung pengikutnya jika ada yang tidak patuh ternhadapnya. Seperti dalam kutipan
berikut ini.
“…duabelas Mata-mata Istana merasa gentar hatinya. Apapun yang tiada berkenan di
hati Tirana hukum gantung ganjarannya. Ini masih lebih baik daripada duabelas pisau
terbang yang melayang untuk merajam.” (hlm. 139-140)
Sungguh, begitu kejamnya Tirana sehingga orang-orang yang melawannya berhasil
ia singkirkan ketika mencoba membunuhnya, saat Tirana sedang menuju Kuil Matahari. Pada
7
peristiwa ini Tirana menampakkan wujudnya kepada khalayak— setidaknya pengarang mulai
menghadirkan sosok Tirana di bagian ini.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analisis terhadap novel Negeri Senja ini dilakukan untuk mengetahui tentang
siapakah tokoh Sang Penguasa yang Buta serta bagaimana penokohannya. Hal ini
berkesimpulan bahwa tokoh Tirana Sang Penguasa adalah seorang perempuan buta yang
menguasai Negeri Senja dan senantiasa mengenakan jubah hitam serta kerudung yang
sekaligus juga menutupi kepalanya. Tokoh Tirana juga mengalami luka batin, yakni merana
karena penghianatan cinta oleh tokoh Guru Besar. Penghianatan cinta ini menjadi seteru yang
kemudian menjadi petaka besar bagi penduduk Negeri Senja karena Tirana melampiaskan
dendam cintanya tersebut dengan cara menindas rakyat.
3.2 Saran
Kiranya Novel Negeri Senja dapat ditilik dengan menggunakan pendekatan sosiologi
sastra guna memperoleh cerminan masyarakat di mana roman ini hidup—dalam hal ini
Indonesia—yang kemudian dielaborasikan dengan sejarah kelam penguasa yang pernah
hidup di negeri Indonesia.
Dengan demikian, penelitian yang saya lakukan ini dapat kiranya dijadikan landasan
tumpu bagi peneliti-peneliti yang tertarik akan persoalan kediktatoran, sehingga 55 dengan
begitu diharapkan akan memunculkan gagasan yang dapat mendukung atau bahkan
menjatuhkan penelitian ini
9
DAFTAR PUSTAKA
Budiawan. 1994. Kritik Terhadap Militerisme dalam Sastra: Kasus Tiga Cerita Pendek Seno
Gu
Hartoko, Dick dan B. Rahmanto.1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Koentjaraningrat.1977. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia
Kompas. 2004. Sapardi, Seno, dan Linda Christanty Raih Penghargaan Sastra Katulistiwa.
Kompas 13 Oktober 2004.
10