Anda di halaman 1dari 13

Tema Kemiskinan dalam Cerpen Karjan dan Kambingnya

Karya Hamsad Rangkuti


(Sebuah Analisis Struktural)
Samanik
Universitas Teknokrat Indonesia, Lampung
stba.teknokrat@gmail.com

Abstrak
Makalah ini bertujuan untuk mengungkap tema cerita pendek Hamsad Rangkuti
berjudul Karjan dan Kambingnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan
pendekatan struktural. Pendekatan ini menganalisis unsur-unsur struktur yang
membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaiatan
unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna. Dalam
pembahasan, aspek sintaksis, semantis, dan pragmatis cerita pendek tersebut
dikaji untuk mengungkap tema cerita.

Kata Kunci: Tema kemiskinan, aspek sintaksis, aspek semantis, aspek pragmatis

I. LATARBELAKANG
Dalam kata pengantar kumpulan cerpen Hamsad Rangkuti, Sapardi Djoko
Damono mengatakan bahwa Hamsad Rangkuti mampu menangkap detil suatu
objek atau peristiwa yang kadang terlewatkan oleh kita. (Sampah Bulan
Desember, 2000: xii). Cerpen-cerpen Rangkuti banyak menyoroti kehidupan
orang-orang miskin. Ia dianggap mampu merepresentasikan 1 masyarakat miskin
dalam karya-karyanya. Rangkuti mencoba untuk menggugah kepedulian kita
terhadap masyarakat miskin yang sering ditelantarkan dan di tempatkan dalam
posisi marjinal.
Sehubungan dengan hal tersebut, makalah ini bertujuan untuk mengungkap
tema salah satu cerpen Hamsad Rangkuti yang berjudul Karjan dan Kambingnya.
Pembahasan didasarkan pada landasan berfikir kaum strukturalis yang
menganggap teks sebagai sebuah bentuk otonom. Kaum strukturalis berpendapat
bahwa untuk memaknai sebuah teks (karya sastra), kita harus menempatkan teks

1
Meski banyak definisi untuk kata representasi, dalam pembahasan ini penulis mendefinisikan
representasi sebagai ciraan atau gambaran. (Dani Cavallaro, Teori Kritis dan Teori Budaya
(Yogyakarta: Niagara, 2004), hlm. 69.
tersebut secara mandiri.2 Oleh karena itu, dalam proses pemaknaan, karya sastra
harus dibebaskan dari unsur pengarang dan latar sosial saat karya itu dituliskan.
Teks (sastra) merupakan sebuah jalinan unsur-unsur yang bersatu membentuk
sebuah kesatuan yang artistik (artistic unity).
Pencarian tema dilakukan dengan melakukan analisis sintaksis, semantis,
dan pragmatis. (Todorov, 1985:13). Analisis sintaksis bertujuan untuk
mendapatkan satuan isi cerita. Melalui satuan isi cerita ini, kita bisa melihat alur
cerita, tokoh, dan latar cerita secara jelas. Analisis semantik dimaksudkan untuk
menganalisa watak tokoh serta latar cerita dalam kaitannya dengan keseluruhan isi
cerita. Sementara itu, analisis pragmatik diarahkan untuk menganalisa sudut
pandang dan gaya bahasa pengarang. Akhirnya, melalui makalah ini, penulis ingin
mengungkapkan gagasan utama cerpen Karjan dan Kambingnya karya Hamsad
Rangkuti.

II. Tinjauan Pustaka


II.1Strukturalisme
II.2Zvetan Todorov

III. PEMBAHASAN
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pembahasan akan meliputi analisis
aspek sintaksis, semantik, dan pragmatik. Dari analisis-analisis tersebut, akan di
uraikan bagaimana tema kemiskinan terepresentasikan dalam cerpen Karjan dan
Kambingnya karya Hamsad Rangkuti.

2.1 Analisis aspek sintaksis


Melalui analisis sintaksis ini akan dibahas hubungan antara unsur-unsur yang
hadir (in prasentia). Dalam hubungan unsur-unsur yang hadir ini akan dibagi
menjadi urutan tekstual, kronologis, dan logis.
a. Urutan Tekstual

2
Charles E. Bressler, Literary Criticism; an Introduction to Theory and Practice (New Jersey:
Prentice-Hall, Inc, 1999), hlm. 99.
Urutan tekstual ditujukan untuk memperoleh satuan isi cerita. Urutan tekstual
didapat dengan membagi cerita menjadi sekuen-sekuan. Sekuen-sekuan cerpen
Karjan dan Kambingnya adalah sebagai berikut.
1. Deskripsi kondisi di sekitar sisi rentang rel kereta sehabis musim penghujan
yang ditumbuhi rumput dan batu-batu bantalannya yang berserakan
2. Deskripsi tentang rel kereta api yang harus dirawat secara rutin
3. Buruh lepas yang tinggal di gubuk-gubuk liar di sekitar rel bisanya diupah
untuk memotong semak di sekitar rentang rel kereta
4. Kepala jawatan kereta api sering menginstruksikan bawahannya untuk
membongkar gubuk-gubuk liar tersebut. Meskipun begitu, gubuk-gubuk itu
selalu tumbuh kembali seperti semula
5. Penghuni gubuk-gubuk liar itu biasannya memancing kantuk dengan bermain
kartu domino dan kadang ditemani musik yang gampang mereka cerna dari
sebuah radio transistor murahan
6. Penjaga pintu kereta datang ke gubuk-gubuk gubuk liar tersebut untuk
menemui Karjan
7. Penjaga pintu kereta telah beberapa kali mengusulkan agar Karjan diangkat
sebagai buruh harian, akan tetapi atasannya tidak memperhatikannya
8. Penjaga pintu kereta meminta Karjan untuk membersihkan rumput-rumput
liar dan batu-batu yang berserakan disekitar bantaran rel kereta
9. Karjan memulai kerjanya
10. Suatu sore Karjan didekati dan disapa oleh seseorang yang turun dari kereta
api barang yang datang dari luar kota
11. Karjan berusaha mengidentifikasi orang itu
12. Karjan mengenali orang itu, yakni Parman, teman main dominonya dahulu
13. Peluit lokomotif melengking sebagai pertanda bahwa ketera akan segera
berangkat
14. Parman berteriak kearah lokomotif untuk menunggu sejenak
15. Karjan dan Parman melanjutkan percakapan tentang kenangan-kenangan
masa lalu mereka
16. Peluit lokomotif melengking lagi
17. Parman bercerita tentang pekerjaanya beternak kambing di kampung
18. Peluit lokomotif melengking lagi
19. Parman memberikan seekor kambing bandot untuk dijadikan kambing guling
kepada Karjan
20. Parman kembali masuk ke dalam gerbong kereta
21. Karjan masih merasa tidak yakin dirinya sekarang telah membawa seekor
kambing besar
22. Karjan membayangkan pesta kambing guling di gubuk-gubuk liar tempat
tinggalnya
23. Karjan melintasi gardu keamanan
24. Petugas keamanan menaruh curiga kepada Karjan
25. Karjan mengatakan bahwa kambing itu pemberian sahabatnya
26. Petugas keamanan menanyakan tempat tinggal Karjan
27. Petugas keamanan tidak percaya bahwa kambing itu pemberian teman Karjan
28. Petugas keamanan meminta Karjan untuk meninggalkan kambingnya di
gardu
29. Karjan berusaha meyakinkan bahwa kambing itu memang benar pemberian
sahabatnya
30. Petugas kemanan tetap tidak percaya dan menganggap Karjan berbohong
31. Karjan masih berusaha meyakinkan petugas kemanan
32. Petugas kemanan tetap tidak percaya dan menganggap tidak mungkin orang
miskin seperti Karjan berteman dengan orang kaya yang mampu memberinya
seekor kambing. Menurutnya, orang miskin temanya adalah orang miskin
33. Karjan ditangkap oleh petugas keamanan.

Berdasarkan urutan tekstual di atas, dapat dilihat bahwa terdapat tiga puluh
tiga sekuan dalam cerpen Karjan dan Kambingnya. Melalui sekuen-sekuan
tersebut kita dapat mengetahui tokoh utama dalam cerpen, interaksinya, dan
pertemuannya dengan tokoh-tokoh lain. Selain itu, kita juga dapat mengetahui
latar (setting) cerpen.
Tokoh utama Cerpen Karjan dan Kambingnya adalan Karjan. Kemunculan
tokoh Karjan paling sering dibandingkan dengan tokoh yang lain. Sebagai
tambahan, tokoh Karjan juga dikategorikan sebagai tokoh utama karena cerita
yang bergulir lebih terfokus pada kehidupan tokoh tersebut. Dari satuan isi cerita
diatas, kita juga bisa melihat bahwa latar (setting) tempat cerpen berkisar di
stasiun kereta dan pemukiman kumuh di sepanjang sisi rel kereta. Analisis
mengenai tokoh dan latar akan lebih diuraikan dalam bagian analisis semantik.

b. Urutan kronologis
Cerita berawal dari deskripsi keadaan lingkungan sekitar rel kereta sehabis musim
penghujan. Batu-batu yang menjadi landasan balok rel bergeser dan rumput keluar
dari celah-celah rel kemudian menyemak dengan cepat. Oleh karena itu, rel kereta
harus secara rutin dirawat. Petugas kontrol secara rutin mengencangkan skrup-
skrup pengikat rel yang melonggar akibat getaran yang disebabkan oleh kereta
yang melaju di atasnya. Buruh upah biasannya dipekerjakan untuk merapihkan
batu-batu yang berserakan dan memotong rumput-rumput liar disekitar rel kereta.
Di sepanjang sisi rel berdiri gubuk-gubuk liar yang menjadi tempat tinggal
buruh upah dan masyarakat golongan bawah lainnya. Setiap kali kepala jawatan
kereta api meminta untuk membongkar gubuk-gubuk liar itu, setiap kali juga
gubuk-gubuk itu kembali bermunculan seperti semula. Gubuk-gubuk itu berdiri
sangat dekat dengan rel kereta sehingga kereta api yang lewat memadamkan
lampu di gubuk-gubuk tersebut. Para penghuninya biasanya menunggu kantuk
dengan bermain kartu domino dan mendengarkan musik yang gampang mereka
cerna melalui sebuah radio transistor murahan.
Penjaga pintu kereta api datang ke gubuk-gubuk liar itu untuk menemui
Karjan. Karjan diminta untuk merapihkan batu-batu dan rumput-rumput liar yang
tumbuh disekitar rel kereta. Karjan pun memulai kerjanya. Ia bekerja dibawah
terik matahari dan kereta yang kadang melintas.
Suatu sore Karjan ditemui oleh seseorang yang turun dari kereta api barang
yang berasal dari luar kota. Orang itu mengaku sebagai sahabat Karjan. Karjan
mencoba mengenali orang tersebut. Akhirnya, Karjan dapat mengenali orang
tersebut, namanya Parman, temannya bermain domino dahulu. Sama seperti
Karjan, Parman juga dahulu tinggal di dalam gubuk-gubuk liar dekat rel kereta.
Untuk beberapa saat, mereka terlibat dalam percakapan dan mengenang kejadian-
kejadian di masa lalu. Peluit kereta bebarapa kali melengking untuk mengingatkan
Parman bahwa waktunya telah habis. Parman lalu memberikan seekor kambing
bandot kepada Karjan untuk dibuat kambing guling. Setelah itu, Parman kembali
masuk ke dalam gerbong kereta.
Karjan membawa kambing pemberian Parman melintasi gardu keamanan.
Petugas keamanan merasa curiga dan menginterogasi Karjan. Karjan mencoba
menjelaskan dan meyakinkan petugas keamanan bahwa kambing itu adalah
pemberian kawannya, Parman. Petugas keamanan tidak mempercayai Karjan,
menganggapnya berbohong, dan menangkapnya.

c. Urutan logis
Musim penghujan (sebab) membuat rumput disekitar rel kereta tumbuh dan
menyemak dengan cepat. Batu-batu yang menjadi landasan balok rel pun
berserakan karena orang yang menyusuri rel untuk jalan pintas, hujan yang
mengikis tanah dasarnya, dan getaran yang disebabkan kereta yang melintasinya
(sebab). Getaran yang diakibatkan oleh kereta yang lewat (sebab) juga
menyebabkan sekrup pengikat bantalan rel menjadi renggang. Oleh karena itu
(sebab), jawatan perkeretaapian membutuhkan petugas khusus untuk
mengencangkan kembali sekrup-sekrup pengikat bantalan rel dan buruh upahan
untuk merapihkan batu-batu dan memotong rumput-rumput liar di sekitar rel
kereta.
Karjan diminta untuk merapihkan batu-batu dan membersihkan rumput-
rumput di sekitar rel dikarenakan ia kenal dengan penjaga pintu kereta, teman
sekampungnya, yang di perintah oleh mandor stasiun (sebab). Suatu sore Karjan
ditemui oleh sahabatnya, Parman, yang keluar dari gerbong sebuah kereta barang
yang berasal dari luar kota. Kereta barang tersebut berhenti karena sebelumnya
Parman telah memberikan tiga bungkus rokok kepada petugasnya (sebab). Parman
memberikan seekor kambing kepada karjan. Parman mampu memberikan seekor
kambing kepada Karjan karena ia telah menjadi seorang pedagang kambing di
desanya (sebab).
Saat ingin membawa kambing pemberian Parman pulang, petugas keamanan
menangkap Karjan. Petugas keamanan menangkapnya karena menganggap Karjan
berbohong (Sebab). Kenyataan bahwa Karjan adalah orang miskin (sebab)
membuat petugas beranggapan bahwa tidak mungkin Karjan mempunyai teman
yang mampu memberinya seekor kambing. Menurut anggapan petugas keamanan
itu, orang miskin temannya adalah orang miskin. Orang miskin yang telah
menjadi kaya (sebab) adalah orang kaya, bukan lagi orang miskin.

Analisis terhadap alur cerita (plot)


Setelah mendapatkan keseluruhan satuan isi cerita dan urutan logis cerpen Karjan
dan Kambingnya, ada beberapa hal menarik yang layak untuk diulas. Yang
pertama merujuk pada satuan isi cerita (sekuen) nomer empat. Dalam sekuen itu
diceritakan bahwa petugas (kepala) jawatan kereta api sering memerintahkan
untuk membongkar hunian kumuh yang berdiri disepanjang sisi rel kereta.
Meskipun demikian, hunian kumuh itu dengan cepat berdiri kembali.
Dalam cerita sama sekali tidak disinggung penyebab mengapa hunian
kumuh itu dapat cepat kembali berdiri. Padahal, dalam cerita, secara jelas di
narasikan bahwa petugas (kepala) jawatan kereta api memerintahkan bawahannya
untuk membongkar hunian tersebut. Bukankah petugas (kepala) jawatan kereta
api mempunyai kuasa dalam menertibkan hunian tersebut. Bisa saja ia meminta
bantuan aparat kemanan untuk membongkar hunian kumuh tersebut.
Dari keterangan yang didapatkan dalam teks, hal tersebut memperlihatkan
kinerja buruk perkeretaapian. Hal ini ditunjukkan dengan ketidak mampuan (lebih
tepatnya ketidak disiplinan) petugas jawatan perkeretaapian dalam menertibkan
hunian kumuh tersebut.
Selain sekuen nomer empat, kita juga layak mencermati sekuen nomer tujuh.
Dalam sekuen itu diceritakan bahwa petugas penjaga pintu kereta telah
mengusulkan agar Karjan diangkat menjadi buruh harian, namun atasannya tidak
memperhatikannya (menolaknya). Padahal Karjan hanya diusulkan sebagai buruh
harian, bukan karyawan tetap. Petugas penjaga pintu kereta mengusulkan Karjan
karena masa kerjanya yang sudah lama. Dalam cerita tidak dijelaskan alasan
penolakan itu. Hal itu menunjukkan ketidak pedulian jawatan kereta api terhadap
kehidupan rakyat miskin
2.2 Analisis aspek semantis
Analisis semantik ini bertujuan untuk menganalisis citra tokoh dalam cerpen.
Adapun tokoh yang akan dibahas adalah Karjan, tokoh utama cerpen. Berdasarkan
sekuen-sekuen dan urutan logis cerita, ada beberapa hal yang menjadi citra
masyarakat miskin yang dilekatkan pada tokoh Karjan.
Citra masyarakat miskin yang terepresentasikan dalam cerpen melalui tokoh
Karjan. Masyarakat miskin diidentikkan dengan pemukiman kumuh, berprofesi
sebagai buruh, suka mendengarkan musik tertentu (dangdut) yang akrab dengan
masyarakat miskin (bawah), hanya bergaul dengan sesama orang miskin, dan sulit
mendapakan kepercayaan orang lain. Berikut ini akan diuraikan secara lebih rinci,
dalam bentuk tabel, tentang Karjan yang sebagai representasi masyarakat miskin
dalam cerpen Karjan dan kambingnya.

a. Karjan sebagai representasi masyarakat miskin


Representasi Keterangan
Identik dengan pemukiman kumuh Karjan diceritakan tinggal di gubuk liar
disepanjang rel kereta (lihat sekuen 3,
4). Ia tinggal di pemukiman itu bersama
teman-temannya yang memiliki latar
sosial sama.

Karjan adalah seorang buruh lepas.


Berprofesi sebagai buruh
Statusnya bukan sebagai pegawai pada
jawatan kereta api. Ia hanya
dipekerjakan bila dipanggil. (lihat
sekuen 7, 8).

Suka mendengarkan musik yang identik Saat menunggu rasa kantuk, Karjan
dengan masyarakat miskin
(dan temannya sesama penguni hunian
kumuh) mendengarkan musik yang
berasal dari sebuah radio murahan.
Dalam cerita dijelaskan bahwa musik
yang didengarkan adalah musik yang
gampang mereka cerna. Walaupun tidak
di nyatakan secara langsung, jelas
bahwa dalam cerpen masyarakat miskin
hanya mendengarkan lagu-lagu yang
‘dekat’ dengan mereka (orang-orang
yang tinggal di gubuk-gubuk kumuh
disisi rel kereta). Secara tersirat musik
yang dimaksud adalah musik dangdut
yang sampai saat ini masih diidentikkan
dengan masyarakat kelas bawah
(miskin) (lihat sekuen 5).

Dalam cerita, Karjan hanya mengenal


Hanya bergaul dengan sesama orang dan berinteraksi dengan orang-orang
miskin
yang memiliki kelas sosial yang sama
dengan dia (tukang pungut puntung
rokok, copet, dan buruh kasar). Dia
tidak pernah diceritakan melakukan
interaksi dengan orang yang memiliki
kelas sosial lebih tinggi (kaya) (semua
sekuen yang melibatkan tokoh Karjan).

Saat ingin membawa kambing


pemberian Parman, Karjan dicegat dan
Sulit mendapatkan kepercayaan.
diinterogasi oleh petugas keamanan.
Petugas keamanan mencurigai Karjan.
Meskipun mencoba melakukan
pembelaan diri dan berdasarkan fakta
yang sebenarnya, petugas keamanan
tetap menganggap Karjan berbohong
dan menangkapnya. Sulit bagi Karjan
untuk membuat orang lain (petugas
keamanan) mempercayainya. Terlebih,
saat orang lain (petugas keamanan) itu
tahu bahwa Karjan adalah orang
miskin. (lihat sekuen 24-33).

b. Representasi kemiskinan dalam latar ceita


Representasi kemiskinan sangat kental terlihat dalam cerpen ini. Pemukiman
disepanjang sisi rel kereta mengindikasikan kemiskinan tersebut. Orang-orang
yang tinggal di tempat itu tidak punya posisi tawar saat jawatan kereta api
memerintahkan untuk membongkar pemukiman itu. Mereka harus rela gubuk-
gubuk mereka dibongkar karena memang lahan tempat mereka mendirikan gubuk-
gubuk itu bukanlah milik mereka. Terlebih, daerah di sepanjang sisi rel kereta
adalah daerah terlarang untuk mendirikan bangunan. Pemukiman itu digambarkan
‘apak’ dan sangat dekat dengan jalur rel kereta. Karena jaraknya yang sangat
dekat, lampu-lampu hunian kumuh itu padam saat kereta melewatinya.

2.3 Analisis aspek pragmatis


a. Sudut pandang
Penulis menggunakan sudut pandang maha tahu (omniscience narratior).3
Pengarang menarasikan cerita tidak terbatas hanya dari pandangan tokoh tertentu.
Ia tidak terlibat dalam cerita dan tidak menjadikan tokoh tertentu sebagai pusat
penceritaan. Pengarng memilih kata ganti orang ketiga, misalnya dia, kata ganti
nama orang (proper noun), misalnya Karjan dan Parman, dan kata-kata yang
merujuk pada profesi, misalnya Mandor dan penjaga pintu kereta.
Pemilihan sudut pandang maha tahu membuat pengarang dapat dengan
leluasa menceritakan semua peristiwa dan pikiran-pikiran tokoh. Pemilihan ini
3
Pengarang yang ingin bertindak sebagai ‘tuhan’ bagi karyanya akan memilih teknik omniscience
narration. (William Kenney, How to Read and Write about Fiction, (USA: Simon and Shuster, Inc,
1966)), hlm. 51.
sangat mungkin terjadi karena cerita Karjan dan Kambingya berbentuk cerita
pendek. Dalam hal ini, pengarang tidak mendapatkan ruang yang cukup untuk
bereksplorasi dalam penceritaan. Penulis menempatkan dirinya diluar teks
sehingga dapat memberinya kebebasan bercerita dari beragam sudut (tokoh).
Pada kenyataanya, pemilihan sudut pandang ini dapat lebih memperjelas
jalan cerita. Penggunaan sudut pandang maha tahu (omniscience narrator)
memudahkan penulis dalam memberikan deskripsi tentang tokoh, latar dan hal
lain sehingga pembaca lebih mudah dalam ‘mengkonsumsi’ cerita. Pembaca cerita
pendek umumnya orang-orang yang tidak mempunyai banyak waktu dan
membutuhkan cerita-cerita yang tidak membuat mereka ‘berfikir keras’ untuk
memahami alur dan tokoh dalam cerita. Ruang cerita yang terbatas dan
kompleksitas cerita yang tidak terlalu rumit saya rasa cocok dengan pemilihan
sudut pandang ini.

b. Diksi
Dalam cerita banyak sekali kata-kata yang merujuk pada kondisi kemiskinan.
Penulis memilih kata-kata yang bisa membantunya mengkomunikasikan pesan
yang ingin disampaikan lewat karyanya. Dalam hal ini terdapat dua kata dominan
yang mempu memperkuat kesan kemiskinan dalam cerita. kata yang pertama
adalah kata buruh. Pengarang memilih kata buruh daripada kata karyawan. Kata
buruh memberikan pembaca sebuah visualisasi tentang jenis profesi yang rendah
(blue collar worker), umumnya berpendapatan rendah, dan memiliki waktu kerja
dan penghasilan tidak tetap.
Kata yang kedua adalah kata gubuk. Pilihan kata tersebut memberikan
gambaran yang berbeda kepada pembaca bila dibandingkan dengan kata rumah.
Kata rumah memberikan asosiasi yang positif. Rumah identik dengan sebuah
bangunan permanen yang layak huni. Sebaliknya, kata gubuk memberikan
asosiasi negatif. Gubuk identik dengan sebuah bangunan tidak permanen dan
tidak layak huni. Ketidak layakkan itu bisa dikarenakan ukuran ataupun kondisi
fisik bangunannya. Dengan demikian, pemilihan kata buruh dan gubuk sangat
menunjang untuk mempertegas pesan tentang kemiskinan yang disampaikan teks
(cerpen). Selain dua kata yang telah diuraikan diatas, penulis juga menggunakan
diksi-diksi dan kalimat-sederhana yang mudah di cerna. Pembaca dapat secara
langsung mengetahui arti setiap kata dan kalimat tanpa harus berfikir terlalu keras.
Hal tersebut membuat gagasan yang ingin disampaikan penulis menjadi lebih
mudah tersampaikan.

IV. Kesimpulan
Cerpen Karjan dan Kambingnya karya Hamsad rangkuti merupakan contoh karya
yang mampu menyampaikan tema kemiskinan dengan baik. Cerpen tersebut
menegaskan posisi marjinal masyarakat miskin. Tema kemiskinan di dapatkan
lewat penelusuran alur , tokoh, latar, sudut pandang, dan diksi dalam cerita.
Alur cerita memperlihatkan betapa masyarakat miskin selalu dianggap
sebagai ‘the other’. Hal itu membuat mereka dirugikan karena mendapatkan
perlakuan yang berbeda. Tema kemiskinan diperkuat dengan hadirnya tokoh
Karjan. Karjan digambarkan sebagai orang yang identik dengan pemukiman
kumuh, berprofesi sebagai buruh, dan suka mendengarkan musik tertentu
(dangdut) yang akrab dengan masyarakat miskin (bawah). Ia pun diceritakan
hanya bergaul dengan sesama orang miskin serta sulit mendapakan kepercayaan
orang lain.
Pemilihan gubuk-gubuk liar di sepanjang rel kereta sebagai latar utama
mengisyaratkan kondisi kehidupan masyarakat miskin yang tidak mempunyai
tempat tinggal yang layak huni. Sudut pandang omniscience memudahkan penulis
dalam memeberikan deskripsi dan narasi dari berbagai ‘vokalisasi’. Kata-kata dan
kalimat yang digunakan sederhana dan lugas. Untuk menciptakan ‘nuansa’
kemiskinan dalam cerita, misalnya, penulis lebih memilih menggunakan kata
buruh dan gubuk daripada kata pekerja dan rumah. Pilihan-pilihan kata tersebut
memperkuat nuansa kemiskinan dalam cerita.

PUSTAKA ACUAN
Bressler, Charles E. (1994). Literary Criticism: An Introduction to Theory and
Practice. (Second edition). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Cavallaro, Dani. (2004). Teori Kritis dan Teori Budaya. (Terjemahan Critical and
Cultural Theory oleh Laily Rahmawati). Yogyakarta: Niagara.

Kenney, William. (1988). How to Read and Write About Fiction. New York:
Simon and Schuster, Inc.

Rangkuti, Hamsad. (2000). ”Karjan dan Kambingnya” dalam Sampah Bulan


Desember: Kumpulan cerita pendek Hamsad rangkuti. Jakarta: PT Kompas
Media Nusantara.

Todorov, Tzevetan. (1985). Tata Sastra. (judul asli Qu’est-ce que le


structuralisme? 2. Poetique terjemahan oleh Okke K.S. Zaimar, Apsanti
Djokosuyatno dan Talha Bachmid). Jakarta: Djambatan.

Anda mungkin juga menyukai