Tebal : xx + 242 hlm Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) Tahun Terbit : 2017 Cetakan : ke-3
Ini kali pertama aku baca bukunya Seno Gumira
Ajidarma, jika dilihat dari covernya buku ini terlihat menarik dengan sinopsis di cover belakang buku yang menambah penasaran. Tapi, jangan melihat buku dari covernya. Buku ini menceritakan seorang pengembara yang telah melewati beberapa negeri sampai akhirnya tiba di Negeri Senja, yang selalu berada dalam keadaan senja karena matahari tak pernah terbenam. Semua terlihat serba keemasan tersinari senja yang tak pernah padam, tak ada siang, tak ada malam yang ada hanyalah senja. Pemandangan senja memang selalu memikat, tapi tidak selalu begitu di Negeri Senja, yang selalu dalam keadaan senja. Terdapat kehidupan yang penuh dengan rahasia, kekuasaan Tirana yang tak ingin mendapatkan pelawanan walaupun hanya melalui pikiran, yang sampai akhirnya menimbulkan pembantaian, melenyapkan Negeri Senja. Kisah dalam buku ini sangat unik dan fantasi karena di bukunya sendiri diceritakan bahwa konon dan memang hanya konon, Negeri Senja itu sendiri seperti ada tapi tidak ada. Tapi, aku banyak mengernyitkan dahi ketika membaca buku ini. Dibalik kisahnya yang memang fantasi tetapi juga sulit dimengerti, karena aku cenderung menyukai kisah yang nyata. Selain itu banyak hal yang aku tidak tahu alasannya, seperti kenapa Tirana memimpin dengan kepemimpinan yang demikian membatasi pengetahuan, kenapa kotak itu dititipka kepada si pengembara dan tidak boleh dibawa ke luar Negeri Senja karena kotak itu sangat penting tapi tidak disebutkan kenapa kotak itu sangat penting. Siapa itu Alina, siapa Maneka dan juga Tirana tidak ku ketahui sampai akhir. Bahasanya cukup mudah untuk dipahami, tapi jalan ceritanya membingungkan. Ditambah dengan sedikit sekali dialog dalam buku ini yang kadang membuat jenuh. Biasannya dalam sebuah novel itu didominasi dengan dialog tapi beda halnya dengan buku ini yang mungkin dapat di hitung dengan jari. Mungkin karena buku ini menggunakan sudut pandang orang pertama yang merupakan musafir di Negeri Senja. Namun, dibalik semua itu banyak hal yang bisa kita ambil dari buku ini, misalkan mengenai hubungan Istana Pasir dengan Kuil matahari sebagai tempat keagamaan, disini disebutkan bahwa kekuasaan akan seimbang jika diimbangi dengan agama. Dan juga mengenai cinta “mereka yang dikuasai cinta akan lebih mudah menderita daripada mereka yang menguasainya”hlm 176, Dan juga hal lainnya. Dalam buku ini juga terdapat sketsa tokoh yang diceritakan, sehingga ada gambaran bagaimana orang-orang Negeri Senja tersebut.
Jika penasaran bagaimana kehidupan Negeri Senja,
yang selalu berada dalam keadaan senja karena matahari tidak pernah terbenam, dan ingin berpetualang dengan kekuasaan Tirana yang tidak ingin mendapatkan perlawanan walaupun hanya melalui pikiran, langsung saja baca buku Negeri Senja karya Seno Gumira Ajidarma.