Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PUISI HUJAN BULAN JUNI

KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DENGAN PENDEKATAN


STRUKTURALISME GENETIK

ANGEL TAMA
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FBS Universitas Negeri Medan
angeltama2204@gmail.com

ABSTRAK
Karya sastra merupakan cerminan dari kehidupan manusia. Berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia dapat
diungkapkan melalui karya sastra. Hal itu karena karya sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia. Sastra merupakan
suatu media untuk menampung dan menyampaikan ide yang menggunakan manusia dan segala macam kehidupannya. Jadi
sastra adalah suatu seni kreatif yang objeknya adalah pengalaman hidup manusia terutama yang menyangkut sosial budaya,
kesenian, dan sistem berpikir. Dalam perkembangan karya sastra, penilaian dan pengkajiannya tidak lagi hanya difokuskan
pada unsur intrinsik saja, tetapi sudah meluas pada penilaian dan pengkajian dari unsur lain. Unsur-unsur lain tersebut adalah
unsur yang berada di luar dari karya sastra tersebut. Hal ini dikarenakan sebuah karya sastra tidak hanya lahir dari kemurnian
imajinatif seorang penulis, melainkan ada unsur luar yang membangun, seperti sosial, budaya, dan lingkungan yang turut andil
dalam proses sebuah karya sastra. Teori strukturalisme hadir yang merupakan teori di bawah payung sosiologi sastra.
Strukturalisme genetik lahir dari seorang sosiolog Perancis, Lucien Goldmann. Kemunculannya disebabkan oleh karena
adanya ketidakpuasan terhadap pendekatan strukturalisme, yang kajiannya hanya menitikberatkan pada unsur-unsur instrinsik
tanpa memperhatikan unsur-unsur ekstrinsik karya sastra, sehingga karya sastra dianggap lepas dari konteks sosialnya. Dalam
menopang teori strukturalisme genetik, Goldman membangun seperangkat kategori yang saling berkaitan, yaitu fakta
kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan dunia pengarang, dan pemahaman-penjelasan.

Kata Kunci: karya sastra, kritik sastra, strukturalisme genetik, puisi, dan analisis.

PENDAHULUAN
Puisi adalah sebuah karya sastra yang berdasarkan luapan emosional dalam jiwa dan juga ekspresi. Puisi
biasanya diciptakan lewat kata-kata uang indah oleh penulisnya, sehingga puisi biasa disebut karya sastra yang
unik. Namun, puisi harus dikaitkan dengan sejarah pengarang puisi tersebut dan kondisi di mana karya itu dibuat
agar pembaca memahami maksud dari puisi yang disampaikan oleh pengarang. Selain itu, dalam menganalisis
puisi, pembaca juga harus mampu memahami makna yang disampaikan oleh isi puisi tersebut. Latar belakang
penelitian ini adalah banyaknya pembaca puisi yang sulit diinterpretasikan, sehingga peneliti menganalisis puisi
karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul Hujan Bulan Juni sehingga peneliti dapat menjelaskan makna puisi
dengan menggunakan Kajian Teori Struktural Genetik. Dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan makna
yang ada dalam karya sastra tersebut. Puisi Hujan Bulan Juni (Damono, Sapardi Djoko 2015: 108) akan di analisis
dengan menurut pandangan peneliti terhadap karya puisi dari Sapardi Djoko Damono tersebut menggunakan
kajian Abrams.

Menganalisis merupakan kegiatan yang tidak mudah bagi pembaca. Namun, kegiatan menganalisis sangat
penting agar pembaca memahami apa yang disampaikan oleh pengarang puisi tersebut. Pada penelitian ini,
peneliti menganalisis makna yang terkangdung dakam puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono
sesuai dengan kajian Teori Struktural Genetik, yaitu: fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan
dunia pengarang, dan pemahaman-penjelasan.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui maksud dari puisi
berjudul Hujan Bulan Juni, membantu pembaca menganalisis puisi dan memotivasi para pembaca dalam
peningkatan kemampuan menganalisi puisi.

1
Menurut (Alpiah & Wikanengsih, 2019) puisi adalah sebuah karya yang berkesan, ditulis sebagai bagian
dari ekspresi, dan merupakan bentuk pengalaman dan imajinasi, dan diekspresikan melalui bahasa perantara.
Menurut (Pirmansyah, Anjani, dan Firmansyah ) puisi dibuat dengan menggunakan tipografi yang terdiri dari
bait-bait. Biasanya, puisi sering diartikan sebagai komposisi yang terkait. Menurut (Nursalim,M, 2018) menurut
(Nursalim, M, 2018) adalah catatan dan interpretasi dari pengalaman, sehingga hanya inti masalahnya yang
disentuh. Menurut (Logita,E, 2018) puisi adalah ungkapan isi hati pengarang yang dituangkan lewat kata-kata
yang indah dan disimbolkan dengan gaya bahasa tertentu. Sedangkan menurut Fatimah, Sadiah & Primandhika
(2019) puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang mengandung sebuah interpretasi penulis di dalamnya
terhadap kehidupan yang terlihat maupun yang tidak terlihat yang telah dilalui oleh penulis. Oleh karena itu, puisi
disebut sebagai semacam pemikiran, konsep, dan emosi penyair yang dituangkan ke dalam realitas kehidupan
yang disampaikan, kemudian dituangkan ke dalam bentuk tulisan dalam bentuk kata-kata dan kalimat, sehingga
membentuk rangkaian bentuk. Makna yang terkandung di dalamnya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah ungkapan yang dapat difefleksikan dari
berbagai kejadian yang terjadi dalam kehidupan manusia yang dituangkan dalam kata-kata yang indah dan
memiliki makna tersendiri. Dalam menciptakan puisi, pengarang bebas mengungkapkan apapun tentang yang
dirasakan dalam benaknya tanpa batas apapun.

Menurut Fitriani, dkk (2020:25) Abrams ialah salah satu pembuat teori yang sangat berpengaruh. Dalam
buku yang ia tulis berjudul The Mirror and The Lamb dia mendefinisikan istilah kesusastraan. Maka dari itu, buku
yang ia ciptakan menjadi pedoman bagi para peneliti sastra. Selain itu, buku The Mirror and The Lamb juga
mengelompokkan teori sastra menjadi empat kategori. Yaitu: objective teory, mimetic, ekspresive, dan pragmatic.

Dalam buku Fitriani, dkk pendekatan objektif ialah pendekatan yang didasari oleh suatu karya sastra secara
keseluruhan. Pendekatan ini memandang dari eksistensi itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku.
Konvensi tersebut bisa dari aspek-aspek intrinsik sastra yaitu: struktur kalimat, diksi, tema, alur, setting, plot,
karakter, tima, dan lain-lain.pendekatan ini juga bisa disebut dengan pendekatan struktural karena peniliannya
dilihat dari sejauh apa kekuatan ataupun nilai suatu karya sastra berdasarkan untur-unsur pembentuknya.

Menurut (Lewis dalam Fatchul : 2020) ditinjau dari kata ekspresif dapat diartikan sebagai hasil dari
ungkapan pengarang ataupun pencipta seni tentang pengalaman, pikiran, perasaan, dan sejenisnya dengan
demikian, menurut Lewis, Karya sastra tersebut dapat didekati dengan pendekatan ekspresif, yakni pendekatan
yang berfokus pada pengarang, imajinasi pengarang. Pendekatan ekspresif ini bersifat spesifik, karena pendekatan
ini memiliki fokus dan menitik beratkan yaitu eksistensi pengarang. Sebersar apa keberhasilan pengarang dalam
mengungkapkan ekspresi ide-idenya. Penuntun dari pendekatan ini yaitu keberhasilan pengarang mengemukakan
ide-idenya yang tinggi, ekspresi emosinya yang meluap, dan bagaimana dia mengkomposisi semuanya menjadi
satu karya yang bernilai tinggi.

METODE
Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan terencana dan cermat
dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan dan
mengendalikan keadaan. Melalui metode yang tepat, seorang peneliti tidak hanya mampu melihat fakta sebagai
kenyataan, tetapi juga mampu memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi melalui fakta itu.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif, dan menggunakan metode deskriptif. Penelitian kualitatif adalah proses
penelitian yang dilakukan dengan tidak mengutamakan pada angkaangka, tetapi mengutamakan kedalaman
terhadap interaksi antarkonsep yang sedang dikaji berdasarkan pengalaman. Metode deskriptif ialah metode yang
pada hasilnya penulis memaparkan berupa pendekatan objektif, ekspresif, mimetik, dan pragmatik dalam bentuk
kata-kata dari karya sastra yang diteliti sebagai objeknya.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat, kepercayaan
orang yang akan diteliti, dan kesemuanya tidak dapat di ukur dengan angka. Dalam penelitian ini, teori yang
digunakan dalam penelitian tidak dipaksakan untuk memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut
pandangan manusia yang telah di teliti (Sulistyo-Basuki,2006:24). Metode pendekatan Deskriptif Kualitatif
adalah metode pengolahan data dengan cara menganalisa faktorfaktor yang berkaitan dengan objek penelitian
dengan penyajian data secara lebih mendalam terhadap objek penelitian.

2
Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalah buku antalogi puisi yang ditulis oleh sastrawan bernama Sapardi
Djoko Damono, buku cetakan ke enam yang diterbitkan pada tahun 2015. Puisi berjudul Hujan Bulan Juni karya
Sapardi Djoko Damono terdapat pada halaman 108 pada buku antologi tersebut.

Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah dengan menggunakan teori Strukturalisme Genetik. Strukturalisme Genetik
sebagai salah satu wujud analisis dari sebuah karya sastra.

Teknik Pengumpulan
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen dimana, peneliti
menganalisis sebuah puisi karya Sapardi Djoko Damono untuk mengetahui teori struktur yang terdapat dalam
puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono.

Teknik Analisis
Teknik analisis yang dilakukan pada penelitian untuk mengetahui kajian teori strukturalisme genetik yang
terdapat dalam puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Kemudian peneliti mempelajari secara
keseluruhan mengenai teori Strukturalisme Genetik, setelah itu diimplikasikan untuk menganalisis puisi tersebut.

KAJIAN TEORI
Pengertian Puisi
Puisi adalah salah satu karya sastra yang berbentuk pendek, singkat dan padat yang dituangkan dari isi hati,
pikiran dan perasaan penyair, dengan segala kemampuan bahasa yang pekat, kreatif, imajinatif (Suroto, 200:40).
Bersifat imajinatif menjadi ciri khas yang kuat karena susunan kata-katanya. Menurut Waluyo (dalam Dani,
2013:9) puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi rima dengan bunyi
yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman
manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 1987:7). Didasari dengan kreatifitas
dan imajinasi masing-masing penciptanya. Sedangkan menurut Dunton (dalam Pradopo, 2009:6) bahwa puisi
merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Puisi sebagai
karya sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspek, misalnya struktur dan unsur-unsurnya, bahwa puisi
merupakan struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan (Pradopo, 2009:3).
Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa puisi adalah rangkaian hasil pikiran dan
perasaan seseorang yang 10 dituangkan ke dalam bahasa yang indah dan terstruktur. Puisi terdiri dari unsur-unsur
seperti imajinasi, pemilihan kata, pemikiran, nada dan rasa.

Unsur-unsur Puisi
Puisi terbentuk dari ekspresi hati dan pikiran penyair yang disusun melalui bahasa dengan konsep terstruktur.
Puisi terdiri atas unsur-unsur pembangun yang menjadi satu kesatuan utuh sehingga menghasilkan makna yang
indah. Unsur-unsur tersebut dijelaskan menurut Waluyo (dalam Dani, 2013:10) yang mengatakan bahwa dalam
puisi terdapat struktur fisik atau yang disebut pula sebagai struktur kebahasaan dan struktur batin puisi yang 11
berupa ungkapan batin pengarang. Selain itu, Hartoko (dalam Waluyo, 2003:27) menyebut adanya unsur penting
dalam puisi, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan unsur sintaksis puisi. Unsur tematik puisi lebih
menunjuk ke arah struktur batin puisi, unsur sintaksis menunjuk ke arah struktur fisik puisi. Maka dijelaskan
macam-macam struktur fisik dan batin puisi menurut Waluyo (dalam Dani, 2013:10) sebagai berikut.
1. Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi merupakan bagian unsur puisi yang terdiri dari tipografi, yaitu tata letak puisi, kemudian
diksi (pemilihan kata), selanjutnya imaji atau gambaran, kemudian kata konkret, gaya bahasa, dan rima/ritme.
1) Tipografi (Perwajahan Puisi)

3
Tipografi merupakan struktur pembeda yang penting antara puisi dengan bentuk karya sastra lain
seperti prosa dan drama. Kumpulan baris kalimat pada puisi yang disebut larik puisi tidak membentuk
paragraf melainkan bait. Tipografi adalah bentuk visual puisi yang berupa tata huruf dan tata baris dalam
karya puisi (Pradopo, 2009:177). Tipografi adalah bentuk penulisan puisi, seperti pengaturan barisnya,
kiri dan kanan, bentuk tiap bait, serta penulisan hurufnya tidak selalu menggunakan huruf kapital pada
awal baris. Dalam membuat sebuah puisi, tiap penyair memiliki ciri khas tipografi yang berbeda.

2) Diksi
Diksi adalah pemilihan kata oleh penyair dalam menyusun puisinya. Diksi merupakan unsur yang
sangat penting dalam penciptaan karya sastra puisi, karena menentukan makna dan keselarasan bunyi
pada puisi, juga hubungan kata demi kata dalam baris maupun bait. Kata-kata dalam puisi bersifat
konotatif yang memiliki banyak arti atau mengandung makna luas, dan ada pula yang berlambang. Agar
puisi bisa dipahami oleh pembaca, perlu dilakukan diksi yang selektif. Dalam menciptakan puisi, kata-
kata yang dipilih hendaknya bersifat puitis, memiliki efek keindahan dan keharmonisan dengan kata-kata
lainnya (Waluyo dalam Dani, 2013:10).
a. Kata Konotasi
Kata konotasi adalah kata bermakna yang bukan sebenarnya. Kata-katanya telah mengalami
penambahan arti, baik dari imajinasi, pengalaman atau kesan. Dalam karya sastra puisi, kata-kata
yang digunakan banyak bersifat konotatif atau kiasan.
b. Kata-kata Berlambang
Lambang atau simbol diartikan juga tanda. Kata yang merupakan lambang adalah menyatakan
maksud tertentu. Contohnya kata “hujan” yang melambangkan “kebaikan”. 13

3) Imaji
Imaji merupakan gambaran-gambaran angan dalam puisi yang ditimbulkan melalui kata-kata
(Pradopo dalam Wiyatmi, 2006:68). Imaji adalah pemilihan kata yang dapat mengungkapkan indera,
baik penglihatan, pendengaran maupun perasaan. Imaji disebut juga citraan, yaitu gambar-gambar
pikiran. Imaji terbagi menjadi tiga unsur yaitu imaji penglihatan, imaji suara, dan imaji raba atau sentuh.
Dengan penggunaan imaji ini maka pembaca seolah-olah bisa melihat, mendengar, dan merasakan apa
yang penyair alami.

4) Kata Konkret
Kata konkret adalah kata yang ditangkap dengan indera dan berhubungan dengan lambang atau
kiasan. Salah satu unsur ini yang menimbulkan kepuitisan pada puisi. Penyair mengonkretkan katakata
agar pembaca bisa lebih jelas membayangkan apa yang dimaksud penyair. Menurut Jabrohim dkk
(2009:41), kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk melukiskan keadaan atau
suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Jadi, dengan memperjelas peristiwa
atau keadaan yang dilukiskan, maka pembaca dapat merasakan, melihat dan mendengar apa yang
diungkapkan penyair.
5) Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah bahasa kiasan yang dapat menimbulkan konotasi tertentu. Gaya bahasa disebut
juga majas. Bahasa kias atau 14 pemajasan sebagai salah satu kepuitisan berfungsi agar sesuatu yang
digambarkan dalam puisi menjadi jelas, hidup, intensif, dan menarik. Bahasa kias memiliki beberapa
jenis diantaranya, personifikasi, metafora, simile, metonimia, sinekdok, dan alegori (Pradopo dalam
Wiyatmi, 2006:64). Majas atau figurative language adalah bahasa yang digunakan penyair untuk
menyampaikan sesuatu dengan cara membandingkan dengan hal lain. Majas mempersamakan atau
mengiaskan sesuatu dengan hal lain.

Menurut Waluyo (dalam Dani, 2013:21), bahasa kias adalah bahasa yang digunakan penyair untuk
menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa. Kata-kata yang digunakan bermakna kias atau makna
lambang. Kemudian, Waluyo (dalam Dani, 2013:22) mengklasifikasikan majas terdiri dari metafora,
perbandingan, hiperbola, personifikasi, sinekdoke, dan ironi. Setiap penyair memiliki keterampilan
masing-masing dalam berbahasa. Terdapat bentuk-bentuk gaya bahasa yang biasa digunakan oleh
penyair, bentuk-bentuk tersebut dinamakan sarana retorika. Namun di dalam kesusastraan Jepang, unsur
gaya bahasa juga memiliki teori yang tidak berbeda jauh dengan beberapa pendapat di atas. Berikut ini
dijelaskan macam-macam retorika bahasa Jepang menurut Seto (2002).

4
Teori Strukturalisme Genetik
Strukturalisme genetik merupakan salah satu metode penelitian sastra yang populer digunakan dalam
menganalisis karya sastra baik novel, cerpen, maupun puisi. Teori ini merupakan salah satu cabang sosiologi
sastra yang memadukan antara struktur teks, konteks sosial, dan pandangan dunia pengarang (Yasa, 2012:28).
Teori ini menekankan hubungan antara karya sastra dengan lingkungan sosialnya. Dalam masyarakat
sesungguhnya manusia berhadapan dengan norma dan nilai, dalam karya sastra juga dicerminkan norma dan nilai
yang secara sadar difokuskan dan diusahakan untuk dilaksanakan dalam masyarakat. Sastra juga melukiskan
kecemasan, harapan dan aspirasi manusia. Oleh karena itu, kemungkinan karya sastra tersebut dapat dijadikan
ukuran sosiologis yang paling efektif untuk mengukur tanggapan manusia terhadap kekuatan sosial.

Secara definitif Strukturalisme genetik adalah analisi struktur dengan memberikan perhatian terhadap asal-
usul karya sastra. Secara ringkas berarti strukturalisme genetik sekaligus memberikan perhatian terhadap analisis
intrinsik dan ekstrinsik. Meskipun demikian, sebagai teori yang telah teruji validitasnya, strukturalisme genetik
masih ditopang oleh beberapa konsep canggih yang tidak dimiliki oleh teori sosial lain, misal simetri atau
homologi, kelas-kelas sosial, subjek transindividual, dan dan pandangan dunia (Ratna, 2011:123). Jabrohim
(2012:81) merumuskan strukturalisme genetik ke dalam tiga hal, yaitu pertama, penelitian dimulakan pada pada
kajian unsur intrinsik baik secara parsial muapun dalam jalinan kesuluruhannya; kedua, mengkaji latar belakang
kehidupan sosial kelompok sosial pengarang karena ia merupakan bagian dari komunitas kelompok tertentu;
ketiga, mengkaji latar belakang sosial dan sejarah yang turut mengkondisikan karya sastra saat diciptakan oleh
pengarang.

Goldmann (dalam Faruk, 2010:66) menyatakan teorinya sebagai strukturalisme genetik, artinya ia percaya
bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur. Untuk menopang teorinya, Goldmann membangun perangkat
kategori yang saling bertalian satu sama lain, sehingga membentuk strukturalisme genetik. Secara ringkas berarti
bahwa strukturalisme genetik sekaligus memberikan perhatian terhadap analisis intrinsik dan ekstrinsik (genetik).

Pendekatan ini dianggap sebagai satu-satunya pendekatan yang mampu merekontruksikan


pandangan dunia dan pandangan pengarag yang berdasarkan pada realita sejarah. Kajian genetik atau
pembacaan genetik adalah untuk menjawab sebab-sebab terciptanya suatu karya sastra (Faruk,2010:10).
Genetik sastra yang dimaksud adalah asal-usul karya sastra. Asal-usul karya sasrta adalah pengarang
dan kenyataan yang turut mengkondisikan karya sastra saat diciptakan (Jabrohim, 2001:63). Strukturalisme
genetik menggunakan analisis struktural dengan memasukkan faktor genetik dalam memahami karya sastra.
Genetik diartikan sebagai asal-usul karya sastra yang meliputi (Jabrohim, 2012:80). pengarang dan realita sejarah
yang turut mendukung penciptaan karya sastra tersebut . Strukturalisme genetik sesuia dengan namanya,
memandang karya sastra sebagai sebuah struktur, sistem relasi antar unsur-unsurnya (Faruk, 2010:12).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hujan Bulan Juni
Karya: Sapardi Djoko Damono
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

5
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
Analisis Strukturalisme Genetik Terhadap Puisi Hujan Bulan Juni
1. Unsur Lahir
a. Tipografi
Pada puisi Hujan Bulan Juni ini terdiri dari tiga bait yang setiap baitnya memiliki empat baris.
Setiap awal kalimat pada puisi tersebut menggunakan huruf kapital. Namun, setiap akhir kalimat
tidak disertai tanda titik (.)
b. Diksi
Pada puisi Hujan Bulan Juni ini diksi yang digunakan adalah kata-kata yang mendalam sehingga
membuat pembaca terhanyut saat membaca puisi tersebut. Misalnya :
1. Tabah : Tetap, Kuat Hati, dan Berani.
2. Arif : Bijaksana, Cerdik, Pandai, dan Berilmu.
3. Bijak : Pandai, Mahir, dan Selalu menggunakan akal budinya.
c. Citraan
Citra Pengelihatan (Imaji Visual)
Citraan pengelihatan adalah citraan yang paling mendominasi dalam puisi Hujan Bulan Juni ini.
Setiap bait dalam puisi ini, mengandung citraan pengelihatan. Salah satu baris yang paling kuat
menunjukkan citraan pengelihatan adalah:
Kepada pohon yang berbunga itu.
Kondisi pohon yang berbunga dapat diketahui dengan indra pengelihatan.
Citra Pendengaran (Imaji Bunyi)
Citra pendengaran yang dapat dilekatkan pada bait pertama, lebih tepatnya pada baris:
Dirahasiakannya rintik rindunya
d. Rima/ Irama
Bunyi akhir atau persajakan. Dalam puisi ini, dapat diidenfitikasi terdapat berupa literasi, yaitu
perulangan bunyi konsonan.
Perulangan bunyi /n/ terdapat pada baris
Hujan bulan Juni.
Masing-masing kata dalam baris tersebut mengandung huruf /n/.
Perulangan bunyi /r/ terdapat pada baris:
Dirahasiakannya rintik rindunya.
Masing-masing kata tersebut adalah rahasia, rintik, dan rindu sama-sama diawali dengan bunyi
/r/.
Perulangan bunyi /t/ lebih terasa pada dua baris terakhir puisi Hujan Bulan Juni berikut ini:
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu
Irama pada puisi ini aadalah pada pengulangan frase yaitu Hujan bulan Juni dan Tak ada
yang lebih. Hal ini dapat mempengaruhi seseorang dalam membaca puisi tersebut dapat diberi
intonasi yang berbeda-beda sehingga para pembaca terhanyut akan puisi tersebut.
e. Majas / Gaya Bahasa
Majas adalah perumpamaan, atau gaya bahasa yang terdapat dalam puisi. Puisi Hujan Bulan
Juni ini mempunyai dua majas. Majas yang paling tampak adalah majas personifikasi. Majas
personifikasi adalah pengorangan yang bukan orang. Maksudnya benda mati atau hewan atau
tumbuhan, bertindak seolah-olah seperti manusia. Jelas sekali pada kalimat:
Rintik rindunya
Jejak-jejak kakinya
Yang tak terucapkan
Selain majas personfikasi, juga terdapat gaya bahasa repetisi. Repetisi penuh terdapat pada baris
dari Hujan Bulan Juni. Ketiga bait puisi tersebut mengandung baris ini di baris keduanya. Selain
repetisi penuh, juga terdapat reptisi pengulangan sebagian baris yaitu Tak ada yang lebih.
f. Kata Konkret
Salah satu cara memahami sebuah puisi, adalah tahu diksi atau pilihan istilah yg masih ada pada
puisi tersebut. Ada beberapa makna istilah yg masih ada dalam puisi. Kata yang perlu dipahami dalam
sebuah puisi dianggap menggunakan kata nyata. Ada beberapa istilah pada puisi di atas yg bisa
digolongkan serta dijelaskan menjadi istilah nyata, diantaranya : hujan, jalan, pohon, akar, dan bunga.

6
Berikut ini penerangan lengkap tentang masing-masing kata konkret pada puisi di atas.

1) Kata nyata pertama: hujan

"Hujan" mewakili manusia yg terjatuh. Konkretisasi kata hujan yang dimaknai sebagai manusia bisa
dikaitkan menggunakan kata tabah dalam bait pertama puisi pada atas. Disebutkan bahwa hujan sangat
tabah. Dianggap sabar lantaran jatuhnya pada Bulan Juni berarti jatuh berkali-kali nir dalam tempatnya.
Secara ilmu pengetahuan, Juni biasanya musim kemarau. Tidak ada hujan.

2) Kata nyata ke 2: jalan

Kata jalan terdapat pada bait ke 2 baris terakhir. Dalam puisi di atas, istilah jalan bisa dikonkretisasi
(dimaknai) sebagai kehidupan (jalan kehidupan). Jadi, maksud ragu-ragu di jalan itu, merupakan syarat
ragu pada menghadapi kehidupan.

3) Kata nyata ketiga: pohon


“Pohon” mewakili manusia yg membisu saja akan tetapi latif. Yang dimaksud dengan pohon pada
sini adalah sesuatu yg dirindu serta berbunga (latif). Meskipun nir beranjak bisa menyerap rindu.

4) Kata kongkret keempat: akar


Akar merupakan benda dan bagian pohon yang masih ada pada dalam tanah, tidak tampak oleh orang
lain. Berfungsi menjadi penyerap sari kuliner yang berguna bagi pertumbuhan semua bagian pohon.
Akar dalam puisi di atas bisa dikonkretisasi sebagai perasaan atau jiwa yang jua sekaligus sebagai
pikiran.

Akar juga bisa dimaknai sebagai tindakan membisu-diam. Disebutkan dalam puisi di atas bahwa, hujan
itu sangat arif, yg sanggup diserap pohon secara membisu-membisu.

5) Kata nyata kelima: bunga


“Bunga” mewakili perempuan.

2. Unsur batin
a. Tema
Tema pada puisi Hujan Bulan Juni ini adalah tetang cinta yang tidak terungkap untuk seorang
wanita. Tergambar dari bait ketiga, sang manusia yang tetap tabah, arif, dan bijaksana yang
diumpamakan sebagai hujan membiarkan jejak cintanya tak terucapkan tetap ada dan diserap melalui
akar pohon yang dimaksudkan, diserap dan diketahui secara sembunyi-sembunyi oleh wanita yang
dicintainya.
b. Perasaan
Perasaan penyair yang tampak dalam Puisi Hujan Bulan Juni adalah perasaan orang yang sabar.
Kesabaran yang sangat dalam meskipun harus memendam rasa. Kesabaran tersebut tampak pada
penggunaan kata tabah, bijak, dan arif. Kata-kata tersebut menunjukkan sifat yang tidak emosional.
Sang penulis juga ragu mengungkapkan perasaannya, akhirnya dia menghapus jejak- jejaknya.
c. Amanat
Adapun amanat atau pesan yang terkandung puisi Hujan Bulan Juni adalah semua orang harus
memiliki sifat tabah, arif, dan bijak meskipun segala sesuatu tidak seperti yang kita harapkan dan
tidak semua hal yang kita inginkan bisa kita dapatkan dengan mudah.

Pendekatan Ekspresif Terhadap Puisi Hujan Bulan Juni


Berdasarkan pendekatan ekspresif, Puisi Hujan Bulan Juni ini menggambarkan sosok manusia yang
memiliki cinta atau rindu kepada orang lain. Namun, dikarenakan ada suatu hal yang membuat seseorang
tersebut menjadi ragu-ragu atapun merasa tidak pantas dalam menyampaikannya, malah seseorang tersebut
mencoba ingin menghilang atau sekedar menghapuskan rasa yang dimilikinya dan tetap tidak tersampaikan.

7
Jika ditinjau dari sisi sang penulis puisi mungkin pada waktu itu sang penulis, ingin menyampaikan rasa
rindunya kepada seseorang, tetapi tidak tersampaikan karena ada sesuatu yang menghalangi. Sang penulis
puisi juga mencoba untuk menghapus jejak-jejak perasaannya yang ragu-ragu untuk disampaikan.

Pendekatan Mimetik Terhadap Puisi Hujan Bulan Juni


Berdasarkan pendekatan mimetik, dilihat dari judul puisi tersebut Hujan Bulan Juni merupakan sesuatu
hal yang mustahil mengingat bulan juni yang merupakan musim kemarau dan jarang sekali bahkan tidak
terjadi hujan di Indonesia. Karena itulah, hujan harus menahan diri karena tidak jatuh ke bumi pada bulan
Juni. Jadi dapat diartikan bahwa Hujan Bulan Juni menggambarkan rindu atau cinta yang ditahan, yang tak
mungkindisampaikan.

Pendekatan Pragmatik Terhadap Puisi Hujan Bulan Juni


Berdasarkan pendekatan pragmatik, kita harus memiliki sifat tabah, buja, dan arif seperti yang tertulis
pada puisi tersebut dalam menghadapi suatu problematika kehidupan. Terbukti pada puisi ini tergambar
dengan jelas sebuah penantian manusia kepada seseorang yang dinantinya. Merahasiakan rindu dan cintanya,
menghapus keraguannya, dan berakhir pada sebuah penantian yang berharga berbuah manis. Ketulusan rasa
yang dimilikinya membiarkan rasa itu yang tidak terucapkan. Puisi ini memberikan kita manfaat bahwa tidak
ada yang mustahil di dunia ini jika kita berusaha dan kekuatan cinta itu benar adanya.

SIMPULAN
Teori Strukturalisme Genetik meliputi penilaian dari struktur intrinsik, pendekatan pragmatik, pendekatan
ekspresif, dan pendekatan mimetik. Peneliti menemukan setiap pendekatan pada puisi Hujan Bulan Juni sebagai
objeknya. Pendekatan objektif yang berisi insur-unsur intrinsik berupa unsur lahir yang berisikan tipografi, diksi,
citraan, rima, dan majas. Unsur batin yang berisikan tema, perasaan, dan amanat. Pendekatan ekspresif pada puisi
tersebut berisi pengalaman rindu pengarang yang tidak tersampaikan. Sementara itu, pendekatan mimetik yang
merupakan refleksi kehidupan yang terdapat pada puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ialah
tentang rindu yang tidak dapat munkin tersampaikan kepada tuannya. Pendekatan pragmatik pada puisi tersebut
adalah pembaca mendapat manfaat beruapa pelajaran memiliki sifat tabah, bijak, dan arif seperti yang tertulis
pada puisi tersebut dalam menghadapi suatu problematika kehidupan.

8
=DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.
Elly Prihasti Wuriyani. (2021). Peran Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Dalam
Pembentukan Karakter. Medan: Digital Repository.
Faruk. (2010). Pengantar Sosiologi Sastra. Yogjakarta: Pustaka Belajar.
Jabrohim. (2001). Metodologi Penelitian Sastra. Yogjakarta: PT. Hanindita Graha Widia.
Jabrohim. (2012). Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pradopo. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Yasa, I Nyoman. 2012. Teori Sastra dan Penerapannya. Bandung: Karya Putra Darwati.

Anda mungkin juga menyukai