Anda di halaman 1dari 7

TUGAS METODE

PENGKAJIAN SASTRA

DOMINASI MASKULIN

DALAM NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO:

PERSPEKTIF PIERRE BOURDIEU

Proposal

Diajukan untuk untuk menyusun tugas akhir

pada Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

(nama)

(nomor mahasiswa)

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2022
1. Latar Belakang Masalah

Sebagai bagian dari masyarakat, sastrawan turut mengalami berbagai

permasalahan dalam kehidupan sosial. Berbagai macam konflik yang terdapat

dalam karya sastra yang mereka tulis merupakan cerminan dari realitas yang ada.

Lebih jauh lagi, karya sastra dapat menjadi sebuah dokumen empiris dan rujukan

untuk mempelajari gejala sosial dalam masyarakat.

Novel adalah salah satu bentuk karya sastra berjenis prosa. Karena

bentuknya yang tak sepadat puisi dan tak seringkas cerpen, novel mampu

menjabarkan secara mendetail konflik yang menjadi alur utama cerita. Apalagi

ketika menyangkut persoalan mendasar seperti hakikat hidup manusia, novel

dapat memuat pemikiran penulis secara menyeluruh.

Salah satu novel yang menarik untuk diteliti adalah Dua Ibu (1981),

selanjutnya disingkat DI, karya Arswendo Atmowiloto. Novel ini menggunakan

latar kebudayaan Jawa di Solo sekitar tahun 1950 sampai 1960-an. Novel ini

mengisahkan kehidupan keluarga dengan delapan orang anak. Uniknya, hanya

seorang anak yang merupakan anak kandung dari ibu dalam keluarga itu. Anak-

anak yang lain adalah titipan dari sanak saudara dan kenalan. Sang ayah

meninggal dalam usia muda karena sakit. Dalam kemiskinan tokoh Ibu

membesarkan delapan orang anak sendirian. Anak-anak tersebut tumbuh menjadi

tangguh. Dalam kehidupan mereka kemudian, hanya sosok Ibu yang sungguh-

sungguh mereka hormati.

Perempuan, apalagi sosok Ibu, adalah tokoh sentral dalam sebuah keluarga.

Seorang perempuan mengatur bagaimana kehidupan sehari-hari sebuah keluarga.


Terkadang dalam perannya itu, para perempuan dituntut memenuhi berbagai

kewajiban. Seorang perempuan tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri,

melainkan juga untuk keluarga, pekerjaan, masyarakat, serta berbagai aturan yang

tanpa sadar harus dipatuhi.

Salah satu hal yang menarik dari novel-novel Arswendo adalah

kelugasannya dalam bercerita. Ia menghadirkan latar budaya yang utuh dan rinci.

Karya-karya Arswendo, dalam hal ini DI, mengangkat realitas budaya yang

tercermin dalam konflik para tokoh. Realitas itu sering tidak disadari, bahkan

cenderung diamini oleh tokoh. Realitas yang dialami para tokoh tersebut

sebenarnya banyak mengandung kekerasan yang tidak disadari. Kekerasan inilah

yang disebut sebagai kekerasan simbolik, yang dapat terwujud dalam bentuk

dominasi maskulin. Mitos-mitos mengenai perempuan dan tugasnya dalam

masyarakat diyakini sebagai sebuah kewajiban yang harus dipenuhi. Kewajiban

tersebut seringkali merugikan perempuan karena diposisikan sebagai pihak yang

didominasi. Maka dari itu, perspektif Pierre Bourdieu mengenai struktur

kekuasaan dan dominasi maskulin akan digunakan untuk mengkaji novel ini.

Arswendo Atmowiloto lahir di Solo, Jawa Tengah pada 26 November

1948. Arswendo awalnya dikenal dalam kariernya di bidang jurnalistik. Ia pernah

menjadi wartawan Kompas, pemimpin redaksi majalah Hai, Monitor, dan Senang.

Selanjutnya ia banyak menulis karya sastra, antara lain Sleko (1971), Dua Ibu

(1981), Serangan Fajar (1982), Senopati Pamungkas (1986-2003), Canting

(1986), Menghitung Hari (1993), Sudesi: Sukses dengan Satu Istri (1994),

Keluarga Cemara (2001), Kau Memanggilku Malaikat (2007), dan masih banyak
lagi. Selain aktivitas menulis, saat ini Arswendo juga menekuni rumah produksi

miliknya.

Beberapa hal yang menjadi alasan peneliti mengkaji topik ini adalah (1)

adanya asumsi peneliti bahwa novel DI mengungkapkan dominasi maskulin yang

tepat dikaji menggunakan teori pascastruktural, (2) novel DI tidak mendapat

perhatian sebanyak karya Arswendo yang lain (seperti Canting yang dianggap

sebagai puncak kesuksesannya) sehingga ranah kajiannya masih sangat luas; (3)

dan DI ditulis pada awal karier kepenulisan Arswendo.

Alasan pemilihan teori strukturasi kekuasaan perspektif Bourdieu antara

lain yaitu (1) gagasan kekerasan simbolik yang diungkapkan Bourdieu termasuk

cukup baru dan seangkatan dengan teori-teori pascastruktural lainnya sehingga

akan membuat perbedaan yang signifikan dalam khazanah pengkajian novel DI;

(2) Bourdieu secara khusus meneliti dan membahas dominasi maskulin sebagai

suatu sub-teori, sehingga gagasannya tentang dominasi maskulin cukup faktual

dan rinci; dan (3) Bourdieu pernah mengkaji bentuk dominasi maskulin yang

terdapat dalam teks, yaitu dalam novel karya Virginia Woolf (Bourdieu, 2010).

Novel DI ditulis dengan gaya yang lugas dan mengalir. Budaya disajikan

dengan utuh sebagai unsur yang membentuk cerita, bukan sekadar latar. Tokoh-

tokoh perempuan dalam novel tersebut sehari-hari hidup dalam budaya Jawa,

terutama Jawa Solo. Dominasi maskulin dalam bentuk kekerasan simbolik

terhadap tokoh-tokoh perempuan menurut perspektif Pierre Bourdieu dalam novel

DI belum pernah diteliti. Hal inilah yang menjadi dasar asumsi penulis, bahwa

topik dominasi maskulin dalam novel DI penting untuk dikaji.


2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

2.1 Bagaimanakah strukturasi kekuasaan dalam novel DI karya Arswendo

Atmowiloto?

2.2 Bagaimanakah bentuk dominasi maskulin terhadap tokoh-tokoh

perempuan dalam novel DI karya Arswendo Atmowiloto?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, ditetapkan tujuan penelitian sebagai

berikut.

3.1 Mendeskripsikan strukturasi kekuasaan dalam novel DI karya Arswendo

Atmowiloto;

3.2 Mendeskripsikan bentuk dominasi maskulin terhadap tokoh-tokoh

perempuan dalam

novel DI karya Arswendo Atmowiloto.

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini berupa deskripsi strukturasi kekuasaan dan bentuk

dominasi maskuslin terhadap tokoh-tokoh perempuan dalam novel DI karya

Arswendo Atmowiloto menggunakan teori Pierre Bourdieu. Dengan

demikian, manfaat teoretis dan praktis penelitian ini, sebagai berikut.

4.1 Manfaat Teoretis


Penelitian ini bermanfaat sebagai contoh penerapan teori strukturasi

kekuasaan Pierre Bourdieu. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat

sebagai contoh pengembangan teori dominasi maskulin dalam konteks

karya sastra Indonesia.

4.2 Manfaat Praktis

Penelitian bermanfaat menambah khasanah apresiasi dan kritik sastra

terhadap novel DI karya Arswendo Atmowiloto. Penelitian ini juga

diharapkan menjadi salah satu rujukan studi gender dalam karya sastra

berlatar budaya Jawa. Bagi pembaca secara umum, penelitian ini

diharapkan menambah pengetahuan dan daya kritis terhadap praktik

kekerasan simbolik, terutama kekerasan terhadap perempuan dalam

kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA (Sementara)

Bourdieu, Pierre. 2010. Dominasi Maskulin. Diterjemahkan dari judul asli La


domination masculine oleh Stephanus Aswar Herwinarko. Yogyakarta:
Jalasutra.

Keterangan:
Contoh diambil dari skripsi Brigita Winasis Widodo (2019) dengan penyesuasian untuk
kepentingan perkuliahan.

Anda mungkin juga menyukai