Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN MEMBACA BUKU FIKSI

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA


Guru Pengampu: Eti Sophia Wijayanti S. Pd

Disusun Oleh:
Pancar Wahyu Setiabi
No absen 18

MAN 2 BREBES
Jl. Jenderal Soedirman Km 01 Laren, Bumiayu, Kab. Brebes, Telp. (0289) 430056
I. IDENTITAS BUKU
Judul buku : Cinta di Dalam Gelas
Pengarang : Andrea Hirata
Penerbit : PT. Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2011
Jumlah halaman : 316 halaman

II. SINOPSIS
Jika dalam novel Padang Bulan Maryamah menjadi penambang perempuan pertama, sedang di novel ini
dia menjadi perempuan pertama pula yang bertanding catur di perayaan 17 Agustus di Belitong.
Permainan catur ialah hal penting di Belitong. Permainan ini telah mentradisi dan bisa mengangkat drajat
seseorang apabila menjadi juara, terutama di kejuaraan 17 Agustus-an. Untuk itulah Maryamah
memutuskan ikut pertandingan catur pada 17 Agustus kelak. Apa sesungguhnya motivasi dia ingin ikut
perlombaan ini, padahal seumur-umur dia belum pernah menyentuh sekalipun bidak-bidak catur.
Maryamah ternyata ingin mengalahkan kepongahan mantan suaminya, Matarom, yang jago dalam
bermain catur. Dia sakit hati pada Matarom yang seringkali berlaku kasar sejak dia menikah dengannya.
Untuk itulah dia ingin memberi pelajaran padanya. Keinginan bermain catur kemudian dia utarakan pada
Ikal. Awalnya Ikal bingung, bagaimana cara mengajari orang catur yang belum sekalipun bermain catur.
Padahal mimpinya adalah mengalahkan sang jagoan catur tanah belitong, Matarom, yang telah menjadi
rezim.
Aha, Ikal ingat dengan temannya, Ninochka Stronovsky, perempuan grandmaster dunia. Ikal kemudian
mengajari Maryamah sesuai petunjuk Ninochka via internet. Awalnya sulit, tapi lambat laun Maryamah
ternyata dapat menyerap dengan cepat. Walhasil, dia menjadi mahir, dan siap mengikuti perlombaan.
Banyak orang mencibir dan menghalangi Maryamah untuk mengikuti lomba catur. Pasalnya, lomba catur
adalah hal yang tabu di tanah Belitong. Seumur-umur tidak ada perempuan yang bermain catur, terlebih
ikut perlombaan. Tapi, Maryamah tidak bergeming. Dia terus maju.
Dalam pertandingan, satu persatu dilahapnya lawan-lawan Maryamah. Di final, ia berhasil mengalahkan
Matarom. Tuntas sudah misi Maryamah untuk mempermalukan Matarom, mantan suaminya, di khalayak
umum. Tidak hanya itu, kemenangan Maryamah sejatinya kemenangan kaum perempuan dalam
mendobrak tradisi patriarki yang masih sangat kental di tanah belitong.
Lewat permainan catur Maryamah berhasil mengangkat harkat dan martabatnya sebagai perempuan yang
sejak remaja menjadi bulan-bulanan kaum laki-laki. Karakter dirinya terefleksikan dalam permainan
caturnya, sebagaimana yang dikatakan Andrea, “…barangkali penderitaan dan tanggung jawab besar yang
merundung Maryamah sejak kecil, serta sebuah perkawinan yang menyiksa, telah membentuk dirinya
menjadi seorang survivor yang tangguh dan defender yang natural. Semua itu kemudian terefleksi dalam
permainan caturnya. Jika ia melindungi rajanya—sebagaimana ia melindungi diri, ibu dan adik-adiknya—
ia takkan pernah bisa tersentuh.”
III. ANALISIS UNSUR INTRINSIK

a. Tema : Perjuangan Seorang Perempuan Yang Menginginkan Kesetaraan Gender.


Bukti : Pertama kali dalam kejuaraan catur hari kemerdekaan, perempuan ikut
bertanding, dan akan melawan laki-laki.(hlm.122)

b. Amanat : Novel ini memberikan amanat kepada kita untuk senantiasa bekerja keras
dengan cara belajar kita dapat menggapai mimpi.
Bukti : “Aku akan belajar. Pasti bisa.”(hlm.41)

c. Alur : Campuran
- Alur maju
Bukti : Satu rahasia yang kutemukan dari menyajikan ratusan gelas kopi dari pagi sampai
malam. Esoknya Muhlasin kena ciduk karena sepeda yang hilang di MPB itu ditemukkan di
belakang rumahnya.(hlm.65)
- Alur mundur
Bukti : Semalam satu sepeda hilang lagi dari lapangan parkir.(hlm.62)

d. Penokohan :
- Enong atau Maryamah : Pantang menyerah
Bukti : : “Aku akan belajar. Pasti bisa.”(hlm.41)

- Ikal : Keras kepala, suka menolong


Bukti : Ibu berhenti lagi
“Apakah Modin tahu soal ini?”
“Belum tahu ibunda.”
“Bagaimana kalau Maryamah tak boleh bertanding?”
“Harus boleh.”
“Sampai kapan kau akan mendukung Maryamah?”
“Sampai akhir.”(hlm.47)
“Aku akan membantu Maryamah agar bisa bertanding catur 17 Agustus nanti.”(hlm.46)

- Paman : lembut, bijaksana, suka mengomel


Bukti : Sampai di warung kopi, aku disongsong oleh omelan pamanku, yang sangat tidak
suka pada pemerintah, yang menganggap masyarakat semakin amoral..(hlm.04)
Namun, pada saat tertentu yang tak dapat diramalkan, Paman tiba-tiba bisa menjadi sangat
lembut.(hlm.05)

- Selamot : Suka membela orang lain


Bukti : “Pasti bisa, menambang timah saja dia bisa.” Selamot membela Maryamah.
Mot, mana bisa kausamakan catur dengan menambang timah? Satu pakai akal, satunya lagi
pakai tenaga lembu!”
“Lantas bagaimana mengajarinya? Kawanmu ada di Eropa sana, kita ada di kampung ini?”
Selamot membela Maryamah lagi.
“Jangan risau, Nya. Sekarang ada alat yang bisa bercakap-cakap dengan orang yang jauh.
Namanya internet. Alat itu sudah ada di Tanjong Pandan. Bukan begitu, Boi?”(hlm.41)
- Detektif M. Nur : baik hati, penakut, suke meminta maaf
Bukti : Detektif ketakutan diinterogasi Modin. Ia buka mulut.(hlm.81)

e. Latar (waktu, tempat, suasana)


- Latar tempat :
 Belitong
Bukti : Namun, ia sering hadir di pantai-pantai indah di pulau kecil kami—Belitong...
(hlm.02)
 Warung Kopi
Bukti : Dalam pada itu, hari ini, kudapati diriku masih duduk di sini, sebagai pelayan
Warung Kopi Usah Kau Kenang Lagi, yang tak lain punya pamanku sendiri.(hlm.04)
 Rumah, ambang jendela
Bukti : Aku tengah melamun di ambang jendela waktu Jose Rizal hinggap di kawat
jemuran.(hlm.241)
 Kios Ayam Giok Nio
Bukti : Sore itu, aku berjumpa dengan Maryamah dan Selamot di kios ayam Giok
Nio.(hlm.40)
 Kantor Detektif
Bukti : SEMULA kami menduga, Maryamah masih berkabung sehingga kami belum
mau menghubunginya. Namun, i sendiri yang datang ke kantor Detektif M.Nur.
(hlm.98)

- Latar waktu :
 23 Oktober
Bukti : SEPERTI dugaanku, jika hujan pertama jatuh pada tanggal 23 Oktober, ia
masih akan berinai-rinai sampai Maret tahun berikutnya.
 Pagi hari
Bukti : “Kuduga, pagi ini akan berlalu dengan damai. Ia duduk di kursi
malasnya.”(hlm.31)
 Sore hari
Bukti : Cahaya Tuhan, sebagian orang menyebutnya, yakni semburat sinar dari langit
yang menerobos celah awan gemawan, tembus sampai ke bumi berupa batang-batang
cahaya, sering tampak pada sore nan megah itu(hlm.01)
 Malam hari
Bukti : “Malam esoknya dalam perjalanan ke rumah Maryamah, aku tertarik melihat
orang berkumpul di warung kopi.”

- Latar suasana :
 Gembira
Bukti : “Maryamah berdiri dan menatap ke atas. Jiwanya seakan terangkat ke langit”
 Sedih
Bukti : Melalui pintu kamar yang terbuka, ia menatap ibunya yang terbaring lemah di
atas tempat tidur. Salah satu yang paling ia sesali dari kehancuran rumah tangganya
adalah karena ia merasa persoalan itu telah membebani pikiran ibunya berulang kali
menyatakan bahwa jodoh tak ubahnya umur, bisa panjang dan bisa pula pendek.
(hlm.88)
 Tegang
Bukti : “Lulusan terbaik kelima.” Kata Bu Indri. Ia menunda menyebut namanya,
mungkin karena sangat istimewa.(hlm.30)

f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa Andrea Hirata dalam novel Cinta di Dalam Gelas ditinjau dari diksi (pilihan kata)
- Menggunakan kata kompleks
Bukti: Di tengah kegemparan seisi kampung membicarakan dirinya, dirumahnya yang tak
ubahnya sebuah gubuk, terpencil nun di tepi kampung yang berbatasan dengan hutan,
Maryamah tenggelam dalam kesedihan (Hal.88).
- Menggunakan kata dan ungkapan formal namun sering menyisipkan kata melayu atau Bahasa
inggris
Bukti: Hari ini, untuk pertama kalinya kulihat Matarom. Pembawaanya memang pongah.
Tubuhnya tinggi besar. Ia membentuk cambangnya macam gagang kayu pistol revolver
model lama isi lima peluru. Kemejanya ketat, berwarna ungu terong mengilap-ngilap. Sebuah
fashion statement tipikal playboy cap belacan (Hal. 20)
- Menggunakan kata benda sederhana yang konkret
Bukti: Jose Rizal juga menunduk. Detektif M. Nur menggeser-geser kakinya. Na! sejak kecil
dulu aku tahu makna gestur itu. Dia sedang gelisah (Hal. 84).
- Menggunakan kata kerja kompleks yang transitif dalam novelnya.
Bukti: Matarom memesan kopi pahit. Dari koper yang tampaknya dirancang khusus, ia
mengeluarkan papan catur peraknya. Oh, rupanya itulah kekhususan koper itu. Ia
mengeluarkannya bukan untuk bercatur, melainkan untuk menggelap perwira-perwira
caturnya (Hal. 20).
- Menggunakan numerial singkat misalnya kata pertama untuk menjelaskan tingkatan
Bukti: Aku berhenti bicara. Kukemasi papan catur dan pamit pulang. Pelajaran catur pertama
itu berakhir dengan sangat menyedihkan (Hal. 54).

Gaya bahasa Andrea Hirata dalam novel Cinta di Dalam Gelas ditinjau dari pola kalimat dan
bentuk sintaksis:
- Kompleksitas kalimat
Bukti: “Jangan bilang siapa-siapa, Boi. Aku pernah mengintip Matarom pacaran sama
biduanita organ tunggal di belakang deramaga Olivir. Gayanya macam belalang sembah!”
(Hal. 117).
- Jenis kalimat Deklaratif
Bukti: Cara memegang gelas kopi tak sesederhana tampakkya, tetapi sesungguhnya
mengandung makna filosofiyang dalam. Mungkin dari meneliti cara memegang gelas kopi
saja seseorang yang menekunkan ilmunya diilmu jiwa dapat membuat sebuah skripsi.
Bagiku, warung kopi adalah laboratorium perilaku dan kopi bak ensiklopedia yang tebal
tentang watak orang (Hal. 70).
- Menggunakan frasa predikatif.
Bukti:
a. Pendapat itu benar (Hal. 44)
b. Semua orang bungkam (Hal. 98)
Catatan: untuk unsur masing-masing dibuktikan dengan kutipannya
IV. NILAI NILAI YANG DAPAT DITELADANI

- Religius
Bukti: ” Seperti dugaanku, jika hujan pertama jatuh tepat pada 23 Oktober, ia masih akan
berinairinai samapi Maret berikutnya. Rinainya akan pudar menjelang pukul tiga sore
Bersama redupnya alunan azan asar. Setelah itu, matahari kembali merekah”.(Andrea, 2018:
1)
- Kejujuran
Bukti: ”Kata terseret-seret dalam tenggorokanku. Kejujuran memang pahit, namun aku tak
mungkin membuat-buat alasan di depan Ibu. Hidupku sudah cukup sial dan takkan kutambahi
kesialana itu dengan membohonginya”. (Andrea, 2018 : 52
- Kerja keras
Bukti: ”Darinya, aku mengambil filosofi bahwa belajar adalah sikap berani menantang segala
ketidak mungkinan, bahwa ilmu yang tak dikuasai akan menjelma di dalam diri manusia
menjadi sebuah ketakutan. Belajar dengan keras hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang
bukan penakut”. (Andrea, 2018: 115
- Sikap peduli
Bukti: ”Semuanya sebasederhana di Bitun. Mereka yang bosan dengan ketam akan bertukar
rebung dengan tetangganya. Mereka punya beras, bertukar dengan minyak kelapa. Mereka
yang tak punya beras, ketam, rebung, dan minyak kelapa, bertukar senyum dengan siapa saja,
jika laut tenang mereka melaut dan memanen kerang. Jika laut garang mereka masuk ke
rimba yang lebat, mencari jamur. Begitu saja ekonomi mereka”. (Andrea, 2018: 110

V. PANDANGAN TERHADAP NOVEL TERSEBUT


a. Kelebihan
Dalam buku karya Andrea Hirata ini,pembaca diajak untuk mendalami kehidupan warga disebuah
kampung di Belitung.Meskipun didominasi oleh penduduk Melayu,kerukunan tetap terjadi antara
penduduk keturunan Tionghoa atau yang berasal dari daerah lain.Andrea Hirata juga menggunakan kata-
kata maupun ungkapan-ungkapan yang dengan jelas menunjukkan nilai sastra dalam buku ini.Bahkan
Andrea Hirata menggambarkan beberapa benda mati menjadi hidup dan dapat mengeluarkan
pendapatnya.
Alur cerita yang menggambarkan seorang wanita yang memperjuangkan haknya menjadi nilai terpenting
dalam buku ini.Alur seperti inilah yang membuat pembaca terbawa suasana dan menimbulkan perasaan
ingin berjuang seperti pemeran utama,Maryamah.Selain itu,dalam novel ini peran-peran digambarkan
dengan berbagai keragaman.Mulai dari keragaman sifat,suku dan juga kebiasaan-kebiasaan unik lainnya.
b. Kekurangan
Dibeberapa kalimat,contohnya,”Maryamah membuka dengan pembukaan Spanyol yang konservatif.”
ataupun “Perwira Maryamah kocar-kacir dan rajanya menjelma menjadi dirinya sendiri yang berlari
pontang-panting menyelamatkan diri.” terdapat beberapa kata yang mencerminkan pertandingan catur
dengan cara yang berbeda.Menurut saya,bagi pembaca yang belum mengetahui permainan catur dengan
jelas,hal ini cukup membuat bingung pembaca.

Anda mungkin juga menyukai