Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema dalam novel “Ronggeng Dukuh Paruk” yaitu “Kasih Tak Sampai”. Mengapa “Kasih Tak
Sampai”? karena cerita dalam novel tersebut bercerita tentang harapan ronggeng Srintil untuk
dapat hidup bersama dengan lelaki yang sangat dicintai dan didambakan sejak kecil, karena dia
memang teman bermainnya, yaitu Rasus. Namun Rasus tidak mau menerima ajakan Srintil
untuk menikah, karena bagi Rasus, Ronggeng adalah milik masyarakat, milik orang banyak, dan
milik semua orang.
2. Alur
Alur yang diguna Alur atau jalannya cerita dalam novel “Ronggeng Dukuh Paruk” menggunakan
alur maju yang disertai dengan “flash back” atau kembali ( mundur ) kemasa lalu, baik yang
dialami oleh tokoh utama atau pemeran lainya. Dalam cerita ini yakni ditengah-tengah cerita
pengarang menceritakan kembali masa lalu yang sempat dialami oleh pemeran cerita. Seperti
menceritakan kembali terjadinya peristiwa tempe bongrek sebelas tahun yang lalu atau semasa
bayinya Srintil
3. Latar
Latar Tempat :
a. Dukuh Paruk. “dua puluh tiga rumah berada di pedukuhan itu, dihuni oleh orang-orang
seketurunan…”.
b. Ladang/ Kebun “ditepi kampung, tiga anak sedang bersusah payah mencabut sebatang
singkong. Yakni Rasus, Darsun dan Warta…”.
c. Dibawah pohon nangka. “dipelataran yang membatu dibawah pohon nangka,...Srintil menari
dan bertembang. Gendang, gong dan calung mulut mengiringinya..”.
d. Rumah Nyai Kartareja. “di dalam rumah. Nyai Kartareja sedang merias Srintil. Tubuhnya yang
kecil dan masih lurus tertutup kain sampai ke dada …”.
e. Perkuburan. “rombongan bergerak menuju perkuburan dukuh paruk. Kartareja berjalan
paling depan membawa pedupan….”.
f. Pasar Dawuan. “Perkenalanku dengan pedagang singkong di pasar memungkinkan aku
mendapat upah…”.
g. Di Markas Tentara. “pada hari pertama menjadi tobang, banyak hal baru yang kurasakan…”
h. Di Hutan. “Sampai di hutan, perburuan langsung dimulai. Dalam hal ini aku kecewa karena
tiga orang tentara yang kuiringkan sama sekali tak berpengalaman dalam hal berburu…”.
i. Rumah Sakarya.”kulihat dua orang perampok tetap tinggal diluar rumah, satu dibelakang
dan lainya dihalaman…..Sakarya yang terkejut langsung mengerti…”.
j. Rumah Nenek “selagi orang-orang Dukuh Paruk mengerumuni rumah Kartareja, aku duduk
berdekatan dengan Srintil di beranda rumah neneku sendiri”.
k. Rumah Sakum “Sakum tak terusik oleh hiruk pikuk anak-anaknya, jemarinya terus bekerja..…
Sakum berhenti mendadak ketika Srintil melangkah mendekatinya ”.
l. Rumah Tarim “panas udara mulai reda ketika Marsusi diterima oleh Kakek Tarim….”.
m. Lapangan bola deka kantor Kecamatan.” Malam itu semangat kota kecil dawuan berpusat
dilapangan sepak bola dekat kantor Kecamatan. Sebuah panggung lebar…..”
n. Di Alaswangkal “hampir setengah hari ketika rombonhan dari Dukuh Paruk memasuki
kampung Alaswangkal. Pemukiman penduduk…”.
o. Kantor Polisi “dikantor itu ternyata bukan hanya polisi, melainkan tentara juga ada disana
mereka segera mengenal siapa yang sedang melangkah…”
p. Di Penjara/ Tahanan “ Saya Prajurit Dua Rasus. Saya ingin berjumpa Komandan kompleks
tahanan ini secara pribadi…”.
q. Di Sawah “di tengah sawah, seratus meter diSebelah barat dukuh paruk.Bajus memimpin..”
r. Di Pantai “sampai dipantai Bajus memilih tempat yang agak terpencil buat memarkir
jipnya…”
s. Di Vila “...Bajus membelokan mobilnya ke halaman sebuah vila mungil yang ternyata
kemudian sudah disewanya….”
t. Rumah Sakit “…ketegangan yang meliputi hatiku hanpir berakhir ketika becak berhenti di
gerbang rumah sakit tentara….”
Latar Waktu :
a. Sore hari “ ketiganya patuh. Ceria dibawah pohon nangka itu sampai matahari menyentuh
garis cakrawala.” (Tohari,Ahmad, 2008:7)
b. Malam hari “ jadi pada malam yang bening itu, tak ada anak Dukuh Paruk yang keluar
halaman...” (Tohari,Ahmad, 2008:7)
c. Pagi hari “ menjelang fajar tiba, kudengar burung sikakat mencecet si rumpun aur di
belakang rumah.” (Tohari,Ahmad, 2008:63)
Latar Suasana :
a. Tenang, tentram
“Sakarya merasa hawa dingin bertiup di kuduknya. Suara hiruk-pikuk bergalau dalam telinga.
Dan tiba-tiba Sakarya terkejut oleh sinar menyilaukan yang masuk matanya. Matahari pagi
muncul di balik awan. “Ah, boleh jadi benar, kematianku sudah dekat,” gumam Sakarya. Aneh,
Sakarya merasakan ketentraman dalam hati setelah bergumam demikian.”
b. Gembira, bangga, bahagia
“Kegembiraan itu lahir dan berkembang dari Dukuh Paruk. Berita cepat tersiar bahwa pada
malam perayaan Agustusan nanti Srintil akan kembali meronggeng. Kurang dua hari lagi, tetapi
sudah banyak orang bersiap-siap. Anka-anak mulai bertanya tentang uang jajan kepada
orangtua mereka. Para pedagang, dari pedagang toko sampai pedagang pecel bersiap dengan
modal tambahan. Juga tukang lotre putar yang selalu menggunakan kesempatan ketika banyak
orang berhimpun.”
c. Tegang, genting
“Kenapa Jenganten?”
“Pusing, Nyai, pusing! Oh, hk. Napasku sesak. Dadaku sesak!”
Nyai Kartareja merangkul Srintil. Dia langsung mengerti masalahnya genting karena Srintil tidak
lagi menguasai berat badannya sendiri.
6. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan oleh Pengarang dalam penulisan novel “Ronggeng Dukuh
Paruk” ini adalah menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama seperti
adanya kata “aku” dan sudut pandang pengganti orang ketiga baik dalam cerita maupun diluar
cerita. Bukti pengarang menggunakan kata ganti orang ketiga adalah seperti adanya kata “ dia
dan –nya” dan menyebutkan nama tokoh secara langsung.
7. Amanat
Amanat atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui novel
“Ronggeng Dukuh Paruk” ini adalah: agar kita semua mau dan mampu melihat seseorang itu
tidak hanya dari luarnya saja melainkan juga dari hatinya. Dan agar kita mau berpikir mengenai
tragedi-tragedi kemanusiaan yang terjadi disekeliling kita. Pesan lain mungkin juga
seperti jangan menyia-nyiakan orang yang telah sepenuh hati mencintai kita, karena belum
tentu suatu saat nanti kita dapat menemukan orang yang mencintai kita seperti itu.
Dan adat bagaimanapun tetap harus berlaku dalam kehidupan yang meyakininya, karena jika
memang suatu daerah mempercayai adat yang berlaku, maka harus dijalankan dengan sebaik-
baiknya. Karena pada setiap keyakinan pasti ada suatu hal yang akan terjadi jika suatu adat
kebiasaan tidak dilaksanakan. Serta jangan gampang terpengaruh dengan keadaan duniawi
karena suatu saat penyesalan akan datang dalam hidupmu, segala sesuatu akan kembali
kepadaNya. Kehidupan fana dalam hura-hura dunia dapat mencekam masa depanmu!