Anda di halaman 1dari 8

SOAL LATIHAN ULANGAN

UNSUR INTRINSIK PROSA CERITA


BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER GASAL
(Agustinus Suyoto, S.Pd SMA Stella Duce 1 Yogyakarta)

1. Nyonya Suryo tersenyum. Tiba-tiba dia ingat peristiwa di mana sifat-sifat Bawuk yang pemurah dan
perasa menonjol jauh lebih nyata dari kakak-kakaknya. Waktu itu bawuk sudah duduk di kelas lI HIS.
Suatu sore bapak dan ibunya mendapat undangan dari kanjeng bupati buat pesta ulang tahun bupati di
kediaman kanjengan. Pesta itu boleh dikatakan besar-besaran juga. Semua onder dan wedana di
daerah kabupaten itu mendapat undangan . Juga kontrolir dan tuan-tuan besar kedua pabrik gula yang
ada di kabupaten itu, semua mendapat undangan.
(Sri Sumarah & Bawuk, Umar Kayam)
Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang pada penggalan cerita di atas adalah . . .
A. akuan sertaan
B. akuan tak sertaan
C. diaan terbatas
D. diaan serba tahu
E. diaan dan akuan

2. Tuti dan Maria dua kakak beradik. Keduanya putri R. Wiraatmojo, mantan wedana di daerah banten.
Meskipun Tuti dan Maria bersaudara, sifat mereka sangat berbeda. Tuti seorang pendiam. Ia selalu
berhati-hati dalam bertindak. Ia lebih banyak menggunakan akal dan pikiran daripada perasaan.
Sebaliknya, Maria gadis yang lincah dan periang mudah tertawa tapi juga mudah murung. Gadis itu
lebih banyak menurutkan perasaannya. Sifat kedua kakak beradik yang berlainan menyebabkan
keduanya sering tidak sependapat.
(Layar terkembang, STA)
Unsur intrinsik yang paling dominan pada penggalan novel di atas adalah . . .
A. alur
B. setting
C. gaya bercerita
D. penokohan
E. sudut pandang

3. Entah kapan persisnya Nayla mulai tidak bersahabat dengan waktu. Waktu bagaikan seorang
pembunuh yang selalu membuntuti dan mengintai dalam kegelapan. Siuap menghunuskan
pisau ke dadanya yang berdebar. Debaran yang sudah pernah ia lupakan rasanya. Debaran
yang satu tahun lalu menyapanya dan mengulurkan persahabatan abadi, hampir abadi,
sampai ketika sang pembunuh tiba-tiba muncul dengan sebilah belati. (Waktu Nayla, Djenar
Maesa Ayu)
Gaya penceritaan yang tercermin dalam penggalan cerpen tersebut adalah …
A. diaan terbatas
B. diaan serba tahu
C. akuan sertaan
D. akuan taksertaan
E. sudut pandang mental
4. Dengan sekejap itu dilihatnya Mariamin jatuh ke air. Cangkul yang di bahunya pun
dilemparkannya dan setelah bajunya ditanggalinya, ia pun mengucap, “Tolong, Tuhan!”
Dengan perkataan yang dua patah itu, Aminuddin melompat ke dalam air akan menyusul
mariamin, yang dihanyutkan banjir yang tiada menaruh iba kasihan pada kurbannya itu.
Meskipun semuanya terjadi dengan sekejap saja, sudah jauhlah gadis kecil itu dihanyutkan
air. Aminuddin berenang dengan sekuat-kuatnya, mengejar anak yang malang itu. (Azab dan
Sengsara, Merari Siregar)
Jika kita mencermati deskripsi di atas, dapat diketahui bahwa peristiwa tersebut terjadi di daerah …..
A. perkotaan
B. sungai yang sedang banjir
C. sungai di dekat persawahan
D. pedesaan
E. daerah terpencil

5. Aku disebut ayah sebagai anak bandel. Sulit diatur. Beraja di hati sendiri. Di antara adik-adikku aku
akui memang akulah yang keras kepala. Aku satu ibu satu ayah empat orang; dua orang laki-laki dan
dua orang perempuan. Aku anak sulung. Dan selaku anak sulung seharusnya aku tidak bandel tapi
penurut. Namun dugaan itu salah. Aku adalah anak yang keras hati, tidak suka diperintah begitu saja.
Ayah pernah marah kepadaku. Masih kuingat saat itu aku masih duduk di kelas satu SMP. Ayah
memukulku sampai-sampai aku hampir pingsan (Surat dari Ayah, Zaidunddin Tamor Koto).

Penyajian watak tokoh dalam penggalan cerpen tersebut menggunakan metode …


A. tak langsung
B. dramatik
C. simbolik
D. analitis
E. kontekstual

6. Sampai sekarang tanah peninggalanmu itu yang meliputi hampir seperempat desa, masih utuh.
Anak-anakmu sepakat untuk tidak membaginya. Resminya tanah itu dikelola bersama,
prakteknya anak sulungmu lah yang menguasai, anak yang dulu sudah aku kandung sebulan
sebelum kita menikah. Adik-adiknya diberi bagian dari setiap hasil panen. (Sekiranya Kamu
tidak Kaya dan Anakmu Tidak Banyak, Agus Fahri Husein)
Gaya penceritaan yang tercermin dalam penggalan cerpen tersebut adalah …
A. diaan terbatas
B. diaan serba tahu
C. akuan sertaan
D. akuan taksertaan
E. sudut pandang mental

7. Bukan main kecewanya Pak Pri. Hatinya benar-benar sedih. Dia benar-benar bingung. Dia
tidak tahu harus bagaimana lagi menyelamatkan istrinya karena hadiah yang diperolehnya
tidak seperti yang diharapkannya. Sepanjang jalan dia berdoa memohon agar istrinya diberi
umur panjang.
Pak Pri sampai di ruangan istrinya dirawat. Dia melihat orang ramai berkerumun di sekitar kamar itu.
Pak Pri tidak tahu harus bagaimana lagi.
”Maafkan aku, Atin!” batinnya. Dia kemudian menangis sejadi-jadinya. Dia benar-benar merasa
bersalah kepada istrinya.
”Pak Pri, selamat ya!” Tiba-tiba di depannya berdiri dokter yang merawat istrinya.”Bapak telah
terpilih sebagai guru teladan tingkat provinsi!”
”Tidak ada gunanya, pak dokter. Istri saya yang lebih penting!”
”Nah, ini selamat yang kedua. Istri Bapak telah selesai dioperasi dua jam yang lalu”, dokter menjabat
erat tangan Pak Pri.
”Maksud Pak Dokter? Bagaimana bisa?” Pak Pri terheran-heran.
”Tadi ada yang datang ke sini menjamin semua biaya istri Bapak. Dia datang bersama suaminya.”
”Oh...siapa yang menjaminnya, Dok?”
”Namanya Nora. Katanya dulu murid Bapak!”
”Ohh...!?”

Berdasarkan penggalan cerpen di atas, perwatakan tokoh Pak Pri adalah ....
A. suka menolong orang lain
B. sangat mencintai istrinya
C. sangat mencintai profesinya
D. selalu mengingat gurunya
E. suka mengeluh jika bermasalah

8. Bukan main kecewanya Pak Pri. Hatinya benar-benar sedih. Dia benar-benar bingung. Dia
tidak tahu harus bagaimana lagi menyelamatkan istrinya karena hadiah yang diperolehnya
tidak seperti yang diharapkannya. Sepanjang jalan dia berdoa memohon agar istrinya diberi
umur panjang.
Pak Pri sampai di ruangan istrinya dirawat. Dia melihat orang ramai berkerumun di sekitar kamar itu.
Pak Pri tidak tahu harus bagaimana lagi.
”Maafkan aku, Atin!” batinnya. Dia kemudian menangis sejadi-jadinya. Dia benar-benar merasa
bersalah kepada istrinya.
”Pak Pri, selamat ya!” Tiba-tiba di depannya berdiri dokter yang merawat istrinya.”Bapak telah
terpilih sebagai guru teladan tingkat provinsi!”
”Tidak ada gunanya, pak dokter. Istri saya yang lebih penting!”
”Nah, ini selamat yang kedua. Istri Bapak telah selesai dioperasi dua jam yang lalu”, dokter menjabat
erat tangan Pak Pri.
”Maksud Pak Dokter? Bagaimana bisa?” Pak Pri terheran-heran.
”Tadi ada yang datang ke sini menjamin semua biaya istri Bapak. Dia datang bersama suaminya.”
”Oh...siapa yang menjaminnya, Dok?”
”Namanya Nora. Katanya dulu murid Bapak!”
”Ohh...!?”

Tokoh yang terdapat dalam penggalan cerpen di atas adalah ....


A. Pak Pri, Dokter, dan Atin
B. Pak Pri dan istrinya
C. Pak Pri dan Nora
D. Pak Pri, Dokter, dan Nora
E. Pak Pri dan Dokter

9. Sepasang kuda dari anyaman bambu telah diletakkan di tengah-tengah halaman yang luas.
Binatang tiruan tanpa kaki itu saling bersandar sehingga keduanya dalam posisi miring ke
dalam. Di tengah-tengahnya terdapat kemenyan yang dibakar pada pecahan genting. Asap
merebak, mengepul, dan membumbung ke langit kerontang dengan baunya yang menusuk-
nusuk.
Seorang lelaki memasuki arena dengan membawa pecut besar. Dia berputar-putar menatap langit
sambil mulutnya komat kamit. Sang pawang ini segera menyabetkan pecutnya hingga melahirkan
bunyi gelegar seperti petir. Adegan ini diulang beberapa kali, bahkan yang terakhir sang pawang
seperti mau unjuk kehebatan dengan memberondongkan bunyi pecut. Para penontonnya segera
terbawa ke suasana magis. Arena seperti disumbat oleh kekuatan yang tak bisa didefinisikan.
Sang pawang meninggalkan arena. Dua lelaki segera tampil menggantikannya. Suparli dan Maderi
nama kedua lelaki itu. Mula-mula gerakan mereka seragam dan rampak.

Nilai budaya yang tercermin dari penggalan cerpen di atas adalah ....
A. seorang lelaki biasanya senang bermain pecut.
B. pembakaran kemenyan dalam pertunjukan kesenian daerah
C. suasana magis dalam pertunjukan jathilan
D. kuda lumping harus dibuat dari anyaman bambu
E. adanya pawang yang pandai memainkan pecut

10. Sepasang kuda dari anyaman bambu telah diletakkan di tengah-tengah halaman yang luas.
Binatang tiruan tanpa kaki itu saling bersandar sehingga keduanya dalam posisi miring ke
dalam. Di tengah-tengahnya terdapat kemenyan yang dibakar pada pecahan genting. Asap
merebak, mengepul, dan membumbung ke langit kerontang dengan baunya yang menusuk-
nusuk.
Seorang lelaki memasuki arena dengan membawa pecut besar. Dia berputar-putar menatap langit
sambil mulutnya komat kamit. Sang pawang ini segera menyabetkan pecutnya hingga melahirkan
bunyi gelegar seperti petir. Adegan ini diulang beberapa kali, bahkan yang terakhir sang pawang
seperti mau unjuk kehebatan dengan memberondongkan bunyi pecut. Para penontonnya segera
terbawa ke suasana magis. Arena seperti disumbat oleh kekuatan yang tak bisa didefinisikan.
Sang pawang meninggalkan arena. Dua lelaki segera tampil menggantikannya. Suparli dan Maderi
nama kedua lelaki itu. Mula-mula gerakan mereka seragam dan rampak.

Gaya penceritaan yang dipakai dalam penggalan cerpen di atas adalah ....
A. akuan sertaan
B. akuan taksertaan
C. diaan serba tahu
D. diaan terbatas
E. akuan serba tahu

11.
Usai wisuda. Tanpa melepas toganya, Mas Indra kembali mengayuh becaknya. Dengan
penumpang istimewa, Ibu dan Laila. Di depan warung tenda yang menjual bakso, Mas Indra
mendadak mengerem becak dan melompat turun.
“Aku punya hutang berapa mangkuk bakso padamu , La?” tanyanya seketika.
“Bicara apa, Mas?” tanya Laila kaget, sembari menoleh ke arah ibu. Laila lalu mengajak turun
ibunya dari becak.
“Aku punya hutang berapa mangkuk bakso padamu, La?” ulang Mas Indra menjitak lembut
kepala adiknya.
“Banyak!” celetuk Laila sambil senyum-senyum.
“Oke, sekarang aku akan bayar, semuanya!” ucap Mas Indra sambil tersenyum dan mengangkat
alisnya tinggi-tinggi.
“Ah, Mas Indra ada-ada saja. Apa-apaan sih?” cetus Laila.
“Kalian pada ngomong apaan sih?” tanya Ibu heran.
“Ah, tidak”, geleng Laila. Lalu digandengnya Mas Indra sambil berbisik lirih, ”Bayar satu
mangkuk saja. Satu mangkuk pun sudah lunas, Mas.”
(Semangkuk pun Sudah Lunas, Cerpen Esa Tresna Abadi)

Kalimat yang memberikan informasi latar tempat dalam penggalan cerpen di atas adalah ….
A. “Bicara apa, Mas?” tanya Laila kaget, sembari menoleh ke arah ibu.
B. Laila lalu mengajak turun ibunya dari becak.
C. Di depan warung tenda yang menjual bakso, Mas Indra mendadak mengerem becak dan
melompat turun.
D. “Aku punya hutang berapa mangkuk bakso padamu, La?” ulang Mas Indra menjitak lembut
kepala adiknya.
E. “Kalian pada ngomong apaan sih?” tanya Ibu heran.

12.
Usai wisuda. Tanpa melepas toganya, Mas Indra kembali mengayuh becaknya. Dengan
penumpang istimewa, Ibu dan Laila. Di depan warung tenda yang menjual bakso, Mas Indra
mendadak mengerem becak dan melompat turun.
“Aku punya hutang berapa mangkuk bakso padamu , La?” tanyanya seketika.
“Bicara apa, Mas?” tanya Laila kaget, sembari menoleh ke arah ibu. Laila lalu mengajak turun
ibunya dari becak.
“Aku punya hutang berapa mangkuk bakso padamu, La?” ulang Mas Indra menjitak lembut
kepala adiknya.
“Banyak!” celetuk Laila sambil senyum-senyum.
“Oke, sekarang aku akan bayar, semuanya!” ucap Mas Indra sambil tersenyum dan mengangkat
alisnya tinggi-tinggi.
“Ah, Mas Indra ada-ada saja. Apa-apaan sih?” cetus Laila.
“Kalian pada ngomong apaan sih?” tanya Ibu heran.
“Ah, tidak”, geleng Laila. Lalu digandengnya Mas Indra sambil berbisik lirih, ”Bayar satu
mangkuk saja. Satu mangkuk pun sudah lunas, Mas.”
(Semangkuk pun Sudah Lunas, Cerpen Esa Tresna Abadi)

Sudut pandang yang dipakai dalam penggalan cerpen di atas adalah ….


A. Akuan sebagai pelaku utama.
B. Akuan sebagai pelaku tambahan.
C. Diaan sebagai pelaku tambahan.
D. Diaan terbatas.
E. Akuan serba tahu.

13.
Aku terkejut ketika bapak menjatuhkan tutup toples saat hendak mengambil segelas air. Kulihat
bapak sudah selesai makan. Ia duduk termenung di kursi rotan yang sudah reyot. Raut wajah bapak yang
muram terlihat jelas meskipun lampu yang menyala hanya 15 watt. Emak melangkah ke arah bapak.
“Berhasil?” tanya emak dengan suara lantang.
Bapak tetap tidak bergeming. Ia terlihat tidak suka dengan pertanyaan emak.
“Kok diam? Berhasil tidak?” emak tampak kesal.
“Belum!” jawab bapak singkat.
“Sudah kuduga! Kamu tidak akan berhasil!”
Bapak masih berusaha menahan diri. Namun, emak tetap mendesaknya dengan beberapa pertanyaan yang
bernada menyalahkan bapak.
“Kamu memang bodoh! Coba, kalau kamu tidak ikut-ikutan demo, pasti perusahaan tidak akan
mengusirmu!”
“Aku bukan bodoh, tahu! Aku hanya memperjuangkan hak sebagai karyawan.”
“Tapi apa hasil perjuanganmu itu? Jangankan perbaikan nasib, malah sebaliknya! Kita semakin
melarat!”
“Narti, aku sedang pusing! Beri aku waktu untuk mendapatkan pekerjaan.”
“Pekerjaan apa yang kau cari?”
“Sudah, diam!”
“Aku tidak betah hidup begini terus, Kang!”
“Aku juga! Aku pun ingin keluar dari impitan ini!”
(Ketika Hati Bernyanyi Sumbang, Hanum Safnas)

Dialog berikut ini yang diucapkan oleh tokoh Narti adalah ….


A. “Aku bukan bodoh, tahu! Aku hanya memperjuangkan hak sebagai karyawan.”
B. “Narti, aku sedang pusing! Beri aku waktu untuk mendapatkan pekerjaan.”
C. “Pekerjaan apa yang kau cari?”
D. “Sudah, diam!”
E. “Aku juga! Aku pun ingin keluar dari impitan ini!”

14. Pernyataan yang menunjukkan watak tokoh bapak yang idealis adalah ….
A. Bapak tetap tidak bergeming. Ia terlihat tidak suka dengan pertanyaan emak.
B. Bapak masih berusaha menahan diri.
C. Coba, kalau kamu tidak ikut-ikutan demo, pasti perusahaan tidak akan mengusirmu!
D. Aku bukan bodoh, tahu! Aku hanya memperjuangkan hak sebagai karyawan.
E. Narti, aku sedang pusing! Beri aku waktu untuk mendapatkan pekerjaan.

15. Berdasarkan informasi dari penggalan cerpen di atas, latar tempat dalam penggalan di atas adalah ….
A. warung makan
B. ruang makan
C. teras depan rumah
D. ruang tidur
E. ruang dapur

16. Kalimat pembuka cerpen yang menggunakan sudut pandang orang pertama adalah ….
A. Pada suatu hari berangkatlah Sumardi ke kota. Ia ingin mengadu nasib di sana.
B. “Aku telah sukses sekarang!” kata Parmin setengah berteriak. Maklum suara bus kota yang
ditumpanginya begitu gaduh.
C. Menjelang petang Kang Abdullah telah menelponku lagi. Intinya masih sama, merayuku agar aku
mau memberikan pinjaman uang sekitar seratus ribu padanya.
D. Keputusan Supardi telah bulat. Ia akan pergi ke rumah Santi sekedar meminta ketegasan jawaban
atas lamarannya beberapa hari yang lalu.
E. Untuk kasus penggelapan dana solidaritas, Pak Guru Yos jelas tidak mengetahuinya. Sejak
masalah keuangan dipegang oleh Rustam, asisten ustad Jafar, masalah keuangan menjadi tidak
transparan.

17.
”Begini, Mbak Win. Sebagai Ketua RT saya juga merasa resah dengan tindakan mereka. Saya
sudah berusaha untuk menghentikan aksi mereka, tetapi jumlah mereka terlalu banyak. Lagi pula
warga di sini juga takut pada preman itu.” jelasnya.
”Lalu bagaimana dengan kejadian kemarin, Pak? Apa Bapak hanya dam saja?” sahut Wina
cepat-cepat.
”Tapi maaf, saya sebagai RT sudah tidak bisa mencegah mereka lagi. Jadi sebaiknya Mbak
Wina menuruti saja apa mau mereka. Saya akan berusaha untuk mencegah mereka.”
”Jadi saya harus membayar uang keamanan itu?”
”Ya, kita tidak punya pilihan lain, karena mereka bisa saja mengusir Mbak Wina.”
”Baik, Pak. Kalau memang begitu saya turuti saran Pak RT. Tapi Pak RT harus bisa menindak
mereka.”
Wina keluar dari rumah Pak RT dan bermaksud pulang ke kosnya. Tapi ia terkejut. Ia melihat
lelaki yang semalam menamparnya menuju keru rumah Pak RT.
”Pak RT, saya ke sini mau minta maaf sebab tadi malah saya telah mengganggu ketenangan di
lingkungan Bapak!’ kata lelaki itu.
”Baik, tapi ....”
”Ini Pak sekedar sebagai ucapan permintaan maaf saya. Saya harap Pak RT tidak
memperpanjang masalah ini.” ujar lelaki itu sambil menyerahkan sebuah amplop.
”Tapi...”
”Sudahlah Pak, seperti biasanya, terima saja dan selesai.”
(Andai Aku Punya Pilihan, Gludug Aryo Purnomo)

Konflik yang terdapat dalam kutipan tersebut adalah ..


A. Wina tidak dapat membayar uang keamanan pada para preman.
B. Wina ditampar karena tidak mau membayar uang keamanan di wilayah RT.
C. Wina tidak terima karena ditampar preman, maka ia mengadu kepada Pak RT.
D. Preman mengadu pada Pak RT karena menampar Wina.
E. Pak RT menerima uang keamanan dari Wina dan dari preman.

18. Penyebab konflik tersebut adalah ....


A. Wina tidak mau membayar uang keamanan.
B. Pak RT bekerja sama dengan preman untuk mengelola uang keamanan.
C. Wina melihat preman yang menamparnya di rumah Pak RT.
D. Preman dikejar setoran uang keamanan ke Pak RT.
E. Preman selalu menggoda Wina ketika ia bekerja.

19. Watak paling menonjol dari tokoh Pak RT dalam penggalan cerita di atas terlihat dari
percakapan berikut ....
A. ”Ya, kita tidak punya pilihan lain, karena mereka bisa saja mengusir Mbak Wina.”
B. ”Baik, Pak. Kalau memang begitu saya turuti saran Pak RT. Tapi Pak RT harus bisa menindak
mereka.”
C. ”Ini Pak sekedar sebagai ucapan permintaan maaf saya. Saya harap Pak RT tidak memperpanjang
masalah ini.” ujar lelaki itu sambil menyerahkan sebuah amplop.
D. ”Sudahlah Pak, seperti biasanya, terima saja dan selesai.”
E. ”Lalu bagaimana dengan kejadian kemarin, Pak? Apa Bapak hanya dam saja?” sahut Wina cepat-
cepat.

20.
(1) Mendengar penjelasan Pak Lurah, hati saya berbunga-bunga, rejeki yang tak dinyana-nyana
beruntun saya terima. (2) Hari itu juga, bibir sumur ajaib saya dirobohkan, sumurnya dipendam
dengan tanah. (3) Para pengunjung yang hendak melongok sumur ajaib nampak kecewa, tapi mereka
tenang kembali setelah mendapatkan penjelasan dari Pak Lurah. (4) Lalu berangsur-angsur pulang,
beberapa orang masih bergerombol, bercakap-cakap. (5) Saya lamat-lamat mendengar bisik-bisik.
(6)”Saya kira yang akan menang gambar padi.”
(7)”Tak mungkin Pak Lurah lagi, bukanlah di dalam mimpi, pohon ketela akarnya tercerabut?”
(8)”Tak mungkin juga Denmas Sukarto, gambar dia, kerbau, nampak kesakitan, sekarat. Hanya
gambar padi yang cahayanya berpendar-pendar”
(Sumur Ajaib, S. Yoga)
Kalimat yang menunjukkan latar tempat terjadinya peristiwa dalam penggalan cerita di atas adalah ....

A. (1), (2), (3)


B. (1), (3), (6)
C. (2), (3), (7)
D. (2), (4), (5)
E. (2), (3), (4)

Anda mungkin juga menyukai