Anda di halaman 1dari 4

Menganalisis CERPEN

Nama : Rahmat Alamsyah


Kelas : XII TKJ I
Merah Putih
Mentari masih menampakkan sinarnya, tapi di sebuah Desa telah sibuk dengan
pekerjaannya. Para petani panggul telah bercucuran keringat, tanpa tahu kapan upahnya
dibayar. Mereka bekerja di ladang sendiri. Tapi, menggapa justru mereka yang selalu
sengsara. Mereka bekerja untuk Belanda dengan Sistem Kerja Paksa. Tak tahu kapan ini akan
berakhir.
Setiap Hari mereka bekerja untuk Belanda, belum dengan siksaan yang keras. Hingga
korban jiwa pun berjatuhan, tubuhnya kurus kering, kelaparan di mana-mana. Tapi, mereka
hanya diam tanpa daya. Mereka hanya bisa melihat, tanpa bisa berbuat apa-apa.
Hari ini, ada korban lagi. Melihatnya pun tak kuasa, tubuhnya kurus, tubuhnya kaku,
bercucuran keringat dan darah akibat kekejaman Belanda. “Ini tidak biso kito biarkan, kalau
kito tidak berjuang, kito akan sengsara terus menerus..!”, ucap Hasyim (seorang pemuda yang
berani menentang kekejaman Belanda). Semua mata tertuju padanya. “Lalu apo yang hendak
kito perbuat..?, kito telah dikepung. Semua pasukan Belanda mengawasi kito..!”, “Kalau kito
bersatu, kito pasti biso melawan Belanda”. “Lalu apo yang biso kito lakukan…?”. Hasyim
pun berpikif sejenak untuk memikirkan strategi.
Malam Harinya secara diam-diam Hasyim mengadakan perkumpulan para pemuda,
untuk mengusir Belanda dari Tanah Air. Pertemuan itu dihadiri kurang lebih 10 pemuda, dan
yang satu perempuan. Perempuan itu bernama Pertiwi, ia adalah satu-satunya wanita yang
paling disegani oleh kaum Adam, karena Kecerdasannya. “Kito harus mencari bantuan dari
luar, karena pasukan kito tak mungkin menang dalam perang ini”, ucap Pertiwi. “Baiklah
besok ambo akan mencari bantuan dari luar, secara diam-diam”. “Ide bagus itu, kalau begitu
ambo ikut mencari bantuan ke luar”, ucap Mahrus adik Pertiwi, “Kalo begitu kito harus biso
mengalihkan pandangan pasukan Belanda di perbatasan Desa kito..!” kata Hasyim, “Ambo
akan membantu untuk mengalihkan pandangan mereko”, ucap Pertiwi.
Pagi-pagi sekali Hasyim dan Mahrus siap di perbatasan Desa untuk ke luar mencari
bantuan. Namun sial mereka terlihat oleh pasukan Belanda, mereka pun dibawa ke markas
besar Belanda. Mereka dipenjara selama berhari-hari, tanpa ada yang mengetahuinya. Mereka
disiksa, dicambuk hingga berlumuran darah.
Di desa Pertiwi sedang menunggu kedatangannya, mengapa sudah seminggu mereka
tak kunjung datang. Pertiwi pun mulai resah dan khawatir, bagaimana dengan nasib mereka
dan dimana mereka sekarang. Di perjalanannya menuju ke kebun ia mendengar percakapan
dua orang tentara Belanda di penggir kebun. Mereka sedang membicarakan kedua tahanan
yang ditangkapnya seminggu yang lalu, karena hendak melarikan diri. Pertiwi pun mulai
yakin kalau Hasyim dan Mahrus tertangkap oleh pasukan Belanda.
Pertiwi kembali ke rumah dan menceritakannya kepada pemuda lain, kalau Hasyim dan
Mahrus tertangkap oleh Belanda. Seorang pemuda tunangan Pertiwi memulai pembicaraan
“Kalau begitu kito harus menyelamatkan mereko..!. Siapo yang hendak ikut dengan ambo
menyelamatkan mereko?”. Semua yang datang tak ada yang berbicara dan hanya saling
pandang. Kecuali Pertiwi yang memberanikan diri ikut serta dengan Darus tunangannya itu.
“Ambo… ambo akan ikut dengan engkau untuk menyelamatkan mereka!”, ucap Pertiwi
dengan lantangnya. “Lalu kalian yang ada di sini, apo kalian tidak membantu membebaskan
mereko?”, tanya Darus, “Kami tidak berani Uss… Belanda itu kan kejam!”. “Lalu apa yang
kalian perbuat jiko ambo dan Pertiwi pergi nanti?”,tanya Darus kembali. “Kalo kito tidak
bersatu kito tidak akan merdeka, kito hanya bekerja untuk Belanda tanpa upah..!. Apo kalian
mau anak cucu kalian nanti sengsara seperti Kito.”
Tanpa benyak percekcokan Pertiwi dan Darus pun berangkat ke markas besar Belanda
itu untuk menyelamatkan mereka. Di sana-sini ada penjaga, jadi mereka pun kesulitan
menemukan lokasi Hasyim dan Mahrus. Kemudian mereka mengikuti salah seorang penjaga
di markas itu, Namun penjaga itu mengetahui keberadaan mereka, penjaga itu pun berteriak
“Penyusuuup… Ada Penyusuuup…”. Dengan sigapnya Darus langsung memukul kepalanya
hingga penjaga itu pun terjatuh dan pingsan.
Pertiwi dan Darus mencari tempat persembunyian yang aman terlebih dahulu, baru
setelah itu mencari Hasyim dan Mahrus. Setelah merasa aman mereka ke luar dari
persembunyian, mereka mencoba ke penjara untuk melihat Hasyim dan Mahrus. Saat Pertiwi
berjalan ia merasa ada orang yang memanggilnya, tetepi suara itu lirih dan pelan. Pertwi pun
menenggok ke segala arah. Dan ternyata ia dipanggil oleh Hasyim, di dalam penjara Mahrus
sakit karena tak pernah diberi makan. Dengan keadaan lemah Mahrus tetap dapat berdiri, dan
berusaha untuk kabur dari penjara itu.
Saat mereka hendak ke luar dari Markas itu, mereka ketahuan oleh pasukan Belanda.
Dengan napas yang tersendat-sendat mereka terus berlari sekuat tenaga untuk melarikan diri.
Di mana-mana pasukan belanda siap untuk menghadang mereka, dengan kemampuan Bela
Diri yang seadanya mereka menumpas pasukan Belanda untuk keluar. Tak lama kemudian
mereka mendengar kegaduhan di luar, ternyata di sana juga terjadi peperangan. Seluruh
masyarakat desa itu bersatu mengusir para Penjajah. Sambil berteriak “Merdekaaa…
Merdekaaaa…”, Darus, Pertiwi, Hasyim dan Mahrus juga turut membantu mereka.
Dengan alat seadanya mereka mampu mengalahkan seluruh pasukan Belanda, kecuali
Robert pemimpin pasukan Belanda yang kabur melarikan diri. Sebagai rasa senang mereka
melakukan sujud syukur atas kemenangan mereka dengan bercucuran darah dan keringat.
Sambil mengibarkan Bendera Merah Putih.
TAMAT
Hasil Analisis
- Unsur Intrinsik
- Tema : Cerita Penjajahan dan Perjuangan Untuk Merdeka !!!
- Latar : - Tempat : Di sebuah Desa
- Suasana : Mengharukan dan Penuh Semangat!

- Tokoh : Hasyim, Pertiwi, Mahrus, Darus, Robert.


- Hasyim sebagai Seorang Tokoh Pemuda biasa
- Pertiwi sebagai seorang wanita yang disegani oleh kaum Adam
- Mahrus sebagai Adik Pertiwi
- Darus sebagai tunangan Pertiwi
- Robert sebagai Pimpinan Belanda

- Plot/ Alur : Maju

- Unsur Ekstrinsik
- Latar Belakang/ Pengarang : Nuzuliah Siti Fatimah
- Sosial : Jika Kita Bersama, Kita Pasti Bisa !

Anda mungkin juga menyukai